Anda di halaman 1dari 3

DINASTI RATU ATUT DI BANTEN

Dewasa ini dunia politik dihebohkan dengan kasus dinasti politik yang merusak
demokrasi di Indonesia. Dinasti politik adalah sebuah kekuasaan politik yang dijalankan oleh
sekelompok orang yang masih terkait dalam hubungan keluarga. Dinasti politik sebuah
segitiga paramida dimana seorang pemimpin yang mengangkat dan merangkul sebahagian
besar keluarganya untuk turut andil dalam politik atau pemerintahan yang dijalankannya.
Akarnya akan menjalar ke seluruh sektor pemerintahan yang berada dibawah kekuasaannya
serta memperkuat dan membangun jaringan baru yang bisa tersentuh olehnya. Dampak dari
dinasti politik adalah rawannya korupsi, kolusi dan nepotisme karena melemahnya fungsi
pengawasan terhadap anggaran serta terciptanya pemimpin-pemimpin yang tidak
berkompeten. Hal ini terjadi karena mereka tidak melalui proses kaderisasi, rekrutmen yang
demokratis, atau proses penempatan aktivitas politik yang terencana, sehingga kandidat yang
muncul pun sekadar 'untuk memperkokoh kekuasaan'. Hal ini tentunya dapat menggangu
terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat, merusak tatanan sosial, sekaligus merusak
pemimpin itu sendiri beserta keluarganya. Pemimpin yang berakhir masuk penjara karena
korupsi, selain menghancurkan nama baik keluarga, juga mempermalukan seluruh rakyat
yang dipimpinnya.

Kasus dinasti politik yang sangat menghebohkan adalah kasus gubernur Banten Ratu
Atut Choysiah yang telah merugikan keuangan negara sebesar Rp 79.789.124.106,35. Ratu
Atut telah menjalani sidang perdananya pada tanggal 08/03/2017. Menurut jaksa penuntut
umum Ratu Atut telah melakukan pengaturan dalam proses ngusulan anggaran Dinas
Kesehatan Provinsi Banten pada APBD 2012 dan APBD Perubahan TA 2012 dan melakukan
pengaturan pelaksanaan anggaran pada pelelangan pengadaan alat kesehatan (alkes) Rumah
Sakit Rujukan Pemerintah Provinsi Banten pada Dinas Kesehatan Provinsi Banten TA 2012
untuk memenangkan pihak-pihak tertentu. Dalam dakwaan ini, Ratu Atut diduga bersama
Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan disebut melakukan tindakan untuk memperkaya diri.
Atut dituduh memperkaya diri sebesar Rp 3,8 miliar dan untuk Wawan sebesar Rp 50 miliar.
Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan merupakan adik dari Ratu Atut Choysiah dan suami
dari Airin Rachmi Diany wali Kota Tangerang Selatan.
Selain kasus Gubernur Banten pada tanggal 30 Desember 2016 KPK juga menangkap
Bupati Klaten Sri Hartini dalam Operasi tangkap tangan. Dari OTT itu, KPK menyita barang
bukti berupa uang senilai 2 miliar rupiah, 5.700 Dollar Amerika Serikat, 2.035 Dollar
Singapura dan buku catatan atas sumber uang tersebut. Sri Hartini merupaka produk dari
dinasti politik. Mendiang suami Sri Hartini, Haryanto Wibowo, pernah menjabat bupati
Klaten pada periode 2000-2005. Pada dua periode perikutnya, yaitu 2005-2010 dan 2010-
2015, Sunarna yang menjabat bupati dengan Sri Hartini sebagai wakilnya. Kemudian setelah
Sunarna selesai menjabat dua periode dan tak bisa maju lagi, 'giliran' Sri Hartini yang naik
sebagai bupati dan posisi wakil bupati diisi oleh istri Sunarna, Sri Mulyani. Pasangan Sri
Hartini-Sri Mulyani rencananya akan menjabat sebagai pasangan bupati dan wakil bupati dari
2016-2021 nanti. Dua kasus ini sudah mewakili wajah dinasti politik di Indonesia. Oleh
karena itu perlunya pemerintah mengambil sikap tegas dalam issue ini. Bagaimanakah
sebaiknya cara pemerintah dalam menangani dan dan menyikapi politik dinasti tersebut ?

Secara hukum dinasti politik tidak di larang di Indonesia karena terlihat dari putusan
Mahkamah Konstitusi (MK) saat menghapus pasal 'dinasti politik' dalam UU No 8 Tahun
2015 tentang Pilkada. Dalam Pasal 7 huruf r disebutkan: Warga negara Indonesia yang dapat
menjadi Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati,
serta Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota adalah yang memenuhi persyaratan tidak
memiliki konflik kepentingan dengan petahana. Lalu apa yang dimaksud dengan 'kepentingan
dengan petahana'? Dalam penjelasan UU tersebut disebutkan: Yang dimaksud dengan "tidak
memiliki konflik kepentingan dengan petahana" adalah tidak memiliki hubungan darah,
ikatan perkawinan dan/atau garis keturunan tingkat lurus ke atas, ke bawah, ke samping
dengan petahana yaitu ayah, ibu, mertua, paman, bibi, kakak, adik, ipar, anak, menantu
kecuali telah melewati jeda 1 kali masa jabatan. Oleh MK, pasal 'dinasti politik' itu
dihapuskan karena bertentangan dengan konstitusi dan UUD 1945.

Oleh karena itu upaya yang harus dilakukan pemerintah dalam menekan gurita korupsi dan 
Dinasti politik di pemerintahan adalah:

1.          Kaderisasi partai politik perlu dilakukan secara transparan dan akuntabel. Selain
transparan, sistem tersebut harus mengutamakan merit system.

2.         Upaya lainnya adalah transparansi pengelolaan dana di daerah.


3.         Pemerintah Daerah berkoordinasi dengan KPK dan Badan Audit BPK guna
mencegah  dan memberantas korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendorong
transparansi perencanaan dan pengadaan barang dan jasa pemerintah untuk meminimalisasi
potensi ijin proyek oleh kepala daerah.

4.      Masyarakat pun harus ikut berperan serta dalam praktek dinasti politik. Masyarakat
harus menjadi pemilih cerdas memilih secara selektif dan cerdas dalam menentukan
pilihannya dalam pilkada. Pemilih harus melihat rekam jejak kandidat, termasuk rekam jejak
keluarga yang terafiliasi dengan kandidat. Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah
dinasti politik yang maju dalam pemilu memiliki persoalan atau potensi untuk melakukan
kejahatan korupsi atau tidak. Jika ada keluarga dari kelompok dinasti pernah atau sedang
terlibat dengan kasus korupsi, maka sudah sepatutnya masyarakat untuk tidak memilihnya
demi menyelamatkan demokrasi dan kepentingan publik yang lebih luas agar persoalan
korupsi di daerahnya tidak lagi terulang.

References
kompas. (2013, 12 18). Dinasti Politik Ratu Atut Setelah Delapan Tahun Berkuasa. Retrieved
from KOPMPAS:
https://nasional.kompas.com/read/2013/12/18/0729208/Dinasti.Politik.Ratu.Atut.Setel
ah.Delapan.Tahun.Berkuasa?page=all
tempo.co. (2013, 10 04). Seperti Apa Dinasti Politik Ratu Atut? Retrieved from
NASIONALTEMPO: https://nasional.tempo.co/read/519059/seperti-apa-dinasti-
politik-ratu-atut

Anda mungkin juga menyukai