Anda di halaman 1dari 72

PROYEK AKHIR

ANALISIS PENGARUH PUTARAN MATA BOR


TERHADAP KEAUSAN MATA BOR PADA
MESIN SUMUR BOR

Oleh :

I GUSTI NGURAH YUDIANTARA

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI BALI
2020
ANALISIS PENGARUH PUTARAN MATA BOR
TERHADAP KEAUSAN MATA BOR PADA
MESIN SUMUR BOR

Oleh :

I GUSTI NGURAH YUDIANTARA


NIM. 1715213073

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI BALI
2020

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan Buku Proyek Akhir ini, penulis banyak menerima


bimbingan, petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak baik yang
bersifat moral maupun material. Penulis secara khusus mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Dengan puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis pada kesempatan ini
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak I Nyoman Abdi, S.E., M.eCom, selaku Direktur Politekni Negeri Bali.
2. Bapak Dr. Ir. I Gede Santosa, M.Erg, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin.
3. Bapak I Kadek Ervan Hadi Wiryanta, ST., MT, selaku Sekretaris Jurusan
Teknik Mesin.
4. Bapak I Wayan Suastawa, ST., MT, selaku Ketua Program Studi D3 Teknik
Mesin.
5. Bapak Ir. I Ketut Rimpung, M.T, selaku dosen pembimbing -1 yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan semangat kepada penulis,
sehingga Buku Proyek Akhir ini dapat terselesaikan.
6. Bapak I Gede Oka Pujihadi, ST., M.Erg, selaku dosen pembimbing-2 yang
selalu memberikan dukungan, perhatian, semangat dari awal menjadi
mahasiswa hingga saat ini.
7. Segenap dosen dan seluruh staf akademik serta PLP yang selalu membantu
dalam memberikan fasilitas, ilmu, serta pendidikan pada penulis hingga dapat
menunjang dalam penyelesaian Proyek Akhir ini.
8. Kedua orang tua tercinta yang selama ini telah membantu penulis dalam
bentuk perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa demi kelancaran dan
kesuksesan dalam menyelesiakan Proyek Akhir ini.
9. Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan Proyek Akhir tahun 2020
yang telah memberikan banyak masukan serta dukungan kepada penulis.
10. Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam proses
penyelesaian Proyek Akhir yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas semua kebaikan yang
telah diberikan.
Semoga Buku Proyek Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
umumnya, peneliti atau penulis, dan khususnya kepada civitas akademik
Politeknik Negeri Bali.

Bukit Jimbaran, 24 Agustus 2020


I GST. NGR. YUDIANTARA

vi
ABSTRAK

Keausan mata bor merupakan hal yang mutlak pada proses pembuatan
sumur bor khususnya pada proses pembuatan sumur bor di daerah Karangasem,
Bali (daerah batuan). Keausan mata bor pada proses pembuatan sumur bor
dipengaruhi oleh beberapa parameter diantaranya adalah putaran mata bor,
pemakanan, dan material yang dibor. Pengujian keausan mata bor dilakukan
dengan cara mengatur pemakanan, menentukan material yang akan dibor, dan
memvariasikan putaran mata bor mana yang mempunyai pengaruh terhadap
keausan mata bor yang nantinya hasil dari pengujian keausan mata bor dapat
digunakan sebagai acuan untuk pembuatan sumur bor di daerah Karangasem
(daerah batuan).
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui pengaruh putaran mata bor
terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor. Jenis analisis ini adalah analisis
eksperimen, menggunakan mata bor coring dengan pisau bor yang digunakan
adalah mata widia YG6 tipe C 125. Proses pengeboran sumur untuk mencari
keausan mata bor ini menggunakan mesin sumur bor dengan engine diesel
JiangDong JD ZS1115 24 HP/2200 Rpm dengan variasi putaran mata bor yang
digunakan adalah 150, 175, 200, 225, dan 250 Rpm.
Setelah itu dilakukan uji keausan mata bor menggunakan alat ukur jangka
sorong dengan ketelitian 0.05 mm. Hasil pengujian dari analiasis ini yaitu
keausan mata bor paling rendah dihasilkan dari putaran mata bor 175 Rpm yaitu
sebesar 0.34 mm dan keausan paling tinggi dihasilkan dari putaran mata bor 150
Rpm yaitu sebesar 3.08 mm. Sedangkan putaran mata bor 200, 225, dan 250 Rpm
menghasilkan keausan mata bor berturut-turut yaitu 1.39 mm, 2.30 mm, dan 2.76
mm. Data keausan mata bor tersebut hanya untuk satu jenis mata bor atau pisau
bor yaitu mata widia YG6 tipe C 125.

Kata Kunci : keausan mata bor, putaran mata bor, mesin sumur bor.

vii
ANALYSIS OF THE EFFECT OF DRILL BIT ROTATION
ON DRILL BIT WEAR ON THE WELLBORE MACHINE

ABSTRACT

The wear of the drill bit is an absolute necessity in the process of making a
wellbore, especially in the process of making a wellbore in the Karangasem area,
Bali (rocks area). The wear of the drill bit in the process of making the wellbore
is affected by several parameters including the drill bit rotation, feeding, and the
material being drilled. Drill bit wear testing is carried out by regulating the feed,
determine the material to be drilled, and varying the rotation of the drill bit which
has an influence on the drill bit wear which later results from the drill bit wear
test can be used as a reference for making a wellbore in the Karangasem area
(rocks area).
The purpose of this analysis is to determine the effect of the drill bit rotation
on the drill bit wear on the wellbore machine. This type of analysis is an
experimental analysis, using a coring drill with a drill knife used is a widia YG6
type C 125. The process of drilling wells to look for wear of this drill bit uses a
wellbore machine with a diesel engine JiangDong JD ZS1115 24 HP / 2200 RPM
with variations drill bits used were 150, 175, 200, 225, and 250 RPM.
After that, the drill bit wear test was carried out using a vernier caliper
measuring instrument with an accuracy of 0.05 mm. The test result of this
analysis is that the lowest wear of the drill bit is generated from the rotation of
the drill bit 175 Rpm, which is 0.34 mm and the highest wear is generated from
the rotation of the drill bit 150 Rpm, which is 3.08 mm. While the 200, 225, and
250 Rpm rounds of drill bits resulted in drill bit wear, namely 1.39 mm, 2.30 mm,
and 2.76 mm, respectively. The drill bit wear data is only for one type of drill bit
or drill blade, namely the widia YG6 type C 125.

Keywords: drill bit wear, drill bit rotation, wellbore machine.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Buku Proyek Akhir ini yang berjudul
“Analisis Pengaruh Putaran Mata Bor Terhadap Keausan Mata Bor Pada Mesin
Sumur Bor” tepat pada waktunya. Penyusunan Buku Proyek Akhir ini merupakan
salah satu syarat untuk kelulusan program pendidikan pada jenjang Diploma 3
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali.
Penulis meyadari Buku Proyek Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai pembelajaran
demi penyempurnaan karya-karya ilmiah penulis di masa yang akan datang.

Badung, 24 Agustus 2020


I GST. NGR. YUDIANTARA

ix
DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................................ii
Pengesahan oleh Pembimbing................................................................................iii
Persetujuan Dosen Penguji......................................................................................iv
Pernyataan Bebas Plagiat.........................................................................................v
Ucapan Terima Kasih..............................................................................................vi
Abstrak dalam Bahasa Indonesia...........................................................................vii
Abstract dalam Bahasa Inggris..............................................................................viii
Kata Pengantar........................................................................................................ix
Daftar Isi...................................................................................................................x
Daftar Gambar.......................................................................................................xii
Daftar Tabel...........................................................................................................xiv
Daftar Lampiran.....................................................................................................xv

BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................3

BAB II. LANDASAN TEORI.............................................................................4


2.1 Pengertian Sumur Bor.....................................................................................4
2.2 Mesin Sumur Bor............................................................................................5
2.3 Komponen-komponen Mesin Sumur Bor.......................................................7
2.3.1 Komponen Utama...............................................................................7
2.3.2 Komponen Bantu..............................................................................17
2.4 Mata Widia (Cemented Carbide)..................................................................21
2.5 Rumus Pengolahan Data...............................................................................22

x
BAB III. METODE PENELITIAN.......................................................................23
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................23
3.2 Alur Penelitian..............................................................................................23
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................25
3.4 Penentuan Sumber Data................................................................................25
3.5 Sumber Daya Penelitian...............................................................................26
3.6 Instrumen Penelitian.....................................................................................26
3.7 Prosedur Penelitian.......................................................................................28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................29


4.1 Hasil Penelitian.............................................................................................29
4.1.1 Proses Pembuatan Benda Uji (Mata Bor Coring)..............................30
4.1.2 Proses Pengukuran Keausan Mata Bor..............................................33
4.1.3 Pengolahan Data.............................................................35
4.2 Pembahasan..................................................................................................40

BAB V. PENUTUP...............................................................................................42
5.1 Kesimpulan...................................................................................................42
5.2 Saran 42

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44
LAMPIRAN 1.......................................................................................................46
LAMPIRAN 2.......................................................................................................49

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mesin Sumur Bor Kecil (Portabel)...................................................6


Gambar 2.2 Rig Pengeboran Minyak...................................................................6
Gambar 2.3 Engine Diesel....................................................................................8
Gambar 2.4 Pompa Irigasi (Water Pump)............................................................9
Gambar 2.5 Transmisi (Gearbox).......................................................................10
Gambar 2.6 Water Swivel...................................................................................11
Gambar 2.7 Differential (Gardan)......................................................................12
Gambar 2.8 Pipa Bor..........................................................................................13
Gambar 2.9 Crown Wheel Pinion Set.................................................................14
Gambar 2.10 Penjepit Pipa...................................................................................14
Gambar 2.11 Mata Bor Penembus.......................................................................15
Gambar 2.12 Mata Bor Coring.............................................................................16
Gambar 2.13 Rangka Mesin.................................................................................16
Gambar 2.14 Penggantung (Takel).......................................................................17
Gambar 2.15 (a) Selang Hisap, (b) Selang Pancar...............................................17
Gambar 2.16 PVC Foot Valve..............................................................................18
Gambar 2.17 Tali Baja (Wire Rope)....................................................................19
Gambar 2.18 Sling Hook......................................................................................19
Gambar 2.19 Katrol Gantung...............................................................................20
Gambar 2.20 Kunci Pipa (Pipe Wrench)..............................................................20
Gambar 2.21 Tipe-tipe Mata Widia YG6............................................................21
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian.................................................................23
Gambar 3.2 Smartphone.....................................................................................25
Gambar 3.3 Digital Tachometer HT-522...........................................................26
Gambar 3.4 Vernier Caliver...............................................................................26
Gambar 4.1 Mesin Sumur Bor...........................................................................29
Gambar 4.2 Dimensi Celah/Dudukan Pisau Bor................................................30
Gambar 4.3 Celah/Dudukan Pisau Bor..............................................................30

xii
Gambar 4.4 Dimensi Posisi Pisau Bor...............................................................31
Gambar 4.5 Penempatan Posisi Pisau Bor.........................................................31
Gambar 4.6 Pengelasan Pisau Bor......................................................................32
Gambar 4.7 Benda Uji (Mata Bor Coring).........................................................32
Gambar 4.8 Pengeboran Untuk Mencari Keausan Mata Bor.............................34
Gambar 4.9 Pengukuran Keausan Mata Bor......................................................34
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Putaran Mata Bor Terhadap Rata-rata Keausan
Mata Bor.........................................................................................41

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Proyek Akhir......................................................24


Tabel 3.2 Prosedur Penelitian..............................................................................27
Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Keausan Mata Bor............................................35
Tabel 4.2 Data Rata-rata Tinggi Mata Bor Sebelum Diuji.................................36
Tabel 4.3 Data Rata-rata Tinggi Mata Bor Sesudah Diuji..................................38
Tabel 4.4 Data Rata-rata Keausan Mata Bor.......................................................39
Tabel 4.5 Data Keausan Mata Bor......................................................................40

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1.......................................................................................................46
 Lembar Bimbingan Pembimbing I..................................................................47
 Lembar Bimbingan Pembimbing II................................................................48

LAMPIRAN 2.......................................................................................................49
 Pengukuran Putaran Mata Bor........................................................................50
 Pengaturan Feeding atau Pemakanan.............................................................51

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua
makhluk hidup memerlukan air, tanpa air tidak ada kehidupan, demikian pula
manusia tidak dapat hidup tanpa air. Oleh karena itu penyediaan air bersih
merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan
hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Maka dari itu dibutuhkan sumber air bersih untuk memenuhi
kebutuhan manusia salah satunya adalah sumber air sumur bor.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak masyarakat Indonesia beralih
menggunakan sumur bor khususnya di daerah Bali. Sumur bor adalah suatu cara
pengambilan air tanah dengan cara menancapkan pipa kedalam tanah sampai
kedalaman tertentu. Air tanah hasil pengeboran atau air sumur bor diangkat ke
permukaan menggunakan pompa air. Berdasarkan pengamatan dan wawancara
yang penulis lakukan pemilihan menggunakan air sumur bor karena ditinjau dari
segi biaya yang lebih murah dan gangguan yang terjadi lebih rendah atau lebih
sedikit dibandingkan dengan menggunakan air PDAM (Perusahaan Daerah Air
Minum).
Dalam proses pembuatan sumur bor terdapat dua cara yaitu, menggunakan
tenaga manusia (bor manual) dan menggunakan mesin untuk memutar stang atau
pipa bor. Mesin sumur bor terdiri dari beberapa komponen utama yaitu, mesin
penggerak (engine diesel), pompa air (water pump), transmisi (gearbox), water
swivel, gearbox hoist, stang bor (pipa bor), roda gigi mahkota (crown wheel
pinion), penjepit pipa (selerekan), mata bor (drill bit), dan rangka mesin sumur
bor. Berdasarkan keluhan dari beberapa pengusaha sumur bor yang memiliki
proyek pengeboran khususnya di daerah karangasem, Bali menurut hasil
pengamatan dan survei yang telah penulis lakukan, mata bor (driil bit) adalah
salah satu komponen yang sering mengalami gangguan atau masalah diantaranya

1
2

adalah mata bor rompal, mata bor aus dan mata bor patah. Maka dari itu penulis
ingin melakukan penelitian mengenai “ Analisis Pengaruh Putaran Mata Bor
Terhadap Keausan Mata Bor Pada Mesin Sumur Bor ”. Dan kemudian nantinya
bisa bermanfaat bagi pengusa-pengusaha sumur bor.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas maka diambil permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh putaran mata bor terhadap keausan mata bor pada
mesin sumur bor ?
2. Berapa putaran mata bor paling efisien untuk meminimalisir keausan mata
bor pada mesin sumur bor ?

1.3 Batasan Masalah


Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan, maka dalam penulisan
naskah proyek akhir ini perlu diadakan batasan-batasan masalah yang akan
diuraikan, antara lain :
1. Objek dari penelitian ini adalah mesin sumur bor dengan Engine Diesel
JiangDong JD ZS1115 24 HP/2200 RPM.
2. Mata bor yang digunakan adalah Mata Widia YG6 Tipe C 125.
3. Alat ukur yang digunakan adalah Digital Tachometer HT-522 dan Vernier
Caliper.
4. Putaran mata bor yang diuji adalah 150 rpm, 175 rpm, 200 rpm, 225 rpm,
dan 250 rpm. Masing-masing diuji selama 60 menit.
5. Material yang akan di bor adalah Batu.
6. Lokasi Pengeboran Sumur adalah di Desa Padangkerta, Kab. Karangasem,
Bali (daerah batuan).

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum


1. Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan D3 pada
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali.
2. Untuk mengaplikasikan teori-teori serta pemahaman yang didapat
dibangku kuliah dan mengaktualisasikan dengan kenyataan dilapangan.

1.4.2 Tujuan khusus


1. Dapat mengetahui pengaruh putaran mata bor terhadap keausan mata bor
pada mesin sumur bor.
2. Dapat menentukan putaran mata bor paling efisien untuk meminimalisir
keausan mata bor pada mesin sumur bor.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang akan diperoleh setelah dilakukan penelitian pada
mesin sumur bor adalah sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat bagi penulis


1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori
dari mata kuliah yang telah diterima ke dalam penelitian yang sebenarnya.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan (secara teoritis) dan membantu
mengatasi, memecahkan, dan mencegah masalah yang ada pada objek
yang diteliti khususnya dalam bidang analisis pengaruh putaran mata bor
terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor.
3. Sebagai salah satu bahan acuan dalam analisis lebih lanjut atau penelitian
yang sejenis.

1.5.2 Manfaat bagi institusi PNB


Menghasilkan mahasiswa yang cerdas dan terampil sesuai dengan bidang
keahliannya masing-masing agar menghasilkan lulusan yang dapat bersaing di
dunia industri.

1.5.3 Manfaat bagi masyarakat


Sebagai masukan bagi pengusaha-pengusaha sumur bor untuk meminimalisir
kerusakan yang sering terjadi pada mata bor salah satunya adalah mata bor aus
dan juga untuk mengefisiensi biaya dan waktu pengeboran, khususnya pengusaha
sumur bor yang melakukan pengeboran sumur di daerah Karangasem, Bali.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sumur Bor


Sumur bor terdiri dari dua kata, yakni sumur dan bor. Sumur sendiri berarti
sebuah lubang yang dibuat dari permukaan tanah ke dalam tanah untuk menembus
sumber air bersih, emas, minyak, air garam, ataupun gas. Bor adalah alat untuk
mengebor bagian permukaan tanah yang diindikasikan mengandung mineral yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Jadi sumur bor adalah sebuah lokasi tanah yang
dibor menembus bebatuan hingga dapat mengeluarkan mineral, dalam kasus kali
ini adalah air bersih untuk keperluan sehari-hari. Sumur bor sering juga diartikan
sebagai suatu cara pengambilan air tanah dengan cara menancapkan pipa kedalam
tanah sampai kedalaman tertentu untuk mendapatkan sumber air (Shofyan, 2019).
Kedalaman sumur bor yaitu dalamnya sumur yang dibuat oleh jasa
pengeboran yang disesuaikan dengan adanya sumber air di dalam tanah di lokasi
tersebut. Tiap lokasi atau daerah berbeda-beda sumber air tanahnya, di kedalaman
berapa kandungan air tanahnya atau akuifer berada dan kedalaman berapa air
tanah kualitas yang bagus tersebut dapat disadap atau diambil airnya. Untuk
mengetahui keberadaan sumber air tanah atau akuifer secara pasti dan akurat
diperlukan jasa survey atau cek geolistrik. Jasa survey geolistrik bertujuan untuk
menganalisis lapisan-lapisan tanah atau batuan di suatu lokasi (Rofianto, 2019).
Sumur bor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan
kedalamannya (Rofianto, 2019).
1. Sumur Bor Artesis, jenis sumur bor ini memiliki kedalaman yang cukup
dalam yaitu antara 100 - 250 meter dengan ukuran diameter lubang yang
cukup besar pula antara 5 – 8 inchi. Karena kebutuhan air yang diperlukan
dari jenis sumur ini memerlukan debit air yang cukup besar, maka kedalaman
sumur ini haruslah dalam agar penampungan air dalam sumur besar pula
sehingga menghasilkan debit air yang besar.

4
5

2. Sumur Bor Submersible, kedalaman sumur jenis ini berkisar antara 50 – 80


meter yang disesuaikan dengan bagusnya pengambilan air untuk sumur ini
diberapa meter, biasanya penyadapan air untuk sumur ini pada kedalaman 30
meter ke bawah atau ada pula yang dari 52 meter ke bawah. Debit yang
dikeluarkan oleh sumur ini cukup besar tapi masih diperuntukan untuk
keperluan rumah tangga.
3. Sumur Bor Jetpump, kedalaman sumur ini tidak terlalu dalam yaitu antara
30 – 45 meter, sesuai dengan peruntukannya untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga skala kecil.
4. Sumur Bor Semi Jetpump, kedalaman sumur ini dangkal yaitu antara 16 –
25 meter dengan debit air yang dapat dikeluarkannya kecil.

2.2 Mesin Sumur Bor


Mesin sumur bor merupakan unit peralatan pengeboran berupa mesin yang
digunakan untuk menciptakan lubang di tanah. Unit peralatan pengeboran bisa
berupa struktur atau rangkaian besar peralatan yang digunakan untuk mengebor
sumur air, sumur minyak atau ekstraksi sumur gas alam, atau unit peralatan
pengeboran tersebut juga bisa berukuran kecil dan bisa dipindahkan secara mudah
oleh satu orang. Peralatan tersebut digunakan untuk mengecek deposit mineral di
bawah permukaan tanah, uji bebatuan, tanah dan bahan material penyusun air
tanah, serta dapat digunakan untuk memasang peralatan di bawah tanah seperti
terowongan, fasilitas bawah tanah dan lain-lain (Supono, 2016).
Unit peralatan pengeboran bisa juga mobile yang terpasang pada truk,
trailer atau bisa juga dipasang secara permanen pada tanah atau rangkaian
peralatan berbasis kelautan (seperti pangkalan minyak atau yang biasa disebut
dengan pengeboran minyak lepas pantai). Istilah “unit peralatan” karena merujuk
pada rangkaian peralatan yang kompleks (banyak) yang digunakan untuk
menembus kerak bumi. Supono (2016) melaporkan bahwa Unit peralatan
pengeboran memiliki beberapa varian ukuran diantaranya adalah :
1. Kecil atau portable, seperti yang digunakan dalam pengeboran eksplorasi air
mineral, air sumur dan penelitian lingkungan.
Gambar 2.1 Mesin Sumur Bor Kecil (Portabel)
Sumber : Foto pengeboran sumur (2020)

2. Besar, mampu mengebor dengan kedalaman ribuan meter di kerak bumi.


Menggunakan pompa Lumpur besar sebagai sirkulasi untuk mengalirkan
lumpur (slurry) melalui bor, mendinginkan dan menyingkirkan atau
mengangkat potongan-potongan lapisan tanah hasil pengeboran selama proses
pengeboran berlangsung.

Gambar 2.2 Rig Pengeboran Minyak


Sumber : Muhammad Nurmuharmy
(2013)
Mesin sumur bor untuk pengeboran air sumur memiliki banyak variasi
teknologi sesuai dengan kebutuhan pengeboran. Untuk pengeboran skala rumah
tangga menggunakan mesin sumur bor kecil (portable) . Mesin sumur bor
portable ini terdiri dari beberapa komponen utama yaitu, mesin penggerak
(engine diesel), pompa air (water pump), kopling (clutch), transmisi (gearbox),
water swivel, gearbox hoist, stang bor (pipa bor), crown wheel pinion set, penjepit
pipa (selerekan), mata bor, dan rangka mesin. Cara kerja mesin sumur bor adalah
dengan cara memutar pipa yang diujungnya dipasang mata bor lalu disembur
menggunakan air sebagai media sirkulasi agar kotoran yang dihasilkan dari proses
pengeboran bisa keluar (terangkat keatas). Untuk proses pengeboran sumur air,
kedalamannya bervariasi yaitu berkisar antara 16 – 250 meter dan juga sangat
tergantung dari lokasi tempat pengeboran (Supono, 2016).

2.3 Komponen-komponen Mesin Sumur Bor


Mesin sumur bor terdiri dari beberapa komponen yang dibagi menjadi dua
yaitu, komponen utama dan komponen bantu.

2.3.1 Komponen utama


1. Mesin Penggerak (Engine Diesel)
Motor bakar diesel biasa disebut dengan mesin (pemicu kompresi) adalah
motor bakar pembakaran dalam yang menggunakan panas kompresi untuk
menciptakan penyalaan dan membakar bahan bakar yang telah diinjeksikan ke
dalam ruang bakar. Mesin ini tidak menggunakan busi seperti pada mesin bensin
atau mesin gas. Mesin ini ditemukan pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel, yang
menerima paten pada 23 februari 1893. Diesel menginginkan sebuah mesin untuk
dapat digunakan dengan berbagai macam bahan bakar termasuk debu batu bara.
Dia mempertunjukannya pada Exposition Univrselle ( Pameran Dunia) tahun 1900
dengan menggunakan minyak kacang. Mesin ini kemudian diperbaiki dan
disempurnakan oleh Charles F. Kettering (Andrewfendrich, 2019).
Mesin diesel memiliki efisiensi termal terbaik dibandingkan dengan mesin
pembakaran dalam maupun pembakaran luar lainnya, karena memiliki rasio
kompresi yang sangat tinggi. Mesin diesel kecepatan rendah (seperti pada mesin
kapal) dapat memiliki efisiensi termal lebih dari 50% (Andrewfendrich, 2019).
Mesin diesel dikembangkan dalam versi dua-tak dan empat-tak. Mesin ini
awalnya digunakan sebagai pengganti mesin uap. Sejak tahun 1910-an, mesin
diesel mulai digunakan untuk mobil. Sejak saat itu, penggunaan mesin diesel terus
meningkat dan menurut British Society of Motor Manufacturing and Traders,
50% dari mobil baru yang terjual di Uni Eropa adalah mobil bermesin diesel,
bahkan di Prancis mencapai 70% (Andrewfendrich, 2019).
Mesin penggerak diesel atau motor bakar diesel yang digunakan sebagai
penggerak pada mesin sumur bor adalah mesin diesel dengan pembakaran dalam
(internal combustion internal). Mesin diesel berfungsi untuk menghasilkan tenaga
putar dari proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar di dalam mesin
yang nantinya digunakan untuk memutar mata bor pada proses pengeboran sumur.

Gambar 2.3 Engine Diesel


Sumber : Yanmar (2018)
2. Pompa Irigasi (Water Pump)
Pompa adalah suatu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat alir
(fluida) termasuk air melalui pipa dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara
memberikan energi mekanik pada pompa yang kemudian diubah menjadi energi
gerak. Spesifikasi pompa menyatakan dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan
per satu-satuan waktu dan tinggi energi angkat. Dalam fungsinya tersebut pompa
mengubah energi gerak poros untuk menggerakkan sudu-sudu menjadi energi
gerak dan tekanan pada fluida (Taufiqullah, 2019).
Pada umumnya pompa digunakan untuk menaikan air dari sebuah sumber air
seperti sungai, waduk, kolam, sumur ke lahan pertanian dimana aktivitas
budidaya tanaman di lakukan. Untuk dapat mensuplai air, maka dalam
pelaksanaan irigasi, penggunaan pompa dapat dilakukan secara tunggal, seri, dan
peralel yang kesemuannya tergantung pada kebutuhan serta peralatan yang ada.
Untuk merencanakan pemasangan pompa, harus diketahui terlebih dahulu
karakteristik pompa yang akan digunakan untuk mendapatkan hasil yang
optimum. Pada proses pengeboran sumur, pompa irigasi digunakan sebagai
media untuk sirkulasi air yang bertujuan untuk mengeluarkan kotoran-kotoran
proses pengeboran (Taufiqullah, 2019).

Gambar 2.4 Pompa Air (Water Pump)


Sumber :Taufiqullah (2019)
3. Transmisi (Gear Box)
Sistem transmisi dalam otomotif adalah sistem yang berfungsi untuk konversi
torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang
berbeda-beda untuk diteruskan ke penggerak akhir. Konversi ini mengubah
kecepatan putar yang tinggi menjadi lebih rendah tetapi lebih bertenaga, atau
sebaliknya (Laninbot, 2019).
Torsi tertinggi suatu mesin umumnya terjadi pada sekitar pertengahan dari
batas putaran mesin yang diizinkan, sedangkan kendaraan memerlukan torsi
tertinggi pada saat mulai bergerak. Selain itu, kendaraan yang berjalan pada jalan
yang mendaki memerlukan torsi yang lebih tinggi dibandingkan mobil yang
berjalan pada jalan yang mendatar. Kendaraan yang berjalan dengan kecepatan
rendah memerlukan torsi yang lebih tinggi dibandingkan kecepatan tinggi.
Dengan kondisi operasi yang berbeda-beda tersebut maka diperlukan sistem
transmisi agar kebutuhan tenaga dapat dipenuhi oleh mesin (Laninbot, 2019).
Karena itu transmisi digunakan pada mesin sumur bor untuk merubah momen
yang dihasilkan mesin dan untuk merubah putaran mesin yang awalnya putaran
kanan menjadi putaran kiri.

Gambar 2.5 Transmisi (Gearbox)


Sumber : Firhansyah (2018)
4. Water Swivel
Dalam Pengeboran sumur water swivel sering juga disebut dengan water
mur. Water swivel adalah komponen yang terdapat pada mesin sumur bor yang
berfungsi sebagai penghubung/perantara media untuk sirkulasi air pada saat
proses pengeboran. Water swivel dihubungkan ke pipa bor dengan menggunakan
sock drat yang dikencangkan menggunakan kunci pipa.

Gambar 2.6 Water Swivel


Sumber : Unan Jaya (2020)

5. Differential (Gearbox Hoist)


Differensial ini terdiri atas sususnan roda roda gigi yang berbentuk kerucut
(bevel drive pinion). Roda - roda gigi khusus yang berbentuk roda gigi kerucut ini
disebut juga cardan atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan gardan. Pada
umumnnya konstruksi dasar dari diferensial adalah dua roda yang masisng -
masing ujung poros dipasang dengan sebuah roda gigi kerucut. Kedua roda gigi
kerucut ini disebut roda gigi samping (side gear), yang selanjutnya dihubungkan
dengan dua roda gigi kerucut lain yang berukuran lebih kecil yang disebut roda
gigi diferensial atau differential pinion sehingga keempat roda gigi tersebut saling
berkaitan (Anonim, 2019).
Apabila kedua poros tersebut diputar dengan kecepatan putaran yang sama,
maka roda - roda gigi diferensial akan ikut terbawa bergerak bersama roda - roda
gigi samping, tetapi tak akan berputar pada porosnya. Akan tetapi kalau salah
satu dari kedua poros tersebut diputar dengan kecepaptan putaran yang berbeda,
yaitu sedikit lambat atau bahkan diam sama sekali, maka akan mengakibatkan
roda gigi tersebut tidak sekadar akan bergerak mengelilingi poros roda melainkan
juga akan berputar terhadap sumbunya. Roda - roda gigi diferensial ditempatkan
didalam sebuah kotak kecil yang berhubungan dengan sebuah roda gigi kerucut
besar yang dapat diputar bebas pada salah satu porors roda (umumnya sebelah
kiri) yang disebut roda gigi mahkota (crown wheel) atau disebut juga roda gigi
cincin. Roda gigi mahkota ini kemudian dihubungkan dengan roda
gigi pinion yang dipasang pada roda gigi poros gardan (Anonim, 2019).
Dengan demikian poros roda gigi gardan dapat memutar roda roda belakang
menurut putaran yang dapat disesuaikan dengan kondisi jalanan. Jadi apabila
mobil berjalan lurus, roda roda gigi diferensial tidak akan berputar pada
porosnya, sehingga roda belakang mobil yang terletak disebelah luar dapat
berputar lebih cepat (Anonim, 2019).
Dalam mesin sumur bor gardan digunakan untuk meneruskan putaran dari
mesin dan transmisi ke tempat lilitan tali baja (drum hoist) dan juga merubah arah
putaran sebesar 90 ̊ sebagai tempat dudukan roda kemudi yang
nantinya digunakan untuk memutar dan menahan gerakan drum hoist secara
manual.

Gambar 2.7 Differential (Gardan)


Sumber : Ombro (2017)
6. Pipa Bor (Drill Pipe)
Pipa bor atau drill pipe adalah pipa khusus dengan panjang tertentu yang
kedua ujungnya berulir untuk menjangkau kedalaman yang diinginkan. Pipa bor
berfungsi sebagai penerus energi putar dan tekan. Pipa bor khusus untuk
pengeboran sumur air biasanya berdiameter 2 inchi dengan panjang kurang lebih
3 meter.

Gambar 2.8 Pipa Bor


Sumber : Foto dokumentasi (2020)

7. Crown Wheel Pinion Set


Crown wheel yang sering disebut sebagai gigi mahkota atau roda mahkota
adalah salah satu bagian dari gardan pada kendaraan. Crown wheel digunakan
pada mesin sumur bor untuk mentransmisikan gaya dari mesin sehingga bisa
dihantarkan ke pipa bor melalui selerekan. Crown wheel biasanya dipasangkan
dengan pinion gear (gigi pinion) untuk merubah arah putaran sebesar 90 ̊
(Ardiansyah, 2017).
Gambar 2.9 Crown Wheel Pinion Set
Sumber : Fajar Ardiansyah (2017)

8. Penjepit pipa (selerekan)


Penjepit pipa atau selerekan adalah komponen yang terdapat pada mesin
sumur bor yang dibuat dari baja yang diberi kupingan plat dan berbentuk seperti
slongsong. Penjepit pipa berfungsi untuk meneruskan putaran dari crown wheel
ke pipa bor. Cara pemasangannya yaitu dengan cara di jepit dipipa bor.

Gambar 2.10 Penjepit Pipa


Sumber : Foto dokumentasi (2020)
9. Mata Bor (Drill Bit)
Drill bit atau mata bor sumur yaitu komponen yang terdapat pada mesin
sumur bor yang berbentuk silinder dan pipih yang diujungnya diberi pisau. Mata
bor sumur adalah peralatan yang berfungsi untuk membuat lubang pada lapisan
tanah untuk mencari sumber air.
Berdasarkan kerasnya lapisan tanah yang di bor, ada dua jenis mata bor yang
biasa digunakan dalam proses pengeboran sumur yaitu :
a. Mata Bor Penembus, mata bor jenis ini biasanya digunakan untuk
menembus lapisan tanah yang tidak terlalu keras seperti tanah, pasir, kapur,
dan lain-lain. Ukuran mata bor jenis ini yaitu 3 inchi dan 4 inchi.

Gambar 2.11 Mata Bor Penembus


Sumber : Foto dokumentasi (2020)

b. Mata bor Coring (Gop), mata bor jenis ini biasanya digunakan untuk
menembus lapisan tanah yang sangat keras seperti batu, koral, dan lain-lain.
Batu dan koral yang masuk kedalam mata bor kemudian diangkat ke
permukaan (dikeluarkan). Ukuran mata bor jenis ini yaitu 3 inchi, 4 inchi,
dan 6 inchi.
Gambar 2.12 Mata Bor Coring
Sumber : Foto dokumentasi (2020)

10. Rangka Mesin


Rangka mesin merupakan dudukan atau konstruksi dari semua komponen
mesin sumur bor. Rangka mesin sumur bor yang digunakan memiliki ketinggian
3.5 meter.

Gambar 2.13 Rangka Mesin Sumur Bor


Sumber : Autodesk Inventor (2017)
2.3.2 Komponen bantu

1. Penggantung (Takel)
Penggantung atau takel adalah pesawat angkat yang digunakan untuk
mengangkat suatu barang atau benda dalam arah tegak/vertikal. Takel pada mesin
sumur bor digunakan sebagai penggantung pipa bor dan juga sebagai pengait
untuk mengangkat atau menurunkan pipa bor.

Gambar 2.14 Penggantung (Takel)


Sumber : Foto dokumentasi (2020)

2. Selang Sirkulasi
Selang sirkulasi adalah komponen pada mesin sumur bor yang digunakan
untuk mensirkulasikan air pada saat proses pengeboran. Ada dua selang sirkulasi
yang digunkan yaitu Selang untuk saluran hisap dan selang untuk saluran pancar.

(a) (b)
Gambar 2.15 (a) Selang Hisap, (b) Selang Pancar
Sumber : Putra Pasifik (2015)
3. PVC Foot Valve
Foot valve atau biasa disebut dengan klep adalah komponen pada mesin
sumur bor yang berfungsi sebagai penahan aliran air yang telah berada pada
ruang impeller dan selang hisap agar tidak kembali turun kebawah. Jika ruang
impeller kosong maka memerlukan pengisisan secara manual (dipancing) agar
lebih cepat mencapai titik vakum pada ruang selang hisapnya.

Gambar 2.16 PVC Foot Valve


Sumber : Zhejiang Xier (2015)

4. Tali Baja (Wire Rope)


Tali Baja atau wire rope adalah sebuah alat bantu angkat dan tarik yang
terbuat dari kawat-kawat baja (wire) yang dirangkai dengan cara dipilin menjadi
satu rangkaian yang disebut dengan strand, dan kemudian kumpulan dari
beberapa strand tersebut dipilin pada Core sehingga menjadi rangkaian tali baja.
Fungsi tali baja sendiri beraneka ragam, tergantung dari aplikasinya dan fungsi
tali baja sendiri banyak digunakan pada berbagai macam aplikasi alat berat,
sehingga tali baja sangat berguna di bidang tersebut. Dalam proses pengeboran
sumur, tali baja berfungsi sebagai alat bantu angkat dan tarik yang digunakan
untuk mengangkat dan menurunkan pipa bor (Asmarines, 2018).
Gambar 2.17 Tali Baja (Sling)
Sumber : Asmarines (2019)

5. Sling Hook
Sling hook adalah pengait yang digunakan pada wire rope atau chain sling.
Pada mesin sumur bor sling hook digunakan untuk mengaitkan water swivel
ataupun takel untuk proses pengangkatan dan penurunan pipa bor.

Gambar 2.18 Sling Hook


Sumber : Yudha (2012)
6. Katrol Gantung
Katrol adalah pesawat sederhana yang berbentuk roda atau cakram pejal
yang bergerak berputar pada porosnya, dan digunakan sebagai jalur dari pada tali
baja atau wire rope untuk proses pengangkatan atau penurunan. Dalam proses
pengeboran katrol digunakan sebagai jalur tali baja untuk mengangkat atau
menurunkan pipa bor (Novita Sari, 2019).

Gambar 2.19 Katrol Gantung


Sumber : Alibaba (2019)

7. Kunci Pipa (Pipe Wrench)


Kunci pipa adalah alat bantu untuk melepas dan memasang pipa dari
sambungan ulirnya.

Gambar 2.20 Kunci Pipa (Pipe Wrench)


Sumber : Rohidin Ws.Thea (2018)
2.4 Mata Widia (Cemented Carbide)
Mata widia adalah jenis mata atau alat potong yang digunakan dalam
permesinan yaitu bidang bubut. Selain digunakan sebagai alat potong atau pahat
pada proses pembubutan, mata widia (cemented carbide) juga sering digunakan
sebagai bahan pembuatan mata bor pada mesin sumur bor. Pahat widia dilas
kuningan pada pipa bor atau pada bahan yang lain untuk keperluan pembuatan
sumur bor.
Mata widia yang biasa digunakan dalam proses pengeboran sumur air
adalah Mata widia YG6 Tipe C 109. Bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.21 Tipe-tipe Mata Widia YG6


Sumber : Immanuel (2019)
2.5 Rumus Pengolahan Data
Rumus yang akan digunakan pada saat proses pengolahan data penelitian
pengaruh putaran mata bor terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor
adalah rumus rata-rata (mean). Perhitungan rata-rata dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh nilai data suatu kelompok sampel, kemudian dibagi
dengan jumlah sampel tersebut. Jadi jika suatu kelompok sampel acak dengan
jumlah sampel n, maka bisa dihitung rata-rata dari sampel tersebet dengan rumus
sebagai berikut.

Jika dinotasikan dengan notasi sigma, maka rumus diatas menjadi sebagai berikut.

……………………………………………………..………………...(2.1)

Keteranan :

= Rata-rata keausan mata bor (mm)


∑ = Sigma
n = Jumlah pisau bor (buah)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Adapun jenis penelitian yang penulis kembangkan dalam proyek akhir ini
adalah analisis kasus yakni pengaruh putaran mata bor terhadap keausan mata bor
pada mesin sumur bor. Dimana, pada analisis kasus ini putaran mata bor akan
divariasikan menjadi 150 rpm, 175 rpm, 200 rpm, 225 rpm, 250 rpm dan masing-
masing diuji selama 60 menit dengan tujuan untuk meminimalisir keausan yang
terjadi pada mata bor. Keausan yang dimaksud adalah penguraian ketebalan
permukaan mata bor akibat gesekan yang terjadi antara mata bor dengan material
yang dibor yaitu batu. Mata bor yang digunakan dalam penelitian ini adalah mata
bor jenis coring.

3.2 Alur Penelitian


Adapun tahapan-tahapan penelitian kasus dan pengujian dari awal sampai
akhir pada proyek akhir ini yaitu di mulai dari (1) pengamatan lapangan atau
survey lapangan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada proses
pengeboran sumur dilapangan. (2) setelah diketahui permasalahan yang terjadi di
lapangan kemudian dilanjutkan dengan (3) tahap persiapan alat dan bahan untuk
pengujian. (4) melakukan proses pengujian dengan memvariasikan putaran mata
bor dan masing-masing putaran mata bor diuji selama 60 menit. (5) melakukan
pengukuran mata bor (sesudah dan sebelum pengujian dilakukan), (6) merekam
dan mencatat data hasil pengujian kerusakan mata bor. (7) menganalis data hasil
pengujian kerusakan mata bor. (8) Menyimpulkan analisis data yang di dapat dari
hasil pengujian. (9) tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian analisis
pengaruh putaran mata bor terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor yaitu
penyusunan naskah proyek akhir dengan menggunakan data-data hasil pengujian
mesin sumur bor. (10) penelitian selesai. Tahapan- tahapan penelitian di atas jika
digambarakan dengan diagaram alir yaitu menjadi sebagai berikut.

23
24

Mulai

Pengamatan di lapangan

Permasalahan yang terjadi di lapanagan

Persiapan alat dan bahan pengujian keausan mata bor

Variasi putaran mata bor


pada mesin sumur bor dan masing-
masing diuji selama 60 menit

Pengujian / pengukuran keausan mata


bor pada mesin sumur bor
(sebelum dan sesudah diuji)

Hasil data pengujian keausan mata bor

Analisis data pengujian keausan mata bor

Kesimpulan

Penyusunan laporan proyek akhir

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian


3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi dan waktu penelitian pada proyek akhir ini adalah sebagai
berikut :
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang akan digunakan untuk pengerjaan proyek akhir dengan judul
analisis pengaruh putaran mata bor terhadap keausan mata bor pada mesin sumur
bor bertempat di Desa Padangkerta, Kab. Karangasem, Bali.

2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam proses pembuatan proyek akhir ini meliputi
persiapan, pelaksanaan penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian,
hingga penyusunan laporan proyek akhir serta berakhir pada ujian proyek akhir.
Waktu penelitian dan pengujian dimulai pada bulan januari 2020 sampai bulan
agustus 2020 yang dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Proyek Akhir

Tahun 2020
No Uraian Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pengajuan judul dan penyusunan proposal
Pengajuan proposal
Seminar proposal
Persiapan alat dan bahan
Pengujian / pengukuran kerusakan mata bor pada proses pengeboran
Analisis dan pembahasan
Penyusunan laporan proyek akhir
Ujian proyek akhir

3.4 Penentuan Sumber Data


Sumber data dari proyek akhir yang berjudul analisis pengaruh putaran mata
bor terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor merupakan data-data yang
diperlukan dan diambil setelah diukur menggunakan metode percobaan, dengan
melakukan pengujian langsung pada mesin sumur bor. Adapun data-data yang
diambil pada saat pengujian menggunakan 2 metode yaitu sebagai berikut.
1. Observasi
Metode ini dilakukan dengan mengamati dan mengukur secara langsung di
lokasi pengeboran sumur mengenai objek yang akan diteliti yaitu keausan mata
bor yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran serta data secara akurat.
2. Wawancara
Metode ini dilakukan dalam bentuk tanya jawab dengan narasumber, baik
pembimbing kerja praktek maupun staf lapangan yang kompeten dalam bidang
tersebut.

3.5 Sumber Daya Penelitian


Sumber daya penelitian yaitu mesin sumur bor yang digunakan berasal dari
pihak perusahaan sumur bor Prema Teknik Pompa (Perusahaan Pribadi). Mesin
tersebut digunakan untuk mendapatkan data terkait tujuan penelitian yang menjadi
fokus dari penelitian proyek akhir yang berjudul analisis pengaruh putaran mata
bor terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor. Alat ukur yang
berhubungan dengan putaran mata bor, alat ukur panjang, perekam atau pencatat,
dan peralatan tulis lain disediakan dari pribadi penulis.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian proyek akhir ini
adalah adalah sebagai berikut :
1. Smartphone, digunakan sebagai alat dokumentasi dan penelitian proyek akhir.

Gambar 3.2 Smartphone


Sumber : Xiaomiphone (2018)
2. Digital Tachometer HT-522, alat ini digunakan untuk mengetahui atau
mengukur putaran mata bor yang akan diteliti.

Gambar 3.3 Digital Tachometer HT-522


Sumber : Alibaba (2019)

3. Vernier Caliper, alat ini digunakan untuk mengukur keausan dari mata bor
yang akan diteliti.

Gambar 3.4 Vernier Caliver


Sumber : Libaini (2017)

4. Stopwatch, alat ini digunakan untuk menghitung lama waktu pengujian /


penelitian keausan mata bor.

Gambar 3.4 Stopwatch


Sumber : Amazon (2019)
3.7 Prosedur Penelitian
Penelitian proyek akhir yang berjudul analisis pengaruh putaran mata bor
terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor, menggunakan beberapa
tahapan yaitu, (1) tahap persiapan, (2) tahap penelitian / pengukuran, (3) tahap
analisis data, dan (4) tahap penyelesaian.
1. Tahap persiapan, yaitu memastikan kesiapan tempat penelitian / pengujian,
menyiapkan peralatan penelitian dan bahan penelitian.
2. Tahap penelitian / pengukuran, yaitu melaksanakan pengujian mesin sumur
bor dengan cara memvariasikan putaran mata bor dan masing-masing diuji
selama 60 menit, melakukan pengukuran keausan mata bor (sebelum dan
sesudah pengujian), dan melakukan pencatatan, pengambilan gambar, serta
melakukan perekaman data penelitian.
3. Tahap analisis data, yaitu melakukan analisis dari data yang diperoleh pada
saat pengujian dengan berkonsultasi dengan dosen pembimbing proyek akhir.
4. Tahap penyelesaian, adalah tahap akhir dari penelitian yaitu dengan
melaksanakan penyusunan laporan proyek akhir.

Tabel 3.2 Prosedur Pengujian

Putaran Waktu Rata-rata Rata-rata Rata-rata


Tinggi Mata Bor Tinggi Mata Bor Keausan
Mata Bor Pengujian
Sebelum Diuji Sesudah Diuji Mata Bor
(Rpm) (menit) (mm) (mm) (mm)
150 60
175 60
200 60
225 60
250 60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Berikut yaitu mesin sumur bor beserta bagian-bagiannya yang digunakan
dalam pencarian data penelitian pengaruh putaran mata bor terhadap keausan mata
bor pada mesin sumur bor.

Gambar 4.1 Mesin Sumur Bor


Sumber : Foto Dokumentasi 2020

29
30

Sebelum pencarian data atau penelitian perlu dibuat benda uji berupa mata bor
coring yang akan digunakan dalam penelitian. Mata bor coring dibuat sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya.

4.1.1 Proses Pembuatan Benda Uji (Mata Bor Coring)


1. Proses Pembuatan Celah Pisau Bor.
Cara pembuatan celah pisau bor adalah dengan cara di potong menggunakan
gerinda potong. Celah pisau bor dibuat sebanyak 8 buah untuk dudukan daripada
pisau bor (Mata Widia). Ukuran celah pisau bor masing-masing 10 mm × 8 mm
yaitu kedalaman 10 mm dan lebar 8 mm.

Gambar 4.2 Dimensi Celah/Dudukan Pisau Bor


Sumber : Autodesk Inventor (2019)

Gambar 4.3 Celah / Dudukan Pisau Bor


Sumber : Foto Dokumentasi 2020
2. Proses Pengelasan Pisau Bor.
Pengelasan pisau bor menggunakan las gas dengan bahan tambah yaitu
kuningan (Las Kuningan). Sebelum melakukan proses pengelasan, pertama yang
harus dilakukan adalah menempatkan posisi pisau bor pada celah pisau bor yang
dibuat sebelumnya yaitu dengan dengan ukuran pisau bor yang menonjol ke atas
adalah 18 mm. Setelah semua pisau bor terpasang dilanjutkan dengan proses
pengelasan

Gambar 4.4 Dimensi Posisi Pisau Bor


Sumber : Autodesk Inventor (2019)

Gambar 4.5 Penempatan Posisi Pisau Bor


Sumber : Foto Dokumentasi 2020
Gambar 4.6 Pengelasan Pisau Bor
Sumber : Foto Dokumentasi 2020

3. Benda Uji (Mata Bor Coring)


Berikut merupakan bentuk benda uji yaitu mata bor coring setelah dilakukan
pengelasan menggunakan las kuningan. Jumlah pisau bor yaitu 8 buah, dengan
panjang awal pisau bor yang menonjol ke atas adalah 18 mm.

Gambar 4.7 Benda Uji (Mata Bor Coring)


Sumber : Foto Dokumentasi 2020
4.1.2 Proses Pengukuran Keausan Mata Bor
Sebelum melakukan pengujian untuk mencari keausan mata bor, parameter
yang akan digunakan harus ditetapkan dan disesuaikan dengan spesifikasi mesin
sumur bor yang akan digunakan untuk melakukan pengujian.
1. Mesin Diesel (Engine Diesel)
Mesin Diesel yang akan digunakan dalam penelitian pengaruh putaran mata bor
terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor adalah mesin diesel JiangDong
JD ZS1115 24 HP/2200 RPM.
2. Putaran Mata Bor
Putaran mata bor yang akan diuji dalam penelitian pengaruh putaran mata bor
terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor ini adalah 150 Rpm, 175 Rpm,
200 Rpm, 225 Rpm, dan 250 Rpm. Cara mencari putaran mata bor agar sesuai
dengan putaran yang telah ditentukan sebelumnya yaitu dengan cara mengecilkan
atau membesarkan bukaan katup gas pada mesin diesel lalu diukur pada pipa yang
berputar menggunakan Tachometer untuk mendapatkan putaran yang akan
digunakan dalam pengujian.
3. Pemakanan (Feeding)
Pemakanan atau feeding pada proses pengujian keasusan mata bor pada mesin
sumur bor yaitu dilakukan dengan cara ditekan menggunakan tali yang ditarik
menggunakan sling baja yang digulung menggunakan penggulung (drum) yang
dikaitkan dengan roda kemudi kemudian diputar sebanyak 10 putaran lalu
dikunci.
4. Material Yang Dibor
Material yang akan dibor pada proses pengujian keasusan mata bor pada mesin
sumur bor adalah batu.

Setelah parameter yang digunakan ditetapkan, maka proses pengujian terhadap


keausan mata bor dapat dilakukan.

1. Pengeboran Untuk Mencari Keausan Mata Bor.


Proses pengeboran untuk mencari keausan mata bor dilakukan selama 60 menit
pada masing-masing putaran mata bor yang diuji yaitu 150 Rpm, 175 Rpm, 200
Rpm, 225 Rpm, dan 250 Rpm. Material yang di bor adalah batu yang berada di
kedalaman 8 meter.

Gambar 4.8 Pengeboran Untuk Mencari Keausan Mata Bor.


Sumber : Foto Dokumentasi 2020

2. Pengukuran Keausan Mata Bor


Keausan mata bor diukur menggunakan jangka sorong (vernier caliper) dengan
ketelitian 0.05 mm. Pada mata bor coring terdapat 8 buah pisau bor yang diukur
lalu kemudian dirata-rata dan angka yang didapat dimasukkan ke dalam tabel. Jika
dilakukan lima kali pengujian sesuai dengan putaran mata bor yang telah
ditentukan maka data yang akan didapatkan adalah sebanyak 40 buah.

Gambar 4.9 Pengukuran Keausan Mata Bor


Sumber : Foto Dokumentasi 2020
Berikut adalah data keausan mata bor yang didapatkan dengan cara
mengukur keausan mata bor pada proses pengeboran dengan menggunakan jangka
sorong.

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Keausan Mata Bor

Putaran Tinggi Mata Bor Tinggi Mata Bor Keausan


Mata Bor Sebelum Diuji Sesudah Diuji Mata Bor
(Rpm) (mm) (mm) (mm)
a) 18.00 e) 18.00 a) 14.75 e) 15.10 a) 3.25 e) 2.90
150 b) 18.00 f) 18.00 b) 14.90 f) 14.80 b) 3.10 f) 3.20
c) 18.00 g) 18.00 c) 15.05 g) 14.90 c) 2.95 g) 3.10
d) 18.00 h) 18.00 d) 14.85 h) 14.95 d) 3.15 h) 3.05
a) 14.75 e) 15.10 a) 14.60 e) 14.90 a) 0.15 e) 0.20
175 b) 14.90 f) 14.80 b) 14.40 f) 14.45 b) 0.50 f) 0.35
c) 15.05 g) 14.90 c) 14.80 g) 14.35 c) 0.25 g) 0.55
d) 14.85 h) 14.95 d) 14.20 h) 14.85 d) 0.65 h) 0.10
a) 14.60 e) 14.90 a) 12.80 e) 13.40 a) 1.80 e) 1.50
200 b) 14.40 f) 14.45 b) 12.85 f) 13.25 b) 1.55 f) 1.20
c) 14.80 g) 14.35 c) 13.70 g) 13.20 c) 1.10 g) 1.15
d) 14.20 h) 14.85 d) 12.85 h) 13.35 d) 1.35 h) 1.50
a) 12.80 e) 13.40 a) 10.70 e) 11.15 a) 2.10 e) 2.25
225 b) 12.85 f) 13.25 b) 10.71 f) 10.85 b) 2.45 f) 2.40
c) 13.70 g) 13.20 c) 11.40 g) 11.05 c) 2.30 g) 2.15
d) 12.85 h) 13.35 d) 10.50 h) 10.90 d) 2.35 h) 2.45
a) 10.70 e) 11.15 a) 7.75 e) 8.05 a) 2.95 e) 3.10
250 b) 10.71 f) 10.85 b) 7.90 f) 8.20 b) 2.50 f) 2.65
c) 11.40 g) 11.05 c) 8.55 g) 8.30 c) 2.85 g) 2.75
d) 10.50 h) 10.90 d) 7.70 h) 8.35 d) 2.80 h) 2.55
Sumber : Hasil Pengujian Keausan Mata Bor (2020)

4.1.3 Pengolahan Data


1. Rata-rata Tinggi Mata Bor Sebelum Diuji
Untuk mendapatkan rata-rata tinggi mata bor sebelum diuji dapat digunakan
persamaan sebagai berikut :
𝑛
∑𝑖= 1 ………………………………………………………..………………...(2.1)
𝑥𝑖
𝑥 = n

Keterangan :
𝑥 = Rata-rata tinggi mata bor sebelum diuji (mm)
∑ = Sigma
n = Jumlah Pisau Bor (buah)

Contoh perhitungan digunakan data tinggi mata bor sebelum diuji pada tabel
4.1 putaran mata bor 200 Rpm.
𝑛
Maka : 𝑥 = ∑
𝑖=1
𝑥𝑖 = 𝑋1+𝑋2+𝑋3+𝑋4+𝑋5+𝑋6+𝑋7+𝑋8
n
n

14.60 + 14.40 + 14.80 +14.20 + 14.90 + 14.45 + 14.35 + 14.85


= 8

116.55
= 8

= 14.56 mm

Berikut adalah data yang diperoleh untuk rata-rata tinggi mata bor sebelum
diuji setelah dilakukan pengolahan data.

Tabel 4.2 Data Rata-rata Tinggi Mata Bor Sebelum Diuji

Putaran Tinggi Mata Bor Rata-rata


Mata Bor Sebelum Diuji (mm)
(Rpm) (mm)
a) 18.00 e) 18.00
150 b) 18.00 f) 18.00
18.00
c) 18.00 g) 18.00
d) 18.00 h) 18.00
a) 14.75 e) 15.10
175 b) 14.90 f) 14.80
14.91
c) 15.05 g) 14.90
d) 14.85 h) 14.95
a) 14.60 e) 14.90
200 b) 14.40 f) 14.45
14.56
c) 14.80 g) 14.35
d) 14.20 h) 14.85
a) 12.80 e) 13.40
225 b) 12.85 f) 13.25 13.30
c) 13.70 g) 13.20
Sambungan Tabel 4.2 Data Rata-rata Tinggi Mata Bor Sebelum Diuji

d) 12.85 h) 13.35
a) 10.70 e) 11.15
250 b) 10.71 f) 10.85
10.86
c) 11.40 g) 11.05
d) 10.50 h) 10.90
Sumber : Hasil Pengujian Keausan Mata Bor (2020)

2. Rata-rata Tinggi Mata Bor Sesudah Diuji


Untuk mendapatkan rata-rata tinggi mata bor sesudah diuji dapat digunakan
persamaan sebagai berikut :
𝑛
𝑥 = ∑𝑖=1 𝑥𝑖
………………………………………………………..………………...(2.1)
n

Keterangan :

𝑥 = Rata-rata tinggi mata bor sesudah diuji (mm)


∑ = Sigma
n = Jumlah Pisau Bor (buah)

Contoh perhitungan digunakan data tinggi mata bor sesudah diuji pada tabel 4.1
putaran mata bor 200 Rpm.
𝑛
Maka : 𝑥 = ∑
𝑖=1
𝑥𝑖 = 𝑋1+𝑋2+𝑋3+𝑋4+𝑋5+𝑋6+𝑋7+𝑋8
n n

12.80 + 12.85 + 13.70 +12.85 + 13.40 + 13.25 + 13.20 + 13.35


= 8

105.40
= 8

= 13.17 mm

Berikut adalah data yang diperoleh untuk rata-rata tinggi mata bor sesudah diuji
setelah dilakukan pengolahan data.
Tabel 4.3 Data Rata-rata Tinggi Mata Bor Sesudah Diuji

Putaran Tinggi Mata Bor Rata-rata


Mata Bor Sesudah Diuji (mm)
(Rpm) (mm)
a) 14.75 e) 15.10
150 b) 14.90 f) 14.80
14.91
c) 15.05 g) 14.90
d) 14.85 h) 14.95
a) 14.60 e) 14.90
175 b) 14.40 f) 14.45
14.56
c) 14.80 g) 14.35
d) 14.20 h) 14.85
a) 12.80 e) 13.40
200 b) 12.85 f) 13.25
13.17
c) 13.70 g) 13.20
d) 12.85 h) 13.35
a) 10.70 e) 11.15
225 b) 10.71 f) 10.85
10.86
c) 11.40 g) 11.05
d) 10.50 h) 10.90
a) 7.75 e) 8.05
250 b) 7.90 f) 8.20
8.10
c) 8.55 g) 8.30
d) 7.70 h) 8.35
Sumber : Hasil Pengujian Keausan Mata Bor (2020)

3. Rata-rata Keausan Mata Bor


Untuk mendapatkan rata-rata keausan mata bor dapat digunakan persamaan
sebagai berikut :
𝑛
∑𝑖= 1 ………………………………………………………..………………...(2.1)
𝑥𝑖
𝑥 = n

Keterangan :

𝑥 = Rata-rata keausan mata bor (mm)


∑ = Sigma
n = Jumlah pisau bor (buah)
Contoh perhitungan digunakan data keausan mata bor pada tabel 4.1 putaran
mata bor 200 Rpm.
𝑛
Maka : 𝑥 = ∑
𝑖=1
𝑥𝑖 = 𝑋1+𝑋2+𝑋3+𝑋4+𝑋5+𝑋6+𝑋7+𝑋8
n n

1.80 + 1.55 + 1.10 +1.35 + 1.50 + 1.20 + 1.15 + 1.50


= 8

11.15
= 8

= 1.39 mm

Berikut adalah data yang diperoleh untuk rata-rata keausan mata bor setelah
dilakukan pengolahan data.

Tabel 4.4 Data Rata-rata Keausan Mata Bor

Putaran Keausan Rata-rata


Mata Bor Mata Bor (mm)
(Rpm) (mm)
a) 3.25 e) 2.90
150 b) 3.10 f) 3.20
3.08
c) 2.95 g) 3.10
d) 3.15 h) 3.05
a) 0.15 e) 0.20
175 b) 0.50 f) 0.35
0.34
c) 0.25 g) 0.55
d) 0.65 h) 0.10
a) 1.80 e) 1.50
200 b) 1.55 f) 1.20
1.39
c) 1.10 g) 1.15
d) 1.35 h) 1.50
a) 2.10 e) 2.25
225 b) 2.45 f) 2.40
2.30
c) 2.30 g) 2.15
d) 2.35 h) 2.45
a) 2.95 e) 3.10
250 b) 2.50 f) 2.65
2.76
c) 2.85 g) 2.75
d) 2.80 h) 2.55
Sumber : Hasil Pengujian Keausan Mata Bor (2020)
Berdasarkan tabel diatas keasusan mata bor pada putaran mata bor 175 Rpm
menghasilkan keasusan paling rendah dengan rata-rata 0.34 mm dan keausan
paling tinggi terdapat pada putaran 150 Rpm dengan rata-rata 3.08 mm dari semua
pengujian putaran mata bor yaitu 150, 175, 200, 225, dan 250 Rpm.

4.2 Pembahasan
Besarnya putaran-putaran mata bor yang diuji pada pengujian analisis
pengaruh putaran mata bor terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor ini
berpatokan dengan putaran mata bor yang biasa digunakan oleh pengusaha-
pengusaha sumur bor atau operator mesin sumur bor pada proses pengeboran
sumur yaitu putaran mata bor 200 Rpm. Dari putaran mata bor 200 Rpm ini
diambil range putaran mata bor dengan kelipatan + 25 Rpm yaitu jika dari putaran
200 Rpm diturunkan dengan kelipatan 25 Rpm menjadi 175, 150 Rpm dan dari
putaran 200 rpm jika dinaikan dengan kelipatan 25 Rpm menjadi 225, 250 Rpm.
Putaran mata bor tersebut jika diurutkan dari putaran yang terkecil berturut-turut
yaitu 150 Rpm, 175 Rpm, 200 Rpm, 225 Rpm, dan 250 Rpm.
Berikut adalah pembahasan dari analisis pengaruh putaran mata bor
terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor. Data yang didapatkan dari hasil
penelitian ini disajikan dalam satu tabel agar lebih mudah untuk menyimpulkan
hasil dari data- data yang didapatkan selama melakukan analisis.

Tabel 4.5 Data Keausan Mata Bor

Putaran Waktu Rata-rata Rata-rata Rata-rata


Tinggi Mata Bor Tinggi Mata Bor Keausan
Mata Bor Pengujian
Sebelum Diuji Sesudah Diuji Mata Bor
(Rpm) (Menit) (mm) (mm) (mm)
150 60 18.00 14.91 3.08
175 60 14.91 14.56 0.34
200 60 14.56 13.17 1.39
225 60 13.30 10.86 2.30
250 60 10.86 8.10 2.76
Sumber : Hasil Pengujian Keausan Mata Bor (2020)

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat dibuat grafik hubungan antara
putaran mata bor terhadap rata-rata keausan mata bor yaitu sebagai berikut :
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Putaran Mata Bor Terhadap Rata-rata Keausan Mata Bor
Sumber : Hasil Pengujian Keausan Mata Bor

Dari pengamatan grafik hubungan putaran mata bor terhadap rata-rata


keausan mata bor pada gambar 4.10 diatas menghasilkan grafik yang cenderung
tidak stabil yaitu, pada putaran mata bor 150 Rpm memiliki tingkat keausan mata
bor paling tinggi, ini mungkin disebabkan dari debit air sirkulasi yang kecil karena
engine yang digunakan sebagai penggerak mata bor juga digunkan sebagai
penggerak water pump. Jadi, semakin kecil putaran mata bor maka semakain kecil
juga debit air sirkulasi yang mengalir. Sedangkan keausan mata bor paling rendah
terdapat pada putaran mata bor 175 Rpm dan ini hanya berlaku untuk mata bor
atau mata widia YG6 tipe C125.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan yaitu mengenai pengaruh putaran
mata bor terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor maka dapat
disimpulkan sebagai berikut, ( ini hanya berlaku untuk satu jenis mata bor yang
digunakan yaitu mata widia YG6 tipe C 125) :
1. Pengaruh putaran mata bor terhadap keausan mata bor pada mesin sumur bor
adalah putaran mata bor 150 Rpm menghasilkan keausan mata bor paling
tinggi yaitu 3.08 mm, ini disebabkan dari debit air sirkulasi yang kecil karena
engine yang digunakan sebagai penggerak mata bor juga digunakan sebagai
penggerak water pump. Jadi, semakin kecil putaran mata bor maka semakin
kecil juga debit air sirkulasi yang mengalir. Sedangkan masing-masing
putaran 175, 200, 225
,dan 250 RPM menghasilkan keausan mata bor berturut-turut yaitu 0.34 mm,
1.39 mm, 2.30 mm, dan 2.76 mm. Jadi, semakain tinggi putaran mata bor yang
digunakan maka semakin tinggi juga tingkat keausan mata bor yang terjadi (ini
hanya berlaku dari putaran 175 Rpm sampai 250 Rpm).
2. Putaran mata bor paling efisien untuk meminimalisir keausan mata bor pada
mesin sumur bor adalah putaran mata bor 175 Rpm (putaran ini hanya berlaku
untuk jenis mata widia YG6 tipe C 125) karena memiliki tingkat keausan
paling rendah yaitu sebesar 0.34 mm dibandingkan dengan putaran mata bor
yang lain.

5.2 Saran
Dari hasil analisis yang telah dilakukan penulis hendak memberikan saran
yaitu sebagai berikut :
1. Gunakanlah alat keselamatan kerja pada saat melakukan proses pengeboran
untuk mengurangi resiko kecelakaan.
42
43

2. Pahamilah parameter-parameter yang mempengaruhi keausan mata bor


sebelum melakukan proses pengeboran untuk meminimalisir keausan mata bor.
(Parameter-parameter teresebut seperti, putaran mata bor, feeding, material
yang di bor, jenis pisau bor yang digunakan, debit air sirkulasi sumur bor, dan
lain- lain.)
3. Bagi peneliti lain yang akan melanjutkan penelitian ini disarankan agar
menguji keausan mata bor pada jenis material yang lain, jenis mata bor yang
lain, putaran mata bor yang lain, ataupun parameter yang lain yang juga
mempengaruhi keausan mata bor guna untuk mempermudah proses
pengeboran.
DAFTAR PUSTAKA

Anton, S. 2019. Jenis sumur bor yang digunakan masyarakat Indonesia.


https://medium.com/@ahlisumurbor2019/4-jenis-sumur-yang-digunakan-masyarakat-di-
indonesia-82c46fb7e6f7. Diakses tanggal 28 Desember 2019.
Anonim. 2019. Differential otomotif. https:/id.m.wikipedia.org/wiki/diferential_(otomotif).
Diakses tanggal 07 Januari 2020.
Ardiansyah. F. 2017. Proses berbahaya pembuatan crown wheel.
https:/m.otosia.com/berita/begini-proses-berbahaya-dari-pembuatan-crown-wheel.html.
Diakses tanggal 10 Januari 2020.
Asmarines. 2019. Tali baja sling. https://seoasmarines.com/2019/06/22/tali-baja-sling/. Diakses
tanggal 15 Januari 2020.
Firhansyah, D. 2018. Fungsi dan prinsip kerja transmisi manual dan komponen-komponennya.
https://www.otomotifstudi.com/2018/09/fungsi-dan-kerja-transmisi-manual-
dan_24.html#comment-form. Diakses tanggal 05 januari 2020.
Image, B. 2018. Membuat sumur bor. https://imagebali.net/detail-artikel/1021-membuat-sumur-
bor.php. Diakses tanggal 28 Desember 2019.
Itanovita. S. 2019. Katrol. https://rumus.co.id/katrol/. Diakses tanggal 25 Januari 2020.
Koswarayep. 2019. Pendahuluan. https://teamborair.com/pendahuluan.html. Diakses tanggal 23
Desember 2019.
Koswarayep. 2019. Pembuatan sumur bor. https://teamborair.com/pembuatan-sumur-bor.html.
Diakses tanggal 28 Desember 2019.
Koswarayep. 2019. Kedalaman sumur. https://teamborair.com/kedalaman-sumur-bor.html.
Diakses tanggal 28 Desember 2019.
Koswarayep. 2017. Perbedaan sumur bor jetpump dengan sumjur bor submersible.
https://team2air.blogspot.com/2017/05/perbedaan-sumur-bor- jetpump-dengan.html?m=1.
Diakses tanggal 28 Desember 2019.
Laninbot. 2019. Sistem transmisi. https:/id.m.wikipedia.org/wiki/Sistem_transmisi. Diakses
tanggal 05 Januari 2020.
Nurmuharmy, M. 2013.
Drilling.
https://www.google.com/amp/s/muhammadnurmuharmy.wordpress.com/2013/07/23/drilling/
amp/. Diakses tanggal 04 Februari 2020.
Ombro. O. 2017. Mengenal differential gardan mobil.
https:/bacabrosur.blogspot.com/2017/12/mengenal-differential-gardan-mobil.html?m=1.
Diakses tanggal 08 januari 2020.
Ramlee, O. 2015. Perangkat pemipaan klep plug n play.
https://listrikdirumah.com/2015/12/04/perangkat-pemipaan-foot-klep-plug-n-play/. Diakses
tanggal 10 Januari 2020.
Shofyan. 2019. Mengenal teknologi sumur bor masa kini. https://www.sumurbor-
murah.com/mengenal-teknologi-sumur-bor-dalam-masa-kini/. Diakses tanggal 28 Desember
2019.
Supono. 2016. Mesin sumur bor. https://www.sumurborjogja.net/mesin-sumur-bor/. Diakses
tanggal 29 Desember 2019.
Taufiqullah. 2019. Pengertian pompa irigasi. https://www.tneutron.net/sipil/pengertian-pompa-
irigasi/. Diakses tanggal 05 Januari 2020.
Unan. J. 2020. Water swivel sumur bor. https:/m.tokopedia.com/bor-sumurbogor/water-swivel-1.
Diakses tanggal 07 januari 2020.
Viarohidinthea. 2018. Alat ukur sst special service tools.
https://www.viarohidinthea.com/2014/11/alat-ukur-sst-special-service-tools.html. Diakses
tanggal 30 Januari 2020.
Yanmar. 2018. Catalog TFTS series.
https://www.yanmar.com/media/global/2018/catalog/TFTS_Series. Diakses tanggal 05
Januari 2020.
Yudha. 2015. Jenis hook atau ganco. http://wire-rope-sling.blogspot.com/2015/01/jenis-hook-
atau-ganco-wwwasmarinescom.html. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
Zhejiang Xier, P. 2019. PVC Foot Valve. https://www.xiervalve.com/product/upvc-one-way-
valve-butterfly-valve/upvc-new-foot-valve/foot-valve.html. Diakses tanggal 10 Januari 2020.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
50

Pengukuran putaran mata bor pada proses pengujian keausan mata bor
menggunakan alat ukur Digital Tachometer HT-522

Gambar 1. Pengukuran Putaran Gambar 2. Pengukuran Putaran


Mata Bor 150 Rpm Mata Bor 175 Rpm

Gambar 3. Pengukuran Putaran Gambar 4. Pengukuran Putaran


Mata Bor 200 Rpm Mata Bor 225 Rpm

Gambar 5. Pengukuran
Putaran Mata Bor 250 Rpm
Pengaturan feeding atau pemakanan pada pada proses pengujian keausan
mata bor

Pengaturan Feeding menggunakan tali yang ditarik menggunakan sling baja yang
digulung menggunakan penggulung (drum) yang dikaitkan dengan roda kemudi
kemudian diputar sebanyak 10 putaran lalu dikunci seperti pada gambar diatas.

Anda mungkin juga menyukai