PENDAHULUAN
1
cita menjadi beranda depan kreativitas bangsa melalui penggalangan dan
pelestarian seni kerajinan tenun.
Pada November 2011, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari
Elka Pangestu menyatakan kearifan songket Indonesia akan dicalonkan ke
UNESCO untuk dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia bukan benda.
Untuk lebih membudidayakan ragam corak khas tenun Indonesia dapat juga di
lakukan dengan pengenalan pola tenun di Indonesia.
Kemudian pada 2010, CTI menerbitkan buku untuk pasar international,
“Tenun Handwoven Textiles of Indonesia”. CTI melakukan penyimpanan data
tenun dan mengelompokkannya berdasarkan daerah asal pembuatan tenun
tersebut untuk memudahkan dalam pencarian data tenun menurut daerah
asalnya. Namun penyimpanan data tenun belum dikelompokkan berdasarkan
jenis motif tenun, sehingga pencarian data batenun menggunakan jenis motif
masih sulit dilakukan[2].
Untuk mengenali motif atau pola tenun tersebut, maka diperlukan
pengelompokkan data untuk mengelompokkan tenun yang memiliki
kemiripan karakteristik kedalam suatu kelompok tertentu. Pengelompokkan
Citra tenun ini bertujuan untuk membagi citra tenun kedalam kelompok-
kelompok sesuai dengan pola motifnya, sehingga mudah dikenali sesuai
dengan cirinya [3].
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan tenun telah dilakukan
sebelumnya, Nicodemus Mardanus Setiohardjo dan Agus Harjoko pada
penelitiannya analisis tekstur untuk klasifikasi motif kain meneliti tentang
ekstraksi fitur tekstur menggunakan Gray Level Co-occurrence Matrix
(GLCM) dan ekstraksi color moment menggunakan Color Co-occurrence
Matrix (CCM) untuk proses klasifikasi motif kain tenun [4]. Kemudian pada
penelitian Alvian A. Pratama, Nanik Suciati dan Diana Purwitasari
menggunakan metode Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM) untuk
pengenalan pola teksturnya sedangkan proses pengklasterannya menggunakan
Fuzzy C-Means (FCM) [5].
2
Pada hasil penelitian yang di jelaskan diatas, metode GLCM
digunakan untuk pengenalan pola berdasarkan fitur tektur. Namun pada
penelitian yang dibuat ini digunakan K-means untuk mengklaster citra tenun
berdasarkan kemiripan dari jenis-jenis motif tenun indonesia.
Dari sinilah didapatkan sebuah judul penelitian “IMPLEMENTASI K-
MEANS UNTUK PENGELOMPOKAN CITRA TENUN BERDASARKAN
FITUR TEKSTUR DENGAN METODE GRAY LEVEL CO-
OCCURRENCE MATRICES (GLCM)”.
3
5. Penelitian ini menggunakan metode clustering K-Means
berdasarkan fitur tekstur citra tenun dengan Gray Level Co-
Occurrence Matrices (GLCM).
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah :
Menerapkan metode GLCM untuk mengelompokan citra
tenun sesuai dengan jenis motif atau pola tenun yang
memiliki kemiripan dengan citra tenun lainnya agar lebih
mudah dikenali.
1.5 Manfaat Penelitian
4
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Batik
Batik adalah motif atau pola tradisional pada kain yang digambar
dengan metode tradisional. Dalam bahasa jawa, batik berarti menggambar titik
pada kain, karena tersusun dari asal kata “ambat” yang berarti menulis dan
“titik” yang berarti titik atau dot. Batik di indonesia sendiri memiliki berbagai
jenis motif atau pola yang beragam dan memiliki arti dan makna yang berbeda
dari setiap jenis batik. Pada tanggal 2 Oktober 2009, Batik telah diakui oleh
UNESCO sebagai salah satu warisan budaya asli dari indonesia ( Arrie, Nanik
dan Isye, 2014 ). Batik sendiri terbagi dalam dua kelompok, yakni batik
dengan motif geometri dan non- geometri. Batik dengan motif atau pola non-
geometri juga disebut batik motif atau pola khusus yang membuatnya tidak
dapat dimasukkan kedalam kelas motif yang lain, karena batik motif khusus
ini mempertemukan dua atau lebih motif yang berbeda yang digabungkan
menjadi satu motif yang baru.
Bab II
Hasil kerajinan tangan yang berupa bahan (kain) yang dibuat dari
benang kapas, sutra, dsb. Dengan cara memasuk-masukkan pakan secara
melintang pada lungsin [4].
6
motif atau pola tradisional pada kain yang digambar dengan metode
tradisional. Dalam bahasa jawa, batik berarti menggambar titik pada kain,
karena tersusun dari asal kata “ambat” yang berarti menulis dan “titik” yang
berarti titik atau dot. Batik di indonesia sendiri memiliki berbagai jenis motif
atau pola yang beragam dan memiliki arti dan makna yang berbeda dari setiap
jenis batik. Pada tanggal 2 Oktober 2009, Batik telah diakui oleh UNESCO
sebagai salah satu warisan budaya asli dari indonesia [ CITATION Arr141 \l
1057 ].