Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

bersifat produktif dan dapat dilakukan oleh semua kalangan. Asalkan ia telah

belajar sebelumnya, baik secara formal maupun non formal. Untuk menjadi

seorang penulis yang mahir dan menghasilkan tulisan yang baik, tidak bias diraih

dengan cepat, melainkan perlu usaha dan proses untuk mencapai ke arah tujuan

itu. Kegiatan menulis bagi sebagian orang memang memerlukan konsentrasi yang

tinggi dan motivasi di dalamnya, sehingga akan terasa berat dan melelahkan untuk

dilakukan.

Pengajaran menulis meliputi bahasa, ejaan, kalimat, paragraph, EYD,

maupun hal-hal lainnya yang bersifat dasar dalam keterampilan menulis.Menulis

tidak memerlukan waktu khusus. Perihal kualitas tulisan, apa yang ditulis, biarkan

saja mengalir apa adanya. Tinggalkan semua ketakutan-ketakutan dalam

menulis.Biarkanlah waktu merubah kualitass tulisan itu sendiri.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Dilihat dari latar belakang di atas maka penulis membatasi masalah yang

akan dibahas dalam makalah ini yakni :

1. Apa pembahanPenulisan Huruf, Kata, Kalimat, dan Paragraf?


2

2. Apa ituhuruf, kata?

3. Apa itu kalimat dan paragraph?

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Penulisan Huruf, Kata, Kalimat, dan Paragraf

Ejaan pada dasarnya mencakup penulisan haruf, penulisan kata, termasuk

singkatan, akronim, angka dan bilangan, serta penggunaan tanda baca. Di

samping itu, pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing juga

termasuk dalam ejaan (Mustakim, 1992).

Di dalam bab ini hanya di uraikan sedikit contoh dari penulisan huruf,

kata, kalimat, dan paragraph ragam baku bahasa laporan penelitian. Contoh yang

diperikan diambil dari huruf, kata, kalimat, dan paragraph yang sering salah di

tuliskan oleh para penelitian dalam menulis laporan penelitian.Contoh ini

ditunjukkanbeserta pembetulannya.

II.2 Huruf

Pengertian huruf sering dianggap sama dengan fonem, padahal

keduanyaberbeda, Huruf adalah lambing atau gambar bunyi (bahasa), sedangkan

fonem dalah satuan bunyi bahasa terkecil yang membedakan makna.

Pemakaianhuruf capital dan huruf miring perlu diperhatikan. Huruf capital

atau huruf besar selain sebagaihuruf pertama dalam awal kalimat, juga dipakai:
3

(1) sebagai huruf pertama ketikan langsung: (2) huruf pertamadalam ungkapan

yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata gantiuntuk

Tuhan: (3) sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan

keagamaan yang diikuti nama orang: (4) sebagai huruf pertama unsure nama

jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti

nama orang tertentu, nama instansi, atau atau nama tempat: (5) sebagai huruf

pertama unsure-unsur nama orang: (6) sebagai huruf pertama nama bangsa, suku

bangsa,dan bahasa: (7) sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan

peristiwa sejarah: (8) sebagai huruf pertama nama geografi: (9) sebagai huruf

pertama semua unsure nama Negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,

serta nama dokumen resmikecuali kata seperti dan;(10) sebagai huruf pertama

setiap unsure bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga

pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumenresmi; (11) sebagai huruf

pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karagan,

kecuali seperti kata di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yangtidak terletak pada

posisi awas;(12) sebagai huruf pertama unsure singkatan nama gelar, pangkat, dan

sapaan; (13) sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti

bapak, ibu, saudara, kaka, adik, dan pamanyang di pakai dalam penyapaan dan

pengacuan; dan (14) sebagai huruf pertama kata ganti Anda dan Saudara.

Penulisan laporan penelitian sering salah menuliskan huruf capital untuk

membedakan kata penunjukan hubungan kekerabatan.Kata penunjukan hubungan

kekerabatan, sesuai dengan kaidah, huruf pertamanya ditulis dengan huruf capital

jika kata itu digunakan sebagai sapaan atau pengacuan.Akan tetapi, jika tidak
4

digunakan sebagai sapaan atau pengacuan, akat penunjukan hubungan

kekerabatan itu huruf pertamanya tetap ditulis denga huruf kecil.

Perhatikancontoh di bawah ini :

1.”Maaf, saya terpaksa berdusta kepada Bapak kemarin,”kata dia kepada orang

tuanya.

2.Daftar peserta itu diumumkan oleh Pak Muhajir.

3.Dalam Pertemuan itu Ibu Ketua juga hadir.

Kata bapak pada kalimat(1) ditulis dengan huruf capital karena kata

penunjukan hubungan kekerabatan itu digunakan sebagai sapaan, yaiut untuk

menyapa orang kedua atau orang yang diajak bicara(lawan bicara). Pada kalimat

(2) dan (3) Pak Muhajir dan Ibu Ketua masing-masing huruf pertamanya ditulis

dengan huruf capital karena gabungan kata itudigunakan untuk menyebut atau

mengacu pada orang ketiga yang dibicarakan, akan tetapi, dalam hal ini perlu

diketahui bahwa tidak semua pengacuan atau ungkapan yang mengacu pada orang

ketiga harus ditulis dengan huruuf capital. Pada umunya pengacuan yang huruf

pertamanya harus ditulis dengan huruf capital adalah pengacuan yang bentuknya

berupa gabungan antara penunjukan hubungan kekerabatan dan nama orang atau

nama jabatan.Misalnya, Bapak Rektor, Ibu Dekan, Dik Anna, Pak Dukuh, Kak

Sitti.

Kata penunjukan hubungan kekerabatan yang digunakan sebagai sapaan

huruf pertamaynya ditulis dengan huruf kapital.Akan tetapi, jika tidak digunakan
5

sebagai sapaan, penunjukan hubungan kekerabatan itu haruf pertamanya ditulis

dengan huruf kecil.

Penulisan laporan penelitian sering bingung menulis nama –nam geografi

yang digunakan sebagai nama jenis.Huruf pertama nama geografi yang digunakan

sebagai nama jenis. Hrurf pertama nam geografi yang digunakan sebagai nama

jenis tidakditulis dengan huruf capital, tetapi ditulis dengan huruf kecil biasa.

Misalnya : jeruk siam gula jawa, dan rambutan aceh.

Selain pemakaiaan huruf besar atau huruf capital, yang sering salah

dituliskan oleh para peneliti adalah huruf miring. Huruf miring dipakai (1) untuk

menuliskna nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan; (2)

untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelopok

kata; (3) untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing keuclai yang

disesuaikan ejaannya. Catatanbagi para penulis laporan penelitian bahwa dalam

tulisan tangan atau ketikan, bukan cettakan, huruf atau kata yang akan dicetak

miring diberi satu garis di bawahnya.

Contoh kesalahan yang sering ditemukan adalah sebagai

berikut.Pemakaiaan huruf miring juga masih dibingungkan oleh para penulis

laporan penelitian. Penulisan judul artikel, judul sajak, judul bab buku, dan judul

karagan yang belum diterbitkan ialah diletakkan di antara tanda petik. Hal ini

berbeda dengan penulisan judul buku, nama majalah, dan nama surat kabar, huruf

miring juuga digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkna huuruf, bagian

kata, kata, atau kelompok kata.


6

Kata-kata asing, yang ejaannya belum diesesuaikan dengan ejaan bahasa

Indonesia atau kata asing yang belum diserap kedalam bahasa Indonesia harus

ditulis dengan huruf miring. Penulisan kata yang berupa nama ilmiah pun harus

dengan huruf miring. Alasannya adalah karena ejaannya masih menggunakan

ejaan asing sehingga nama ilmiah itu pun dengan sendirinya masih dipandang

sebagai nama asing.

Penulisan huruf vocal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf

konsonan, dan pemenggalan kata juga perlu diperhatikan.Adakalanya peneliti

salah menulis pemenggalan kata.Terlebih dari itu, perlu diketahui bahwa akhiran

–I tidak dipenggal. Termasuk dalam hal penulisan huruf ialah penulisan nama

orang, badan hokum , dan namadiri. Nama orang, badan hokum, dan nama diri

yang lain disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnamakan

kecuali jika ada pertimbagan khusus.

II.3 Kata

Kata-kata yang sering salah ditulis oleh peneliti adalah kata-kata

berimbuhan, gabungan kata, kata ulang, kata depan, partikel, pemenggalan kata,

singkatan, dan akronim.

Kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti-ku,- kau,

-mudan –nya;kata depan di, ke, dan dari; kata si dan sang; partikel; singkatan dan

akronim; serta angka dan lambing bilangan perlu juga diperhatikan. Kesalahan-

kesalahan yang menyangkut hal itu muncul dalam aneka rupa.Semua ini sudah

ada aturannya.
7

Sesuai dengan kaidah dalam bahasa Indonesia, gabungan kata atau yang

lazim disebut dengan kata majemuk, unsure-unsurnya ditulis terpisah.Akan tetapi,

jika gabungan kata itu ditulis serangkai.Misalnya :

tangung jawab pertanggunjawaban

anak tiri penganaktirian

atas nama mengatasnammakan

sama rata menyamarkan

warga negara kewarganegaraan

contoh lain, jika frasa, bukan kata majemuk, mendapatkan awalan dan

akhiran sekaligus, penulisannya sama, yaitu dirangkaikan. Misalnya :

tidak adil ketidakadilan

ke samping dikesampingkan

Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata itu hanya mendapatkan

awalan atau akhiran, yang ditulis serangkai hanya awalan atau akhiran tersebut

dengan unsure yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.Misalnya :

adu pandang beradu pandang

tekuk lutut bertekuk lutut

serah terima serah terimakan

tanda tangan tanda tangani


8

Sekali lagi, gabungan kata yang sekaligus mendapatkan awalan dan

akhiran ditulis serangkai, tidak diantarai dengan tanda hubung.Akan tetapi, jika

gabungan kata itu relative masih baru, belum banyak digunakan orang, tanda

hubung dapat digunakan di antara kedua unsurnya.Penggunaan tanda hubung ini

dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah tafsir.Misalnya :

tumbuh-kembang  menumbuh-kembangkan. Penggunaan tanda hubung dalam

bentukan kata semacam itu sesuai dengan kaidah yang menyebutkan bahwa

gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah tafsir

dapat ditulis dengan tanda hubung guna menegaskan pertalian antarunsur yang

bersangkutan.

Gabungan kata juga sering salah dituliskan. Inter-, non-,pasca-,dan unsure

terikat yang lain bukan merupakan unsure bebas, melainkan merupakan unsur

terikat yang hanya dapat berdiri jika bergabung dengan unsur lain. Sejalan dengan

kaidah, gabungan kata yang salah satu unsurnya berupa unsur terikat penulisannya

dirangkaikan. Misalnya : interseksi, interdispliner, nonaktif, nonformal,

pascaperang, pascapanen, asusila, amoral, adikuasa, adibusana, antarkota,

antardaerah, antikomunis, antiklimaks, awahama, awabusa, audiogram,

audiometer, bilingual, bilabial, biokimia, bioekologi, dehumanisasi, debirokrasi,

ekstrakurikuler, ekstranuklir, inframerah, infrastruktur, intra sekolah, intrakalimat,

inkonvensional, indefisit, liberalisme, mahasiswa, mahakarya, mancanegara,

mancadesa, makrokosmos, makrokriminologi, mikrobus, mikrofilm,

mikrohandsome, dan lain-lain. Bentuk-bentuk terikat yang lain itu adalah mono-,

multi-, nara-, poli-, pra-, pramu-, pro-, purma-, re-, semi-, sub-, supra-, kontra-,
9

swa-, tele-, trans-, tuna-, ultra-, eka-, dwi-, tri-,catur-, panca-, sapta-, dasa- dan

lain-lain.

Dalm penulisan unsur terikat perlu di pahami bahwa unsur terikat tertentu

apabila dirangkaiikan dengan unsur lain yang berhuruf kapital harus diberi tanda

hubung diantara kedua unsur tersebut. Misalnya: non-Indonesia, pro-Iran.

Khusus berkenaan dengan unsur terikat maha-, unsur itu tertulis terpisah

jika diikuti oleh kata Esa atau kata yang sudah berimbuhan.Selain itu, hruf

pertama pada setiap unsurnya ditulis dengan huruf kapital.Hal ini karena kata

maha digunakan berkaitan dengan sifat Tuhan. Misalnya: Maha Esa, Maha

Pengasih, Maha Pemurah,Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Kata ulang tidak ditulis dengan angka dua.Kata atau bagian kata yang

diulang ditulis kembali secara lengkap dengan menyertakan tanda hubung diantara

unsur yang diulang.Kata ulang yang mengalami perubahan fonem pun unsur yang

diulang ditulis kembali secara lengkap dengan disertai tanda hubung diantara

keduannya. Gabungan kata atau kata majemuk jika akan diulang, tidak perlu

seluruh unsurnnya ditulis ulang. Hal ini karena—jika seluruh unsurnya harus

ditulis ulang—kita akan menghadapi masalah yang cukup rumit, terutama apabila

kita ingin mengulang gabungan kata yang bentuknya cukup panjang, seperti

kereta api cepatnya luar biasa.

Penulisan di sebagai kata depan dan di – sebagai awalan sampai saat ini

sering dikacau orang. Hal ini tidak perlu terjadi jika parra pemakai bahasa telah

memahami perbedaan keduannya.kata depan di,ke,dari,pada ditulis terpisah dari


10

kata yang mengikutinya. Misalnya:di Yogyakarta,di kamar,di pelukan bunda.

Adapun di- yang merupakan awalan ditulis serangkaian dengan kata yang

mengikutinya.Misalnya : diperiksa,dikumpulkan,ditulis.

Dalam penulisan suatu judul buku atau karangan lain,kata depan

di,ke,dari,pada huruf pertama tidak ditulis dengan hurup kapital,kecuali yang

terletak pada awal judul. Perhatikan contoh di bawah ini :

(29) Anak Perawan di Sarang Penyamun

(30)Pada Sebuh Kapal

(31)Di Bawah Lindungan Ka’bah

Bentuk pun ada yang ditulis secara terpisah dan ada juga yang

diserangkaikan. Bentuk pun yang ditulis terpisah dari unsur yang mendahuluinya

adalah pun yang berpadanan dengan kata juga dan saja, sedangkan yang ditulis

serangkain adalah yang telah membentuk satu kesatuan yang padu dengan unsur

yang mendahuluinya. Bentuk pun yang sudah dianggap terpadu dan harus ditulis

serangkain dapat diperhatikanpada contoh berikut:

Adapun,andipun,ataupun,bagaimanapun,biarpun,kalaupun,kendatipun,meskipun,s

ekalipun,sungguhpun. Perhatikan contoh:

(32)Penelitian yang sudh ada pun perlu disempurnakan.

(33)Datang dan duduk pun tidak cukup.


11

(34)Sekalipun berat, penelitian harus dilaksanakan.

Seperti halnya bentuk pun, bentuk per juga dapat ditulis serangkaian dan

dapat pula ditulis terpisah.Dalam hal ini, pemakaian bentuk per dapat ditinjau dari

dua segi yang berbeda.Pertama, jika menyatakan bilangan pecahan atau sebagi

awalan (baian dari gabungan imbuhan), bentuk per ditulis serangkaian dengan

unsur yang mengikutinya. Kedua, jika menyatakan makna

‘mulai’,’demi’,atau’tiap’,per ditulis terpiah dari unsur yang menyertainya.

Perhatikan contoh di bawah ini.

(35)Tiga perempat bagian diberikan per orang.

Perihal pemenggalan kata juga sering salah tulis.Kegunaan pemenggalan

kata berkaitan dengan pemakaian bahasadi dalam ragam tulis memisahkan bagian-

bagian kata dalampergantian baris.Suatu kata yang yang terletak pada ujung baris

apbila tidak cukup ditulis pada ujung baris itu tentu saja perlu di penggal. Dalam

pemenggalan itu antara bagian yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan

tanda hubung yang didahului dengan spasi. Jadi, tanda hubung itu ditulis merapat

dengan bagian kata yang mendahuluinya.

Catatatan bagi pemakai komputer, mesin pintar ini kadang-kadang

membuat pemenggal secara otomatis, yang kadang benar dan kadang juga

salah.Untuk pemmenggal yang salah, penulis dapat memperbaikinya dengan

meletakkan tanda hubung dalam posisi yang dikehendaki. Dengan cara ini,

komputer akan memenggal kata sesuai dengan kehendak penulis. Apabila cara ini
12

pun tidak berhasilkarena bagian kata sesudah tanda tidak mau turun kebaris

berikutnya, penulis dapat menmbahkan spasi sesudah tanda hubung.

Pada pergantian baris, tanda hubung ditulis diujung baris, persisi setelah

bagian kata yang dipenggal. Tanda hubung itu tidak diletakkan di bawah ujung

baris. Bagian kata, baik yang berupa suku kata maupun imbuhan, yang hanya

terdiri dari satu huruf pada ujung baris atau pada pngkal bais. Apabila pada

pergantian baris kata ulang akan dipenggal.

Nama orang hanya terdiri dari satu unsur, misalnya Mustafa, sebaiknya

nama itu tidak dipenggal. Apabialanama yang hantya terdiri atas satu unsur itu

tidak cukup ditulis pada ujung baris, lebih baik nama itu dipindah kan pada pankal

baris. Jika pemindahan itu mengakibatkan margin kanan tidak rapi, dari segi

bahasa hal itu tidak menjadi masalah. Kita lebih baik mengikuti kaidah dengan

sedikit mengorbankan kerapian dn keindahan margin kanan dari pada mengejar

keindahan dengan mengorbankan kaidah. Jika lebih cenderung memilih alternatif

yang pertama, tentulah kita termasuk pemakai bahasa yang memiliki sikap positif

terhadap bahasa Indonesia.

BENTUK YANG SALAH BENTUK YANG BENER


(36)Dengan demikian penelitian ini (36a)Dengan demikian, penelitian ini

melalui 3 tahap melalui 3 tahap


(37)Setelah pengambilan data (37a)Setelah pengmbilan data,

penelitian akan dilanjutkan dengan penelitian akan dilanjutkan dengan

analisis data analisis data


(38)Observasi dan analisis data (38a)Observasi dan analisis data

penelitian harus dilakukan dengan penelitian harus dilakukan dengan


13

secermatnya secermat-cermatnya
(39)Penelitian yang dipimpin (39a)Penelitian yang dipimpin oleh

sutarmanto itu belumselesai sutarmanto itu belum selesai

Masih dalam hal penulisan kata, penulis laporan penelitian sering salah

menuliskan singkatan dan akronim.Istilah singkatan berbeda dengan

akronim.Singkatan adalah kependekan yang berupa huruf atau gabungan huruf,

baik dilafalkan huruf demi huruf maupun dilafalkan dengan mengikuti bentuk

lengkapnya.Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf awal,

gabungan suku kata, atau gabungan huruf huruf awal dan suku katayang ditulis

dan dilafalkan seperti halnya kata biasa.Perihal penulisan singkatan dan akronim,

pedoman EYD layak diacu.

Selain itu, angka dan lambang bilangan juga perlu diperhatikan karena

masih sering dijumpai salah penulisnya.Tanda baca pun harus diperhatikan oleh

penulis laporan penelitian.Untuk semua ini sudah ada pedoman yang dapat

digunakan, yaitu Pedoman Umum Ejaan Bahasa Yang Disempurnakan.Perihal

unsur serapan, Pedoman Umum Pembentuk IstilahI juga sudah

mengaturnya.Penerapan kedua pedoman itu dan penggunaan kamus secara

memadai menjadikan bahasa laporan penelitian kita baku. Akan ttapi, tidak cukup

hanya itu, perlu dingat bahwa kalimat pun harus disusun secara lengkap dan baku.

Masih dalam hal kata, penulisan unsur srapan penting diperhatikan.Peneliti

selalu dihadapkan pada pilihan, apakah memilih kata Indonesia atau kata asing.

Seperti diketahui bahwa dalam perkembangannya, bahasa Indonsia menyerap


14

unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing

seperti Sanskerta,Arab,Portugis,Belanda, dan Inggris.

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia

dapat dibagi atas 2 golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum

sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock,

I’exploitation de I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa

Indonesia, tetapi pengucapannya masihmengikuti cara asing. Kedua, unsur

pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa

Indonesia.Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanyadiubah seperlunya

sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.

Kaidah ejaan yang belaku bagi unsur serapan it dapat dilihat pada

pedoman penulisan unsur serapan.

Juga perlu diperhatikan oleh penulis laporan penelitian adalah pemakaian

tanda baca.Seringkali ditemukan kesalahan pemakaian tanda baca karena tidak

diketahuinya aturan tentang hal itu. Tanda titik, tanda koma, tanda titik koma,

tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda elipsis, tanda tanya, tanda seru,

tanda kurung, tanda kurung siku, tanda titik tunggal, tanda garis miring, dan tanda

penyingkat, atau apostrof mempnyai aturan pemakaiannya. Contoh yang lebih

rinci perihal pemakaian tanda baca dapat dilihat dalam bab kesalahan-kesalahan

berbahasa dalam laporan penelitian.

II.4 Kalimat dan Paragraf


15

Sering dijumpai kalimat laporan plitian itu tidak efektif.Kalimat yang

efektif harus tersusun sesuai dengan kaidah yang berlaku.Darisegi kaidah tata

bahasa, sekurang-kurangnya kalimat itu harus memiliki unsur subjek dan predikat.

Kalimat yang tidak bersubjek umumnya terjadi karena penggunaan kata depan

pada awal kalimat. Contohnya adalah sebagai berikut.

(40)Dari hasil penelitian di lapangan membuktikan bahwa angka

mortalitas tinggi.

Kata depan dari yang terletak pada awal kalimat itu dapat menghilangkan

gagasan yang ingin disampaikan karena dengan adanya kata depan iu subjek

kalimatnyar. Pada kalimat (40) tersebut menjadi subjeknya, sebenarnya, adalah

hasil penelitian, yang didahului kata depan dari. Adanya kata depan itu harus

dihilangkan. Kalimat (40) itu harusnya seperti berikut.

(40a)Hasil penelitian dilapangan membuktikan bahwa angka mortalitas

tinggi.

Perbaikan dengan cara lain dapat juga dilakukan, yaitu dengan tetap

mempertahankan kata depan di ubah menjadi pasif seperti berikut.

(40b)Dari hasil penelitian di lapangan terbukti bahwa angka mortalitas

tinggi.

Kata dari pada kalimat (40b) itu mendahului subjek, tetapi merupakan

bagian dari keterangan karena subjek ny bukan lagi hasil penelitian, melainkan

bahwa angka mortalitas tinggi.


16

(41)Salah satu ciri logam yaitu akan memuai jika dipanaskan.

Kata yaitu berfungsi yaitu menjelaskan hubungan antara unsur sebelum

dan sesudah ada kata itu. Perhatikan kalimat (41)menjadi seperti berikut.

(41a) Salah satu ciri logam ialah akan memuai jika dipanaskan.

Seringkali pula ditemukan adanya bagian kalimat majemuk yang ditulis

terpisah dari bagian sebelumnya.Kalimat berikutnya biasanya diawali dengan kata

agar, karena, atau sehingga.Kalimat Seperti ini bukan kalimat efektif. Kata-kata

itu merupakan penghubung intrakalimat atau penghubung yang berfungsi untuk

menghubungkan bagian-bagian di dalam sebuah kalimat, bukan menghubungkan

kalimat satu dengan kalimat yang lain. Sebagai bagian kalimat, unsure yang

diawali kata penghubung itutidak dapat berdiri sendiri sebagai

kalimat.Sebaliknya, unsur yang disebut anak kalimat itu selalu tergabung dengan

bagian kalimat yang lain, yang merupakan induk kalimatnya. Oleh karena itu,

bagian kalimat tersebut harus ditulis serangkai dengan bagian kalimat yang lain.

Jika bagian kalimat yang mengikuti kata penghubung itu ingin lebih

ditonjolkan, bagian kalimat itu dapat saja ditempatkan pada awal kalimat. Bagian

kalimat yang semula terletak di depan digeser ke belakang. Perhatikan contohn

berikut ini.

42) Penelitian ini belum dapat dilaksanakan. Karena dana yang diusulkan

belum turun.
17

Kalimat 42 tersebut belum efektif.Agar menjadi kalimat efektif, kalimat

tersebut harus diubah menjadi seperti berikut.

 Penelitian ini belum dapat dilaksanakan karena dana yang diusulkan

belum turun.

 Karena dana yang diusulkan belum turun, penelitian ini belum dapat

dilaksanakan.

Kalimat tidak efektif juga terjadi karena tidak tersusun secara

sejajar.Perhatikan contoh berikut ini.

43) Usulan penelitian ini sudah lama diajukan, tetapi kepala proyek belum

menyutujuinya.

Kalimat ini akan menjadi efektif bila unsure-unsurnya di sejajarkan.

 Usulan penelitian ini sudah lama diajukan, tetapi belum disetujui oleh

kepala proyek.

 Kami sudah lama mengajukan usulan penelitian ini, tetapi kepala proyek

belum menyutujuinya.

Masalah yang sering dihadapi dalam penyusunan kalimat, terutama yang

menyangkut penataan gagasan, adalah masalah penalaran (Mustakim,

1994).Perhatikan contoh berikut ini.

44) Dewan Keamanan PBB mengecam keras atas terjadinya pembunuhan 21

warga Palestina yang tewasdan 200 lainnya yang luka-luka.


18

Dalam memahami makna kalimat seperti itu pembaca dituntut untuk

berfikir keras, bagaimana menghubungkan pembunuhan dengan warga yang

tewas dan yang luka-luka. Dari segi penalaran, tampaknya tidak mungkin suatu

pembunuhan dilakukan terhadap orang yang sudah tewas. Jika pembunuhan itu

dilakukan terhadap orang yang luka-luka, hal ini masih mungkin meskipun

sebenarnya tidak lazim dan, bahkan, tidak manusiawi.Kesalahan semacam ini

mungkin tidak disadari oleh penulis.Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi

seperti berikut.

 Dewan Keamanan PBB mengecam keras atas peristiwa yang

mengakibatkan 21 warga palestina tewas dan 200 luka-luka.

Beberapa gagasan yang bertumpuk dalam satu pernyataan dapat

mengaburkan kejelasan informasi yang diungkapkan sehingga pembaca akan sulit

memahaminya. Kalimat yang sarat informasi seperti ini sebaiknya dipecah ke

dalam sejumlah kalimat.Perhatikan contoh berikut ini.

45) Peraturan daerah untuk menata kawasan pemukiman penduduk sedang

disusun pemerintah daeran setempat, menyangkut detail tata ruang itu

sebagai tindak lanjut Keppres 48/1984 tentang penanganan khusus

pemukiman di wilayah Surabaya.

 Peraturan daerah untuk menata kawasan pemukiman penduduk sedang

disusun pemerintah daerah setempat. Peraturan itu menyangkut detail

tata ruang kawasan tersebut. Hal itu merupakan tindak lanjut Keppres

48/1984 tentang penanganan khusus pemukiman di wilayah Surabaya


19

Sering para penulis laporan penelitian menyusun kalimat majemuk yang

kesua bagiannya merupakan anak kalimat dan tidak mempunyai induk

kalimat.Perhatikan contoh berikut ini.

46) Meskipun penelitian ini belum terkenal, tetapi hasil penelitiannya

banyak.

Kalimat (46) disebut sebagai kalimat majemuk yang tidak berinduk

kalimat karena kedua unsurnya masing-masing didahului dengan kata

penghubung, yaitu meskipun dan tetapi.Kata penghubung seperti itu lazimnya

menandai anak kalimat.Jika kedua unsurnya didahului kata penghubung, berarti

setiap unsurnya itu berupa anak kalimat.Kalimat ityu terjadi karena dua gagasan

dipadukan menjadi satu.Ubahan kalimat itu dapat ditempuh sebagai berikut.

 meskipun peneliti itu belum terkenal, hasil penelitiannya sudah banyak.

 peneliti itu belum terkenal, tetapi hasil penelitiaanya sudah banyak.

Kata penghubung lain yang sebaiknnya tidak digunakan secara bersama-sama

—karena dapat menimbulkan kerancuan – adalh meskipun…namun; walaupun …

tetapi;walaupun…namun;jika…maka; dan karena… maka.

Kalimat efektif antara lain dicirikan dari kehematannya. Kehematan itu dapat

diperoleh dengan menghilangkan bagian-bagian tertentu yang mubajir.Hal itu,

antara lain, berupa penghilang subjek ganda, bentuk besinonim dan bentuk jamak

ganda.Perhatiakan contoh berikut ini.


20

47) sebelum laporan penelitian ini dikumpulkan, laporan penelitian ini harus

direvisi terlebih dahulu.

 sebelum dikumpulkan, laporan penelitian ini harus direvisi terlebih

dahulu.

48) PKK UGM adalah merupakan salah satu…

 PKK UGM merupakan salah satu…

 PKK UGM adalah salah satu…

Dua kata lebih yang mendukung fungsi yang sama menyebabkan kalimat

tidak efektif, misalnnya adalh merupakan, seperti misalnnya, agar supaya dan

demi untuk.

Dalam bahasa Indonesia dewasa ini, ada kecendrungan orang untuk selalu

mengulang kata benda bila ingin menyatakan jamak. Selain itu, sebenarnya masih

ada cara lain untuk menyatakan jamak tersebut, yaitu dengan menggunakan kata

semua, banyak, beberapa, atau segala. Penulis laporan penelitian dapat

menggunakan kedua cara itu secara bergantian sehingga bahasanya akan lebih

kaya. Misalnya, kata anak dapat dijamakan menjadi anak-anak- atau banyak

anak.Sering juga orang mengulang kata benda untuk menyatakan pengertian

jamak, padahal pengulangan itu sebenarnnya tidak perlu karena kata itu

mengandung arti umum sehingga mencakup semua.Perhatikan ccontoh berikut

ini.

49) orang melanggar UU akan dihukum.


21

Kata orang dalam kalimat itu tidak perlu ditulis orang-orang karena yang

dimaksud adlah semua orang atau siapa saja.

Demikian juga halnya, kata bermakna jamak, seperti semua, segala, seluruh,

beberapa, dan segenap, dapat menimbulkan ketidakefektifan kalimat jika

digunakan secara bersama-sama dengan bentuk ulang yang juga bermakna

jamak.Kalimat (50) berikut ini adalah contoh yang kurang tepat dan dapat

diperbaiki sebagai berikut.

50) Semua data-data itu dapat diklasifikasikan dengan baik.

 Semua data itu dapat diklasifikasikan dengan baik

 Data-data itu dapat diklasifikasikan dengan baik

Dalam bahasa laporan penelitian, uangkapan idiomatik tidak boleh

diabaikan.Ungkapan idiomatik yang unsure-unsurnya tidak bileh ditanggalkan, di

antaranya adalah sesuai dengan, bergantung pada, terbuat dari, terdiri atas,

berkenaan dengan, sejalan dengan, berkaitan dengan, sehubungan dengan.

Kalimat efektif juga mengutamakan variasi gaya kalimatnya, yang dapat

dicapai dengan menggunakan bentuk inverse, bentukpasif persona, variasi aktif-

pasif, dan variasi panjang-pendek.

Kalimat efektif berunsur padat, ada pilihan kata (diksi) yang perlu

diperhatikan.Perhatikan contoh berikut ini.


22

51) Terjangkitnya penyakit kelamin itu tentunya berkaitan dengan persepsi

dan perilaku mereka terhadap penyakit menular yang diakibatkan

melakukan hubungan seks.

 Terjangkitnya penyakit kelamin itu berkaitan dengan persepsi dan

perilaku mereka terhadap penyakit menular akibat seksual.

Dalam bahasa tulis ilmiah seperti halnya bahasa laporan penelitian, sedapat

mungkin ciri ragam lisan dihindari. Pada kalimat tersebut juga lebih padat karena

ada pilihan kata lain yang dimaksudkan untuk menggantikan frasa atau kelompok

kata yang diakibatkan melakukan. Hal-hal seperti ini selayaknya diperhatikan oleh

penulisa laporan penelitian agar bahasanya padat dan efektif.

Unsur predikatif sering dilupakan oleh penulis laporan penelitian.Perhatikan

contoh berikut.

52) Surakarta juga sebagai kota transit antara Surabaya dan Jakarta

 Surakarta merupakan kota transit antara Surabaya dan Jakarta

Tiadanya kata merupakan sebagai unsure prdikatif menjadikan kalimat (52)

rancu.

Kalimat efektif, pada gilirannya, akan menghasilkan paragraf yang efektif

pula. Paragraf yang efektif itu adalah paragraf yang mengandung kesatuan

(kohesi) dan kepaduan (koheresi).


23

Paragraf yang berkesatuan adalah paragraf yang mengandung satu gagasan

utama, yang diikuti oleh beberapa gagasan pengembang atau penjelas.Oleh karena

itu, rangkaian kalimatnya hanya mempersonalkan satu gagasan utama.

Paragraf yang berkepaduan adalah paragraf yang memperlihatkan kepaduan

hubungan antarkalimatnya.Hal ini dapat diketahui dari susunan kalimat yang

sisitematis, logis, dan mudah dipahami.Kepaduan itu dapat dicapai jika jalinan

kalimat-kalimatnya terangkai secara apik, misalnya dengan menggunakan sarana

pengait kalimat dalam paragraf yang berupa penggantian, pengulangan,

penghubung antarkalimat, dan gabungan dari ketiganya.


24

BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Ejaan pada dasarnya mencakup penulisan haruf, penulisan kata, termasuk

singkatan, akronim, angka dan bilangan, serta penggunaan tanda baca. Di

samping itu, pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing juga

termasuk dalam ejaan.

Huruf sering dianggap sama dengan fonem, padahal keduanyaberbeda,

Huruf adalah lambing atau gambar bunyi (bahasa), sedangkan fonem dalah satuan

bunyi bahasa terkecil yang membedakan makna.

Kata-kata yang sering salah ditulis oleh peneliti adalah kata-kata

berimbuhan, gabungan kata, kata ulang, kata depan, partikel, pemenggalan kata,

singkatan, dan akronim.

Kalimat yang efektif harus tersusun sesuai dengan kaidah yang

berlaku.Darisegi kaidah tata bahasa, sekurang-kurangnya kalimat itu harus

memiliki unsur subjek dan predikat. Kalimat yang tidak bersubjek umumnya

terjadi karena penggunaan kata depan pada awal kalimat.Paragraf yang efektif itu

adalah paragraf yang mengandung kesatuan (kohesi) dan kepaduan

(koheresi).Paragraf yang berkesatuan adalah paragraf yang mengandung satu

gagasan utama.
25

III.2 SARAN

Dalam penulisan dipandang remeh, karena penulisan dapat membuat hasil

yang tidak sempurna. Melalui makalah ini, maka penulis menyarankan agar kita

mampu membuat penulisan yang baik dan benar. Karena jika terjadikesalahan

membuat hasil karya tulis yang kita buat tidak enak dibaca.
26

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, H.G. 1983. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Rifai, M.A. 1997. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan

Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai