Nama Dosen:
Rifa Rahmi, SST,M.Kes
Disusun oleh:
Hidayah Sri Intan
Nim: 200301191
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan hinayah nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan paper Askeb persalinan dengan judul “Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala I-IV” tepat pada waktunya. Penyusunan paper semaksimal
mungkin kami upayakan dan didukung bantuin berbagai pihak, sehingga dapat memperlacar
dalam penyusunan nya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan paper ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami menerima segala masukan dan saran dari pihak yang pembaca untuk perbaikan paper
ini kedepannya.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari paper sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
2
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Kala I
.1.1 Identifikasi Masalah ................................................................................... 6
.1.2 Menilai data dan membuat diagnosis ........................................................... 7
.1.3 Membuat rencana asuhan ........................................................................... 7
.2 Asuhan Kala I
.2.1 Penggunaan partograf ................................................................................ 8
.2.2 Dukungan Persalinan ............................................................................... 10
.2.3 Pengurangan Rasa Sakit ........................................................................... 11
.2.4 Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis pada ibu ................................... 11
.3 Asuhan Kala II
.3.1 Asuhan Sayang Ibu ................................................................................. 13
.3.2 Posisi posisi Persalinan ........................................................................... 13
.3.3 Pertolongan Persalinan Sesuai APN ......................................................... 14
.3.4 Amniotomi ............................................................................................ 15
.3.5 Episiotomi ............................................................................................. 15
.4 Asuhan Kala III
.4.1 Manajemen Aktif Kala III ....................................................................... 16
.5 Asuhan Kala IV
.5.1 Penjahitan Luka Laserasi ........................................................................ 19
.5.2 Pemantauan Kala IV .............................................................................. 20
BAB III PENUTUP
.1 Kesimpulan ................................................................................................... 22
.2 Saran ............................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Apa saja asuhan kebidanan kala II pada ibu bersalin?
Apa saja asuhan kebidanan kala III pada ibu bersalin?
Apa saja asuhan kebidanan kala IV pada ibu bersalin?
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa bisa dapat memahami dan mengetahui apa saja asuhan kebidanan pada
ibu bersalin kala I-IV
5
BAB II
PEMBAHASAN
2) Menanyakan riwayat persalinan :
Bagaimana perasaan ibu?
Berapa bulan kehamilan ibu sekarang?
Kapan ibu mulai merasakan nyeri?
Seberapa sering rasa nyeri terjadi? Dan berapa lama berlangsung? Seberapa
kuat rasa nyeri tersebut?
Apakah ibu memperhatikan adanya lender darah?
Apakah ibu mengalami perdarahan dari vagina?
Apakah ibu melihat adanya aliran/semburan cairan? Jika ya, kapan?
Bagaimana warnanya? Berapa banyak?
Apakah bayi bergerak?
Kapan ibu terakhir makan? Tidur?
Kapan ibu terakhir BAB? BAK?
Persalinan terdahulu : berapa lama berlangsung, BB bayi?
3) Pemeriksaan fisik
a Melakukan pemeriksaan fisik :
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh.
Edema/oedem pada muka, jari, tangan, kaki, dan pretibia tungkai bawah.
Warna pucat pada mulut, dan conjungtiva.
Refleks-refleks
6
Abdomen : bekas luka operasi, tinggi fundus uterus, gerakan janin,
kontraksi, pemeriksaan Leopold, penurunan kepala janin, dan DJJ
Genital luar : luka, cairan, lendir darah, perdarahan, cairan ketuban.
Genital dalam : penipisan serviks, dilatasi, penurunan kepala janin,
membran/selaput ketuban.
Asesmen dan intervensi berikut yang perlu dimasukkan dalam rencana asuhan :
Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf.
Pemantauan terus menerus tanda-tanda vital ibu.
Pemantauan terus menerus keadaan bayi.
Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu.
Menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi.
Menganjurkan tindakan yang memberikan rasa nyaman.
Menganjurkan keluarga memberi dukungan.
7
2.2 Asuhan kala I
2.2.1 Penggunaan partograf
Partograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan fisik ibu
dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam mengambil keputusan
klinik khususnya pada persalinan kala satu.
1) Kegunaan Partograf
a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan memeriksa
pembukaan serviks berdasarkan pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, dengan demikian
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama. Hal ini
merupakan bagian terpenting dari proses pengambilan keputusan klinik persalinan
kala I.
2) Bagian-bagian partograf
a) Kemajuan persalinan.
Pembukaan serviks.
Turunnya bagian terendah dan kepala janin.
Kontraksi uterus.
b) Kondisi Janin.
Denyut jantung janin.
Warna dan volume air ketuban.
Moulase kepala janin.
c) Kondisi ibu.
Tekanan darah, nadi dan suhu badan.
Volume urine.
Obat dan cairan
3) Cara mencatat temuan pada partograf
Observasi dimulai sejak ibu datang, apabila ibu datang masih dalam fase laten,
maka hasil observasi ditulis di lembar observasi bukan pada partograf. Karena
partograf dipakai setelah ibu masuk fase aktif yang meliputi :
8
a) Indentifikasi ibu Lengkapi bagian awal atau bagian atas lembar partograf secara
teliti pada saat mulai asuhan persalinan yang meliputi Nama, Umur, Gravida, Para,
Abortus, Nomor Rekam Medis/Nomor Klinik, Tanggal dan waktu mulai dirawat,
Waktu pecahnya ketuban.
b) Kondisi janin
Kolom lajur dan skala angka pada partograf bagian atas adalah untuk
pencatatan.
Denyut jantung janin (DJJ)
DJJ dinilai setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka 180 dan
100, nilai normal sekitar 120 s/d 160, apabila ditemukan DJJ dibawah 120 dan
diatas 160, maka penolong harus waspada.
Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dengan
menggunakan lambang sebagai berikut:
U : Jika ketuban Utuh belum pecah.
J : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Jernih.
M : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan Mekoneum.
D : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan Darah.
K : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Kering.
Penyusupan/ moulase kepala janin
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan kepala janin dengan
menggunakan lambang sebagai berikut:
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat diraba.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tetapi masih dapat
dipisahkan.
3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
c) Kemajuan persalinan
Dilatasi serviks
9
Angka 0-10 yang tertera pada tepi kolom kiri adalah besarnya dilatasi
serviks. Kotak diatasnya menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Cara
pencatatannya dengan memberi tanda silang (X) pada garis waspada sesuai
hasil pemeriksaan dalam/ VT. Hasil pemeriksaan dalam/ VT selanjutnya
dituliskan sesuai dengan waktu pemeriksaan dan dihubungkan dengan garis
lurus dengan hasil sebelumnya.
10
berusaha berjalan bila memungkinkan dan merubah posisi tidur miring kiri, jongkong,
atau merangkak.
4) Memberi informasi Ibu dan keluarga diberikan informasi tentang selengkapnya
kemajuan persalinan dan semua perkembang selama persalinan. Setiap intervensi
harus dijelaskan. Ibu harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan klinis.
5) Teknik Relaksasi Diharapkan saat ANC ibu sudah mendapatkan informasi tentang
teknik relaksasi apabila belum pernah maka harus diajarkan saat inpartu, terutama saat
teknik bernafas.
6) Percakapan Pada masa inpartu ibu membutuhkan sikap akrab dan simpatik. Saat
kontraksi ibu akan memerlukan konsentrasi penuh semua emosi dan fisik dikerahkan
dan akan menutup semua pembicaraan. Saat kontraksi sentuhan ekspresi wajah dari
orang orang sekita sangatlah dibutuhkan.
7) Dorongan semangat Sebagai bidan harus memberikan dorongan semangat selama
proses persalinan dengan ucapan beberapa pujian dan semangat.
11
Dalam inpartu akan merasa sangat panas dan berkeringat sehingga bagi ibu yang
masih memungkinkan untuk berjalan diberikan kesempatan untuk mandi. Tetapi bagi
ibu yang sudah tidak memungkinkan, bidan dan keluarga membantu ibu menyeka
dengan waslap yang dibasah dengan air dingin. Demikian dengan baju yang basah
karena keringat bisa diganti dengan yang baru.
b) Posisi
Dalam kehamilan beberapa ibu hamil sudah dilatih untuk menghadapi persalinan,
misalnya senam, jalan-jalan, jongkong, dan berdiri. Sehingga saat persalinan ibu hamil
memiliki keinginan untuk merubah posisi pada saat persalinan, tidak hanya tidur
telentang. Ibu berusaha untuk menggunakan posisi senyaman mungkin.
c) Kontak fisik
Selama proses persalinan ibu tidak suka dengan bercakap-cakap.
Ibu merasa lebih nyaman untuk kontak fisik. Keluarga dianjurkan untuk melakukan
kontak fisik seperti berpegangan tangan, menggosok-gosok punggung, menyeka wajah
dengan air dingin, mendekap, mengelus-elus perut, atau memijat kaki. Bila
memungkinkan dapat dilakukan rangsangan pada putting susu, klitoris, untuk
mendorong pelepasan oksitosin sehingga akan merangsang kontraksi menjadi semakin
kuat. Keluarga membantu merubah posisi tidur ibu.
d) Pijatan
Ibu yang mengeluh sakit pinggang atau nyeri selama persalinan membutuhkan pijatan
untuk meringankan keluhan, dapat dilakukan dengan pijatan melingkar daerah
lumbusakralis, menekan daerah lutut dengan posisi ibu duduk atau mengelus-elus
perut.
e) Perawatan kandung kemih
Keinginan berkemih pada ibu inpartu sering terganggu dengan adanya kontraksi untuk
itu perlu diperhatikan karena dapat menghambat turun nya bagian terendah janin dan
kontraksi uterus setiap 4 jam kandung kemih harus dikontrol, dan diupayakan ibu
kencing sendiri.
2) Kebutuhan psikologis ibu
Ibu bersalin sering merasakan cemas memikirkan hal-hal yang terjadi seperti,
perasaan sakit, takut menghadapi persalinan, penolong sabar atau tidak, apakah
12
anaknya cacat. Perasaan tersebut akan menambah rasa sakit oleh karena itu ibu
bersalin memerlukan pendamping selama persalinan karena dapat menimbulkan efek
positif terhadap persalinan menguragi rasa sakit, persalinan lebih singkat dan
menurunnya persalinan dengan tindakan.
13
4. Tidur berbaring kekiri
Posisi ini dapat memberi rasa santai bagi ibu yang letih memberi opsigenasi yang
baik bagi bayi, dan membantu mencegah terjadinya laserasi. Selama proses
persalinan, ibu bersalin tidak dianjurkan dalan posisi terlentang karena posisi ini
memiliki bebrapa kerugian , diantaranya dapat menyebabkan supinehipotensi, ibu
bisa pingsan bayi kekurangan oksigen dapat meningkatkan rasa sakit, memperlama
persalinan, membuat ibu susah bernapas, dan membatasi gerak ibu bersalin.
.3.3 Pertolongan Persalinan Sesuai APN
Pada persalinan normal seorang penolong persalinan baik bidan maupun tenaga medis
lainnya perlu melakukan tindakan pertolongan sebagai berikut.
1. Maneuver tangan dan langkah dalam melahirkan
Saat kepala bayi mendorong atau membuka vulva sekitar 5 sampai 5-6cm, letakkan kain
atau handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan segera bayi setelah lahir
.letakkan kain bersih dan kering yang dilipat sepertiganya dibawah bokong ibu.
2. Periksa tali pusat pada leher
Ketika bayi sudah lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat . raba
leher bayi apakah ada lilitan tali pusar . jika lilitan longgar dileher bayi , lepaskan
melewati kepala bayi. Namun, jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat maka klem
dikedua tempat dan potong tali pusat antara kedua klem.
3. Melahirkan bahu
Letakkan satu tangan pada masing masingb kepala bayi dan lakukan tarikan perlahan
kearah bawah dan luar secara lembut atau kearah tulang punggung ibu hingga bahu
anterior tampak pada arcus pubis angkat kepala bayi kearah atas dan luar atau kearah ke
langit –langit untuk melahirkan bahu posterior bayi
4. Melahirkan sisa tubuh bayi
Saat bahu posterior lahir, selipkan tangan pada bagian bawah atau posterior kepala bayi
kearah perineum dan biarkan bahu serta bagian tangan bayi lahir ketangan yang ini
gunakan jari –jari tangan yang sama untuk mengendalikan kelahiran siku dan tangan
pada sisi posterior bayi pada saat melewati perenium .setelah kelahiran tubuh dan
lengan, sisispkan tangan bagian depan dipunggung bayi kearah bokong dan kaki bayi
untuk menahan laju kelahiran bayi saat kaki lahir. Sisipkan jari telunjuk dari tangan
yang sama diantara kaki bayi, pegang dengan mantap bagian mata kaki bayi dan baru
lahirkan kaki nya dengan hati hati .
5. Mengeringkan dan merangsang bayi
Bayi yang sudah dilahirkan harus segera keringkan dan rangsang bayi dengan kain atau
selimut diatas perut ibu pastikan bagian kepala bayi tertutup dengan baik. Hal ini
dilakukan untuk melihat kondisi bayi agar baik- baik saja
6. Memotong tali pusar
Segera lakukan pemotongan tali pusat dengan menggunakan klem , dinsenfeksi tingkat
tinggi atau steril . gunakan tangan lain untuk memotong tali pusat diantara kedua klem
tersebut dengan menggunakan gunting disenfeksi tingkat tinggi atau steril setelah
14
memotong tali pusat , ganti handuk yang telah basah dan selimut bayi dengan selimut
dan kain bersih dan kering patikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik.
.3.4 Amniotomi
Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka
sepenuhnya. Berikut merupakan langkah-langkah melakukan amniotomi.
1. Saat melakukan PD, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged
dan tidak teraba adanya tali pusar atau bagian-bagian kecil janin lainnya.
2. Pegang setengah klem kocher atau Kelly memakai tangan kiri dan memasukkan ke
dalam vagina dengan perlindungan dua jari tangan kanan (gunakan sarung tangan)
hingga menyentuh selaput ketuban.
3. Saat kekuatan his sedang berkurang, lakukan sentuhan dengan jari-jari tangan
kanan anda dengan menggoreskan klem kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga
pecah.
4. Tarik keluar dengan tangan kiri klem kocher atau Kelly dan rendam dalam larutan
klorin 0,5 %. Tetap pertahankan jari-jari tangan kanan anda didalam vagina untuk
merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali
pusat. Setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat, keluarkan jari
tangan kanan dari vagina. Cuci dan lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik
di dalam larutan klorin 0,5 %. Periksa kembali denyut jantung janin.
.3.5 Episiotomi
Episiotomi (periniotomi) adalah inisisi perineum untuk memperlebar ruang pada lubang
jalan keluar atau jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran anak. Keuntungan bagi ibu
ketika melakukan episiotomi adalah sebagai berikut:
1. Luka insisi yang lurus lebih mudah di perbaiki dan lebih cepat sembuh
dibandingkan dengan luka laserasi yang compang-camping serta tidak terkendali.
2. Dapat mempertahankan kekuatan dasar panggul.
3. Melindungi struktur di sebelah depan atau belakang . caranya dengan
menambahkan ruang di sebelah posterior, peregangan, dan kerusakan akan menjadi
lebih kecil pada bagian anterior dinding vagina, kandung kemih, uretra dan pada
jaringan periklitoris.
4. Robekan ke dalam rectum dapat dielakkan atau dihindari.
15
.4 Asuhan Kala III
Manajemen Aktif Kala III
Manajemen Aktif Kala III sangat penting dilakukan pada asuhan persalinan normal. Saat
ini, manajemen aktif kala III telah menjadi prosedur tetap pada asuhan persalinan normal
dan harus dimiliki oleh tenaga kesehatan penolong persalinan.
a. Tujuan Manajemen Aktif Kala III
Untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah pada
kala III. Penatalaksanaan manajemen aktif kala III dapat mencegah terjadinya kasus
pendarahan yang terjadi setelah persalinan. Perdarahan tersebut disebabkan oleh atonia
uteri dan retensio plasenta.
b. Prosedur Pelaksanaan MAK III
Langkah utama manajemen aktif kala III adalah pemberian suntikan oksitosin,
penegangan tali pusat terkendali dan massase fundus uteri. Berikut ini adalah
penjelasan ketiga langkah tersebut.
Pemberian suntik oksitosin
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perasat manajemen aktif kala III
2. Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI
3. Letakkan kain bersih diatas perut ibu
4. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
5. Beritahukan pada ibu bahwa ia akan disuntik
6. Selambat-lambatnya daklam 2 menit setelah bayi lahir. Segera suntikkan
oksitosin 10 UI IM pada 1/3 bagian atas paha kanan bagian luar.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
1. Bidan berdiri disamping kanan ibu
2. Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala II persalinan pada tali
pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
3. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alasi dengan kain ) tepat di atas
tulang pubis
4. Gunakan tangan untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat
melakukan penegangan tali pusat
16
5. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat, kemudian tangan pada
dinding abdomen menekan korpus uteri kebawah-atas (dorsokranial) korpus
6. Lakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya inversio uteri
7. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga ada kontraksi yang kuat (sekitar 2 atau
3 menit)
8. Pada saat kontraksi mulai (uterus bulat atau tali pusat memanjang), tegangkan
kembali tali pusat ke arah bawah dengan hati-hati. Bersamaan dengan itu, tetap
lakukan penekanan korpus uteri kea rah dorso-kranial hingga plasenta terlepas
dari tempat implantasinya
9. Jika plasenta tidak turun setelah 3040 detik sejak dimulainya PTT dan tidak ada
tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan PTT.
10. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi
berikutnya, Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali
pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.
11. Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi PTT dan lakukan tekanan dorso
kranial pada uterus secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap
kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.
12. Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran sehingga plasenta akan
terdorong ke introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat kea rah bawah
mengikuti arah jalan lahir.
13. Pada saat plasenta terlihat introitus vagina, tersukan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek pegang plasenta
dengan kedua tangan dan dengan lembut putar.
14. Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput
ketuban.
17
3. Dengan lembut tapi mantap, gerakkan tangan secara memutar pada fundus
uteri sehingga uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam
waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri.
4. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan
utuh.
5. Melihat sisi maternal plasenta untuk memastikan bahwa semuanya lengkap
dan utuh.
6. Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk
memastikan tidak ada bagian yang hilang.
7. Periksa plasenta bagian foetal untuk memastikan tidak ada kemungkinan
plasenta suksenturiata.
8. Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.
9. Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan bahwa
uterus berkontraksi dengan baik. Jika uterus masih belum berkontraksi,
ulangi pemijatan fundus uteri.
10. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan pemijatan uterus sehingga
segera dapat diketahui jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
11. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.
12. Bersihkan tempat tidur dan buat ibu merasa nyaman. Letakkan instrument
dan peralatan lainnya kedalam larutan klorin untuk dekontaminasi.
13. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin kemudian lepas dalam keadaan terbalik. Lalu cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir, lalu keringkan.
18
.5 Asuhan Kala IV
Anestasi Lokal dan Prinsip Penjahitam
Anestasi local yang digunakan untuk menjahit luka episiotomi adalah lidokin 1% tanpa
epinefrin.Ukuran jarum yang digunakan bergantung pada lansernya.Sebuah jarum berukuran
22 dengan panjang 3-4 cm cukup untuk menginjeksi anestesi.Pada saat anestesi hendaknya
berhati-hati,jangan sampai masuk ke pembuluh darah.Apabila masuk ke pembuluh darah,
maka akan menyebabkan kematian pada ibu bersalin. Adapun teknik anestesi local sebagai
berikut;
a. Siapkan alat suntik dan hisap 10ml larutan lidokain 1% dalam sekali pakai
b. Tempelkan jarum 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut.
c. Suntikan jarum ke ujung laserasi lalu tarik jarum sepanjang tepi luka
d. Lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah.
e. Suntikkan anastesi sejajar dengan permukaan luka pada jarum suntik ditarik secara
perlahan.
f. Tarik jarum samapai ke bawah,tempat dimana ajarum disuntikan.
g. Arahkan jarum ke daerah atas tenah luka dan ulangi langka keempat.
h. Tusukkan jarum untuk yang ketiga kalinya dan dilakukan sekali lagi untuk,sehingga garis
disatu sisi luka mendapatkan anestesi luka.
i. Ulangi pada sisi lain.setiap sisi luka akan membutuhkan kurang lebih 5ml lidokain 1%
untuk mendapatkan anestesi yang cukup.
j. Tarik jarum hingga sampai ke bawah, tempat di mana jarum tersebut di suntikkan.
19
j. Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus keluar dari
belakang cincin heymen
k. Ikat benang dengan membuat simpul didalam vagina, potong ujung benang dan
sisakan 1,5 cm. apabila benang dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar, dan
laserasi akan terbuka.
l. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut.
m.Masukkan jari paling kecil ke anus secara lembut. Raba apakah ada jahitan pada
rectum. Jika ada jaitan ulangi pemeriksaan rectum pada 6 minggu pasca persalinan.
Jika penyembuhan belum sempurna, rujuk segera
n. Cuci daerah genetal dengan lembut menggunakan air sabun dan air DTT kemudian
keringkan
o. Nasehati ibu bersalin agar menjaga perineum nya, hindari obat – obatan tradisional,
cuci 3 – 4 kali sehari, control 1 minggu kemudian jika ada keluhan seperti demam,
bau busuk, segera datang bidan atau penolong persalinan lainnya.
BAB III
PENUTUP
21
3.1 Kesimpulan
Asuhan Kebidanan persalinan adalah asuhan yang diberikan pada ibu selama proses
persalinan mulai kala I hingga kala IV dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan
menurut Varney. Pada studi kasus ini, dilakukan asuhan kebidanan pada Ny S 32 tahun GIII
P2002 Ab000 dengan persalinan normal di PMB Siti Rugayah Pakis.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dengaN sungguh-sungguh dalam
memberikan asuhan di lahan praktik sesuai dengan standar pelayanan kebidanan sehingga
dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
22