Anda di halaman 1dari 18

Makalah ASKEB Neonatus, Bayi dan Balita

“Asuhan Kebidanan pada neonatus, bayi dan balita dengan


masalah yang lazim terjadi dan penatalaksanaanya ”

Dosen Pembimbing

Ary Oktora Sri Rahayu, SST, M.Kes

Di Susun Oleh:

Hidayah Sri Intan 200301191

Reza Pratama 200301192

Nurmala sari 200301194

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN (STIKes) AL- INSYIRAH PEKANBARU
TAHUN 2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
anugrahnya penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah
ini disusun guna untuk memenuhi tugas dari pada mata kuliah ASKEB NEONATUS, BAYI
DAN BALITA di civitas STIKes Al Insyirah Pekanbaru. Makalah ini saya susun berdasarkan
pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa sumber diantaranya buku dan media elektronik
dengan harapan orang yang membaca dapat memahami tentang “Asuhan neonatus, bayi
dan balita dengan masalah yang lazim terjadi dan penatalaksanaanya ”. Terlepas dari
semua itu, kami juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka besar harapan kami dari rekan-rekan
pembaca untuk kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini di
masa mendatang.

Pekanbaru, 26 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER …....................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 masalah kesehatan yang sering terjadi pada neonatus bayi dan balita ...5
2.1.1 bercak mongol….............................................................. 5
2.2.2 hemangioma .............................................................................6
2.2.3 ikterik……………................................................................... 6
2.2.4 muntah…………… ……………………….............................. 7
2.2.5 gumoh …………....................................................................8
2.2.6 oral trush…………………………………………………..... 8
2.2.7 diaper rush (ruam popok) …………………………………... 9
2.2.8 seborrhoea………………………………...…………………. 10
2.2.9 bisulan…………………………………………………...…. 10
2.2.10 milliariasis …………………………………………….......... 11
2.2.11 diare……………………………………………………….... 12
2.2.12 obstipasi……………………………………………………... 13
2.2.13 infeksi……………………………………………………………16
2.2.14 bayi meninggal mendadak (sudden infant death syndrome)……..16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 17
3.2 Saran ........................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurunkan angka kematian bayi merupakan salah satu tujuan dari asuhan kebidanan
pada neonatal, bayi dan balita.  Dalam pelaksanaannya masih banyak hambatan yang
terjadi, contohnya ialah lahirnya bayi dengan masalah, bayi dengan penyakit tertentu, dan
balita yang terserang penyakit.  Maka dari itu penting bagi tenaga kesehatan, khususnya
bidan untuk mengetahui dan terampil dalam mengenali gejala suatu penyakit serta cara
menanganinya. Makalah ini akan membahas tentang beberapa penyakit yang dapat
menyerang bayi antara lain ialah : bercak mongol, hemangioma, muntah, gumoh, oral
trush, diaper rash, sebhorrea, milliariasis, diare, obstipasi , infeksi, syndrom kematian bayi
mendadak (sudden infant death syndrome-sids), muntah dan gumoh, gumoh/regurgitasi
serta penatalaksanaanya.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada bercak mongol?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada hemangioma?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada ikterik?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada muntah?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi terjadi pada gumoh?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada oral trush ?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada diaper rush (ruam popok)?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada seborrhoe?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada bisulan (furunkel)?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada milliariasis?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada obstipasi?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada diare?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada infeksi?
 Apa saja masalah yang lazim terjadi pada bayi meninggal mendadak (sudden
infant death syndrome?
1.3 Tujuan

4
Agar mahasiswi dapat memberikan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan balita
sesuai dengan masalah yang lazim terjadi serta penatalaksanaannya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masalah kesehatan yang sering terjadi pada neonatus, bayi dan balita

2.1.1 BERCAK MONGOL


a. Pengertian
Merupakan bercak kebiruan yang disebabkan karena terperangkapnya sel melanostik
(pigmen) di bagian belakang tubuh bayi pada saat pembentukan sistem saraf. Bercak
mongol tergolong normal dan tidak berbahaya dan hampir dialami oleh semua bayi.
b. Etiologi
Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak mongol
ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang
terhambat selama proses migrasi dari Krista neuralis ke epidermis. Hamper 90% bayi
dengan kulit berwarna atau kulit Asia (Timur) lahir dengan brcak ini, namun pada
bayi Kaukasia hanya 5%.
c. Tanda dan Gejala
Tanda lahir ini biasanya berwarna coklat tua, abu-abu batu, atau biru kehitaman.
Terkadang bintik mongol ini terlihat seperti memar. Biasanya timbul pada bagian
punggung bawah dan bokong, tetapi sering juga ditemukan pada kaki, punggung,
pinggang dan pundak. Bercak mongol juga memiliki ukuran yang bervariasi, dari
sebesar peniti sampai berdiameter enam inchi. Seorang anak bias memiliki satu atau
beberapa bercak mongol.
Bercak mongol biasanya terlihat sebagai :
1) Luka seperti pewarnaan
2) Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit normal
3) Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
4) Bercak yang biasanya akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun
5) Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan
d. Penanganan

5
Bercak mongol biasanya menghilang dalam beberapa tahun pertama atau pada 1-4
tahun sehingga tidak memerlukan perlindungan dan penanganan khusus. Namun
bercak mongol multiple yang tersebar luas, terutama pada tempat-tempat biasa
cenderung tidak akan hilang dan dapat menetap sampai dewasa. Apabila penderita
telah dewasa, dianjurkan pengobatan dengan menggunakan sinar laser.
Penanganan yang dapat dilakukan oleh bidan :
 Memberikan konseling pada orang tua bayi
 Menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan bercak mongol
 Menjelaskan bahwa bintik tersebut akan menghilang dalam hitungan
bulan/tahun dan tidak berbahaya sehingga orang tua bayi tidak merasa
cemas.

2.1.2 HEMANGIOMA
a. Pengertian
Merupakan tanda lahir yang berupa sekelompok pembuluh darah yang tidak ikut
aktif dalam peredaran darah umum. Biasanya muncul di permukaan kulit. Meski
bisa tumbuh membesar dua kali ukurannya stabil dan buka merupakan tumor.
b. Penanganan
Umumnya setelah mencapai mencapai ukuran stabil, warnanya akan menipis
kemudian dapat menghilang dengan sendirinya sehingga tidak memerlukan
penanganan khusus. Kemudian berikan konseling kepada orang tua bayi bahwa
tanda lahir itu normal dan sering terjadi pada bayi baru lahir, sehingga orang tua
tidak perlu khawatir dalam menghadapi kejadian ini.

2.1.3 IKTERIK
a. Pengertian
Merupakan perubahan warna kulit / sclera mata berwarna putih menjadi kuning
karena kadar bilirubin dalam darah. Ikterik pada bayi dikatakan fisiologis apabila
muncul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir.
b. Penanganan
Perlu dilakukan pengamatan yang ketat dan cermat pada 24 jam pertama sehingga
ikterus tidak potensial menjadi patologis. Hal lain yang dapat dilakukan adalah
dengan cara terus memberi ASI pada (banyak minum), melakukan terapi sinar
yaitu dengan menyinari bayi pada pagi hari sekitar jam 7 sampai jam 9 selama

6
sepuluh menit. Namun apabila terjadi keadaan patologik perlu dirujuk ke RS
(periksa golongan darah ibu dan bayi, periksa kadar bilirubin).

2.1.4 MUNTAH
a. Pengertian
Merupakan suatu keadaan keluarnya isi di dalam lambung baik cairan maupun
makanan yang sebelumnya telah dicerna melalui gerak peristaltik otot lambung.
b. Etiologi
Muntah bias disebabkan karena berbagai hal seperti :
1. Kelainan congenital
Pada saluran pencernaan, iritasi lambung atresia esophagus, hirshprung,
tekanan intracranial yang tinggi.
2. Infeksi pada saluran pencernaan.
3. Cara pemberian makanan yang salah.
4. Keracunan.
c. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah :
1. Dehidrasi atau alkalosiskarena kehilangan cairan tubuh/ elektrolit
2. Ketosisi karena tidak makan dan minum
3. Asidosis yang disebabkan adanya ketosis yang dapat berkelanjutan menjadi
syok bahkan sampai kejang
4. Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva, rupture esophagus, aspirasi,
yang disebabkan karena muntah yang sangat hebat.
d. Patofisiologi
Muntah terjadi ketika anak/bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, terkadang
sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi, muntah sering terjadi pada minggu-
minggu pertama. Hal tersebut merupakan reaksi spontan ketika isi lambung
dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Refleks ini dikoordinasikan di medulla
oblongata. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran
pencernaan, penyakit intracranial, atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
e. Penanganan
1. Kaji factor penyebab dan sifat muntah
2. Berikan pengobatan yang bergantung pada factor penyebab
3. Ciptakan suasana tenang

7
4. Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati
5. Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah
6. Berikan antiemetic jika terjadi reaksi simptomatis dan rujuk segera.
2.1.5 GUMOH
a. Pengertian
Meupakan suatu keadaan keluarnya isi di dalam lambung baik cairan maupun
makanan (ASI atau PASI) segera setelah bayi diberikan asupan tersebut tanpa
mengalami proses pencernaan melalui gerak peristaltik otot lambung.
b. Etiologi
Penyebab terjadinya gumoh antara lain :
1) Bayi sudah merasa senang
2) Posisi salah saat menyusui
3) Posisi botol yang salah
4) Tergesa-gesa saat pemberian susu
5) Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan
c. Patofisiologi
Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh,
sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke
atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan
karena otot katup di ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut
seharusnya mendorong isi lambung ke bawah.
d. Penanganan
1) Perbaiki teknik menyusui
2) Perhatikan posisi botol saat pemberian susu
3) Sendawakan bayi setelah disusui
4) Lakukan teknik menyusui yang benar, yaitu bibir mencakup rapat seluruh
putingsusu ibu sampai ke areola.

2.1.6 ORAL TRUSH


a. Pengertian
Oral trush adalah terinfeksinya membrane mukosa mulut bayi oleh jamur
Candidiasis yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak keputihan dan
membentuk plak-plak berkeping di mulut, terjadi ulkus dangkal. Biasanya
penderita akan menunjukkan gejala demam karena adanya iritasi gastrointestinal.

8
b. Etiologi
Oral trush terjadi karena adanya infeksi jamur (candida albican) yang merupakan
organism penghuni kulit dan mukosa mulut, vagina, dan saluran cerna.

c. Tanda dan Gejala


Sangat mudah terlihat pada pasien oral trush adalah lesi di mulut yang berwarna
putih dan membentuk plak-plak yang berkeping menutupi seluruh atau sebagian
lidah, kedua bibir, gusi, dan mukosa pipi.
d. Penanganan

1) Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi.


2) Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera diobati dengan
pemberian antibiotic berspektrum luas.
3) Jaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut.
4) Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan air
matang dan juga bersih.
5) Pada bayi yang minun susu dengan menggunakan botol, gunakan teknik steril
dalam membersihkan botol susu.
6) Berikan terapi pada bayi.
a. 1 ml larutan Nystatin 100.000 unit diberikan 4x sehari dengan interval
setiap 6 jam. Larutan diberikan dengan lembut dan hati-hati agar tidak
menyebar luas kerongga mulut.
b. Gentian violet 3x sehari.

2.1.7 DIAPER RUSH (Ruam Popok)


a. Pengertian
Kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak yang terus menerus dengan
lingkungan yang tidak baik.
b. Etiologi
1) Tidak terjaganya kebersihan kulit dan pakaian bayi
2) Jarang mengganti popok setelah bayi BAB atau BAK
3) Terlalu panas atau lembabnya udara/suhu lingkungan
4) Tingginya frekuensi BAB (diare)
5) Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastic dan deterjen

9
c. Tanda dan Gejala
1) Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan allergen, sehingga muncul
eritema.
2) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat genital, perut
bawah, atau paha atas.
3) Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla eritematosa, vesikula dan
ulserasi.
d. Penanganan

1) Dapat diatasi dengan cara menjaga kebersihan dan kelembaban kulit


bayi terutama pada kulit di daerah alat kelamin dan bokong.
2) Menjaga kebersihan pakaian dan perlengkapan.
3) Setiap setelah BAB dan BAK segera bersihkan daerah pada tubuh bayi
yang terkontaminasi.
4) Mencuci popok dengan detergen yang lembut.

2.1.8 SEBORRHOEA
a. Pengertian
Kulit tampak berkaca-kaca, berwarna merah dan berminyak oleh karena produksi
lemak yang berlebihan dan bisa juga terjadi jerawat komedo pada kulit. Biasanya
seborrhea terjadi di daerah kepala.
b. Etiologi

Beberapa factor penyebab seborrhea :


1) Faktor hereditas, yaitu bisa disebabkan karena factor keturunan dari orang tua.
2) In take makanan yang kaya lemak dan kalori.
3) Asupan minuman beralkohol.
4) Adanya gangguan emosi.
c. Penanganan
Walaupun secara kausal masih belum diketahui, tapi penyembuhannya bisa
dilakukan dengan obat-obat topical seperti sampo yang tidak berbusa (keramasilah
kepala bayi sebanyak 2 sampai 3 kali seminggu) dank rim selenium sulfida.

2.1.9 BISULAN (FURUNKEL)


a. Pengertian

10
Infeksi bakterial (terutama oleh kuman Staphylococcus Aureus dan Streptococcus
sp.) pada bagian atas lapisan kulit. Salah satu faktor resiko atau pemicu
munculnya bisulan adalah obesitas (semakin gemuk seseorang semakin tinggi
resiko untuk mengalami bisul).
b. Etiologi
Bisul dapat disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :

1) Iritasi pada kulit.


2) Kebersihan kulit yang kurang terjaga.
3) Daya tahan tubuh yang rendah.
4) Infeksi oleh Staphylococcus Aureus.
c. Tanda dan gejala
1) Nyeri pada daerah ruam.
2) Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang berbentuk kerucut dan
memiliki pustule.
3) Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik
yang dapat pecah membentuk fistel lalu keluar melalui lobus minoris
resistensiae.
4) Setelah seminggu umumnya furunkel akan pecah pecah sendiri dan sebagian
dapat menghilang dengan sendirinya.
d. Penanganannya
1) Faktor pemicu harus dihilangkan.
2) Menjaga kebersihan umum terutama pada kulit.
3) Bila bisulan melebar (semakin luas) diberikan obat antibiotik
golongan penicilin atau diberikan antibiotik Eritromicin.
4) Bila bisul matang lakukan insisi dan bila bisul sering kambuh perlu
dilakukan pemeriksaan gula darah.

2.1.10 MILLIARIASIS
a. Pengertian
Kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan disertai dengan gelembung kecil
berair yang timbul akibat keringat berlebih disertai sumbatan saluran kelenjar
keringat yaitu pada dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung),
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.

11
b. Etiologi
Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab serta
adanya dengan infeksi bakteri.
c. Penanganan
1) Melakukan perawatan kulit yang benar.
2) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil
atau bedak kocok setelah mandi.
3) Bila sangat gatal, pedih, luka, dan timbul bisul, dapat diberikan
antibiotik.
4) Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih)
sehingga tidak melukai / menggores kulit saat menggaruk.

2.1.11 DIARE
a. Pengertian
BAB dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja / feses
menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah yang terjadi pada bayi dan anak
yang sebelumnya tampak sehat.
b. Etiologi

1) Infeksi
a. Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan
merupakan penyebab utama terjadinya diare.
b. Parenteral, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan.
2) Malabsorbsi
a. Karbohidrat
b. Lemak
c. Protein
3) Makanan, misalnya makanan basi, beracun, dan alergi.
4) Psikologi, misalnya rasa takut atau cemas.

c. Tanda dan gejala

1) Cengeng

12
2) Gelisah
3) Suhu meningkat
4) Nafsu makan menurun
5) Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darahnya.
6) Anus lecet
7) Dehidrasi
8) Berat badan menurun
9) Turgor kulit menurun
10) Mata dan ubun-ubun cekung
11) Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering

d. Penanganan
1) Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan cairan elektrolit.
2) Melakukan terapi rehidrasi.
3) Melakukan kolaborasi untuk terapi pemberian antibiotik yang sesuai dengan
kuman penyebabnya.
4) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk mencegah
penularan.
5) Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotik.
6) Tidak dianjurkan memberi anti diare.

2.1.12 OBSTIPASI
a. Pengertian
Merupakan penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya
obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya
pengeluaran feses selama hari atau lebih.
b. Etiologi
Obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
1) Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila feses terlalu kecil untuk membangkitkan keinginan
untuk buang air besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, dan
mengonsumsi makanan yang kurang mengandung selulosa.
2) Hipotiroidesme

13
Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan, yaitu kreatinisme dan myodem
yang menyebabkan tidak cukupnya ekskresi hormone tiroid sehingga semua
proses metabolism berkurang.
3) Keadaan-keadaan mental
Factor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi,
terutama depresi berat yang tidak memedulikan keinginannya untuk buang air
besar. Kondisi anak dengan keterbelakangan mental juga merupakan penyebab
terjadinya obstipasi karena anak sulit dilatih buang air besar.
4) Penyakit organic
Obstipasi terjadi bila terasa nyeri saat buang air besar dan sengaja dihindari
seperti pada fistula ani atau wasir yang mengalami thrombosis.
5) Kelainan congenital
Adanya penyakit seperti atresia, stenosis, megakolon anganglionik congenital
(penyakit hirschprung), obstruski bolus usus ileus mekonium, atau sumbatan
mekonium. Hal ini dicurigai terjadi pada neonates yang tidak mengeluarkan
mekonium dalam 36 jam pertama.
6) Penyebab lain
Penyeban lainnya adalah diet yang salah, tidak mengonsumsi makanan yang
mengandung serat selulosa sehingga bisa mendorong terjadinya peristaltic,
atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit, ketika anak masih kekurangan
cairan.
c. Tanda dan Gejala
1) Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama,
pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3hari atau lebih.
2) Sakit dan kejang pada perut.
3) Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang
menyemprot.
4) Feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum.
5) Bising usus yang janggal.
6) Merasa tidak enak badan, anoreksia, dan sakit kepala.
7) Terdapat luka pada anus.
d. Penanganan
1) Banyak minum.
2) Makan makanan yang tinggi serat.

14
3) Mencegah memberikan makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi /
obstipasi.
4) Lebih baik memberi ASI pada bayi.
5) Melakukan kolaborasi untuk intervensi bedah jika terdapat indikasi.
6) Melakukan perawatan kulit per anal.

2.1.13 INFEKSI
a. Pengertian
Kolonaliasis yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang dan
bersifat paling membahayakan inang.
b. Etiologi
Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti Escherichia coli,
Pseudomonas pyocyaneus, Klebsielia, Staphylococcus aureus, dan Coccus
gonococcus. Infeksi ini bisa terjadi pada saat antenatal, intranatal, dan postnatal.
c. Tanda dan gejala
Gejala infeksi yang umum terjadi pada bayi yang mengalami infeksi perinatal
adalah sebagai berikut :
1) Bayi malas minum.
2) Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi.
3) Frekuensi pernapasan meningkat.
4) Berat badan menurun.
5) Pergerakan kurang.
6) Muntah
7) Diare
8) Sklerema dan edema
9) Perdarahan, ikterus, kejang.
10) Suhu tubuh dapat normal, hipotermi atau hipertermi.

d. Penanganan
i. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
ii. Mencuci tangan sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi, pakaian bayi
harus bersih, alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindakan pada bayi
harus bersih.

15
iii. Berikan posisi semi fowler apabila bayi mengalami sesak.
iv. Apabila suhu tinggi lakukan kompres dingin.
v. Memberikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit.
vi. Apabila bayi muntah lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke
kiri atau ke kanan.
vii. Apabila ada diare, perhatikan personal hygine dan keadaan lingkungan.
viii. Rujuk segera kerumah sakit. Lakukan informant consent pada keluarga

2.1.14 BAYI MENINGGAL MENDADAK (SUDDEN INFANT DEATH


SYNDROM)
a. Pengertian
Suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat.
Sering ditemukan pada bayi usia 2 minggu sampai 1 tahun dan sering terjadi ketika
bayi sedang tidur.
a. Etiologi

1) Ibu yang masih remaja


2) Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat
3) Bayi laki-laki dengan berat badan di bawah normal
4) Bayi yang mengalami dysplasia bronkopulmoner.
5) Bayi premature.
6) Gemeli (bayi kembar)
7) Bayi dengan sibling
8) Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkotika.
9) Prevalensi pada bayi dengan posisi tidur telungkup.
10) Bayi dengan virus pernapasan.
11) Bayi dengan infeksi botulinum
12) Bayi dengan apnea yang berkepanjangan
13) Bayi dengan pola napas herediter
14) Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli.

b. Pencegahan
1) Selalu meletakkan bayi dalam posisi terlentang ketika ia sedang tidur walaupun
saat tidur siang. Dan tidak boleh merokok disekitar bayi
2) Menggunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk.

16
3) Jauhkan berbagai selimut atau kain lembut. Dan jangan membiarkan bayi
kepanasan saat tidur
4) Pastikan wajah dan kepala bayi tidak tertutup oleh apapun selama ia tidur.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah yang lazim terjadi pada bayi dan balita ini lazim terjadi. Cara penanganannya
adalah dengan mengetahui bagaimana penangnan dari tiap-tiap masalah yang terjadi.
Serta orang tua bisa mencari bagaimana tingkat keparahan dari masalah kesehatan yang
dihadapi sehingga bisa mengetahui mana yang sudah parah dan mana yang tidak. Serta
bisa membawa anaknya ke tenaga kesehatan jika penyakit atau masalah tersebut semakin
parah.

3.2 Saran
1. Sebagai tenaga kesehatan maka harus mengetahui masalah kesehatan yang lazim
terjadi pada bayi dan balita dan tahu bagaiamana cara penanganannya.
2. Sebagai tenaga kesehatan maka sebaiknya mampu memberikan pendidikan kesehatan
kepada ibu agar ibu bisa menangani secara cepat masalah kesehatan yang diderita
anaknya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Deslidel, Hajjah. 2011. Asuhan Neonates Bayi dan Balita. Jakarta : EGC
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta; Salemba
Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta;
Salemba Medika
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta; Trans Info Media
Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. Asuhan neonatus, bayi dan anak balita. 2010. Jakarta;
Trans Info Media

18

Anda mungkin juga menyukai