Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MASALAH YANG LAZIM TERJADI PADA NEONATUS DAN BAYI


(ORAL TRUSH, DIAPER TRUSH, SEBORRHEA)
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah
Dosen Pengampu :
Ari Antini,SST,M.Keb.`

Disusun Oleh :

Leovania Putri Azhar (P17324417003)


Vira Septiana (P17324417008)
Andita Mas Pebrianti (P17324417013)
Mila Alpadila (P17324417017)
Maulida Anwar (P17324417021)
Dinda Putri Lestari (P17324417025)
Titi Hidayah (P17324417030)
Ega Ristia Irianti (P17324417034)
Jalum 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI


BANDUNG
PRODI KEBIDANAN KARAWANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya, kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Masalah Yang Lazim Terjadi Pada Neonatus Dan Bayi
(Oral Trush, Diaper Trush, Seborrhea)”, untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah ASKEB Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi kita
semua.
Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya
menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak
yang menjadi sumber referensi bagi kami. Terimakasih juga kepada dosen pengampu
dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Karawang, September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB 1 ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB 2 ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Oral Trush.......................................................................................................... 3
2.2 Diaper Rash........................................................................................................ 8
2.3 Sebhorrea ......................................................................................................... 13
BAB 3 ......................................................................................................................... 19
PENUTUPAN ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dimana pertumbuhan bayi
berada dalam masa emasnya, tetapi juga diiringi berbagai penyakit yang dapat
menyerang bayi. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada bayi baru lahir. Tujuan
pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui masalah-
masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Namun, tak semua masalah tersebut
harus mendapat penanganan khusus karena bisa membuat dampak negative pada
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada masalah yang seharusnya dibiarkan saja
karena masalah tersebut bisa menghilang dengan sendirinya. Oleh karena itu penulis
membuat makalah dengan judul “ Masalah yang Lazim Terjadi Pada Neonatus dan
Bayi (Oral Trush, Diaper Rush, Seborrhea)”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Oral Trush? Bagaimana etiologi dan penatalaksanaannya


pada bayi dan neonatus?
2. Apa yang dimaksud Diaper Rush? Bagaimana etiologi dan penatalaksanaannya
pada bayi dan neonatus?
3. Apa yang dimaksud Seborrhea? Bagaimana etiologi dan penatalaksanaannya
pada bayi dan neonatus?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Neonatus

1
1.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui masalah yang
lazim pada neonatus terutama pada gangguan oral trush, diaper rush dan seborrhea.

2
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Oral Trush
2.1.1 Definisi
Merupakan terinfeksinya membrane mukosa bayi oleh jamur Candidiasis
yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak keputihan dan membentuk
plak-plak berkeping di mulut, terjadi ulkus dangkal. Biasanya penderita
akan menunjukkan gejala demam karena adanya iritasi gastrointestinal.
Oral Trush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa
dan lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini
ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan
susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan
mentah. Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah,
individu dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun
lemah, serta kurang sering, pasien yang telah menjalani pengobatan dengan
antibiotik. Oral thrush disebut dengan oral candidiasis atau moniliasis, dan
sering terjadi pada masa bayi tetapi seiring dengan bertambahnya usia,
angka kejadian semakin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan
pengobatan antibiotik.

2.1.2 Patofisiologi
Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau
kadang oleh candida glabrata dan candida tropicalis.Jamur candida albicans
umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai
terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme
pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru
pada keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini
merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering
ditemukan.Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang

3
pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri
yang normal.Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan
kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan
yang menekan sistem imun serta penyakit yang menyerang sistem imun
seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS).Namun bisa juga
karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang
biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak
terkontrol.Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan
lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan normal tidak
memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan
menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit
disebut candidiasis oral atau moniliasis.Infeksi mula-mula terdapat di mulut
kemudian di esofagus ke traktus digestifus timbul diare.

2.1.3 Etiologi
Oral trush terjadi karena adanya infeksi jamur (candida albican) yang
merupakan organisme penghuni kulit dan mukosa mulut, vagina dan
saluran cerna.

2.1.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang sangat mudah terlihat pada pasien oral trush adalah
lesi di mulut yang berwarna putih dan membentuk plak-plak yang
berkeping menutupi seluruh atau sebagian lidah, kedua bibir, gusi dan
mukosa pipi.

2.1.5 Komplikasi
Pada bayi baru lahir, apabila oral thrush tidak segera ditangani atau
diobati maka akan menyebabkan kesukaran minum (menghisap puting susu
atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan. Oral thrush

4
tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan
menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi
akan terserang diare. Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang
pada waktu yang lama.

2.1.6 Penatalaksanaan
1. Medik
Memberikan obat antijamur, misalnya :
a) Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml, dalam gel
bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.
b) Nystatin : tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu
pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari.
Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini
mengandung gula.
2. Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar
minum dan risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada
bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh
dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan
rebus) sebelum dipakai. Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan
dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi
menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak
memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot
dicuci bersih dan disimpan kering, ketika akan dipakai seduh dengan air
mendidih. Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain
dapat menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk
rahang. Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari
oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan
terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.

5
Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi
penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam
mulut. Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai
minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa
susu yang terdapat pada mulut tersebut. Apabila oral thrush sudah
terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan
mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi
frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih dan
usahakan agar sering minum. Oral thrush dapat dicegah dengan selalu
menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis
makan.
Oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya. Akan
tetapi lebih baik jika diberikan pengobatan dengan cara berikut.
a) Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi
b) Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera
diobati dengan pemberian antibiotic berspektrum luas.
c) Jaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut.
d) Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu
dengan air matang dan juga bersih.
e) Pada bayi yang minum susu dengan menggunkan botol, gunakan
teknik steril dalam membersihkan botol susu.
f) Berikan terapi pada bayi.
1) 1 ml larutan Nystatin 100.000 unit diberikan 4 kali sehari dengan
interval setiap 6 jam. Larutan diberikan dengan lembut dan hati-
hati agar tidak menyebar luas ke rongga mulut.
2) Gentian violet 3 kali sehari
2.1.7 Pencegahan
a) Menghindari/menghilangkan faktor predisposisi

6
b) Setiap bayi selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk
membilas sisa susu dalam mulut bayi
c) Pemeliharaan kebersihan mulut dan perawatan payudara
2.1.8 Asuhan Kebidanan
Oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya. Tetapi lebih
baik jika diberikan pengobatan dengan cara :

a. Bedakan dengan endapan susu pada mulut bayi


b. Apabila sumber infeksi berasal dari ibu harus segera diobati dengan
pemberian antibiotika berspektrum luas
c. Menjaga kebersihan mulut bayi dan puting susu ibu.
d. Membersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum
susu dengan air matang dan bersih. Apabila oral thrush sudah terjadi
pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan
mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi
frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih dan
usahakan agar sering minum.
e. Pada bayi yang minum susu dengan mengunakan botol, harus
mengunakan teknik steril, dalam membersihkan botolnya sebelum
digunakan, yaitu bisa dengan mencuci bersih botol dan dot susu,
setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga
mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai.
f. Pemberian terapi pada bayi yaitu :
1. 1 ml larutan nystatin (100.000) unit 4x/hari dengan interval
6 jam. Larutan diberikan dengan lembut dan hati-hati agar
tidak meyebar luas ke rongga mulut
2. Gentian violet 3x/hari.

7
2.2 Diaper Rash
2.2.1 Definisi

Diaper rash adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak
yang terus-menerus dengan lingkungan yang tidak baik.

Diaper Rush atau ruam popok (penyakit kulit popok) adalah ruam
merah terang disebabkan oleh iritasi dari kulit terkena urin atau kotoran
yang berlangsung lama dibagian mana saja dibawah popok anak. Ruam
popok bisa disebabkan oleh infeksi jamur candida. Pengobatan utama untuk
ruam popok adalah sering membuang atau mengganti popok anak tersebut.

2.2.2 Patofisiologi

Iritan utama penyebab DPIP adalah enzim protease dan lipase feses,
yang aktivitasnya sangat meningkat oleh pH yang tinggi. Permukaan kulit
yang asam juga penting untuk pemeliharaan mikroflora normal yang
memberikan perlindungan terhadap invasi oleh bakteri patogen dan jamur.
Aktivitas enzime lipase dan protease juga sangat meningkat dengan
percepatan waktu transit makanan di dalam saluran pencernaan, terbukti
dengan tingginya insiden dermatitis iritan popok pada bayi yang

mengalami diare dalam 48 jam sebelumnya.

Pemakaian popok menyebabkan peningkatan yang signifikan


terhadap kelembaban dan pH kulit. Keadaan basah yang berkepanjangan
akan menyebabkan maserasi (pelunakan) dari stratum korneum, lapisan
pelindung terluar kulit, yang berhubungan dengan kerusakan lamela lipid
interseluler. Serangkaian studi popok dilakukan terutama pada akhir tahun
1980an menemukan penurunan signifikan terhadap kelembaban kulit
setelah pengenalan popok dengan inti yang memiliki daya serap tinggi.

8
Penelitian terbaru menemukan bahwa fenomena ini terus berlangsung.
Akibatnya, stratum korneum lebih mudah terkena kerusakan oleh
gesekan dari

permukaan popok dan iritasi lokal.

Kulit bayi merupakan pertahanan yang baik terhadap penyakit


dengan permeabilitas yang sama dengan kulit orang dewasa. Beberapa
penelitian melaporkan kehilangan air transepidermal pada kulit bayi lebih
sedikit dibandingkan pada kulit orang dewasa. Namun, kelembaban,
kurangnya udara, paparan asam atau paparan iritan, dan peningkatan
gesekan kulit dapat merusak pertahanan kulit.

pH normal kulit adalah antara 4,5 dan 5,5. Ketika urea dari urin dan
feses bercampur, urease mengurai urin, menurunkan konsentrasi ion
hidrogen (pH meningkat). Peningkatan pH meningkatkan hidrasi pada
kulit dan membuat kulit bersifat lebih permeabel.

Sebelumnya, amonia diyakini menjadi penyebab utama dari diaper


rash. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ketika ammonia atau urin
ditempatkan pada kulit selama 24-48 jam, tidak ada kerusakan kulit yang
terjadi.

Serangkaian studi telah menunjukkan bahwa pH produk pembersih


dapat mengubah spektrum mikrobiologi pada kulit. Nilai pH sabun yang
tinggi dapat mendorong pertumbuhan propionibakterial pada kulit,
sedangkan syndets (yaitu, deterjen sintetis) dengan pH 5,5 tidak
menyebabkan perubahan mikroflora.

9
2.2.3 Etiologi
a) Tidak terjaganya kebersihan kulit dan pakaian bayi.
b) Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAB dan BAK
c) Terlalu panas atau lembapnya udara/suhu lingkungan
d) Tingginya frekuensi BAB (diare)
e) Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastik, dan deterjan

2.2.4 Tanda dan Gejala


a) Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan alergen, sehingga
muncul eritema
b) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat
genetalia, perut bawah atau paha atas
c) Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papila eritematosa, vesikula
dan ulserasi

2.2.5 Komplikasi
Adanya maserasi dan abrasi kulit yang tertutup popok, menyebabkan
ulserasi kulit dan infeksi sekunder oleh Candida albicans dapat terjadi.
Reaksi psoriasis mengarah ke suatu psoriaticlike erupsi papul dan plak
setelah terapi awal infeksi kandida yang mengenai anggota tubuh dan
biasanya ekstremitas, terjadi beberapa hari setelah terapi antifungi dimulai.
Jacquet dermatitis adalah komplikasi dari irritan berupa gesekan.
Granuloma gluteal infantum yang timbul pada regio anogenital bayi
merupakan komplikasi diaper dermatitis.

2.2.6 Penatalaksanaan
1. Dapat diatasi dengan cara menjaga kebersihan dan kelembaban
kulit bayi terutama pada kulit di daerah alat kelamin dan bokong.

10
2. Menjaga kebersihan pakaian dan perlengkapan.
3. Setiap setelah BAB dan BAK segera bersihkan daerah pada tubuh
bayi yang terkontaminasi.
4. Mencuci popok dengan detergen yang lembut.
5. Pengobatan :
a) Mengoleskan krim dan lotion yang mengandung zinc pada
daerah yang sedang meradang
b) Memberikan salep/krim yang mengandung kortikosteroid 1%
c) Salep anti jamur dan bakteri (miconazole, ketokonazole,
nystatin)

Menurut Vivian 2010, antara lain :

a) Daerah yang terkena ruam popok, tidak boleh terkena air dan
harus dibiarkan terbuka dan tetap kering
b) Gunakan kapas halus yang mengandung minyak untuk
membersihkan kulit yang iritasi
c) Segera bersihkan dan keringkan bayi setelah BAK dan BAB
d) Atur posisi tidur anak agara tidak menekan kulit/daerah yang
iritasi
e) Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein
(TKTP) dengan porsi cukup
f) Perhatikan kebersihan kulit dan tubuh secara keseluruhan.
g) Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi
h) Rendamlah pakaian atau celana yang terkena urine dalam air
yang dicampir acidum borium, setelah itu bersihkan tetapi
jangan menggunakan sabun cuci, segera bilas dan keringkan
2.2.7 Pencegahan

11
Pengobatan dan pencegahan dermatitis popok dapat dilakukan
dengan mengoleskan salap seng oksida dan salap pelindung kulit lain
pada daerah popok. Selain itu dapat digunakan obat-obatan misalnya
salap kortikosteroid dan atau antijamur. Absorbsi steroid sangat tinggi
melalui kulit dengan penggunaan pelembab dan oklusi popok maka
steroid topikal sebaiknya digunakan hidrokortison salap 1 atau 2,5
persen dan harus dalam jangka pendek yaitu 3-7 hari. Namun hingga
sekarang belum ada obat yang efektif dan aman untuk pengobatan
dermatitis popok. Untuk mencegah terjadinya efek samping akibat
pengobatan dengan salap kortikosteroid dan antijamur, dapat
digunakan salap pilihan yang lebih aman yaitu salap campuran
mikonazol nitrat dengan bahan dasar petrolatum seng oksida.2,3
Terdapat suatu penelitian klinis, menunjukkan bahwa salap
benzalkonium klorida dapat membantu mencegah dan mengobati
dematitis popok iritan.

2.2.8 Asuhan Kebidanan


Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan diaper rash adalah
sebagai berikut :
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan keadaan bayinya.
b. Beritahu ibu untuuk mengganti popok bayi setiap kali basah,
settiap hari paling sedikit dua sampai tiga jam agar kulit bayi
tidak lembab.
c. Bersihkan kulit dengan air hangat setelah buang air besar
gunakan sabun, kemudian membilas sampai bersih, lalu
keringkan. Mengangin-angin kan sebentar kemudian dipakai
popok yang baru. (Putra, 2012)

12
d. Usahakan berikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
dengan porsi cuukup (Dewi,2012)
e. Berikan salep untuk mengobati diaper rash.
f. Pantau kondisi luka yang terjadiakibat diaper rash

2.3 Sebhorrea
2.3.1 Definisi
Sebhorrea adalah radang berupa sisik yang berlemak dan
eritema pada daerah yang memiliki banyak kelenjar sebaseanya,
biasanya di daerah kepala.

Cradle cap (penyakit kulit seboroik) adalah scalling berwarna


merah dan kuning, ruam berkulit keras yang terjadi pada kepala bayi
dan kadangkala pada lipatan kulit.Penyebabnya tidak diketahui. Cradle
cap tidak berbahaya dan hilang pada kebanyakan anak pada usia 6
bulan. Cradle cap bisa diobati dengan keramas secara teratur dan
mengusapkan minyak mineral ke dalam kepala.Kerak kemungkinan
hilang dengan sisir halus. Cradle cap yang tidak mereda dengan cara ini
bisa memerlukan pengobatan lebih lanjut, seperti shampo selenium atau
krim kortikosteroid.

2.3.2 Patofisiologi

Patofisiologi yang sebenarnya belum diketahui secara pasti


berdasarkan tempat prediksi. Kelainan ini diduga akibat disfungsi kelenjar
sebasea .Selain itu erat kaitannya dengan pengaruh hormone sisa kehamilan
ibuknya .Karena itu dermatitis seboroik atau Seborrhea bisa sembuh dalam
waktu 8-12 bulan yaitu saat jumlah hormon tersebut berkurang. Kelainan
ini biasanya akan berulang pada dewasa muda.

13
Beberapa faktor (misalnya tingkat hormon, infeksi jamur, defisit
nutrisi, dan faktor neurogenik) berhubungan dengan keadaan ini. Adanya
masalah hormonal mungkin dapat menjelaskan mengapa keadaan ini
muncul pada bayi, hilang secara spontan, dan muncul kembali setelah
puberitas. Pada bayi dijumpai hormon transplasenta meninggi beberapa
bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini
menurun. Juga didapati bahwa perbandingan komposisi lipid di kulit
berubah. Jumlah kolesterol, trigliserida, parafin meningkat dan kadar
sequelen, asam lemak bebas dan wax ester menurun.

Keadaan ini diperparah dengan peningkatan keringat. Stres


emosional memberikan pengaruh yang jelek pada masa pengobatan. Obat–
obat neuroleptik seperti haloperidol dapat mencetuskan dermatitis seboroik
serta faktor iklim. Lesi seperti DS dapat nampak pada pasien defesiensi
nutrisi, contohnya defesiensi besi, defesiensi niasin, dan pada penyakit
Parkinson. Seborrhea juga terjadi pada defesiensi pyridoxine. Penelitian–
penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik, pleomorfik,
Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa pasien dengan lesi
pada kulit kepala. P. ovale dapat didapatkan pada kulit kepala yang normal.

2.3.3 Etiologi
Penyebab sebhorrea masih belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa
ahli yang menyatakan beberapa faktor penyebab seborrhea, yaitu sebagai
berikut :
a) Faktor hereditas, yaitu bisa disebabkan karena adanya faktor
keturunan dari orangtua.
b) Intake makanan yang tinggi lemak dan kalori
c) Asupan minuman berakohol
d) Adanya gangguan emosi

14
2.3.4 Tanda dan Gejala
1) Semacam noda berwarna kuning yang berminyak, bersisik, yang
kemudian mengeras dan akhirnya menjadi semacam kerak. Kerak ini
sering timbul di kulit kepala (cradle cap), kadang di alis/bulu mata dan
telinga.
2) Exudat seborrhoic pada kulit kepala (masalah kosmetik)

2.3.5 Komplikasi
Dermatitis seboroik yang meluas sampai menyerang menyerang
saluran telingaluar bisa menyebabkkan otitis eksterna yaitu radang yang
terdapat pada saluran telinga bagian luar. Jika tidak mendpatkan
pengobatan yang adekuat, maka DS akan mmeluaske daerah sternal,
aerola mamae, umbilikus, lipat paha dan daerah anogenital.
Karenakerontokan yang berlebihpun dapat menyebabkan kebotakan
(Djuanda, Adhi, 2007).

2.3.6 Penatalaksanaan
Walaupun secara kasual masih belum diketahui, tetapi
penyembuhannya bisa dilakukan dengan obat-obat topical, seperti
sampo yang tidak berbusa (keramasilah kepala bayi sebanyak 2-3 kali
per minggu) dan krim selenium sulfide/Hg-presipitatus albus 2%
(Vivian, 2010)
1. Pengobatan kausal belum diketahui.
2. Diusahakan agar penderita (anak yang menjelang umur 13 tahun
sampai 19 tahun) menghindarkan makanan yang berlemak,
kacang, coklat, seperti pada pengobatan akne vulgaris. Dapat
pula diberikan vitamin B6 dan vitamin B kompleks untuk waktu
yang lama.

15
3. Topikal : Bila ada infeksi sekunder dan eksudatif harus
dikompres dulu dengan larutan kalium permanganat 1/5.000.
Kemudian diberikan krim yang mengandung asam salisilat
(2%), sulfur presipitatus (4%), vioform (3%) dan hidrokortison
(1/2-1%). Neomisin dan basitrasin ditambahkan bila ada infeksi
sekunder. Pada kasus menahun dapat dicoba pengobatan dengan
sinar ultraviolet. Pada daerah kepala dianjurkan penggunaan
shampoo yang tidak berbusa 2-3 kali seminggu dan memakai
krim yang mengandung selenium sulfida atau Hg-presipitatus
albus 2%.
2.3.7 Pencegahan
1. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo
merupakan produk yang dibuat khusus untuk membersihkan
kulit kepala dari kotoran.
2. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang
sangat efektif.
3. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak
mengeluarkan keringat dan membuat kepalanya bau. Bila ingin
menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis mild.
4. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya
dengan mengontrol populasi jamur.
5. Kita bisa mencuci rambut anak setiap hari dan pijatlah kulit
kepala dengan sampo secara perlahan karena akan
menghilangkan jamur lewat serpihan kulit yang lepas.
6. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu
harus dilakukan oleh dokter. Kita bisa menggunakan obat
antijamur yang bisa didapat di apotek. Carilah produk-produk
yang mengandung 2% clotrimezol. Pada beberapa anak yang
sensitif dengan produk krim, oleskan sedikit saja. Namun jika

16
terjadi ruam, cobalah konsultasikan pada dokter untuk
mendapatkan alternatif pengobatan yang lain.
7. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit
kepala anak yang terkena infeksi. Hal ini dilakukan untuk
menghindari penularan lebih lanjut.(Marni,2012)

2.3.8 Asuhan Kebidanan


a. Anak-anak.
Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala,mengatasinya :
1. Dioleskan minyak mineral yang mengandung asam
salisilat secara perlahan dengan menggunakan sikat gigi
yang lembut pada malam hari.
2. Selama sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan
sampo setiap hari setelah sisiknya menghilang cukup
dicuci 2 kali/minggu. (Marni,2012)
b. Bayi.
Penatalaksanaan :
1. Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan
diolesi dengan krimydrocortisone.
2. Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan
sampo yang lembut; setelah sisik menghilang cukup
dicuci 2 kali/minggu.
3. Kini banyak sediaan krim, lotion, dan shampoo di
pasaran untuk membasmi ketombe. Produk-produk yang
digunakan untuk mengatasi ketombe biasanya
mengandung asam salisilat, coal tar, zinc pyrithione,
selenium sulfida dan belerang. Walaupun sebagian
digolongkan sebagai obat yang dijual bebas dan

17
sebagian digolongkan sebagai kosmetik, produk-produk
tersebut hanya dapat mengatasi gejala-gejala dari
ketombe, tetapi tidak mengatasi penyebab
ketombe.(Marni,2012)

18
BAB 3

PENUTUPAN
3.1 Simpulan
Oral Trush merupakan terinfeksinya membrane mukosa bayi oleh jamur
Candidiasis yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak keputihan dan
membentuk plak-plak berkeping di mulut, terjadi ulkus dangkal. Diaper rash
adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak yang terus-menerus
dengan lingkungan yang tidak baik. Sedangkan Sebhorrea adalah radang berupa
sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang memiliki banyak kelenjar
sebaseanya, biasanya di daerah kepala. Dalam hal perlu perawatan yang baik untuk
menghilangkan gangguan-gangguan kebersihan pada neonatus.

3.2 Saran
Sebagai calon bidan kita harus mampu mengetahui dan mengatasi
gangguan-gangguan yang ditimbulkan akibat kuraang baiknya perawatan pada
neonatus.

19
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi kelima. Jakarta : Balai P
enerbit FKUI.

Khoirunnisa Endang.2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Nuha
Medika: Yogyakarta.

Nanny Lia Dewi, Vivian, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika

Nelson, Waldo E. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1 Edisi 15. Jakarta : EGC

Verney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. 3rd ed. P 551-559. London : Johanes and
Barlett Publishers Internasional

Varney, Helen. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4, vol. 2. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai