Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0-28 hari). Periode neonatas
adalah periode yang paling rentan untuk bayi yang sedang menyempurnakan
penyesuaian fisiologis yang dibutuhkan pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat
morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi membuktikan kerentanan hidup
selama periode ini. Transisi kehidupan bayi dari intrauterine ke ekstrauterin
memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologis. Banyak masalah pada bayi
baru lahir yang berhubungan dengan kegagalan penyesuaian yang disebabkan asfiksia,
prematuritas, kelainan konggenital yang serius, infeksi penyakit, atau pengaruh dari
persalinan. 10 masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik
terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi
penyebab kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat dari buruknya Kesehatan ibu,
perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat
dan bersih, dan kurangnya perawatan bayi baru lahir.

1.2 Rumusan masalah


Asuhan kebidanan neonatus bayi dan balita dengan masalah yang sering terjadi
merupakan suatu keadaan pada neonatus bayi dan balita yang tidak diinginkan oleh
orang tua maupun petugas medis. Laporan dari beberapa penelitian mengungkapkan
bahwa angka neonatus bayi dan balita dengan masalah seperti bercak mongol,
ikterik,muntah,hemangioma,diaperrash(ruampopok),oraltrush,sebborhea,bisul,milliari
asis,diare,obstipasi/konstipasi,infeksi pada bayi, dan sindrom kematian bayi
mendadak dari tahun ketahun cenderung meningkat.Sebelumnya penyebab masalah
pada neonatus bayi dan balita Sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
orang tua tentang cara merawat anak mereka dengan baik dan benar terutama bagi
orang awam kurangnya pengetahuan ini membuat anak cenderung terjangkit salah
satu dari masalah diatas. Adapun dalam makalah ini membahas tentang apa yang
menjadi definisi,etiologi,tanda gejala dan bagaimana penantalaksanaan dari
masalah/penyulit yang sering terjadi pada neonatus bayi dan balita.
1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah yang menjadi penyulit neonatus bayi balita
2. Untuk mengetahui etiologi masalah tersebut
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada masalah tersebut
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari masalah – masalah tersebut
BAB II

PEMBAHASAN

Penyulit pada neonatus, bayi dan balita dengan masalah yang sering
terjadi
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan neonatus, bayi dan balita, merupakan
periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada neonatus,bayi
dan balita. Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi kesehatan bayi yang memerlukan perhatian keluarga, penolong
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. Dengan dilakukannya pemantauan
ini kita dapat mengetahui masalah – masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin.
Contoh masalah yang sering terjadi yaitu Bercak
mongol,Ikterik,Muntah,Hemangioma,Diaper rash,Oral trush,Saborrhea,Bisul pada
bayi,Miliariasis,Diare,Obstipasi/Konstipasi,Infeksi pada bayi,Sindrom kematian pada
bayi

1. Bercak Mongol

a. Definisi

1) Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang biasanya terlihat di bagian
daerah sacral, walupun tekadang terlihaat dibagian tubuh yang lain. Bercak
monggol biadanya terjadi pada anak anak yang dilahirkan oleh orang tua asia
dan afrika, kadang-kadang terjadi pada anak-anak dengan orang tua mediterania.
(mayes midwifery textbook).
2) Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang terlihat di daerah lumbo
sacral pada bayi yang memiliki pigmentasi kulit (kulit berwarna), warnanya
seperti memar.bercak monggol adalah lesi-lesi muscular berwarna abu-abu atau
biru dengan batas tepi berfariasi, paling sering pada daerah prasakral, tapi dapat
juga ditemukan di daerah posterior paha, tungkai, punggung dan bahu.
(Nelso,1993).
3) Kelainan ini berupa bercak dengan kebiruan, kehitaman,atau kecoklatan yang
lebar,difus, terhadat di daerah bokong atau lumbosacral yang dapat menghilang
setelah beberapa bulan atau sekitar satu tahun. Menurut saito (1989) bayi
premature dan menyimpulkan bahwa menimbulnya bercal mongol rata-rata
pada umur-umur kehamilan 38 minggu. Mula-mula terbatas di fulsa koksigea
lalu menjalar ke regro lumbosacral. Lesi ini biasanya berisi sel memlanolsit
yang terletak di lapisan dermis sebelah dalam atau disekitar polikel rambut.
Kadang-kadang terbesar simetris, dapat juga unirateral. Tempat predileksi yang
lain adalah di daerah orbinal dan daerah zigo matikus (nevus ota), yaitu yang
mengenai daerah seklera atau fundus mata, atau di daerah delto -trapezius
(nevus ito).
b. Etiologi
Bercak mongol merupakan bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak mongol
ditimbulkan oleh melanosit yang mengandung melanin pada demis yang terhambat
selama proses migrasi dari krista neuralis ke epidermis. Kemunculan tanda lahir di
sebabkan juga oleh adanya hal-hal tertentu yang terjadi dalam proses jalan lahir,
misalnya trauma lahir atau terjadi pembuluh darah yang melebar. Soal bahaya atau
tidak harus dilihat dulu dari perkembangan tanda lahir ini. Misalnya ada tanda
kemerahan bila karna jalan lahir, biasanya sehari juga akan hilang tapi kalua
setelah seminggu masih tetap ada maka harus dipantau lagi perkembanganya tapi
tanda lahir ini tidak membahayakan.hampir 90 persen bayi dengan kulit berwarna
atau kulit asia (timur) lahir dengan bercak ini namun pada bayi kaum asia hanya 5
%. Lesi ini biasanya berisi sel melanosit yang terletak dilapisan dermis sebelah
dalam atau disekitar folikel rambut yang terkadang tersebar simetris, tetapi dapat
juga unilateral. Bercak ini hanya merupakan lesi jinak dan tidak berhubungan
dengan kelainan sitemik.

c. Tandagelaja
Bercak mongol terlihat sebagai:
1) Luka seperti pewarnaan
2) Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal
3) Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
4) Bercak yang biasanya akan hilang dalam hitungan bulan atau tahun
Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan
Tanda bercak mongol yaitu :
1) Bercak kebiru – biruan, kehitaman atau kecoklatan yang lebar
2) Biasanya timbul di daerah bokong. Tempat timbul lainnya yaitu pada daerah
pipi dan mata.
3) Bercak ini timbul pada kehamilan 38 minggu
4) Bercak ini akan menghilang setelah beberapa bulan atau sekitar satu tahun
d. Diagnosis
Kondisi bercak mongol tidak memiliki pengaruh pada kesehatan bayi. Selain
itu, kondisi bercak mongol dapat hilang dengan sendirinya seiring dengan
perkembangan dan pertumbuhan bayi. Namun, sebaiknya ibu perhatikan jika
bercak yang muncul semakin luas dan menunjukkan gejala gangguan pada kulit
bayi seperti ruam atau memerah. 

Pemeriksaan kulit dan fisik bayi menjadi pemeriksaan pertama yang harus
dilakukan oleh dokter untuk memastikan kondisi bercak yang muncul pada bagian
tubuh bayi. Foto rontgen bisa dilakukan sebagai langkah diagnosis untuk
mengetahui ada atau tidaknya tumor. Pemeriksaan pada dokter bisa dilakukan di
rumah sakit terdekat.

Bercak mongol atau congenital dermal melanocytosis biasanya muncul diarea


bokong,punggung,tangan, atau kaki. Timbulnya bercak akibat ditemukan lesi yang
berisi sel melanosit pada lapisan dalam dermis atau sekitar folikel rambut. Untuk
mendiagnosis bercak mongol, dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan
yang timbul. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara
menyeluruh, termasuk melihat warna, ukuran, dan lokasi bercak.
e. Penatalaksanaan
Bercak mongol biasanya menghilang dalam beberapa tahun pertama, atau pada
1 – 4 tahun pertama sehingga tidak memerlukan perlindungan khusus. Namun,
bercak mongol multiple yang tersebar luas, terutama pada tempat – tempat biasa,
cenderung tidak akan hilang, tidak dapat menetap sampai dewasa. Sumber lain
menyatakan bahwa bercak mongol ini mulai pudar pada usia dua tahun pertama
dan menghilang antara usia 7 – 13 tahun. Kadang – kadang juga menghilang
setelah dewasa. Sebagian kecil, sekitar 5 % anak yang lahir dengan bercak mongol
masih memiliki bercak mongol hingga mereka dewasa. Bercak mongol ini
biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan ataupun pencegahan
khusus. Nervus Ota (daerah zygomaticus) dan Nervus Ito (daerah sclera atau
fundus mata atau daerah delto trapezius) biasanya menetap, tidak perlu diberikan
pengobatan. Namun bila penderita telah dewasa, pengobatan dapat dilakukan
dengan estetik. Akhir – akhir ini dianjurkan pengobatan dengan menggunakan
sinar laser. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan dalam hal ini adalah
dengan memberikan konseling pada orang tua bayi. Bidan menjelaskan mengenai
apa yang dimaksud dengan bintik mongol, menjelaskan bahwa bitnik mongol ini
akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun dan tidak berbahaya serta tidak
memerlukan penanganan khusus sehingga orang tua bayi tidak merasa cemas.

2. Ikterik

a. Definisi
Ikterik adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah dalam satu minggu
pertama kehidupannya. Pada hari 2-3 dalam puncaknya dihari 5-7, kemudian akan
menurun pada hari 10-14, peningkatannya tidak melebihi 10mg/ddl pada bayi
atterem < 12 mg/dl pada bayi premature. Keadaan ini masih dalam batas normal.
Ikterik dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Ikterik fisiologis: ikterik yang timbul pada hari kedua dan ketiga, tidak
mempunyai dasar patologis, kadar tidak melampaui kadar yang membahayakan.
Dikatakan ikterik fisiologis apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan
selanjutnya tidak menunjukan dasar patologis dan tidak mempunyai potensi
berkembang menjadi kren icterus (suatu kerusakan otak akibat perlengketan
bilirubin indirek pada otak).
2) Ikterik patologis: yang mempunyai dasar patologis, kadar bilirubin mencapai
hyperbilirubinemia,
b. Etiologi
1) Kurangnya enzim glukloronium transferase
2) Pemberian munum, terutama ASI yang kurang
3) Gangguan fungsi hati/ kerja hati yang bertambah berat, missal akibat
inkompatibilitas.
c. Tandagejala
Gejala bayi yang mengalami ikterik yaitu warna kulit pada bayi menjadi warna
kuning atau sering disebut dengan bayi kuning. Warna kadang – kadang dimulai
pada wajah dan kemudian menyebar ke dada, perut,kaki, dan telapak kaki.
Terkadang, bayi dengan ikterus parah bertubuh lemah dan tidak mau menyusu.
d.Diagnosis
Bayi kuning didiagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik langsung dan
pemantauan dalam minggu pertama lahir. Jika ada tanda yang tidak normal, bayi
akan diambil darah untuk mengukur kadar bilirubin. Kadar bilirubin normal bayi
yang baru lahir dibawah 5mg/dl.
Penegakan diagnosis ikterus neonatrum fisiologis dengan cara memeriksa kadar
bilirubin. Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak/tak terkonjugasi) tidak
melewati 12mg/dl pada neonatus cukup bulan dan 10mg/dl pada neonatus kurang
bulan, kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5mg/dl per hari. Kadar
bilirubin terkonjugasi kurang dari 1mg/dl serta tidak terbukti mempunyai hubungan
dengan keadaan patologis tertentu seperti inkompatibilitas ABO, defisiensi Enzim
G6PD, atau penyakit metabolik seperti crigler – najjar syndrome
e. Penatalaksanaan
1) Pemberian ASI yang adekuat
2) Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya, paling tidak 2-3
jam
3) Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari pukul 7-9 pagi
4) Pemberian terapi sinar matahari sehingga bilirubin diubah menjadi isomer
foto yang tidak toksik dan mudah dikeluarkan tubuh karena mudah larut dalam
air.
3. Muntah

a. Definisi
Muntah adalah keluarnya Kembali Sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen.
Pada masa bayi, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu,
bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan
adanya gangguan.
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Pada regurgitasi, pengeluaran susu
terjadi setelah minum susu. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan minum
atau kegagalan untuk mengeluarkan udara yang tertelan. Muntah merupakan aksi
refleks yang dikoordinasi medulla oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan
dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah
lender bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap
setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan
karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama proses
persalinan.
b. Etiologi
1) Anak bayi yang sudah kenyang
2) Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk
kedalam lambung
3) Posisi botol yang tidak pas
4) Terburu – buru atau tergesa – gesa dalam menghisap
5) Akibat kebanyakan makan
6) Kegagalan mengeluarkan udara
c. Tanda gejala
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
1) Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lender yang kadang disertai
dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah
bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap
setelah pemberian makanan pertama kali.
2) Muntah yang terjadi pada hari – hari pertama kelahiran, dalam jumlah
banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap
biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
3) Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak bewarna kehijauan
merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
4) Peningkatan tekanan intracranial dan alergi susu
5) Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena Teknik
pemberian makanan yang salah atau factor psikososial.

d. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan secara radiologis yaitu apabila didapatkan
gembaran suatu keadaan kelainan kongenital bawaan seperti obstruksi usus halus,
atresia esophagus dan lain – lain. Selain dengan pemeriksaan radiologis, juga dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan radiologis, juga dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan uji coba memasukkan kateter kedalam lambung. Diagnosis harus
dapat segera dibuat sebelum anak tersedak sewaktu makan dengan kemungkinan
terjadinya aspirasi pneumonia.
e. penatalaksanaan
1) Utamakan penyebabnya
2) Berikan suasana tenang dan nyaman
3) Perlakukan bayi/anak dengan baik dan hati – hati
4) Kaji sifat muntah
5) Simptomatis dapat diberi anti enemik (atas kolabirasi dan instruksi dokter)
6) Kolaborasi untuk pengobatan suportif dan obat anti muntah, pada anak rutin
digunakan seperti : metoklopramid, domperidone (0,2 – 0,4 mg/hari/oral), anti
hastamin, prometazin, kolinergik, 5-HT reseptor antagonis, bila ada kelainan
yang sangat penting segera lapor/rujuk ke rumah sakit/ yang berwenang.

4.Hemangioma

a. Definisi
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor vaskuler jinak
akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak
normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma sering
terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 tahun ( 5- 10%).
Biasanya hemangioma sudah Nampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau muncul
setelah beberapa minggu setelah kelahiran (70%). Hemangioma muncul disetiap
tempat seperti kepala, leher, muka, kaki atau dada. Hemangioma merupakan tumor
vaskuler jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan
dapat terjadi pada orang tua, contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma
senilis yang biasanya jinak, kecil, red – puple papule pada kulit orang tua.
Hemangioma lebih banyak ditemukan pada kaum Wanita ketimbang kaum pria.
Benjolan merah ini juga lebih sering ditemukan pada bayi premature ketimbang
bayi yang lahir pada waktunya. Bayi yang memiliki kulit putih juga lebih beresiko
memiliki hemangioma disbanding bayi yang berkulit gelap atau berwarna.
b. Etiologi
Pola pertumbuhan hemangioma dibagi dalam tiga fase atau tahapan. Fase
proliferatif atau masa pertumbuhan secara cepat terjadi pada 6 – 12 bulan.
Kemudian terjadi proses penyusutan yang mulai melambat pada usia 1 – 7 tahun.
Diakhiri pada tahap tidak akan tumbuh lagi. Tumor tersebut akan mengalami
kemunduran secara komplet pada sekitar 50% anak usia 5 tahun dan 70% di usia 7
tahun. Penciutan tumor atau involusi berakhir saat anak berusia 10 – 12 tahun.
Yang terlihat hanya sedikit sisa jaringan lemak. Bahkan, ada pula yang terlihat
seperti kulit normal. Itu sebabnya, menurut Dr. Edi, hemangioma bisa ditunggu
hingga anak berusia dua tahun. Karena ada yang hilang dengan sendirinya,
hemangioma 3-5 kali lebih sering terjadi pada perempuan ketimbang laki – laki.
Tumor jinak pembuluh darah ini juga lebih sering terjadi pada anak kembar. Dan
lebih banyak dijumpai pada bayi kaukasia ketimbang Asia. Sangat jarang terjadi
pada bayi afrika – amerika. Hemangioma biasanya tidak diturunkan. Meski begitu,
sekitar 10% dari bayi dengan hemangioma memiliki Riwayat keluarga dengan
tanda lahir tersebut.
Rata – rata usia saat hemangioma muncul adalah dua minggu setelah lahir.
Namun, pada hemangioma tipe dalam,tidak bisa dilihat hingga bayi berusia 3 – 4
bulan. Pada sepertiga bayi, tanda awal hemangioma bisa diamati saat mereka
berada di ruang perawatan anak. Yang perlu diperhatikan, hemangioma tidak
muncul saat dewasa. Lokasi hemangioma, hamper 60% berada disekitar kepala dan
leher. Sekitar 25% berada di tubuh dan 15% nya terdapat di lengan atau kaki.
Hemangioma juga bisa muncul di lapisan bawah kulit ataupun organ dalam tubuh
seperti hati, saluran pencernaan, dan otak.
c. Tanda gejala
1) Tampak seperti tanda lahir, tetapi pertumbuhannya terjadi secara cepat pada
usia 6 – 12 bulan
2) Pertumbuhan ini mulai menyusut dan melambat pada usia 1 – 7 tahun dan
tumor ini menciut pada usia 10 – 12 tahun, kebanyakan ada pula yang
menghilang pada usia 10 – 13 tahun
3) Adanya bola merah terang yang timbul, terkadang dengan permukaan
bertekstur (kadang disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti
buah stroberi)
4) Pembuluh darah vena yang menyebar dari tumor juga bisa terlihat di bawah
kulit. Saat hemangioma mulai menyusut, warna merahnya akan memudar.
Bekas warna akhir itu umumnya akan hilang saat anak berusia 7 tahun.
5) Untuk hemangioma yang muncul pada lapisan kulit lebih bawah
(hemangioma dalam), terlihat seperti lebam atau kebiru – biruan pada kulit tapi
terkadang juga terkadang juga malah tidak tampak sama sekali. Lebam ini
biasanya terlihat pada saat anak berusia 2 – 4 bulan.
d. Diagnosis
Diagnosis hemangioma infantil umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesa
dan pemeriksaan fisik umumnya dengan kedua langkah tersebut dapat disesuaikan
dengan riwayat klinis, yaitu adanya lesi merah muda, dengan vasokonstriksi atau
telangiektasis yang muncul beberapa minggu setelah lahir. Lesi aka mengalami
proliferasi sangat cepat pada usia 5-7 minggu, dan berhenti pada usia 5 bulan. Pada
usia 1 tahun lesi biasanya memasuki fase involusi, yang ditandai dengan lesi
menjadi lebih datar, lembut dan berubah warna. Fase involusi dapat terjadi
bertahap hingga usia 4 – 5 tahun.
Salah satu diagnosis diferensial hemangioma yaitu malformasi vaskular yang
dapat dibedakan dengan melihat karakteristik hemangioma pertumbuhan cepat
dalam beberapa bulan yang diikuti involusi atau bahkan regresi yang tidak terjadi
pada malformasi vaskular.
e.penatalaksanaan
Apabila hemangioma berada di bagian tubuh vital. Misalnya, menutupi
Sebagian mata atau mulut, sehingga mengganggu proses makan dan penglihatan.
Apabila sudah demikian keadaanya, mau tidak mau dokter harus bertindak. Pada
kondisi seperti ini dokter biasanya memberikan kortikosteroid untuk mempercepat
proses resolusi. Dulu penanganannya dilakukan dengan cara menaruh tekan es
kering pada hemangioma tersebut. Namum, car aitu mengakibatkan munculny
luka. Bisa dibayangkan, bila hemangioma yang menempel dibagian vital,
resikonya bisa lebih buruk. Malah menurut situs birthmark.org, hemangioma pun
dapat terjadi cukup berbahaya, meskipun presentase terjadinya sangat kecil. Yakni
bila sampai muncul di berbagai organ dalam tubuh. Seperti hati, usus, organ
pernapasan, bahkan otak. Dapat ditebak, gangguan yang diakibatkan tentu berupa
tidak mulusnya proses kerja organ dll. Tidak heran bila hemangioma yang tumbuh
didalam tubuh dapat menjadi sangat berbahaya. Celakanya, jenis yang sudah harus
segera mendapat Tindakan medis.
Sakit kuning bisa jadi pertanda hemangioma di hati, darah di feses dapat
menjadi indikasi hemangioma di usus, sedangkan batuk disertai sesak nafas
merupakan sinyal adanya hemangioma di organ pernafasan. Hemangioma dibagian
dalam tubuh dapat muncul pada anak yang disebut hemangiomatosis alias memiliki
beberapa hemangioma. Jadi, apabila ada seorang anak yang memiliki tiga
hemangioma, ia perlu mendapatkan pemeriksaan lebih komprehensif. Biasanya
akan dipergunakan ultrasonografi untuk memeriksakan seluruh tubuhnya, untuk
memastikan apakah terjadi luka didalam tubuhnya.
5. Diaper rash ( ruam popok)

a. Definisi
Diaper rash dapat berupa ruam yang terjadi didalam area popok. Pada kasus
ringan kulit menjadi merah, dan pada kasus – kasus yang lebih berat mungkin
terdapat rasa sakit. Biasanya ruam terlihat pada sekitar perut, kemaluan, dan di
dalam lipatan kulit pada paha dan pantat. Kasus ringan dapat mengilang dalam 3
sampai 4 hari tanpa pengobatan.
Ruam popok (diaper rash) adalah gangguan yang lazim ditemukan pada bayi.
Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada
kisaran usia 8 – 10 bulan. Ruam popok sering dialami oleh bayi baru lahir.
Biasanya berwarna kemerahan disertai lecet – lecet ringan dan gatal. Ruam popok
terjadi karena ada gesekan antara popok dengan kulit bayi. Hal ini karena kulit bayi
masih sangat peka dan sensitif. Jika dia memakai popok maka kulitnya otomatis
tertutup, akibatnya kulit menjadi lembab. Kelembaban yang berlebih inilah yang
memicu timbulnya ruam popok.
b. Etiologi
1) Terlalu lembab
2) Luka atau gesekan
3) Kulit terlalu lama terkena urine, feses, atau keduanya
4) Infeksi jamur
5) Infeksi bakteri
6) Reaksi alergi terhadap ruam popok
7) Gangguan pada kelenjar keringat diarea yang tertutup popok
8) Reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen
Bila kulit basah terlalu lama, lapisan kulit yang melindungi kulit mulai rusak.
Bila kulit basah digosok, juga lebih mudah rusak. Lembab akibat popok yang
sudah penuh dapat berbahaya bagi kulit bayi dan membuat lebih mudah menjadi
luka. Bila hal ini terjadi, maka dapat timbul ruam popok.
Selanjutnya gesekan antara lipatan kulit yang lembab membuat ruam menjadi
lebih berat. Hal inilah yang menyebabkan ruam popok sering terbentuk dilipatan
kulit leher dan paha atas. Lebih dari separuh bayi berusia antara 4 bulan – 15 bulan
terjadi ruam popok sedikitnya satu kali dalam waktu 2 bulan.
Ruam popok lebih sering terjadi pada keadaan – keadaan berikut :
1) Begitu bayi bertambah usia, kebanyakan antara usia 8 – 10 bulan
2) Bila bayi tidak terjaga kebersihannya dan kering
3) Jika bayi sering buang air besar, khususnya bila tinja tetap berada dalam
popok sepanjang malam
4) Bila bayi mulai makan makanan padat
5) Bila bayi mengonsumsi antibiotic atau bayi yang masih menyusu yang 6)
ibunya mendapat antibiotic
6) Bayi yang mengonsumsi antibiotik lebih mudah menderita ruam popok yang
disebabkan oleh infeksi jamur.
c. Tanda gelaja diaper rash
1) Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan alergen sehingga muncul
eritema
2) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat genetalia,
perut bawah atau paha atas
3) Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla eritemosa,vesikula dan
ulserasi
4) Kulit kemerahan dan lecet. Kulit pada lipatan kaki lecet dan berbau tajam
5) Awal ruam biasanya timbul di daerah kelamin, bukan di dubur.
6) Beruntutan di daaerah kelamin, pantat dan pangkal paha.
7) Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut sering
terkolonisasi oleh jamur, terutama jenis candida albicans, sehingga kelainan
kulit bertambah merah dan basa.
d. Diagnosis
Diagnosis ruam popok atau diaper rash dapat dicurigai pada pasien dengan
riwayat menggunakan popok, serta memiliki gejala erupsi kulit berupa eritema
pada bagian konveks gluteus dan area genital. Pemeriksaan laboratorium jarang
dilakukan, dan hanya diindikasikan untuk mengonfirmasi etiologi pada kasus
atipikal, misalnya pemeriksaan kalium hidroksida (KOH) untuk kecurigaan infeksi
sekunder akibat jamur.

e. Penatalaksanaan
Untuk membantu mencegah timbulnya ruam popok sebaiknya :
1) Gantilah popok segera setelah anak kencing atau berak. Hal ini mencegah
lembab pada kulit. Janganlah memakai popok yang ketat sepangjang malam
2) Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah dan terkena
tinja tidak menggesek kulit lebih luas
3) Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air.
4) Gunakan popok sekali pakai sesuai dengan daya tampungnya
5) Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan
kulit. Alkohol atau parfum pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit bayi

6.Oral trush

a. Definisi
Oral trush (sariawan) adalah lapisan atau bercak – bercak putih kekuningan
yang timbul dilidah yang mungkin dikelilingi oleh daerah kemerahan. Apabila
lapisan atau bercak ini dicoba dibersihkan atau diusap, maka dapat terlepas, namun
meninggalkan daerah kemerahan yang mudah berdarah.
Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil. Warnanya
putih atau kekuningan. Mula – mula berdiameter 1 – 3 mm. kemudian berkembang
berbentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan terlihat berbentuk seperti
lubang/ulkus. Besarnya seriawan tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar
seperti halnya bisul.
b. Etiologi
Penyebab oral trush yang terjadi pada neonatus dan bayi biasanya karena hal
sebagai berikut :
1) Makanan/minuman panas
Mulut bayi belum sekuat orang dewasa. Jadi hati – hati saat membuatkan
makanan/minuman bagi si kecil. Selalu periksa keadaan suhunya masih panas
atau sudah cukup hangat untuk diterima mulut mungilnya. Justru anggapan
bahwa susu yang memancar terlalu kencang dari botol bisa memicu terjadinya
sariawan ternyata tidak tepat. Kecuali jika susu tersebut bersuhu tinggi. Jadi
penyebab nya bukan kekuatan pancarannya tapi, sekali lagi, karena suhu yang
panas.
2) Traumatik
Yang dimaksud traumatik di sini, mulut anak terluka oleh sesuatu entah
karena gusinya tergigit atau terkena gesekan dot yang terlalu keras. Seperti
yang sudah disinggung, kejadian luka pada gusi bayi bisa berkaitan dengan
ketidaknyamanan bayi akibat giginya yang baru tumbuh. Antisipasinya, coba
berikan ia teether (mainan khusus untuk digigit – gigit ) sehingga rasa tidak
nyamannya dapat berkurang. Gesekan dot yang berkontur agak kasar dan
terbuat dari karet yang keras juga memungkinkan muncul nya sariawan. Jadi
sebaiknya gunakan dot yang dibuat dari bahan lunak dan lentur seperti dari
silicon.
3) Zat kimia
Pemakaian obat – obatan yang terlalu lama umpamanya pada bayi yang
harus mengonsumsi obat untuk menyembuhkan vlek pada paru – parunya bisa
memunculnya sariawan. Zat kimia yang dikandung dalam obat bersifat asam.
Bila tersisa di mulut bisa memicu sariawan karena proses pengasaman akan
mengundang datangnya bakteri. Untuk itu, sedapat mungkin, setalah
meminum obat, minumkan bayi air putih sehingga sisa – sisa obat tidak
menempel di gusi maupun dinding mulut.
c. Tanda gejala
Tanda pada bayi :
1) Suhu badan naik hingga 40 derajat
2) Mengeluarkan saliva lebih dari biasanya
3) Selalu rewel dan gelisah
4) Tidak mau makan, atau makanan dimuntahkan
5) Tidak mau minum ASI maupun susu botol
6) Bau mulut tidak sedap
7) Sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil. Warnanya
putih atau kekuningan. Mula – mula berdiameter 1 – 3 mm. kemudian
berkembang berbentuk selaputnya. Jika selaputnya mengikis, maka
akan terlihat berbentuk seperti lubang atau ulkus. Besarnya sariawan
tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar.

Gejala :
1) Lidah menjadi agak licin
2) Warna lidah kemerahan
3) Timbul lesi di bagian bawah dan pinggir pada belahan tengah lidah
4) Ada bitnik putih dan terkadang benjolan kecil yang dapat pecah pada
bagian dalam sehingga mulut terasa perih
5) Bercak keputihan di mulut, seperti bekas susu yang sulit dihilangkan
6) Mukosa mulut mengelupas
7) Lesi multiple pada mukosa mulut sampai bibir memutih menyerupai
bekuan susu yang melekat, jika diangkat menyebabkan pendarahan
d. Diagnosis
Diagnosis kandidiasis oral cukup mudah ditegakkan secara klinis, di mana
pasien biasanya mengeluh rasa nyeri dan tampak plak putih pada mukosa rongga
mulut. Pemeriksaan penunjang di bawah mikroskop dapat dilakukan untuk
memastikan diagnosis.
Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengamati bentuk dan
penampakan ruam. Selain itu, dokter juga memeriksa kondisi kulit di daerah
tersebut.
Kultur kulit. Setelah memeriksa kondisi kulit dan ruam pada saat pemeriksaan
fisik, dokter akan melakukan swabbing (apusan) pada daerah kulit yang terkena
kandidiasis. Hasil sampel kulit yang diperoleh dari swabbing lalu diperiksa di
laboratorium untuk memastikan keberadaan jamur Candida sehingga bisa
dipastikan apakah terjadi kandidiasis atau tidak.

e. Penatalaksanaan
1) Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi
2) Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera diobati
dengan pemberian antibiotic
3) Menjaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut dan putting
susu ibu
4) Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan
air matang dan juga bersih. Apabila oral trush terjadi pada anak – anak dan
sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut, berikanlah
makanan yang lunak atau cair sedikit demi sedikit tetapi frekuensinya
sering. Dan setiap habis makan, berikan air putih, serta usahakan agar
sering minum.
5) Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, gunakan Teknik
steril dalam memberikan botol susu. Yaitu dengan mencuci bersih botol
dan dot susu. Sebelum botol susu diberikan sebaiknya botol susu direbus
hingga mendidih
6) Pemberian obat anti jamur diantaranya sebagai berikut :
a. Miconazole. Obat ini mengandung miconazole 25mg/ml dalam gel
bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan
b. Nystatin. Tiap pastille mengandung 100.000 unit nystatin. Satu pastille
harus diisap secara perlahan – lahan 4 kali sehari selama 7 – 14 hari.

7. Seborrhea

a. Definisi
Seborrehea merupakan kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan
papuloskuamosa yang kronik dengan dengan tempat predileksi di daerah – daerah
seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala,
alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilicus, selangkangan
dan glutea. Pada dermatitis seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa
eritema, edema, serta skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning
kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta
b. Etiologi
Penyebab dari seborrhea belum diketahui secara pasti, tetapi sejenis jamur yaitu
pityrosporum ovale mungkin merupakan factor kausatif. Jamur ini termasuk dalam
kelas Malassezia sp. Dalam hidupnya sangat bergantung pada lemak, oleh karena
itu sering ditemukan didaerah kulit yang kaya sebum seperti di badan, punggung,
wajah dan kulit kepala. Manifestasi seboroik dermatitis yang dipicu oleh jamur ini
juga dapat berupa dandruff yang diduga merupakan tipe non – inflamasi dari
dermatitis seboroik.

Meskipun jamur ini merupakan flora jamur kulit, bila jumlahnya berlebih
ataupun karena respon imun host yang abnormal, maka dapat bermanifestasi
sebagai dermatitis seboroik. Beberapa penelitian menunjukan adanya perbaikan
setelah pemberian antifungal seperti ketokonazol baik topical maupun sistemik.
Faktor genetik dan lingkungan sekitar mungkin dapat pula sebagai pemicu
dermatitis seboroik, disamping faktor hormonal dan imun.

c. Tanda gejala
Pada bayi dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada
vertex kulit kepala. Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana
pada anak – anak dewasa. Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning.
Gejala klinik pada bayi dan berkembang pada minggu ketiga atau ke empat
setelah kelahiran.
Dermatitis seboroik biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik
kering atau berminyak dikulit kepala, kadang disertai gatal – gatal tetapi tanpa
kerontokan rambut. Pada kasus yang lebih berat, timbul bruntusan/jerawat
bersisik kekuningan sampai kemerahan disepanjang garis rambut, dibelakang
telinga, didalam saluran telinga, alis mata dan dada. Pada bayi baru lahir yang
berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik menyebabkan ruam tebal
berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala dan kadang tampak sebagai sisik
berwarna kuning di belakang telingan atau beruntusan merah di wajah. Ruam
kulit kepala ini sering disertai dengan ruam popok. Pada kanak – kanak,
dermatitis seboroik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal dikulit kepala yang
sukar disembuhkan.

Adapun tanda dan gejala dari dermatitis seboroik sebagai berikut :

1) Serpihan / sisik. Sisik merupakan tanda yang paling mudah dilihat


2) Gatal
Satu tanda lagi bahwa dermatitis seboroik menyebabkan gatal pada kulit
kepala. Gatal tersebut terjadi karena timbul peradangan pada kulit kepala
yang disebabkan oleh jamur P. Oval
Dermatitis seboroik biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik
kering atau berminyak dikulit kepala, kadang disertai gatal – gatal tetapi tanpa
kerontokan rambut. Pada kasus yang lebih berat, timbul bruntusan / jerawat
bersisik kekuningan sampai kemerahan di sepanjang garis rambut ,
dibelakang telinga, didalam saluran telinga, alis mata dan dada.
Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik
menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning dibelakang telinga
atau beruntusan merah di wajah. Ruam dikulit kepalanya ini sering disertai
dengan ruam popok. Pada anak – anak, dermatitis seboroik menyebabkan
timbulnya ruam yang tebal di kulit kepala yang sukar disembuhkan.
3) Kemerahan
Tanda ketiga dari ketombe dikenal dengan seborrhea. Dalam kondisi ini,
terlihat kemerahan disekitar kulit kepala. Dapat juga terlihat disekitar alis
mata,pipi,belakang telinga atau bagian dada.
d. Diagnosis

Diagnosis dermatitis seboroik umumnya bisa ditegakkan secara klinis lewat


anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang teliti.Pada bayi
biasanya dermatitis seboroik terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan. Sering
disebut cradle cap. Keluhan utama biasanya berupa sisik kekuningan yang
berminyak dan umumnya tidak gatal.

e. Penatalaksanaan

Seborrhea pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga
12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai penyembuhan, yakni
dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan usia pubertas. Secara
umum,terapi bekerja dengan prinsip bukan kurusta, menghambat kolonisasi
jamur.mengontrol infeksi sekunder dan mengurangi eriktema dan gatal.

Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat di lakukan berbagai terapi:


skuama dihilangkan mengunakan sisir yang lembut khusus untuk
bayi,pemberisihan krusta menggunakan larutan asam salisilat 3-5% dalam
minyak zaitun ataupun pelarut air,pengompresan kulit kepala dengan minyak
zaitun hangat (untuk skuama yang tebal) pengolesan kortikosteroitd berpotensi
rendah (hidrokortison 1%) dalam bentuk krim atau lotion dalam beberapa hari,
penggunaan sampo ringan khusus untuk bayi, dan perawatan kulit kepala bayi
lainnya yang cocok menggunakan emilen, krim ataupun pasta lembut. Bila ada
infeksi sekunder khususnya yang di sebabkan oleh staphylococcus, dapat di
berikan antibiotic oral.

Untuk seborrhea yang berlangsung sangat lama dan penggunaan steroid telah
memberikan efek samping yang merungikan, pertimbangan yang menggunakan
obat-obatan lain yang efektif terus dilakukan. Beberapa preparate seperti
tacrolimus, pimecrolimus dan inhibitor calcineurin yang efektif pada pengobatan
dermatitis atopic, ternyata juga efektif diberikan untuk mengatasi penyakit
dengan inflamsi lainnya, termasuk dermatitis seboroik. (10,13) sementara
metronidazole, dilaporkan cukkup efektif dalam terapi dermatitis seborrhea
sebagai penganti ketoconazole.

8.Bisul pada bayi

a. Definisi

Bisul adalah radang kecil bernanah dekat sekali dengan permukan kulit disebut
pastual. Kulit diatasnya sangat tipis, hingga nanah didalamnya dengan mudah
dapat mengalir keluar. Bisul tempatnya lebih dalam, dan biasanya mula-mula terjdi
ditempat tumbuhnya rambut. Bisul akan cepat sembuh lebih cepat bila dibuka,
tetapi jika Tindakan ini dilakukan sebelum nanah terbentuk, tentu tidak ada
gunanya.njangan memijit bisul karena akan mempercepat penyebaran infeksi.

Dalam keadaan yang normal, sekitar 50% yang lahir cukup bulan sering
mengalami bisul-bisul kecil atau jerawat yang dikelilingi oleh warna kulit yang
kemerahan. Gangguan ini bisa timbul diseluruh tubuh bayi, entah itu wajah ,
badan, punggung, tangan, kaki dan tempat-tempat lainnya.

Puncak terjadinya bisul-bisul ini umumnya saat bayi berusia dua hari biasanya
di alami selama kurang lebih 2 minggu. Akibat adanya bisul-bisul ini, orang tua
enggan memandikan bayinya karna takut kondisinya akan memburuk. Padahal
dengan begitu, justru bisa mengundang infeksi kulit karna kulit si kecil bedaki atau
kotor akibat tidak dimandikan. Jadi solusinya sederhana saja, tetap mandikan bayi
seperti biasabkan

Belum sempurnanya fungsi kulit pada bayi juga membuat vbayi mudah
terserang infeksi mikroorganisme. Salah satunya, infeksi bakteri stafilokokkus
aureus, yang menyebabkan bisul. Bisul seringkali dimulai dari peradangan folikel
(akar rambut) dan jaringan sekitarnya. Karn itu, pada bayi dan balita, bisul kerap
timbul dikulit kepala. Sebab memang pembentukan folikel rambut didaerah ini
belum sempurna dan keringat pun sering keluar dalam jumlah banyak. Namun
bisul juga dapat timbul di bagian mana saja termasuk ketiak, leher, lipatan paha,
atau pantat.

b. Etiologi
1) Iritasi pada kulit
2) Kebersihan kulit yang kurang terjaga
3) Daya tahan tubuh yang rendah
4) Infeksi oleh staphylococcus aureus

Faktor kebersihan memegang peran pinting terjadi tidaknya infeksi. Bila


lingkungan kurang bersih, infeksi akan mudah terjadi. Karna itu, pada bayi, gejala
bisul mudah di jumpai. Bayi dan anak-anak identik dengan dunia eksplorasi
dalam bermain, apabila terkena benda kotor semisal tanah. Belum lagi setelah
main, anak tidak di cuci tanggan nya sehingga buka kebersihan anak dan bayi tak
dijaga, akan mempermudah terjadinya bisul
Pada dasarnya bisul muncul karna adanya kuman. Orang tua yang tidak menjaga
kebersihan tubuh bayi dan lingkungannya dengan baik, otomatis lebih berpeluang
terpapar kuman penyebab bisul tak heran kalau mereka yang tinggal di
permukiman yang padat, didaerah pengungsian, dimana faktor kebersihannya
terabaikan akan lebih mudah bisulan. Namun harus diingat, walaupun tinggal di
tempat yang bersih tapi kalua jarang dimandikan dan dijaga kebersihan bayi,
dengan sendirnya kuman pun akan bersarang.

Secara giografis Indonesia termasuk daerah tropis. Dimana udaranya panas


sehingga dengan mudah bayi akan berkeringat. Keringat pun bisa menjadi salah
satu pemicu munculnya bisul terutama bisul yang terjadi pada kelenjar keringat.

Namun jangan pula di lupakan faktor gizi. Gizi yang kurang juga dapat
mempengaruh timbulnya infeksi. ,Bila gizi kurang, berarti daya tahan tubuh
menurun, sehingga akan mempermudah timbulnya infeksi. Terlebih pada bayi
kekebalan tubuhnya kurang di badingkan orang dewasa.

c. Tanda gejala

Gejala yang timbul dari adanya frungkel berfariasi,bergantung pada beratnya


penyakit. Gejala yang sering ditemui pada furungkel sebagai berikut:

1) Nyeri pada daerah ruam. Muncul tonjolan yang nyeri, berbentuk halus,
berbentuk kuba dan berwarna merah disekitaarnya.
2) Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang berbentuk kerucut
dan memiliki pustule.
3) Nodul dapat melunat menjadi apses yang berisi pus dan jaringan nekrotis
yang dapat pecah membentuk fistel lalu keluar melalui logus minoris
presitensiae
4) Setelah semunggu, umunya frunkel akan pecah sendiri dan Sebagian dapat
menghilang dengan sendirinya.
5) Ukuran tonjolan meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai 3-10
cm atau bahkan lebih.
6) Demam dan malaise sering muncul dan pasien tampak sakit berat.
7) Jika pecah spontan atau disengaja, akan mengering dan membentuk lubang
yang kuning keabuan pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan
granulasi.
8) Waktu penyembuhan kurang lebih 2mg.
9) Jaringan perut permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.
d. Diagnosis

Dokter akan menanyakan mengenai keluhan dan gejala yang Anda alami.
Selanjutnya, akan dilakukan pemeriksaan fisik pada kulit yang mengalami bisul.
Jika diperlukan, dokter akan mengambil sampel nanah, kulit, atau darah untuk
diperiksa di laboratorium.Pemeriksaan penunjang dilakukan jika : Bisul tidak
kunjung sembuh setelah diobati dan muncul kembali (kambuh).Bisul muncul
dalam jumlah banyak dan berkumpul(karbunkel).Bayi memiliki sistem kekebalan
tubuh yang lemah karena mengalami suatu penyakit.

e. Penatalaksanaan

Dalam beberapa hari cobalah tutup dengan kain kering, guna mengetahui
apakah nananya dapat mengalir keluar. Kompres hangat dapat mempercepat keluar
nana celupkan sepotong kain kedalam air panas lalu letakan diatas bisul, jika sudah
dingin, celupkan lagi kain tadi kedalam air panas, lakukan ini beberapa kali, tetapi
harus berhaiti-hati, jangan terlalu panas agar kulit anak tidak sampai terbakai. Bisul
tidak boleh dipijit, sebab hal itu dapat membantu menjalarnya kuman-kuman
menembus jaringan disekitar. Jika disekitarnya terdapat selulitis yang meluas atau
jika terdapat banyak bisul, berilah anak pengobatan dengan penicillin. Jangan
menggunakan sulphadimine untuk pengobatan radang bernanah kecuali jika
lukanyatelah terbuka dan nanahnya telah mengalir keluar. Berilah ibu lebih banyak
bubuk kristal kalium bermanganan untuk mencuci luka-luka anaknya Tindakan ini
dapat mencegah agar kuman-kuman tidak menjalar terus dikulitnya dan
menyebabkan timbulnya bisul baru.
9. Miliariasis

a. Definisi

Miliariasis, disebut juga sudamina,liken tropikus,biangkringat,keringat


buntet.miliaria adalah dermatusis yang di sebabkan oleh retensi keringat,yaitu
akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.biasanya timbut bila udara panas dan
lembab.penyumbatan ini dapat ditimbulakn oleh bakteri yang menimbulkan radang
dan edema akibat persipirasi yang tidak dapat keluar dan diapsorbsi oleh stratum
korneum.

Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat
berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat,yaitu didahi,leher,bagian-
bagian bdan yang tertutup pakain (dada dan punggung),serta tempat yang
mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga di kepala.keadaan ini
biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan,daoat diikuti rasa gatal
seperti di tusuk,kulit menjadi kemerahan dan di sertai banyak gelembung kecil
berair(Arjatmo Tjotronegoro dan Hendra Utama,2000).

b.Etiologi

1) Udara panas dan lembeb dengan ventilasi udara yang kurang.

2) Pakaian yang terlalu ketat,bahan tidak menyerap keringat.

3) Aktivitas yang berlabihan.

4) Setelah mendarita demam atau panas.

5) Penymbatan dapat ditimbiulkan oleh bakteri yang menimbulakn radang dan


edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorsi oleh stratum
korneum.
c.Tanda dan Gejala

Miliariasis pada bayi baru lahir memiliki gejala atau tanda sebagai berikut:

1) Bintik bintik merah atau ruam pada leher dan ketiak bayi.keadaan ini
disebabkan peradangan kulit pada bagian tersebut.penyebabnya adalah
proses pengeringan yang tidak sempurna saat lap dengan handuk setelah
bayi di mandikan.apalagi jika pada bayi gemuk sehingga leher dan
ketiaknya berlipat lipat.
2) Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian tubuh yang
tertutup pakain (dada dan punggung).gejala utama ialah gatal-gatal seperti di
tusuk- tusuk,dapat disertai dengan warna kulit yang kemerahan dan
gelembung berair berukuran kecil(1-2mm).kondisi ini bisa kambuh berulang
ulang terutama jika udara panas dan berkeringat.

3) Bayi rewel dan berat badan menurun.

d. Diagnosis

Diagnosis miliaria ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang dermoskopi


berguna untuk membantu diagnosis apabila gambaran miliaria tidak khas atau pada
pasien berkulit gelap. Pemeriksaan biopsi bermanfaat membantu diagnosis untuk
gambaran miliaria yang menyerupai lesi kulit lain. Pemeriksaan laboratorium tidak
perlu dikerjakan secara rutin karena hasilnya kurang bermakna untuk mendiagnosis
ataupun mengubah tata laksana miliaria.

Guna mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, dokter pastinya akan


melakukan wawancara terkait gejala atau keluhan yang dialami, bagaimana riwayat
medis atau kondisi kesehatan, dan keadaan lingkungan tempat tinggal pengidap.
Setelah itu, dokter baru melakukan pemeriksaan pada fisik pengidap dengan
mengamati langsung ruam yang muncul.
e. Penatalaksanaan

Asuhan yang di berikan pada neonatus,bayi dan balita denagn miliaria


tergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami.asuhan yang umum
diberikan adalah :

1) Prinsip asuhan adalah dengan mengurangi penyumbatan keringat dan


menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
2) Memelihara kebersihan tubuh bayi.
3) Upayakan kelembaban suhu yang cukup dan suhu lingkungan yang sejuk
dan kering. misalnya pasien tinggal di ruang ber ac atau didaerah yang sejuk
dan kering.
4) Gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit,gunakan pakaian yang menyerap
keringat.
5) Segera ganti pakain yang basah dan kotor.
6) Pada millia lubra dapat diberikan bedak salisil 2%dan dapat ditambahkan
menthol 0.5%-2% yang bersifat mendinginkan ruam.

10. Diare

a. Definisi

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada
bayi dan anak Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150 –
430 /1000 penduduk setahunnya.

Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis,


karena istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah – olah penyakit
ini hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi,
lambung jarang mengalami peradangan.
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal
dan cair. Dibagian ilmu Kesehatan anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air
besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan
dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.

b. Etiologi

1) Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman pathogen saat


dilahirkan

2) Infeksi silang oleh petugas Kesehatan dari bayi lain yang mengalami diare,
hygiene dan sanitasi yang buruk

3) Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan

4) Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi,beracun,alergi)

5) Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani

6) Infeksi kuman E. Coli, salmonella, Echovirus, Rotavirus dan Adenivirus

7) Sindroma malabsorbsi (kaborhidrat, lemak, protein)

8) Penyakit infeksi (campak,ISPA,OMA)

9) Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR,immunosupresi, terapi


antibiotic)

c. Tanda gejala

1) Feses berwarna merah dan putih

2) Sikecil BAB lebih dari 10 kali dalam sehari

3) Bab berdarah dan berlendir

4) Muntah berulang kali

5) Mual, ruam kulit, demam tinggi


d. Diagnosis

Dokter akan mendiagnosis diare dengan melakukan wawancara medis,


pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti:

1) Pemeriksaan sampel feses di laboratorium untuk mengidentifikasi infeksi


yang terjadi pada pengidap.
2) Pemeriksaan darah untuk mengetahui penyebab diare.

3) Pemeriksaan tambahan, seperti sigmoidoskopi dan kolonoskopi jika


terdapat dugaan penyakit yang lebih serius.

e. Penatalaksanaan

1) Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit

2) Terapi rehidrasi

3) Kolaborasi untuk terapi peberian anti biotik sesuai dengan kuman


penyebabnya

4) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk mencegah
penularan

5) Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotic

6) Tidak dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat – obatan pengental
Feses

11. Obstipasi/konstipasi

a. Definisi

Obstipasi berasal dari Bahasa latin Ob berarti in the way = perjalanan dan
stipare to compress = menekan. Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi
parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam
usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum obstipasi adalah pengeluaran meconium tidak terjadi pada 24
jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan feses yang
menyangkut dengan konsistensi feses dan frekuensi berhajat. Sedangkan pada
neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3
hari atau lebih.

b. Etiologi

1) kebiasaan makan

Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang
air besar. Keadaan ini terjadi akibat kelaparan, dehidrasi, makanan kurang
mengandung selulosa.

2) Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya


kanker dalam dinding usus.

3) Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan


usus oleh masa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang
menekan rectum

4) Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi


muda kurang mengandung air/gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua
biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.

5) Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit


Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan Gerakan peristaltic.

c. Tanda gejala

Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama,


pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih

1) Sakit dan kejang pada perut


2) Bayi sering menangis
3) Susah tidur dan gelisah
4) Kadang – kadang muntah
5) Abdomen distensi (kembung, karna usus tidak berkontraksi)
6) Bayi susah/tidak menyusui
7) Bising usus yang janggal
8) Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
9) Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum
10) Terdapat luka pada anus
d. Diagnosis

Diagnosis obstipasi/ konstipasi perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan


kesulitan saat buang air besar. Gejala dapat berupa frekuensi buang air besar yang
jarang, tinja yang keras dan padat, usaha mengejan berlebihan, rasa tidak lampias
setelah buang air besar, atau penyumbatan. Diagnosis konstipasi dapat ditegakkan
berdasarkan kriteria Rome IV. Tanda bahaya perlu dikenali untuk mewaspadai
penyebab organik yang berat, seperti ileus obstruktif dan kanker kolorektal.

e. Penatalaksanaan

1) Mencari penyebab obstipasi/konstipas

2) Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dan memperhatikan


gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis

3) Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan


untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi biasa dengan disimpaksi
digital, enema minyak zaitun, laktasiva.

4) Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila


diperlukan saja

5) Peningkatan intake cairan

6) Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus

7) Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang
memadai bias diberi satu sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan
malam hari

8) Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti
buah – buahan, kacang polong sereal, kripik graham, buncis dan bayam.
12. Infeksi pada bayi

a. Definisi

Infeksi pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di
Jakarta terutama di RSCM, infeksi merupakan 10- 15 % dari morbiditas perinatal.
Hal ini mungkin disebabkan RSCM Jakarta adalah rumah sakit rujukan untuk
Jakarta dan sekitar. Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR.
Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit. Dalam hal ini
tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru
lahir mendapat imunitas trans plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya.
Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya
tetapi juga berasal 130 Setyo Retno Wulandari dari ibu lain. Terhadap kuman
yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.

b. Etiologi

Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti Escherichia


coli,Pseudomonas pyocyaneus, Klebsielia, Staphylococcus aureus, dan
Coccusgonococcus. Infeksi ini bisa terjadi pada saat antenatal, intranatal,
dan postnatal.

c. Tanda gejala

Gejala infeksi yang umum terjadi pada bayi yang mengalami infeksi perinatal
adalah sebagai berikut :

1) Bayi malas minum


2) Gelisah dan mungkin juga terjadi kelelahan
3) Frekuensi pernapasan meningkat
4) Berat badan menurun
5) Pergerakan kurang
6) Muntah
7) Diare
8) Sklerema (kelainan pada jaringan lemak subkutan) dan edema
(penumpukan cairan pada jaringan tubuh)
9) Perdarahan, ikterus, kejang
10) Suhu tubuh dapat normal, hiportermi dan hipertermi
11) Gula darah rendah
d. Diagnosis

Diagnosis omfalitis dapat ditegakkan secara klinis dengan melihat tanda


inflamasi dan infeksi pada pangkal tali pusat dan jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan, namun kultur bakteri bisa
dipertimbangkan untuk mengetahui etiologi.

e. Penatalaksanaan

Ada 10 langkah yang harus dilaksanakan dalam perencanaan penggunaan


antibiotik:

1) Selalu melakukan pengambilan kultur darah (dan mungkin CSP dan/atau


urin) sebelum memulai pemberian antibiotic
2) Sedapat−dapatnya pergunakan antibiotik dengan spektrum yang paling
sempit, hampir selalu berupa penisilin dan aminoglikosida
3) Sebagai aturan yang umum, janganlah memberi terapi dengan sefalosporin
generasi ketiga (misalnya cefotaxime, cefftazedine) atau carbapenem
(misalnya imipenem, mesopenem)
4) Pergunakan antibiotik buatan lokal/nasional untuk mengurangi terapi
antibiotik broad spectrum yang mahal
5) Percayai hasil kultur
6) Peningkatan CRP tidak berarti bayi terkena sepsis
7) Bila hasil kultur negatif dalam 2−3 hari lebih baik apabila menghentikan
pemberian antibiotik
8) Usahakan agar tidak menggunakan antibiotik untuk jangka panjang
9) Terapi ditujukan terhadap sepsis bukan pada kolonisasi
10) Upayakan semaksimal−maksimalnya tindakan pencegahan infeksi
nosokomial, dengan menggalakkan upaya pencegahan infeksi terutama
dengan upaya cuci tangan yang baik dan benar.

13. Sindrom kematian pada bayi

a. Definisi

Bayi meninggal mendadak dapat disebut juga dengan Sindrom kematian


bayi mendadak (SIDS). Menempatkan bayi BBLR sehat, tidur dalam posisi
telungkup secara teoritis telah dihilangkan dari praktik neonatus sejak
kampanye ‘tidur terlentang’ pada bula Desember tahun 2016 dan berbagai
laporan pemerintahan setelahnya (DoH 2016,2017, 2018). Posisi miring
dianggap lebih dapat diterima untuk bayi sehat yang di rumah sakit, untuk bayi
yang memerlukan pemantauan fungsi pernafasan atau jantung atau keduanya,
tetapi tidak untuk bayi yang di rumah.

Saat ini diyakini bahwa posisi terlentang sebaiknya merupakan posisi tidur
yang direkomendasikan bagi semua bayi dan harus dimulai di rumah sakit
sebelum pulang. Diwajibkan bagi bidan untuk membiasakan bayi dan mengajari
orang tua dalam mengadopsi pendekatan ini mengingatkan bahwa, selain
informasi tertulis, terdapat kebutuhan untuk mengingatkan orang tua secara
terus menerus tentang faktor resiko dan prosedur keamanan (misal posisi tidur
kaki-ke-kaki, dan ruangan yang bebas asap rokok) yang berhubungan dengan
SDIS selain mengajari orang tua untuk menjaga bayi mereka tetap hangat.
Namun, selebaran ‘Kurangi resiko kematian di tempat tidur bayi’ dapat
menyebabkan kebingungan.

Bidan perlu menjelaskan bagaimana penerapan isu tersebut di keluarga


individu dan mempertimbangkan tahun, usia gestasi dan usia pascanatal saat
memindahkan perawatan ke bidan komunitas. Pelatihan orang tua tentang ‘apa
yang sebaiknya dilakukan jika bayi berhenti bernafas’, menjadi bagian penting
persiapan rutin untuk pemulangan. Tingkat persiapan ini dapat memperdayakan
sebagian orang tua.

b. Etiologi
1) Ibu yang masih remaja
2) Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat
3) Bayi laki – laki dengan badan dibawah normal
4) Bayi yang mengalami dysplasia bronkopulmoner
5) Bayi premature
6) Gemeli (bayi kembar)
7) Bayi dengan sibling
8) Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkotika
9) Prevalensi pada bayi dengan posisi tidur telungkup
10) Bayi dengan virus pernapasan
11) Bayi dengan infeksi botulinum
12) Bayi dengan apnea yang berkepanjangan
13) Bayi dengan pola napas herediter
14) Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli
c. Tanda gelaja

SIDS terjadi secara mendadak. Oleh sebab itu, kondisi ini tidak
menunjukkan tanda gejala apa pun. Bayi yang tampak sehat dan tidak menderita
penyakit juga bisa mengalami SIDS. Namun, masalah pada pernapasan atau
perut yang ringan juga mungkin muncul dalam beberapa minggu sebelum
sindrom ini terjadi. 

d. Diagnosis

SIDS tidak dapat didiagnosis karena sifatnya yang mendadak. Terlebih lagi,
SIDS dapat disebabkan oleh kondisi yang beragam. Namun, dalam beberapa
kasus Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat
fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai apgar yang
rendah dan abnormalitas control respirasi,denyut jantung dan suhu tubuh, serta
dapat pula mengalami retardasi pertumbuhan pasca natal.
e. Penatalaksanaan

1) Tidurkan bayi pada posisi telentang, setidaknya untuk tahun pertamanya.


2) Jangan memakai tempat tidur yang tebal dan terlalu empuk untuk bayi.
3) Hindari meninggalkan bantal atau mainan yang empuk di boks bayi.
4) Berikan bayi pakaian yang mampu menjaga suhu tubuh agar tetap hangat,
agar tidak perlu dibalut lagi dengan selimut tambahan.
5) Hindari menyelimuti kepala bayi dengan benda apa pun.
6) Tidurkan bayi di kamar yang sama dengan orang tua tetapi dengan
tempat tidur terpisah.
7) Berikan bayi ASI eksklusif hingga usia 6 bulan.
8) Berikan bayi imunisasi secara lengkap dan sesuai jadwal.

Beberapa studi menyebutkan bahwa pemberian dot dapat mengurangi risiko


SIDS. Namun, efektivitas metode tersebut belum terbukti secara pasti. Oleh
sebab itu, lakukan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui upaya
pencegahan yang tepat, terutama jika melihat adanya gangguan kesehatan
pada bayi.
BAB III

PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Bercak mongol atau disebut juga congenitaldermal malanocytosis adalah suatu
kondisi kongenital atau bawaan dari lahir berupa bercak kebiruan pada kulit. Lokasi
bercak ini biasanya paling sering pada pantat atau punggung, dapat juga pada bagian
tubuh lain. Bercak ini bersifat non kanker dan tidak berbahaya bagi Kesehatan bayi.
Pada umunya, bercak mongol tidak membutuhkan penanganan apapun. Sebagian
besar kasus bercak mongol akan perlahan memudar dan menghilang saat usia remaja
atau mendekati usia remaja.

Ikterik adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah dalam satu minggu
pertama kehidupannya. Pada hari 2-3 dalam puncaknya dihari 5-7, kemudian akan
menurun pada hari 10-14, peningkatannya tidak melebihi 10mg/ddl pada bayi atterem
< 12 mg/dl pada bayi premature. Keadaan ini masih dalam batas normal.

Muntah adalah keluarnya Kembali Sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen.

Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor vaskuler jinak akibat
proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan
dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma sering terjadi pada
bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 tahun ( 5- 10%). Biasanya
hemangioma sudah Nampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau muncul setelah
beberapa minggu setelah kelahiran (70%).

Diaper rash dapat berupa ruam yang terjadi didalam area popok. Pada kasus
ringan kulit menjadi merah, dan pada kasus – kasus yang lebih berat mungkin terdapat
rasa sakit. Biasanya ruam terlihat pada sekitar perut, kemaluan, dan di dalam lipatan
kulit pada paha dan pantat. Kasus ringan dapat mengilang dalam 3 sampai 4 hari tanpa
pengobatan.
Oral trush (sariawan) adalah lapisan atau bercak – bercak putih kekuningan yang
timbul dilidah yang mungkin dikelilingi oleh daerah kemerahan. Apabila lapisan atau
bercak ini dicoba dibersihkan atau diusap, maka dapat terlepas, namun meninggalkan
daerah kemerahan yang mudah berdarah.seborrehea merupakan kelainan kulit berupa
peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan dengan tempat
predileksi di daerah – daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea,
seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla,
umbilicus, selangkangan dan glutea.
Bisul adalah radang kecil bernanah dekat sekali dengan permukan kulit disebut
pastual. Kulit diatasnya sangat tipis, hingga nanah didalamnya dengan mudah dapat
mengalir keluar. Bisul tempatnya lebih dalam, dan biasanya mula-mula terjdi ditempat
tumbuhnya rambut. Bisul akan cepat sembuh lebih cepat bila dibuka, tetapi jika
Tindakan ini dilakukan sebelum nanah terbentuk, tentu tidak ada gunanya.njangan
memijit bisul karena akan mempercepat penyebaran infeksi.

Miliariasis, disebut juga sudamina,liken tropikus,biangkringat,keringat


buntet.miliaria adalah dermatusis yang di sebabkan oleh retensi keringat,yaitu akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat.biasanya timbut bila udara panas dan
lembab.penyumbatan ini dapat ditimbulakn oleh bakteri yang menimbulkan radang
dan edema akibat persipirasi yang tidak dapat keluar dan diapsorbsi oleh stratum
korneum.

Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal


dan cair. Dibagian ilmu Kesehatan anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang
air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya.

Obstipasi berasal dari Bahasa latin Ob berarti in the way = perjalanan dan stipare
to compress = menekan. Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah
dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya
obstruksi usus).

Infeksi pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di
Jakarta terutama di RSCM, infeksi merupakan 10- 15 % dari morbiditas perinatal. Hal
ini mungkin disebabkan RSCM Jakarta adalah rumah sakit rujukan untuk Jakarta dan
sekitar.

Bayi meninggal mendadak dapat disebut juga dengan Sindrom kematian bayi
mendadak (SIDS). Menempatkan bayi BBLR sehat, tidur dalam posisi telungkup
secara teoritis telah dihilangkan dari praktik neonatus sejak kampanye ‘tidur
terlentang’ pada bula Desember tahun 2016 dan berbagai laporan pemerintahan
setelahnya (DoH 2016,2017, 2018).

2.2 Saran
Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentang penyulit pada neonatus bayi dan
balita dengan masalah yang sering terjadi. Berharap agar kita sebagai mahasiswi dapat
mengetahui bagaimana pengertian, etiologi, tanda gejala dan penatalaksanaan dari
masalah tersebut dengan pembahasan yang ada dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

A. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Asuhan Neonatus bayi dan balita. Jakarta : buku
kedokteran EGC

Mansyoer, Arif. Kapita selecta kedokteran jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius


FKUI, 2001.

Muslihatun, Wati Nur. 2010. Asuhan neonatus, bayi dan balita. Yogyakarta:
Fitramaya

B. Buku ajar Ilmu Kesehatan anak jilid 1, A.H. Markum bagian ilmu Kesehatan anak
: Fakultas Kedokteran universitas Indonesia

DEPKES RI. 2003. Manejemen terpadu bayi muda. Modul – 6. DEPKES RI

Bobak, 2004, buku ajar ; keperawatan maternitas, Jakarta, EGC

C. Uliyah, Musrifatul dkk (2006) keterampilan dasar praktik klinik kebidanan,


Jakarta : Salemba Medika

Armini, Ni Wayan (2017) ASUHAN KEBIDANAN : Neonatus, Bayi, Balita dan


anak presekolah, Yogyakarta : penerbit ANDI (Anggota IKAPI)

Depkes RI (2004) buku panduan manajemen masalah BBL untuk, bidan, perawat
di rumah sakit, Jakarta: Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai