Anda di halaman 1dari 19

MASALAH YANG LAZIM TERJADI PADA BAYI BARU LAHIR

DOSEN PENGAMPUH;
FATIMAH ABBAS S.Kep,Ns.M.Mkes

DISUSUN OLEH :
HUSNUL NABILA SAHID (231540104)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA
KOTA TERNATE
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Bercak mongol
B. Hemangioma
C. Ikterik
D. Muntah dan gumoh
E. Oral trush
F. Diaper rush
G. Saborhea
H. Bisulan
I. Milliariasis
J. Diare
K. Obstipasi atau kontipasi
L. Infeksi
M. Sindrom kematian mendadak
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari, dimana pada
masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim ke
kehidupan diluar rahim yang membutuhkan proses adaptasi organ hampir pada semua sistem.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses adaptasi tersebut adalah kemampuan
petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespon masalah dengan tepat. Proses adaptasi yang
tidak berjalan baik, akan menimbulkan masalah dan komplikasi pada neonatus. Masalah pada
neonatus yang lazim terjadi menurut Rochmah (2011) antara lain gumoh, muntah, ruam
popok, bercak mongol, oral trush, seborea, obstipasi, furunkel, miliariasis dan ikterus
fisiologis. Kondisi ini memerlukan tindakan yang tepat, karena menurut Kemenkes RI
(2014), bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko
gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan bisa muncul, sehingga tanpa
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Angka Kematian Neonatal (AKN) masih menjadi
indikator kematian yang berhubungan dengan anak dan hal tersebut juga masih menjadi salah
satu indikator keberhasilan dalam upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting
karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian 2 bayi.
B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan masalah masalah yang lazim terjadi pada bayi ?
2. Apa penyebab masalah masalah yang lazim terjadi pada bayi
3. Bagaimana cara penanganan masalah masalah yang lazim terjadi pada bayi ?
4. Bagaimana cara pencegahaan masalah masalah yang lazim terjadi pada bayi ?

C. Tujuan
1. untuk mengetauhi pengertian pengertian dari masalah masalah yang lazim terjadi
pada bayi
2. Untuk mengetauhi penyebab dari masalah masalah yang lazim terjadi pada bayi
3. Untuk mengetauhi cara penanganan masalah masalah yang lazim terjadi pada bayi
4. Untuk mengetauhi cara pencegahan masalah masalah yang lazim terjadi pada bayi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bercak mongol
1. pengertianBercak Mongol
Bercak mongol adalah bercak berwarna biru di kulit bayi yang baru lahir. Bercak Mongol
atau congenital dermal melanocytosis biasanya muncul di area bokong, punggung, tangan,
atau kaki. Bercak mongol terjadi ketika melanosit, yaitu sel penghasil melanin yang memberi
warna pada kulit, terperangkap di dalam lapisan kulit bagian dalam (dermis) saat proses
perkembangan janin. Kondisi ini menyebabkan melanosit tidak dapat mencapai lapisan kulit
bagian luar (epidermis) sehingga menimbulkan bercak di bawah kulit. Belum diketahui
dengan pasti penyebab terperangkapnya sel melanosit tersebut. Namun, kondisi ini lebih
sering terjadi pada bayi yang memiliki warna kulit gelap, termasuk bayi keturunan Asia,
India, atau Afrika.
2. Penyebab Bercak Mongol
Penyebab munculnya tanda lahir pada kulit ini belum dapat dipastikan, tetapi bukan
gejala penyakit tertentu dan tidak berbahaya. Bercak Mongol biasanya akan hilang seiring
bertambahnya usia anak.

3. Gejala Bercak Mongol


Gejala utama bercak Mongol adalah munculnya ruam berwarna biru atau abu kebiruan
tanpa diiringi perubahan tekstur kulit di daerah pantat, bawah punggung, atau pinggang bayi.
Bercak ini mirip dengan memar kebiruan biasa, tetapi bercak Mongol tidak hilang selama
beberapa hari setelah kemunculannya. Bercak Mongol umumnya memiliki diameter sekitar
2–8 cm dengan bentuk teratur dan pinggiran yang kabur serta tidak rata. Meskipun demikian,
bercak Mongol dapat muncul dalam ukuran besar. Pada kasus tertentu, bercak tersebut dapat
muncul di bagian tubuh lain, misalnya di tungkai atau di wajah..
4. Pengobatan Bercak Mongol
Bercak Mongol tidak perlu diobati, karena bukan tanda dari suatu penyakit atau kelainan
tertentu. Bercak ini umumnya akan hilang dengan sendirinya saat anak mencapai usia
remaja.Akan tetapi, jika keberadaan bercak tersebut terlihat mengganggu, misalnya di wajah,
dokter dapat menyarankan terapi laser.
5. Pencegahan Bercak Mongol
Bercak Mongol tidak selalu bisa dicegah, karena penyebabnya juga belum diketahui. Jika
Anda memiliki bercak Mongol di bagian kulit yang tidak tertutup pakaian, oleskan tabir
surya ke bagian tersebut ketika beraktivitas di luar ruangan. Hal ini untuk mencegah
terjadinya gangguan kulit.
B. Hemangioma
1. Pengertian Hemangioma
Hemangioma atau yang disebut juga dengan tanda stroberi adalah tanda lahir yang
muncul di kulit akibat adanya pembuluh darah yang berlebih atau tidak normal. Bentuknya
benjolan elastis dan berwarna merah cerah. Ini adalah jenis tumor pembuluh darah yang
biasanya muncul di kulit kepala, punggung, dada, atau wajah. Namun, tanda lahir ini juga
dapat muncul di bagian tubuh manapun. Benjolan biasanya muncul pada bayi setelah lahir
dan akan menyusut saat memasuki usia 5 tahun. Hemangioma adalah jenis tumor jinak yang
terbentuk dari sel-sel pembuluh darah. Sebagian besar kasusnya muncul saat bayi dan anak-
anak dan biasanya tidak menimbulkan gejala atau komplikasi serius.
2. Penyebab Hemangioma
Pada anak-anak, tanda lahir ini terjadi akibat pembuluh darah yang tidak berkembang dengan
baik selama kehamilan. Lantas, apa penyebab hemangioma? Penyebabnya tergantung dari
jenisnya, yaitu:
a) Kapiler
Jenis gangguan kapiler muncul di lapisan luar kulit. Kategori ini dibedakan dalam dua
jenis yaitu: Hemangioma infantil (stroberi) dan Cherry hemangioma.
b) Kavernosa
Kategori ini terbentuk di lapisan kulit yang lebih dalam, seringkali di sekitar mata.
Gangguan sering muncul di area kelopak, permukaan mata, atau di dalam rongga
mata dan dapat mengganggu penglihatan. Kondisi tersebut terlihat seperti kumpulan
pembuluh darah lebar yang berwarna merah tua hingga biru. Gangguan berpotensi
memicu masalah penglihatan, seperti ambliopia, glaukoma, dan katarak.

3. Faktor Risiko Hemangioma


Siapa saja bisa memiliki tanda lahir ini. Beberapa faktor risikonya meliputi:
 Berjenis kelamin Perempuan
 Bayi dengan kulit putih.
 Bayi lahir prematur.
 Orang dewasa paruh baya atau lanjut usia (lansia).
 Genetik yang diwariskan kedua orang tua.
 Paparan zat kimia atau infeksi tertentu selama kehamilan.
 Perubahan hormon yang terjadi saat hamil.
 Gangguan dalam pertumbuhan pembuluh darah, seperti faktor pertumbuhan endotelial
vaskuler (VEGF).
 Mengalami kehamilan ganda atau bayi kembar.

4. Gejala Hemangioma
Kondisi ini seringkali muncul saat lahir, tapi lebih sering muncul selama beberapa bulan
pertama kehidupan bayi. Kondisi tersebut awalnya berbentuk tanda merah datar yang muncul
di tubuh, seringkali di wajah, kulit kepala, dada, atau punggung. Menurut Kementerian
Kesehatan, hemangioma bisa muncul di beberapa bagian tubuh. Tak hanya di luar, tapi juga
di organ dalam tubuh yaitu perkembangan penyakit di kulit dan organ hatii
5. Diagnosis Hemangioma
Diagnosis hemangioma dapat dilakukan melakukan beberapa prosedur, seperti:
a) Pemeriksaan fisik
b) Riwayat medis
c) Tes penunjan

6. Pengobatan Hemangioma
Pengobatan hemangioma sebenarnya tidak diperlukan, karena dapat hilang dengan
sendirinya seiring berjalan waktu. Namun, jika sudah memengaruhi penglihatan atau
menyebabkan masalah lain, dokter spesialis kulit dan kelamin biasanya meresepkan obat,
seperti:Obat beta blocker Obat kortikosteroid Laser/ operasi Obat gel
7. Pencegahan Hemangioma
Ada beberapa komplikasi hemangioma yang dapat terjadi jika gejala yang muncul
dibiarkan begitu saja. Contohnya: Pendarahan (terutama jika hemangioma terluka), Masalah
dengan pernapasan. Gangguan makan.Masalah psikologis akibat penampilan kulit yang
buruk.Infeksi sekunder dan luka. Perubahan yang terlihat pada kulit.
C. IKTERIK
1. Pengertian
Bayi kuning adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan umumnya tidak
berbahaya. Tanda-tanda bayi kuning mudah terlihat karena ciri khas pewarnaan kuning pada
kulit dan juga pada bagian putih mata. Istilah medis untuk kondisi ini adalah ikterik
neonatorum.
2. Penyebab
Penyebab bayi kuning adalah kadar bilirubin yang tinggi dalam darah. Bilirubin ini
adalah pigmen kuning dalam sel darah merah. Kelebihan bilirubin terjadi karena organ hati
bayi belum cukup matang untuk menyingkirkan bilirubin dalam aliran darah. Seiring dengan
berkembangnya fungsi organ hati bayi dan mulai meningkatnya asupan bayi, penyakit kuning
akan berangsur hilang dengan sendirinya. Pada kebanyakan bayi, penyakit kuning ini tidak
memerlukan perawatan khusus dan akan hilang dengan sendirinya sekitar 2-3 minggu setelah
lahir. Penyebab lain adalah berat bayi lahir rendah (kurang dari 2500 gram), bayi
lahir premature (usia kehamilan <37 minggu), kurangnya pemberian ASI, infeksi, gangguan
fungsi hati dan ketidakcocokan golongan darah ibu dan bayi.
3. Gejala
Gejala pada bayi yang mengalami ikterik neonatorum yaitu warna kulit pada bayi menjadi
warna kuning atau yang sering disebut dengan bayi kuning. Warna kadang-kadang dimulai
pada wajah dan kemudian menyebar ke dada, perut, kaki, dan telapak kaki. Terkadang, bayi
dengan ikterus parah bertubuh lemah dan tidak mau menyusu.
4. Jenis jeni bayi kuning
a) KUNING NORMAL yaitu timbul pada hari ke 2 atau ke 3 dan tampak jelas pada hari
ke 5 sampai dengan ke 6 dan akan menghilang pada hari ke 7 atau hari ke 10 dan akan
menghilang pada hari ke 14. Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan naik.
b) KUNING TIDAK NORMAL yaitu kuning terjadi sebelum umur 24 jam dan bertahan
setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.
Biasanya disertai tanda-tanda adanya penyakit seperti suhu yang tidak stabil, malas
menetek, muntah, penurunan berat badan yang cepat, sesak nafas, gagal nafas, dan
penurunan kesadaran.

5. Pencegahan
Apabila bayi kuning, yang dapat dilakukan adalah pemberian ASI yang cukup kepada
bayi. Pemberian makanan dilakukan dengan pemberian ASI 8 hingga 12 kali sehari. Dengan
mencukupi asupan bayi, maka bilirubin dapat dikeluarkan lebih cepat dari tubuh melalui
kencing dan tinja. Selain itu jemur bayi di pagi hari antara jam 7-8 pagi selama 30 menit
dengan badan terbuka dan gunakan penutup mata serta popok (untuk bayi laki-laki).
6. Penanganan
Penyakit kuning pada bayi biasanya akan menghilang sendiri dalam waktu 2 atau 3
minggu. Untuk ikterus sedang atau berat, bayi perlu tinggal lebih lama di rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan. Perawatan bayi kuning dapat dilakukan dengan Terapi sinar
ultraviolet atau sinar UV (fototerapi) yaitu dengan menempatkan bayi di bawah
lampu fluoresens yang memancarkan cahaya dalam spektrum biru-hijau. Cahaya mengubah
bentuk dan struktur molekul bilirubin sehingga dapat dikeluarkan dalam kencing dan
tinja.Selama perawatan, bayi hanya akan memakai popok dan pelindung mata. Terapi cahaya
dapat dilengkapi dengan penggunaan pad atau kasur yang memancarkan cahaya.
Fototerapi biasanya cukup efektif untuk perawatan bayi kuning, dan biasanya tidak
mempunyai efek samping yang berarti. Terapi dilakukan minimal selama 24 jam, bila bayi
masih memerlukan fototerapi dapat dilanjutkan 2×24 jam tanpa istirahat. Maksimal
pemberian 5×24 jam setelah istirahat selama 12 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin
dalam darah kembali ke ambang batas normal dan sesuai dengan instruksi dokter.
7. Komplikasi
Namun, apabila bayi kuning setelah lebih dari 3 minggu sejak lahir maka ini bisa menjadi
pertanda adanya kondisi lain yang perlu diperhatikan. Sebaiknya konsultasikan kepada dokter
mengenai kondisi bayi.Meskipun jarang terjadi, tapi apabila kadar bilirubin meningkat secara
berlebihan dan tidak dikeluarkan tubuh, bayi lebih berisiko menjadi tuli, terkena lumpuh
otak (cerebral palsy), kerusakan otak (kernikterus) dan bahkan kematian.
D. Muntah dan gumoh
1. Pengertian muntah dan gumoh
Muntah terjadi ketika ada dorongan dan kontraksi yang kuat dari otot perut untuk
mengeluarkan isi lambung. Hal ini bisa terasa menyakitkan. Sementara, saat gumoh, kondisi
saat susu mengalir dengan mudah keluar tanpa tekanan dari perut bayi. Kondisi ini biasanya
terjadi bersamaan dengan sendawa, tersedak, batuk, menangis, atau ketika bayi menolak
makanan.
2. Penyebab Bayi Sering Gumoh
Gumoh pada bayi bisa terjadi ketika ia terlalu banyak menelan udara saat menyusu atau
terlalu banyak minum susu. Dalam istilah medis, gumoh disebut dengan refluks. Saat
menyusu, cairan ASI atau susu formula akan ditelan melalui mulut, lalu turun ke
kerongkongan dan ke lambung. Nah, di antara kerongkongan dan lambung, ada cincin otot
yang akan menutup ketika susu sudah masuk ke dalam lambung, untuk mencegahnya naik
kembali ke kerongkongan. Namun, saat bayi masih berusia beberapa minggu hingga 5 bulan,
cincin otot tersebut belum bisa menutup dengan sempurna, sehingga memungkinkan susu
kembali ke kerongkongan dan keluar melalui mulut. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
bayi gumoh. Gumoh biasa terjadi pada bayi yang usianya baru beberapa minggu. Soalnya,
pada usia ini, pencernaan bayi belum berkembang sempurna. Namun, seiring dengan
bertambahnya usia bayi, intensitas gumoh akan berkurang dan berhenti dengan sendirinya,
umumnya di sekitar usia 4−5 bulan.
3. Mengatasi Bayi Sering Gumoh
Gumoh termasuk kondisi yang umum dialami oleh bayi yang sehat dan kebanyakan tidak
membutuhkan penanganan khusus. Jika Si Kecil sering mengalami gumoh, Bunda bisa
mencoba beberapa tips di bawah ini: Jangan memberikan susu kepada bayi secara berlebihan.
Sebaliknya, Bunda lebih disarankan untuk memberi susu dalam jumlah sedikit tapi sering.
Pastikan posisi tubuh Si Kecil dalam keadaan tegak saat ia menyusu. Kemudian, tahan tubuh
bayi masih dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah ia selesai menyusu.
4. Sendawakan Si Kecil tiap usai menyusu.
Tunggu setidaknya 30 menit setelah menyusu, sebelum memberi tekanan pada perutnya.
Misalnya, jika Bunda ingin memakaikan seat belt di kursi mobil khusus bayi. Jika bayi
minum dari ASI perah atau susu formula menggunakan botol, pilih dot dengan lubang yang
tidak terlalu besar. Ini berguna untuk mencegah susu keluar dalam jumlah banyak. Jika bayi
minum ASI ekslusif, Bunda bisa mengurangi konsumsi produk-produk yang terbuat dari
susu, seperti keju dan yoghurt. Ini karena makanan atau minuman tertentu yang Bunda
konsumsi dapat membuat Si Kecil jadi lebih sering gumoh.
5. Kapan Gumoh Harus Dikonsultasikan ke Dokter

a) Gumoh yang keluar lebih dari 2 sendok makan


b) Gumoh disertai dengan berat badan yang tidak kunjung naik atau justru turun
c) Gumoh bercampur cairan berwarna hijau, kuning, cokelat, atau bercampur darah
Popok Si Kecil tampak jarang penuh dan tidak sebasah biasanya
d) Terlihat lelah dan lesu, Tampak sesak napas, Rewel dan tidak mau menyusu
e) Gumoh disertai semburan kuat seperti muntah, Tidak kunjung berhenti hingga usianya
6 bulan

E. Oral thrush
1. Pengertian Oral thrush
Oral thrush adalah infeksi jamur pada mulut dan lidah yang disebabkan oleh Candida
Albicans yang terakumulasi pada lapisan mulut. Itulah mengapa oral thrush disebut juga
dengan kandidiasis mulut atau kandidiasis oral. Jamur Candida Albicans sebenarnya memang
tumbuh secara alami di dalam mulut. Bila jumlah jamur yang tumbuh hanya sedikit, maka
tidak akan menimbulkan masalah. Namun, ketika jenis jamur ini mulai bertumbuh secara
tidak terkendali, infeksi akan terjadi di dalam mulut. Oral thrush paling sering terjadi pada
bayi atau balita, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Namun, tidak menutup kemungkinan
juga infeksi jamur ini bisa terjadi pada orang dewasa. Oral thrush ditandai dengan munculnya
bercak putih, seperti dadih susu di bagian pipi dalam dan di bagian lidah.
2. Penyebab Oral Thrush pada Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir lebih berisiko mengalami oral thrush karena sistem kekebalan tubuhnya
belum berkembang sempurna, sehingga ketahanan tubuhnya melawan infeksi masih rendah.
Selain itu, ibu yang mengonsumsi antibiotik dan langsung menyusui setelah bayi lahir juga
bisa memicu oral thrush. Ini karena antibiotik membunuh bakteri yang menjaga jamur tetap
terkendali.
3. Ciri-Ciri Bayi yang Mengalami Oral Thrush?
Pada awalnya, oral thrush pada bayi baru lahir tidak menimbulkan gejala apapun. Namun,
seiring bertambahnya jamur, maka akan terlihat bercak-bercak putih yang menyebar. Bercak-
bercak ini terlihat sedikit lebih tebal atau seperti benjolan. Infeksi jamur di mulut ini biasanya
juga akan membuat Si Kecil rewel, mudah marah, dan menolak untuk menyusu. Ibu perlu
memerhatikan kondisi ini pada bayi, karena infeksi jamur ini bisa menular pada payudara ibu
ketika menyusui.

4. Penanganan
Kebanyakan kasus oral thrush tidak memerlukan perawatan khusus. Infeksi jamur pada
mulut ini akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Oral thrush juga bisa terasa
sakit dan mengganggu bagi beberapa bayi, tapi sebagian bayi yang lain mungkin tidak merasa
demikian. Berikut tiga cara mudah membersihkan lidah bayi:
a) Menggunakan Cotton Bud
b) Menggunakan Lap
c) Menggunakan Sikat Gigi dengan Bulu Halus

F. Diaper rush
1. Pengertian diaper rush
Ruam popok atau diaper rash adalah suatu masalah atau terjadinya iritasi pada kulit bayi
di sekitar bokong yang tertutup oleh popok sebagai reaksi dari urine atau feces. Hal ini sering
terjadi pada bayi sekitar 7-35% bayi pernah mengalami masalah ruam popok. Ruam popok
merupakan bentuk umum yang terlihat pada kulit seperti bercak kulit yang meradang di
sekitar pantat bayi dan hal ini sering dikaitkan karena popok yang basah dan jarang di ganti,
iritasi.
2. Penyebab
Ruam popok anak adalah iritasi, infeksi atau alergi, dan akan sering terjadi jika anak
mengalami diare atau sedang mengkonsumsi antibiotika. Infeksi biasanya disebabkan oleh
bakteri atau jamur. Bahan popok dan bahan pewangi atau alkohol yang terdapat pada tisu
pembersih sering menimbulkan reaksi alergi. Adapun gejala dari ruam popok di antaranya :
a) Kulit yang meradang di area bokong, paha dan alat kelamin
b) Gatal dan luka di area popok
c) Tidak nyaman, rewel atau menangis terutama saat mengganti popok

3. jenis- jenis diaper rush

a) Ruam popok yang disebabkan atau diperparah oleh popok


Ruam terkait popok dapat disebabkan oleh iritasi, infeksi jamur atau reaksi alergi dan
dapat terjadi leboih sering jika anak mengalami episode diare atau baru saja
mengkonsumsi antibiotik. Dermatitis iritan adalah istilah medis untuk kulit merah dan
meradang yang disebabkan oleh iritan apapun (biasanya urin dan feses)..
b) Ruam yang tidak berhubungan dengan popok

4. Pencegahan
ruam popok atau diaper rash dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa saran
kebersihan dasar seperti :Mengganti popok sesering mungkin, Pada episode ruam popok,
popok sekali pakai direkomendasikan karena sangat menyerap dan meminimalkan paparan
kulit terhadap basah, Bersihkan area kulit dengan lembut dan hati-hati Jika tis bayi yang
dipilih, carilah tisu yang tidak mengandung alcohol dan pewangi Kotoran kering dapat
dibersihkan dengan minyak yang dioleskan pada kapas bulat Kulit yang terkelupas atau pecah
dapat dibersihkan menggunakan air hangat dan diperas ke kulit, keringkan kulit dengan
handuk lembut

G. Dermatitis seboroik
1. Pengertian Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit yang umumnya mengenai kulit kepala dan area
tubuh yang berminyak, seperti punggung, wajah, dahi, ketiak, pangkal paha, serta dada
bagian atas. Pada kulit kepala, penyakit ini menyebabkan kulit berwarna merah, berketombe,
dan bersisik. Penyakit ini disebut juga sebagai psoriasis seboroik atau eksim seboroik
atau cradle cap pada bayi.
2. Penyebab Dermatitis Seboroik
Hingga saat ini, penyebab pasti dermatitis seboroik masih belum diketahui. Namun,
penyakit ini diduga berkaitan dengan jamur Malassezia furfur dan peradangan yang terkait
dengan psoriasis. Reaksi inflamasi dari jamur ini dapat hidup di permukaan kulit. Saat jamur
ini semakin besar, sistem kekebalan bereaksi berlebihan, sehingga menimbulkan respons
perdagangan yang menyebabkan perubahan pada kulit. Selain itu, terdapat faktor yang diduga
menyebabkan penyakit ini, di antaranya
a) Peningkatan kadar androgen (hormon).
b) Peningkatan kadar lipid kulit.
c) Reaksi peradangan.
d) Riwayat keluarga (dermatitis diturunkan dalam keluarga).
Ada juga faktor lain yang memicu atau memperburuk dermatitis seboroik meliputi:
a) Stres.
b) Iklim yang dingin dan kering.
c) Kulit berminyak.
d) Menggunakan losion berbahan dasar alkohol.
e) Riwayat kelainan kulit lainnya, termasuk rosacea, psoriasis, dan jerawat.

3. Gejala Dermatitis Seboroik


Gejala dermatitis seboroik dapat berbeda-beda, seperti pada bayi dan orang dewasa. Perlu
diketahui jika bayi dengan usia 3 bulan dan lebih muda lebih rentan alami cradle cap. Meski
dapat hilang sebelum usianya satu tahun, kekambuhan bisa terjadi saat anak memasuki masa
pubertas. Beberapa gejalanya yang dapat terjadi pada bayi tersebut adalah sisik kuning atau
cokelat berkerak pada kulit kepala.
4. Diagnosis Dermatitis Seboroik
Diagnosis dilakukan berdasarkan lokasi, penampilan, dan perilaku lesi. Untuk
mendiagnosis penyakit ini, dokter akan memulainya dengan melakukan wawancara medis
dengan berbicara tentang gejala yang kamu alami, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang seperti biopsi atau pemeriksaan kelupasan sel kulit untuk memastikan dermatitis
seboroik.
H. Bisulan
1. Pengertian bisulan
Bisul yang muncul di kulit bayi paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti
bakteri Staphylococcus. Bakteri ini dapat masuk ke dalam kulit bayi melalui celah kulit yang
tergores atau luka. Ketika masuk ke dalam tubuh, bakteri tersebut kemudian akan dilawan
oleh sel-sel darah putih. Kumpulan sel-sel darah putih, sel dan jaringan kulit mati, serta
bakteri yang telah mati kemudian akan menghasilkan nanah dan membentuk bisul pada bayi.
Bisul pada bayi sering kali bukan disebabkan oleh kondisi yang berbahaya dan bisa sembuh
dengan sendirinya. Meski begitu, terkadang bisul pada bayi juga bisa menjadi tanda penyakit
serius. Berikut ini adalah beberapa kondisi atau tanda yang perlu diwaspadai jika bayi
mengalami bisul: Bisul tidak kunjung sembuh atau semakin banyak dalam waktu lebih dari
dua minggu Muncul gejala-gejala lain, seperti demam, lemas, dan kejang Bayi tampak
kesakitan saat muncul bisul, terutama ketika bisul atau kulit di sekitar bisul disentuh Bisul
tumbuh di wajah bayi, terutama di sekitar mata Kulit di sekitar bisul tampak kemerahan serta
hangat ketika disentuh Bila bisul pada bayi disertai kondisi tersebut, segera periksakan
ke dokter kulit atau dokter anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
2. Penyebab dan Cara Mengatasi Bisul pada Bayi
Berikut ini adalah beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan infeksi
bakteri pada kulit bayi, lalu berkembang menjadi bisul:Infeksi folikel rambut, Luka di kulit
bayi Impetigo dan Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS).
I. Miliaria
1. Pengertian miliaria
Miliaria merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai pada bayi dan anak.
Hal ini ditandai bintil-bintil kecil berwarna merah yang kadang-kadang berisi air, disertai atau
tidak kulit yang tampak kemerahan.. Kulit bayi masih dalam tahap perkembangan dan
penyempurnaan. Misalnya saja, proses penyerapan dan pengeluaran keringat belum berjalan
semestinya. Akibatnya, sering dijumpai bayi yang berkeringat berlebihan. Normalnya, butiran
keringat bisa keluar melalui pori-pori kulit. Karena penyebab yang belum diketahui, kulit ari
bayi yang mestinya selalu berganti, menjadi tidak berganti. Kulit ari yang tidak berganti itu
menyumbat pengeluaran keringat. Kumpulan keringat ini kemudian mendesak kulit sehingga
terbentuk lepuh-lepuh halus sebesar pangkal jarum pentul. Namun ada kalanya, di antara
lepuh-lepuh halus itu timbul bintil-bintil merah berukuran kecil yang terasa gatal. Daerah
yang rawan terhadap serangan biang keringat ini adalah dahi, leher, bahu, dada, punggung,
dan lipatan-lipatan kulit.Miliaria bisa kambuh berulang-ulang, terutama ketika suhu udara
sedang panas. Bila biang keringat ini mengalami iritasi dan kontak dengan kuman di kulit,
biang keringat ini akan terinfeksi. Bila tidak ditangani dengan baik, biang keringat yang
terinfeksi ini dapat menjadi bisul (abses) yang berisi nanah. Bisul ini harus diobati.
2. Penanganan
 Setiap kali anak berkeringat, segera ganti bajunya. Sebelumnya, siapkanlah alat-alat
yang dibutuhkan, seperti waslap, baskom berisi air hangat, baju yang bersih, dan
perlak.
 Keringkan kulit yang ada biang keringatnya dengan waslap bersih yang telah dibasahi
air hangat. Bisa juga dengan mandikan Si kecil menggunakan air hangat (usahakan
agar jangan terlalu panas karena akan merangsang timbulnya keringat).
 Biarkan tubuh Si kecil tanpa baju untuk beberapa saat sampai kulit dan lipatan-lipatan
kulitnya menjadi kering dengan sendirinya. Tujuannya, mencegah agar kulit yang
terkena biang keringat tidak bertambah parah karena bergesekan dengan handuk pada
waktu dikeringkan.
 Boleh diusapkan sedikit bedak, terutama di bagian punggung dan dada anak.
 Kenakan baju yang kering dan bersih. Baju tersebut sebaiknya terbuat dari bahan
yang mudah menyerap keringat, seperti bahan katun dan bahan kaos sehingga nyaman
dan tidak membuat anak mudah merasa kepanasan.
 Bila peradangan yang terjadi cukup banyak, Anda bisa mengoleskan salep atau bedak
khusus sesuai anjuran dokter.

3. Pencegahan
Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Sebagian besar miliaria akan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan. Bahkan, Anda sebenarnya juga dapat mengurangi timbulnya
biang keringat pada si kecil antara lain dengan menjaga kenyamanan lingkungan sekitar si
kecil, memakaikan baju yang terbuat dari jenis-jenis bahan yang mudah menyerap keringat,
lembut, dan tidak ketat pada si kecil. Beberapa kondisi menyebabkan bayi atau anak dibawa
ke dokter, seperti kondisi biang keringat yang tidak membaik setelah penanganan selama
lebih dari 3 hari, timbul demam atau rasa sakit/gatal yang berat, dan timbul tanda-tanda
infeksi seperti terlihat nanah atau sering berulang beberapa kali dalam waktu yang pendek
sehingga mengganggu aktivitas anak sehari-hari.
J. DIARE
1. Pengertian diare
Secara umum, penyebaran diare biasa terjadi melalui infeksi (kuman-kuman penyakit)
seperti bakteri, virus, dan parasite. Biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang
tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita. Penyebaran bisa juga terjadi karena
menurunnya daya tahan tubuh yang disebabkan kurangnya asupan ASI kepada bayi sampai 2
tahun atau lebih. Di dalam ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman
penyakit. Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang gizi buruk akan mudah terkena diare.
pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan di tingkat rumah tangga jika balita mengalami
diare;

a) Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya.


b) Pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi sampai diare berhenti.
c) Memberikan obat Zinc yang tersedia di apotek, Puskesmas, dan rumah sakit.
Diberikan sekali sehari selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti.
Zinc dapat mengurangi parahnya diare, mengurangi dursi dan mencegah berulangnya
diare 2 sampai 3 bulan ke depan.
d) Memberikan cairan rumah tangga, seperti sayur, kuah sup, dan air mineral.
e) Segera membawa Balita diare ke sarana kesehatan.
f) Pemberian makanan sesuai umur :
Bayi berusia 0-6 bulan : hanya diberikan ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8
kali sehari (pagi, siang, maupun malam hari). Jangan berikan makanan atau minuman
lain selain ASI.
Bayi berusia 6-24 bulan: Teruskan pemberian ASI, mulai memberikan Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) yang teksturnya lembut seperti bubur, susu, dan pisang.
Balita umur 9 sampai 12 bulan: Teruskan pemberian ASI, berikan MP ASI lebih padat
dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi, tambahkan
telur/ayam/ikan/tempe/wortel/kacang hijau.
Balita umur 12 sampai 24 bulan: teruskan pemberian ASI, berikan makanan keluarga
secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak.
Balita umur 2 tahun lebih: berikan makanan keluarga 3x sehari, sebanyak 1/3-1/2
porsi makan orang dewasa. Berikan pula makanan selingan kaya gizi 2x sehari di
antara waktu makan.

K. INFEKSI
1. Pengertian
infeksi yang didapat di rumah sakit pada bayi baru lahir adalah infeksi yang berkembang
setelah bayi baru lahir dirawat di kamar bayi. Infeksi ini tidak berasal dari ibu saat bayi
berada di dalam kandungan dan tidak terjadi saat persalinan.
a) Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri , virus , atau jamur .
b) Gejala bervariasi tetapi mungkin termasuk muntah, demam, dan ruam.
c) Diagnosis biasanya didasarkan pada pemeriksaan fisik.
d) Berbagai tindakan, seperti mencuci tangan, dapat membantu mencegah penyebaran
infeksi.
e) Infeksi diobati berdasarkan penyebabnya.
Beberapa infeksi didapat setelah masuk ke ruang penitipan bayi baru lahir, bukan dari ibu
di dalam rahim (di dalam rahim) atau saat melahirkan. Terkadang tidak jelas sumbernya
apakah ibu atau lingkungan rumah sakit. Infeksi yang didapat di rumah sakit terutama
merupakan masalah bagi bayi baru lahir yang harus dirawat di rumah sakit dalam waktu
lama, misalnya bayi baru lahir prematur dan bayi cukup bulan yang memiliki kelainan
kesehatan serius. Infeksi yang didapat di rumah sakit yang paling umum
adalah pneumonia (infeksi paru-paru) dan infeksi darah ( bakteremia ) akibat kateter yang
dimasukkan ke dalam pembuluh darah (juga disebut infus) untuk memberikan cairan atau
obat-obatan kepada bayi baru lahir.
Pada bayi baru lahir cukup bulan, infeksi yang paling sering didapat di rumah sakit adalah
infeksi kulit akibat bakteri Staphylococcus aureus . Seringkali, infeksi tidak diketahui sampai
bayi baru lahir berada di rumah. Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, sebagian
besar infeksi yang didapat di rumah sakit juga disebabkan oleh stafilokokus. Namun bakteri
dan jamur tertentu lainnya juga menjadi penyebabnya. Semakin rendah berat badan lahir,
semakin tinggi pula risiko infeksi, terutama pada bayi baru lahir yang memerlukan ventilator
atau infus dalam jangka waktu lama. Semakin lama bayi baru lahir dirawat di ruang
perawatan khusus atau unit perawatan intensif neonatal (NICU) dan semakin banyak
prosedur yang mereka lakukan, semakin tinggi kemungkinan mereka terkena infeksi.
2. Gejala Infeksi yang Didapat di Rumah Sakit pada Bayi Baru Lahir
Gejala infeksi pada bayi baru lahir cenderung tidak spesifik. Misalnya, bayi baru lahir
mungkin mengalami muntah-muntah atau pola makan yang buruk, rasa kantuk atau lesu yang
meningkat, demam atau suhu tubuh rendah, pernapasan cepat, ruam, diare, atau perut
bengkak. Banyak infeksi yang didapat sebelum kelahiran dapat menyebabkan atau disertai
dengan berbagai gejala atau kelainan.
3. Diagnosis Infeksi yang Didapat di Rumah Sakit pada Bayi Baru Lahir
Dokter kemudian dapat menguji sampel darah, urin, dan cairan tulang belakang untuk
menentukan lokasi infeksi dan organisme penyebabnya.
a) Pencegahan Infeksi yang Didapat di Rumah Sakit pada Bayi Baru Lahir
b) Tindakan umum yang dilakukan staf rumah sakit untuk membantu mencegah infeksi
yang didapat di rumah sakit meliputi:
c) Langkah-langkah untuk mengurangi penyebaran Staphylococcus aureus
d) Pencegahan penyebaran dan infeksi di ruang perawatan khusus seperti NICU
e) Mencuci tangan dengan hati-hati
f) Pemantauan infeksi di rumah sakit
g) Terkadang antibiotic.
h) Vaksinasi.

4. Pengobatan Infeksi yang Didapat di Rumah Sakit pada Bayi Baru Lahir
a) Tergantung pada organismenya
b) Pengobatan infeksi yang didapat di rumah sakit bergantung pada organisme spesifik
penyebab infeksi.

L. Sudden infant death syndrome


1. Pengertian Sudden infant death syndrome
Sudden infant death syndrome atau SIDS merupakan kondisi yang teradi pada bayi di
bawah usia satu tahun. SIDS ini menyebaban hilangnya nyawa secara tidak terduga. Dalam
sebagian besar kasusnya, SIDS ini terjadi ketika bayi sedang dalam posisi tidur. Namun,
SIDS juga bisa terjadi ketika bayi terjaga atau dalam keadaan sadar. Hal yang perlu
digarisbawahi, sindrom ini bisa terjadi tanpa menimbulkan gejala atau keluhan terlebih
dahulu.
2. Faktor Risko SIDS
Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko teradinya SIDS. Faktor risiko ini
bisa berasal dari bayi atau ibu saat mengandung. Faktor risiko SIDS pada bayi meliputi:
a) Jenis kelamin. Biasanya bayi laki-laki lebih sering terkena SIDS.
b) Kelahiran prematur.
c) Posisi tidur.
d) Terkena asap rokok selama dalam kandungan.
e) Adanya kondisi tidak normal pada bagian tertentu dari otaksang bayi ketika
mengendalikan pernapasan dan proses bangun tidur.
f) Faktor usia. Umumnya SIDS dialami oleh bayi di bawah enam bulan.
g) Berat badan bayi di bawah normal saat lahir.
h) Adanya gangguan pernapasan.
i) Terkena infeksi pernapasan.
Selama kehamilan, ibu juga bisa meningkatkan risiko terjadinya SIDS bila dengan kondisi:
a) Mengandung dibawah usia 20 tahun.
b) Merokok selama kehamilan.
c) Menggunakan NAPZA atau mengonsumsi akohol.
d) Perawatan pralahir yang kurang memadai.

3. Penyebab SIDS
Sampai kini penyebab SIDS sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun, banyak
ahli yang menduga SIDS berkaitan dngan kelainan pada otak yang bisa menyebabkan
gangguan pernapasan dan gangguan untuk bangun. Di samping itu, terkadang SIDS juga
dikaitkan dengan mutasi atau kelainan genetik.
4. Gejala SIDS
Seperti namanya, sudden infant death syndrome teradi secara mendadak, sehingga tak
menimbulkan gejala atau tanda-tanda pada bayi. Perhatikan kondisi bayi. Jika bayi terlihat
kurang sehat atau mengalami sakit yang tidak kunjung sembuh, segera periksakan ke dokter
untuk mendeteksi adanya SIDS.
5. Diagnosis SIDS
Seperti penjelasan sebelumnya, sudden infant death syndrome menyebabkan kematian
mendadak pada bayi secara tidak terduga. Oleh sebab itu, saat ini tak ada tes diagnostik yang
tersedia untuk mendeteksi risiko SIDS. Diagnosis SIDS hanya dapat diketahui saat penyebab
kematian dijelaskan setelah otopsi atau tinjauan riwayat kesehatan.
6. Pengobatan SIDS
Menjaga dan menghindari bayi dari risiko terjadinya SIDS adalah cara yang paling baik
yang bisa dilakukan orangtua. Cara-cara seperti membaringkan bayi agar tidur dengan posisi
telentang, memberikan ASI eksklusif dan jangan membalut tubuh bayi hingga terlalu hangat
dapat menghindarkan bayi dari ancaman SIDS.
7. Pencegahan SIDS
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mencegah penyakit SIDS pada bayi, yaitu:
a) Membiarkan bayi menggunakan empeng saat tidur (bila menyusui, tunggulah hingga
bayi berusa tiga sampai sampai empat minggu sebelum menggunakan empeng). Jika
bayi tidak tertarik pada dot atau empeng, jangan memaksanya.
b) Menyusui bayi sendiri setidaknya hingga 6 bulan.
c) Imunisasi bayi.
d) Menggunakan kasur bayi yang padat dan rata.
e) Meletakan tempat tidur bayi agar sekamar dengan orangtua palingtidak selama 6
bulan pertama.
f) Waspadai suhu di dalam ruangan.
g) Menidurkan bayi pada posisi terlentang.
h) Memasangkan seprai bayi dengan kencang dan rapih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah pada neonatus yang lazim terjadi menurut Rochmah (2011) antara lain gumoh,
muntah, ruam popok, bercak mongol, oral trush, seborea, obstipasi, furunkel, miliariasis dan
ikterus fisiologis. Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari,
dimana pada masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan diluar rahim yang membutuhkan proses adaptasi organ hampir pada
semua sistem. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses adaptasi tersebut adalah
kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespon masalah dengan tepat. Proses
adaptasi yang tidak berjalan baik, akan menimbulkan masalah dan komplikasi pada
neonatusPenyebab munculnya tanda lahir pada kulit ini belum dapat dipastikan, tetapi bukan
gejala penyakit tertentu dan tidak berbahaya. Bercak Mongol biasanya akan hilang seiring
bertambahnya usia anak.
B. Saran
Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas. Saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima di hati dan saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Anda mungkin juga menyukai