Anda di halaman 1dari 5

CRITICAL SYSTEM THINKING: Analisis

Input Output Dan Kelemahan Asumsi


Yang Dipakai

08 Friday Aug 2014

Posted by jambiaround in lingkungan

≈ Leave a comment

by — ASNELLY RIDHA DAULAY

Perencanaan pembangunan yang tepat membutuhkan instrumen yang tepat dan memadai
untuk mengolah input yang diperoleh. Salah satu pola yang digunakan oleh pemerintah untuk
merencanakan kebijakan pembangunan dengan menggunakan model-model ekonomi
pembangunan, salah satunya model input dan output. Selain pada skala nasional, model input
dan output ini juga digunakan di tingkat propinsi maupun kabupaten. Hasil yang diperoleh
dari model ini  kemudian menjadi landasan dalam penentuan skala prioritas pembangunan.
Mengapa model ini dipilih? Karena dianggap dapat memberikan dasar bagi analisis yang
rinci dari hubungan antar sektor dalam suatu perekonomian.

Model yang  pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Wassily W. Leontif tahun 1930 ini
dipakai BPS dan masih bertahan hingga sekarang. BPS (2008)  mendefenisikan Tabel Input
Output sebagai suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang
terjadi antar sektor ekonomi serta saling keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor
yang lainnya dalam suatu wilayah pada suatu periode tertentu, disajikan  berupa matriks. 
Isian sepanjang baris Tabel Input Output menunjukkan bagaimana output suatu sektor
dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, dan pada baris nilai
tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral.

Prinsip dasar analisis input-output ini dengan mendisagregasi semua aliran pengeluaran
antara berbagai aktivitas ekonomi (sektor ekonomi), antar konsumen dan aktivitas ekonomi,
antar aktivitas ekonomi dan penyediaan input dalam perekonomian (BPS, 2008; Nazara,
2011).
Gambar 1.

Skema Dasar Tabel Input-Output (Nazara, 2011)

Menurut BPS (1999) dalam Boedijanto (2003),  pada suatu analisis I-O yang bersifat terbuka
dan statis, transaksi yang digunakan dalam penyusunan I-O Table harus memenuhi tiga
asumsi dasar, yaitu:

1. Asumsi Homogenitas; mensyaratkan tiap sektor memproduksi suatu output tunggal


dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis antara berbagai sektor.
2. Asumsi proporsionalitas; mensyaratkan dalam proses produksi hubungan antara input
dengan output merupakan fungsi linear, yaitu tiap jenis input diserap oleh sektor
tertentu, naik dan turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output tersebut.
3. Asumsi aditivitas; suatu asumsi yang menyebutkan efek total pelaksanaan produksi di
berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Ini artinya,
diluar sistem input output semua pengaruh dari luar diabaikan.

 IO Analisis dapat dikategorikan sebagai analisis tradisional. Analisis tradisional berfokus
kepada pemisahan potongan-potongan individual dari sesuatu yang dipelajari/dikaji; kata
analisis itu sendiri berakar dari pengertian “memecahkan sesuatu berdasarkan bagian-bagian
yang membentuknya” (Aronson, tt).

Dalam pelaksanaannya, banyak pihak melihat bahwa penggunaan Input Output Analisis ini
tidak memadai karena ternyata informasi yang disajikan, berupa program atau komoditi
strategis tertentu, ternyata belum berhasil menggerakkan pembangunan. Penyebabnya terkait
asumsi yang dipakai, hubungan antara input dengan output digambarkan sebagai fungsi
linear. Padahal kondisi di lapangan terkait kepada tingkah laku manusia dan faktor-faktor lain
yang sifatnya bisa jadi non linear dan tidak sesederhana itu.

Aronson memberikan perumpamaan bagaimana sebuah hubungan yang terlihat linear,


ternyata tidak linear dalam jangka waktu panjang. Gambarannya sebagai beikut:

Gambar 2.
Hubungan penyemprotan pestisida dengan penurunan populasi serangga

Pada gambar di atas, penggunaan pestisida dapat menurunkan populasi serangga yang
menyerang tanaman di suatu daerah. Hal ini efektif untuk jangka pendek. Namun pada jangka
panjang, keadaan akan berubah dan tidak sesuai dengan diharapkan, seperti tergambar berikut
ini:

Gambar 3.

Pengaruh penyemprotan pestisida pada sistem yang kompleks dan dinamik

(Sumber : Aronson, tanpa tahun)

Pada awal penyemprotan pestisida, jumlah serangga A berkurang seiring dengan


meningkatnya kuantitas dan lama penyemprotan. Namun dengan berkurangnya serangga A,
jumlah serangga B meningkat karena selama ini serangga A berfungsi mengontrol populasi
serangga B. Berkurangnya populasi serangga A menyebabkan serangga B berkembang biak
tanpa terkendali. Dengan meningkatnya populasi serangga B maka tanaman yang diserang
juga semakin banyak. Hal ini menunjukkan keputusan untuk menyemprot pestisida tidak
menghasilkan output yang linear dengan berjalannya waktu.

Menurut Boedijanto (2003) kelemahan, IO analisis dibandingkan model lain, diantaranya:

1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode
analisis atau proyeksi, sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi
dalam proses produksinya juga dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan
harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga input.
2. Analisis input output tidak mampu menjelaskan masalah distribusi pendapatan dalam
suatu perekonomian karena dalam model itu tidak terdapat elemen yang dapat
mencerminkan distribusi pendapatan.
3. Tidak mampu menjawab bagaimana mencapai tujuan yang ditetapkan dengan cara
yang paling memungkinkan bila dihadapkan pada sumber daya tertentu. Analisis
input output hanya bisa menjawab pertanyaan tentang apakah suatu daerah memiliki
sumberdaya yang mencukupi untuk mencapai target yang hendak dicapai.
Adanya asumsi bahwa koefisien teknis dan input konstan juga merupakan penyebab
mengapa IO analisis seringkali gagal menghasilkan suatu analisis yang mencerminkan
keadaan di lapangan. Meletakkan asumsi “statis” kepada sesuatu yang bersifat dinamis dapat
melemahkan analisis yang dihasilkan. Berlawanan dengan IO Analisis yang bersifat statis,
System Thinking berfokus pada bagaimana sesuatu yang dikaji berinteraksi dengan bagian-
bagian lain di dalam system – serangkaian elemen yang berinteraksi untuk menghasilkan
suatu tingkah laku. Itu artinya, sistem bekerja bukannya dengan mengisolasi bagian-bagian
kecil yang dipelajari tapi dengan memperluas pandangannya ke interaksi yang lebih besar
sehingga kesimpulan yang diperoleh jauh lebih meyakinkan dan jelas. (Aronson, tt).

Jay Forrester, seorang pakar yang menciptakan konsep System Dynamics (Lane dan Sterman,
2011) menekankan bahwa pada suatu kondisi yang dinamis, terdapat 4 hal penting yaitu:

1. Interaksi antara struktur fisik, aliran informasi dan proses keputusan menciptakan
suatu rantai jaringan umpan balik yang menghasilkan kedinamisan suatu sistem.
2. Non linearity atau ketidaklinearan memegang peranan sentral dalam kedinamisan
suatu sistem yang kompleks. Ia menegaskan bahwa sistem sosial dan ekonomi pada
dasarnya adalah suatu yang non linear sehingga tidak tepat jika didekati dengan cara
linear.
3. Simulasi sangat diperlukan untuk mengeksplorasi suatu sistem.
4. Sistem dinamik merupakan alat yang kuat untuk membangun pengetahuan sains dan
alat yang praktis untuk meningkatkan kualitas sebuah organisasi. Ia menekankan
bahwa seorang manager berfungsi sebagai seorang kapten sekaligus desainer sebuah
kapal.

Model ini kemudian diterapkannya untuk menyelesaikan permasalahan di bidang industri


(Industrial Dynamics) dan masalah perkotaan (Urban Dynamics). Forrester menemukan
bahwa banyak kebijakan perkotaan di tahun 1960-1970 di AS yang bertujuan untuk
mengurangi kemiskinan gagal bahkan membuat kondisi semakin buruk. (Lane dan Sterman,
2011).

Hal lain yang dipandang lemah menurut Nasution dkk (2000), IO analisis seringkali tidak
tepat menghasilkan suatu sektor yang semula dianalisis memiliki keterkaitan yang luas dan
berpotensi menumbuhkan dampak ganda bagi berbagai indikator pembangunan (dianalisis
sebagai sektor yang strategis) namun di lapangan ternyata dampaknya tidak begitu luas. Hal
ini disebabkan oleh adanya fenomena keterkaitan yang asimetrik dan karakteristik sektor
yang bersifat price taker.

Nasution juga menambahkan, pemanfaatan quadran IV pada IO Table yang masih sangat
sedikit, hal ini menyebabkan pemahaman tentang keterkaitan yang bersifat kelembagaan
menjadi sangat kurang. Jika ini dimaksimalkan akan dapat menghasilkan analisis yang lebih
tepat.

 DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2008. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output . Jakarta: PT.
Tionarayana Marbuejaya
Boedijanto, A. 2003. Dampak Kebijakan Anggaran Belanja Pembangunan Sektoral APBD di
Provinsi Jawa Tengah Terhadap Output dan Kesempatan Kerja Sektoral (Pendekatan Model
Analisis Input Output); Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Lane, DC. dan Sterman, JD. 2011. Profiles in Operations Research: Jay Wright Forrester.
New York: Springer

Nasution, LI., Rustiade, E. dan S. Saefulhakim. 2000. Pemakaian Analisis Input-Output


Untuk Pemilihan Sektor Prioritas Pembangunan Di Daerah. Seminar Nasional Otonomi
Daerah. Jakarta, 7 Maret 2000.

Nazara, S. 2011. Analisa Input Output.  Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI.

Advertisements

Related

MENILAI KETEPATAN GROSS DOMESTIC PRODUCT SEBAGAI INDIKATOR


KEBERHASILAN PEMBANGUNANIn "lingkungan"

MUNGKINKAH DANA COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DIKELOLA


PEMERINTAH PROVINSI JAMBI?In "TULISAN JURNAL"

KONVERSI LAHAN SAWAH DAN SOLUSI PENGENDALIANNYAIn "TULISAN


JURNAL"

Post navigation
← Previous post Next post →

Leave a Reply

Search…
Search:

Anda mungkin juga menyukai