Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI UNTUK LAHAN

PERSAWAHAN MENGGUNAKAN METODE CROPWAT


VERSION 8.0 DI KECAMATAN GERAGAI KABUPATEN
TANJUNG JABUNG TIMUR

WINDA SARI
J1B118015

DOSEN PENGAMPU :
1. Dr. FITRY TAFZI, S.TP., M. Si.
2. ADDION NIZORI, S.T., M. Sc., Ph.D

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul
“Analisis Kebutuhan Air Irigasi Untuk Lahan Persawahan Menggunakan Metode
Cropwat Version 8.0 Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur”.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta nasihat. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan hormat kepada:

1. Ibu Dr. Fitry Tafzi, S.TP., M. Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Metode
Penelitian.
2. Bapak Addion Nizori, S.T., M. Sc., Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah
Metode Penelitian.
3. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Pertanian terkhusus angkatan 2018.

Semoga Allah SWT memberikan hidayah, petunjuk dan ridho-Nya kepada kita
semua. Penulis sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT namun penulis
telah berusaha secara maksimal untuk menyusun proposal ini. Penulis berharap,
proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan dapat
membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkhusus dalam
bidang Teknik Pertanian.

Muara Bulian, 5 April 2020

Winda Sari

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5


2.1 Irigasi ............................................................................................................ 5
2.2 Jenis-Jenis Irigasi .......................................................................................... 6
2.3 Kebutuhan Air Irigasi ................................................................................... 8
2.4 Cropwat Version 8.0 .................................................................................. 13
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 16
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................... 16
3.2 Bahan dan Alat ........................................................................................... 16
3.3 Metode Penelitian ....................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Irigasi permukaan ...................................................................................................... 6
2. Irigasi bawah permukaan .......................................................................................... 7
3. Irigasi sprinkler ......................................................................................................... 7
4. Irigasi tetes ................................................................................................................ 8
5. Tampilan penggunaan software Crowpat 8.0.......................................................... 15
6. Lokasi penelitian areal persawahan di Kecamatan Geragai .................................... 16
7. Diagram alir penelitian ............................................................................................ 19

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu hal yang memegang peranan penting bagi
keberlangsungan semua makhluk hidup yang ada di bumi ini. Peranan penting air
diantaranya yaitu diperlukan untuk kegiatan di berbagai bidang, seperti keperluan
sehari-hari, transportasi air, perindustrian, perikanan dan usaha-usaha lainnya.
Peranaan air lainnya juga dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk peningkatan
produktivitas pertanian serta ketahanan pangan. Maka dapat diakatakan bahwa air
merupakan sumber kehidupan dan memiliki peran penting dalam mendukung segala
sisi kehidupan bagi semua makhluk hidup yang ada di permukan bumi ini.
Penggunaan air yang terus menerus tentunya harus dilakukan upaya untuk menjaga
keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air melalui pengembangan,
pelestarian, perbaikan dan perlindungan sehingga air dapat termanfaatkan dengan
baik untuk seterusnya.
Irigasi merupakan suatu usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak (PP No. 20 tahun
2006 tentang Irigasi). Tujuan irigasi ialah untuk memanfatkan air irigasi yang tersedia
dengan seefektif mungkin agar produktivitas dari hasil pertanian dapat meningkat dan
kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi (Priyonugroho, 2014). Salah satu bentuk
irigasi di bidang pertanian yaitu pada area persawahan. Irigasi merupakan hal yang
sangat berpengaruh pada produktivitas hasil padi. Faktor yang berpengaruh terhadap
pengelolaan air irigasi meliputi jenis tanaman, iklim, kondisi tanah, topografi, sosial,
ekonomi, dan budaya di masyarakat (Sari, 2019).
Tanaman padi merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak membutuhkan
air, karena tempat tumbuh padi harus selalu tergenangi oleh air. Agar produktivitas
padi dapat efektif dalam area persawahan, maka suplai air harus cukup dan terpenuhi
melalui saluran irigasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Purwanto (2014),
yang menyatakan bahwa dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan
usaha dalam bidang pertanian, maka air irigasi harus diberikan dalam jumlah, waktu,

1
dan mutu yang tepat, jika penggunaan air tidak maksimal maka akan berpengaruh
pada produksi dari hasil pertanian. Kebutuhan air pada tanaman padi di persawahaan
meliputi kebutuhan air untuk persiapan lahan, untuk pertumbuhan tanaman
(evapotranspirasi), untuk perkolasi (rembesan), dan untuk pengganti lapisan air.
Kecamatan Geragai tepatnya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan
salah satu kecamatan dari 11 wilayah kecamatan yang berada di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Wilayah Kecamatan Geragai sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Mendahara, sebelah timur bebatasan dengan Kecamatan Kuala Jambi,
sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi dan sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Mendahara Ulu (Kecamatan Geragai dalam Angka
2020). Luas tanaman padi di Kecamatan Gergai pada tahun 2020 mencapai 429 ha
dengan luas panen tanaman padi mencapai 540 ha (BPS Tanjung Jabung Timur,
2020), sedangkan di tahun 2019 luas panen tanaman padi mencapai 484 ha. Hal
tersebut menunjukkan peningkatan yang signifikan pada produksi padi di Kecamatan
Geragai. Peningkatan produktivitas padi menunjukkan bahwa banyak masyarakat
setempat yang mata pencariannya bergantung pada tanaman padi.
Pada musim kemarau kebutuhan air di umumnya belum dapat terpenuhi dengan
baik, sehingga berpengaruh pada hasil produktivitas padi. Hal tersebut dapat terjadi
karena pengelolaan air irigasi dan management distribusinya masih kurang merata.
Pengelolaan jaringan irigasi ini akan berpengaruh pada sistem pemberian air pada
petak-petak sawah. Agar jaringan irigasi dapat digunakan sesuai dengan fungsinya
dan tidak terjadi perununan tingkat produksi padi di Kecamatan Geragai saat musim
penghujan maupun di musim kemarau, maka perlu dilakukan analisis tingkat
kebutuhan air irigasi di persawahan agar ketersediaan air dapat dimanfaatkan
seefisien serta seefektif mungkin sehingga produktivitas tanaman padi dapat
meningkat sesuai yang diharapkan.
Penentuan kebutuhan air irigasi dipersawahan banyak memuat data dari
beberapa aspek meliputi oleh data iklim, daerah irigasi, jenis tanaman dan pola
tanam, jenis tanah, data curah hujan dan data-data meteorologi lainnya (Arsyad,
2017), sehingga diperlukannya suatu metode untuk meminmalisirkan human eror saat

2
pengolahan data. Penggunaan software Cropwat Version 8.0 mampu mengolah data
dengan melakukan perhitungan kebutuhan air irigasi persawahan agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan analisis data. Menurut Shalsabillah dkk. (2018), nilai
estimasi untuk menduga evapotranspirasi tanaman (Etc) dari penggunaan software
Cropwat Version 8.0 lebih akurat mendekati fakta dilapangan dan meminimalisir
terjadinya human error dibandingkan dengan metode lain dalam menghitung
kebutuhan air irigasi. Penggunaan software Cropwat Version 8.0 pada penelitian yang
telah dilakukan Susanawati dan Suharto (2018), menyatakan bahwa kriteria selang
irigasi tanaman jeruk pada selang waktu 10 harian yang disimulasikan pada software
Cropwat 8.0 lebih mudah dipraktikkan oleh petani.
Analisis kebutuhan air irigasi telah dilakukan oleh Sagita dkk. (2020); Wardana
(2020); Shalsabillah dkk. (2018); dan Priyonugroho (2014), penelitian-penelitian
tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui kebutuhan air irigasi menggunakan
software Cropwat Version 8.0. Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis kebutuhan air irigasi untuk
lahan persawahan menggunakan metode Cropwat Version 8.0 di Kecamatan Geragai
Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana menghitung kebutuhan air irigasi untuk lahan persawahan di
Kecamatan Geragai menggunakan perhitungan software Cropwat Version 8.0?
2. Seberapa besar kebutuhan air maksimal terkecil pada saluran irigasi lahan
persawahan di Kecamatan Geragai menggunakan perhitungan software
Cropwat Version 8.0?
3. Seberapa besar kebutuhan air irigasi untuk lahan persawahan maksimum dan
minimum pada priode satu tahun di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung
Jabung Timur?

3
1.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari setelah dilakukannya penelitian yaitu meliputi:
1. Perhitungan analisis kebutuhan air irigasi pada lahan persawahan di Kecamatan
Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat dijadikan acuan sebagai
pengendalian kebutuhan air pada persawahan di daerah tersebut.
2. Produktivitas dari hasil panen panen padi dapat meningkat seiring dengan
digunakannya data kebutuhan air irigasi pada lahan persawahan di Kecamatan
Geragai.
3. Pemanfaatan saluran irigasi pada lahan persawahan yang berjalan dengan
efesien dan efektif dalam pemenuhan kebutuhan air pada tanaman.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu meliputi:
1. Mengetahui kebutuhan air irigasi untuk lahan persawahan di Kecamatan
Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur menggunakan metode software
Cropwat 8.0.
2. Mengetahui kebutuhan air maksimal terkecil pada saluran irigasi lahan
persawahan di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam
evaluasi ukuran panjang, lebar serta kedalaman dimensi saluran irigasi.
3. Mengetahui besarnya kebutuhan air irigasi dalam priode satu tahun di lahan
persawahan Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
1.5 Manfaat penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui kebutuhan air
irigasi pada lahan persawahan sehingga terjadi peningkatan produktivitas tanaman
padi di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Irigasi
Irigasi berasal dari istilah Irrigatie atau Irigation yang diartikan sebagai suatu
usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya guna untuk keperluan
mengalirkan dan membagikan air secara teratur, setelah penggunaan air dapat
dibuang kembali melalui saluran pembuang. Irigasi digunakan untuk memnuhi
kebutuhan air (water supply) salah satunya untuk keperluan pertanian, meliputi
pembasahan tanah, perambukan atau pemupukan, pengatur suhu tanah, dan
menghindarkan gangguan hama dalam tanah (Edijatno dan Soesanto, 2018). Menurut
Sari (2019), irigasi merupakan bangunan air yang berupa saluran dan berfungsi
menyalurkan air dari bendung ke petak secara periodik, guna mencukupi kebutuhan
air bagi tanaman di petakan sawah, oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat
penting dna strategis dalam rangka penyediaan air untuk pertanian.
Fungsi irigasi pada prinsipnya yaitu menambah (suplesi) kekurangan air pada
lahan pertanian yang diperoleh dari air hujan atau air tanah, karena jumlah air yang
diberikan kepada tanaman tidak mencukupi kebutuhan tanaman. Tujuan irigasi pada
suatu daerah merupakan salah satu upaya untuk penyediaan dan pengaturan air
sebagai penunjang kegiatan pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan
dan mendistribusikan secara teknik dan sistematis. Menurut Edijatno dan Soesanto
(2018), manfaat yang didapat dari penyediaan irigasi meliputi:
a. Membantu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya kurang atau
tidak menentu.
b. Mengatur pembasahan tanah agar daerah pertanian dapat memperoleh air
sepanjang waktu baik pada saat musim hujan maupun kemarau dengan efisien.
c. Meningkatkan kesuburan tanah dengan mengalirkan air dan lumpur yang
mengandung unsur hara terlarut yang dibutuhkan tanaman pada daerah
pertanian.
d. Kolmatase, yaitu meninggikan tanah pada dataran rendah yang dibawa oleh air
(endapan lupur) di dataran tinggi.

5
e. Pada daerah dingin, air irigasi dapat meningkatkan suhu tanah, karena air irigasi
memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada tanah, sehingga memungkinkan
petani di daerah beriklim dingin dapat mengadakan pertanian di musim dingin.
2.2 Jenis-Jenis Irigasi
Terdapat empat jenis irigasi yang digunakan pada saat ini yaitu:
1. Irigasi Permukaan (surface irrigation)

Gambar 1. Irigasi permukaan


(Sumber : Arsyad, 2017)
Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke permukaan tanah
dan membiarkan air meresap (infiltrasi) ke dalam tanah seperti yang telah disajikan
dalam Gambar 1. Air dibawa dari sumber ke lahan melalui saluran terbuka baik
dengan atau lining maupun melalui pipa dengan head rendah. Investasi yang
diperlukan untuk mengembangkan irigasi permukan relatif lebih kecil daripada irigasi
curah maupun tetes kecuali bila diperlukan pembentukan lahan, seperti untuk
membuat teras (Soemarto, 1999). Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu peluapan dan penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan
penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling sederhana
adalah peluapan bebas dan penggenangan. Dalam hal ini air diberikan pada areal
irigasi dengan jalan peluapan untuk menggenangi kiri atau kanan sungai yang
mempunyai permukaan datar. Sistem ini mempunyai efisiensi yang rendah karena
penggunaan air tidak terkontrol (Arsyad, 2017).
Sistem irigasi permukaan lainnya adalah peluapan dan penggenangan secara
terkendali. Cara yang umum digunakan dalam hal ini adalah dengan menggunakan
bangunan penangkap, saluran pembagi saluran pemberi, dan peluapan ke dalam petak

6
petak lahan beririgasi. Jenis bangunan penangkap bermacam-macam, diantaranya
adalah bendung, intake, dan stasiun pompa (Arsyad, 2017).
2. Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation)

Gambar 2. Irigasi bawah permukaan


(Sumber : Arsyad, 2017)
Irigasi bawah permukaan adalah irigasi yang dilakukan dengan cara
meresapkan air ke dalam tanah dibawah zona perakaran tanaman melalui sistem
saluran terbuka maupun dengan pipa bawah tanah seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2. Pada sistem ini air dialirkan dibawah permukaan melalui saluran-saluran
yang ada di sisi-sisi petak sawah. Adanya air ini mengakibatkan muka air tanah pada
petak sawah naik. Kemudian air tanah akan mencapai daerah penakaran secara
kapiler sehingga kebutuhan air akan dapat terpenuhi (Arsyad, 2017).
3. Irigasi Sprinkler (Sprinkler or spray Irrigation)

Gambar 3. Irigasi sprinkler


(Sumber : Tusi dan Lanya, 2016)
Irigasi sprinkler adalah suatu metode pemberian air ke seluruh lahan yang
diirigasi dengan menggunakan pipa yang bertekanan melalui nozzle seperti pada
Gambar 3. Irigasi Sprinkler adalah suatu sistem irigasi yang fleksibel dimana selain
dapat digunakan untuk menyiram tanaman juga dapat digunakan untuk pemupukan

7
pengobatan dan untuk menjaga kelembaban tanah dan mengontrol kondisi iklim agar
sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Adopsi dari sistem sprinkler ini tergantung pada
keuntungan ekonomis dan lingkungan yang akan didapatkan dibandingkan dengan
sistem irigasi yang lain (Arsyad, 2017).
4. Irigasi tetes (Drip Irrigation)

Gambar 4. Irigasi tetes


(Sumber : Widiastuti dan Wijayanto, 2018)
Irigasi tetes adalah suatu sistem pemberian air melalui pipa/selang berlubang
dengan menggunakan tekanan tertentu, dimana air yang keluar berupa tetesan-tetesan
langsung pada daerah perakaran tanaman (Arsyad, 2017). Tujuan dari irigasi tetes
adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tanpa harus membasahi keseluruhan
lahan, sehingga mereduksi kehilangan air akibat penguapan yang berlebihan,
pemakaian air lebih efisien, mengurangi limpasan, serta menekan/mengurangi
pertumbuhan gulma (Hansen, 1986). Gambar 3. merupakan salah satu penerapan
irigasi tetes pada buididaya buah naga.

2.3 Kebutuhan Air Irigasi


Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang
dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan
waktum jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan
keperluan lainnya (Peraturan Perundang-undangan No. 20 tahun 2006 tentang
Irigasi). Pengatur air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian,
dan penggunaan air irigasi. Kebutuhan air irigasi ialah jumlah volume air yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan

8
air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam
melalui hujan dan kontribusi air tanah (Sari, 2019).
Analisis kebutuhan irigasi didukung oleh data iklim, daerah irigasi, jenis
tanaman dan pola tanam, jenis tanah, data curah hujan dan data-data meteorologi
lainnya. Data iklim digunakan untuk menghitung dan memperkirakan besarnya air
yang dikonsumsi oleh tanaman, meliputi data temperatur udara, kadar lengas,
penyinaran matahari dan awan, kecepatan angin dan tekanan uap air. Data iklim
dipergunakan untuk meperkirakan besarnya penguapan dari permukaan tanah dan
tanaman (Arsyad, 2017). Sedangkan untuk kebutuhan air di sawah untuk tanaman
padi ditentukan oleh faktor penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi,
penggantian lapisan air dan curah hujan efektif (Priyonugroho, 2014).

2.3.1 Penyiapan Lahan


Kebutuhan air selama masa penyiapan lahan adalah pekerjaan sebelum tanah
digunakan untuk menanam padi, maka tanah harus disiapkan terlebih dahulu.
Pekerjaan penyiapan lahan dilakukan agar diperoleh tanah yang baik untuk penanamn
padi, oleh karena itu kebutuhan air selama penyiapan lahan harus diperhitungkan
dengan baik. (Priyonugroho, 2014). Kebutuhan air untuk pengolahan atau
penyiraman lahan menentukan kebutuhan minimum air irigasi. Faktor-faktor yang
menentukan besarnya kebutuhan air untuk pengolahan tanah, yaitu besarnya
penjenuhan, lamanya pengolahan (periode pengolahan) dan besarnya evaporasi dan
perkolasi yang terjadi (Arsyad, 2014).
Untuk menganalisis kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan
metode yang dikembangkan oleh Van de Goor Zijlsha (1968). Metode tersebut
didasarkan pada laju air konstan dalam lt/dt/ha selama periode penyiapan lahan dan
menghasilkan rumus sebagai berikut :

IR = Mek/ (ek – 1)……(1) M = Eo + P……….(2) K = M.T/ S………(3)


Dimana:
IR = Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan

9
perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 Eto selama penyiapan lahan
(mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air, mm. Untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50
mm, yakni 200 + 50 = 250 mm, atau jika tanah dibiarkan selama jangka
waktu yang lama ( 2,5 bulan atau lebih ) maka nilai S diambil 300 mm
e = bilangan eksponen (2,7182)
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil 200 mm.
Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan sawah, pada awal
transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi. Angka 200 mm di atas
mengandaikan bahwa tanah itu “bertekstur berat” cocok digenangi dan bahwa lahan
itu belum bera (tidak ditanami) selama lebih dari 2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan
bera lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian
(Arsyad, 2017).

2.3.2 Penggunaan Konsumtif


Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk
proses fotosintesis dari tanaman tersebut (Priyonugroho, 2014). Penggunaan
konsumtif didefinisiskan sebagai air yang dibutuhkan untuk memenuhi jumlah air
yang hilang melalui evapotranspirasi suatu tanaman sehat, tumbuh pada areal luas,
pada tanah yang menjamin cukup lengas tanah, kesuburan tanah, dan lingkungan
hidup tanaman cukup baik, sehingga secara potensial tanaman akan berproduksi
secara baik(Arsyad, 2017). Untuk menghitung besarnya kebutuhan air bagi tanaman
(Etc) didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:
ETc = Kc . Eto………..(4)
Dimana:
Kc = Koefisien tanaman

10
Eto = Evapotranspirasi potensial (Penmann modifikasi) (mm/hari)\
Kc = Koefisien tanaman (mm/hari)

2.3.3 Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh, yang tertekan di
antara permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh). Daya perkolasi
(P) adalah laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan, yang besarnya dipengaruhi
oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh yang terletak antara permukaan tanah
dengan permukaan air tanah. Pada tanah-tanah lempung berat dengan karakteristik
pengelolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/ hari. Pada
tanah-tanah yang lebih ringan laju perkolasi bisa lebih tinggi (Arsyad, 2017).

2.3.4 Penggantian Lapisan Air


Pada kriteria perencanaan bagian irigasi disebutkan bahwa penggantian lapisan
air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan air dilakukan menurut
kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, dilakukan penggantian sebanyak
2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama 1/2 bulan) selama sebulan
dan dua bulan setelah transplantasi (Arsyad, 2017).

2.3.5 Curah Hujan Efektif


Curah hujan efektif ditentukan besarnya R80 yang merupakan curah hujan yang
besarnya dapat dilampaui sebanyak 80% atau dengan kata lain dilampauinya 8 kali
kejadian dari 10 kali kejadian. Dengan kata lain bahwa besarnya curah hujan yang
lebih kecil dari R80 mempunyai kemungkinan hanya 20%. Bila dinyatakan dengan
rumus adalah sebagai berikut :
R80 = m → = R80 x (n+1)…………(5)

Dimana:
R80 = Curah hujan sebesar 80%
n = Jumlah data
m = Rangking curah hujan yang dipilih

11
Curah hujan efektif untuk padi adalah 70% dari curah hujan tengah bulanan
yang terlampaui 80% dari waktu periode tersebut. Untuk curah hujan efektif untuk
palawija ditentukan dengan periode bulanan (terpenuhi 50%) dikaitkan dengan tabel
ET tanaman rata-rata bulanan dan curah hujan rata-rata bulanan.
Untuk padi: Re padi = (R80 x 0,7)/ periode pengamatan…….(6)
Untuk palawija: Re palawija = (R80 x 0,5)/ periode pengamatan………. (7)
Dimana:
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
R80 = curah hujan dengan kemungkinan terjadi sebesar 80%

2.3.6 Analisis Kebutuhan Air Irigasi


Untuk menghitung kebutuhan bersih air di sawah pada tanaman padi adalah:
NFR = ETc + P + WLR – Re…………..(8)
Dimana:
NFR = Netto Field Water Requirement, kebutuhan bersih air di sawah
(mm/hari)
ETc = Evaporasi tanaman (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari)
Re = Curah hujan efektif (mm/hari)
Untuk menghitung kebutuhan air irigasi pada tanaman padi adalah:
R
IR = ………….(9)
e

Dimana:
IR = Kebutuhan air irigasi (mm/hr)
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan
Untuk meghitung kebutuhan air irigasi untuk palawija, jika terdapat tanaman
lain di sekitaran tanaman padi adalah:
IR = (ETc – Re) / e……………(10)
Untuk menghitung kebutuhan pengambilan air pada sumbernya adalah
R
DR = 8,64………….(11)

12
Dimana:
DR = Kebutuhan pengambilan air pada sumbernya (lt/dt/ha)
1/8,64 = Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt/ha (USDA, 1987)
Menurut Triatmodjo (2008), kebutuhan air irigasi di sawah dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
-
KAI = x A …………………(12)

Dimana:
KAI = Kebutuhan air irigasi (m³/dtk)
ETc = Penggunaan konsumtif (mm/hari)(Etc bernilai nol pada masa
penyiapan lahan)
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan untuk penyiapan lahan
(mm/hari) (IR bernilai nol apabila terjadi masa pertumbuhan tanaman)
WRL = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
Re = Curah hujan efektif (mm/hari)
A = Luas lahan irigasi (ha)
EI = Efesiensi irigasi (%)

2.4 Cropwat Version 8.0


Cropwat adalah decision support system yang dikembangkan oleh Divisi Land
and Water Development FAO berdasarkan metode Penman-Monteith, untuk
merencanakan dan mengatur irigasi (Tumiar dkk., 2012). Software Cropwat
dikembangkan oleh FAO pada tahun 1990. Input data meliputi data meteorologi,
tanah, dan tanaman (Allen, dkk. 1998). Cropwat adalah program berbasis Windows
yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi
berdasarkan tanah, iklim dan data tanaman. Cropwat dapat dipergunakan untuk
menghitung evapotranspirasi potensial, evapotranspirasi aktual, kebutuhan air irigasi
satu jenis tanaman maupun beberapa jenis tanaman dalam satu hamparan, serta
merencanakan pemberian air irigasi. Dari beberapa studi didapatkan bahwa model
Penmann-Monteith memberikan pendugaan yang akurat sehingga FAO

13
merekomendasikan penggunaannya untuk pendugaan laju evapotranspirasi standar
dalam menduga kebutuhan air bagi tanaman (Tumiar dkk., 2012). Pada penggunaan
software Crowpat 8.0 dapat dilihat pada Gambar 5.
Data yang diperlukan untuk mengoperasikan Cropwat adalah data klimatologi
bulanan (temperatur maksimum-minimum atau ratarata, penyinaran matahari,
kelembaban, kecepatan angin dan curah hujan). Data tanaman tersedia dalam
program secara terbatas dan dapat ditambahkan atau dimodifikasi sesuai dengan
kondisi setempat. Fungsi utama Cropwat (Allen, dkk, 1998) adalah:
a. Untuk menghitung referensi evapotanspirasi.
b. Untuk menghitung kebutuhan air tanaman.
c. Untuk menghitung kebutuhan air irigasi.
d. Untuk menyusun jadwal irigasi.
e. Untuk membuat pola ketersediaan air.
f. Untuk mengevaluasi curah hujan.
g. Untuk mengevaluasi efisiensi praktek irigasi.
Data input yang dibutuhkan untuk software Cropwat version 8.0. (Shalsabillah
dkk., 2018), adalah:
a. Data Climate
Pada data Climate/ET0 dari tabelnya menyajikan tabel data Altitude, Latitude,
Longtitude, temperatur minimum, temperature maksimum, kelembaban, kecepatan
angin, lama penyinaran, radiasi.
b. Data Rain
Data curah hujan pada cropwat menyajikan tabel data curah hujan dalam mm,
serta hujan efektif dalam mm dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember.
Data curah hujan harian (periode atau bulanan) yang digunakan untuk menghitung
curah hujan efektif.
c. Data Crop
Data tanaman berupa tanggal penanaman, koefisien tanaman (Kc), fase
pertumbuhan tanaman, kedalaman perakaran tanaman, fraksi deplesi, dan luas areal
tanam (0-100% dari luas total area).

14
d. Data Soil
Penentuan jadwal irigasi (schedulling), dibutuhkan data yaitu data tipe tanah
yang meliputi total air tersedia, kedalaman perakaran maksimum, deplesi lengas
tanah awal (% dari kadar lengas total tersedia) serta ketebalan pemberian air
yangdikehendaki.
e. Data CWR
CWR atau kebutuhan air tanaman, mengakumulasikan kebutuhan irigasi untuk
tanaman dimana pada tabelnya menyediakan data stage, bulan, decade, koefisien
tanaman, evaporasi pada tanaman atau ETc dalam mm/ hari maupun mm/dec, hujan
efektif serta kebutuhan irigasi.

Gambar 5. Tampilan penggunaan software Crowpat 8.0


(Sumber: Nurliani, 2019)

15
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September
2021 di Irigasi areal persawahan Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung
Timur dan pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Komputer dan Instrumen
Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Lokasi penelitian
disajikan dalam Gambar 6.

Gambar 6. Lokasi penelitian areal persawahan di Kecamatan Geragai

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa skema
jaringan, data curah hujan harian dalam priode 2010-2020, data klimatologi meliputi
data temperatur udara, lama penyinaran matahari, kelembaban udara, dan kecepatan
angin rata-rata periode 2010-2020.
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi, alat tulis yang
digunakan untuk mencatat hasil penelitian, kamera gawai Oppo A52020 dengan
spesifikasi kamera belakang 12 MP dan tingkat densitas piksel sebesar 270ppi yang
digunakan untuk mendokumentasikan situasi dan kondisi lapangan, seperangkat
komputer Acer dengan spesifikasi Intel Core i3, 4 Gb RAM yang digunkan untuk
menjalankan software Cropwat 8.0, kalkulator yang digunakan untuk perhitungan

16
data, serta software Cropwat 8.0 yang digunakan untuk mempermudah kerja dari
pengolahan data penelitian.

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa
tahap, yaitu tahap pengumpulan data dan tahap pengolahan data.
3.3.1 Pengumpulan data
Pengumpulaan data dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari dinas atau
instansi terkait, mempelajari buku, jurnal atau literatur lain yang berhubungan dengan
judul yang dibahas dan diperlukan sebagai referensi. Adapun data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
a. Data sekunder berupa skema jaringan dari Balai Wilayah Sungai Sumatera VI.
b. Data curah hujan harian dalam periode 2010-2020 bersumber dari Balai
Wilayah Sungai Sumatera VI.
c. Data klimatologi, meliputi data temperatur udara, lama penyinaran matahari,
kelembaban udara, dan kecepatan angin rata-rata periode 2010-2020 bersumber
dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun
Meteorologi Sultan Thaha Jambi.
d. Perhitungan optimasi kebutuhan air dengan menggunakan software Cropwat
version 8.0.
3.3.2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian kebutuhan air irigasi di lahan persawahan menggunakan
metode software Cropwat version 8.0 dilakukan dengan mengumpukan data-data
yang terkait perhitungan kebutuhan air, selanjutnya meng-input data-data tersebut
pada Cropwat version 8.0. Tahap analisis pemakaian software CROPWAT version 8.0
Menurut Prastowo dkk (2016), meliputi:
1. Menjalankan software CROPWAT 8.0
2. Mengklik icon climate/ETo
3. Meng-Input data klimatologi berupa :
a. Input data country, negara dimana data klimatologi berasal.

17
b. Input data station, stasiun klimatologi pencatat.
c. Input data altitude, tinggi tempat stasiun pencatat.
d. Input data latitude, letak lintang (Utara/Selatan).
e. Input data longitude, letak lintang (Timur/Barat).
f. Input data temperatur maksimum dan minimum (0C/0F/0K).
g. Input data kelembapan relatif (%, mm/Hg, kpa, mbar).
h. Input data kecepatan angin (km/hari, km/jam, m/dt, mile/hari, mile/jam)
i. Input data lama penyinaran matahari (jam atau %)
j. Otomatis ETo terkakulasi dan hasil langsung tampil.
4. Selanjutnya mengklik icon Rain.
5. Input data curah hujan
a. Data total hujan tiap bulan dari Bulan Januari s/d Desember.
b. memilih dan mengisikan metode perhitungan, option-(1) Fixed Percentage
(70% untuk perhitungan padi), (4) USDA soil conservation service (untuk
perhitungan palawija).
c. Otomatis curah hujan efektif terakulasi dan hasil langsung tampil.
6. Selanjutnya mengklik icon Crop.
7. Meng-Input data tanaman (mengambil dari data base FAO– Rice dan FAOMaize),
kemudian editing tanggal awal tanam.
8. Selanjutnya mengklik icon soil.
9. Meng-Input data tanah (mengambil dari database FAO –Medium).
10. Selanjutnya mengklik icon CWR untuk melihat hasil analisis kebutuhan air
irigasi dengan satuan mm3/dt.
Pada diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

18
Mulai

Studi Pustaka

Survei Lokasi

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder


Survei Lokasi - Skema Jaringan
- Curah Hujan Harian Priode 2010-
2020
- Data Klimatologi

Kebutuhan Air Irigasi

Analisis Kebutuhan Air di Sawah (NFR)


- Analisis NFR Masa Pengolahan Lahan
- Analisis NFR Masa Tanam

Selesai

Gambar 7. Diagram alir penelitian

19
DAFTAR PUSTAKA

Allen, R. G., Pariera L. S., Raes, D. dan Smith, M. 1998. FAO irrigation and
drainage paper. Crop Evapotranspiration (Guidelines for Computing Crop
Water requirement) FAO Rome.
Arsyad, K. M. 2017. Modul 10 kebutuhan air. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Air dan Konstruksi. Bandung
Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Timur. 2020. Luas lahan tanaman padi.
Diakses tanggal: 5 April 2020 https://tanjabtimkab.bps.go.id/
Edijatno, M. K. A. dan Soesanto, A. R. 2018. Irigasi dan bangunan air. Departemen
Teknik Sipil. Surabaya
Hensen Voughn E. 1986. Dasar-dasar dan praktek irigasi. Erlangga. Jakarta
Kecamatan Geragai dalam Angka 2020. 2020. Produksi komoditi padi Kecamatan
Geragai. Diakses tanggal: 5 April 2020
https://tanjabtimkab.bps.go.id/publication/2020/09/28/d0ddfc88ed83d66c2bc5b
f92/kecamatan-geragai-dalam-angka-2020.html
Nurliani, L., Dwiratna S., Prawiraenegara, B. M. P. 2019. Analisis penjadwalan
irigasi pada budidaya tanaman talas pratama (Colocasia esculenta (L). Schott
var. Pratama) menggunakan Crowpat 8.0. Jurnal Industri Teknologi Pertanian.
Vol. 13(2)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
Prastowo. 2015. Penggunaan model Cropwat untuk menduga evapotranspirasi
standar penyusunan neraca air tanaman kedelai di dua lokasi berbeda. Jurnal
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Vol. 5(1): 1-12
Priyonugroho, A. 2014. Analisis kebutuhan air irigasi (studi kasus pada daerah irigasi
sungai air keban daerah Kabupaten Empat Lawang. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan. Vol. 2(3)
Purwanto dan Ikhsan, J. 2014. Analisis kebutuhan air irigasi pada daerah irigasi
Bendung Mrican. Jurnal Ilmiah Smesta Teknika. Vol. 9(1): 83-93
Sagita, AR. D., Oksana, Seprirosya, T. 2020. Estimasi kebutuhan air irigasi padi
(Oryza sativa L.) di Desa Koto Perambahan Kecamatan Kampar Timur
berdasarkan model software Cropwat 8.0. Jurnal Agroekoteknologi. Vol. 11(1):
17-24
Sari, A. K. 2019. Analisis kebutuhan air irigasi untuk lahan persawahan Dusun
To’Pongo Desa Awo Gading Kecamatan Lamasi. Jurnal lmiah lmu-Ilmu
Teknik. Vol. 4(1)

20
Shalsabillah, H., Amri, K. dan Gunawan, G. Analisis kebutuhan air irigasi
menggunakan metode Cropwat Version 8.0. Jurnal Inersia. Vol. 10(2).
Soemarto, C. D. 1999. Hidrologi teknik. Usaha Nasional. Surabaya
Susanawati, L. D. dan B. Suharto. 2018. Kebutuhan air tanaman untuk penjadwalan
irigasi pada tanaman jeruk keprok 55 di Desa Selorejo menggunakan Cropwat
8.0. Jurnal Irigasi. Vol. 12(2): 109-118
Tumiar, K. M. 2012. Evaluasi metode Penman-Mointeith dalam menduga laju
evapotranspitasi di dataran rendah Provinsi Lampung Indonesia. Jurnal
Keteknikan Pertanian. Vol.26(6): 121-128
Tusi, A. dan Lanya, B. 2016. Rancangan irigasi sprinkler portable tanaman pakchoy.
Jurnal Irigasi. Vol. 11(1): 43-54
United States Department of the Interior, Bureau of Reclamation. 1987. Design of
Small Dam. A Water Resources Technical Publication. Washington DC
Van de Goor, G. A. W. dan Zijlstra, G. 1968. Irrigation requirements for
doublecropping of lowland rice in Malaya. Wageningen: ILR Publication 14
Wardana, M. A. 2020. Analisis kebutuhan air irigasi dengan software Cropwat 8.0 di
daerah irigasi Belimau Samarinda. Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur. Vol. 1(1)
Widiastuti, I. dan Wijayanto, D. S. 2018. Implementasi teknologi irigasi tetes pada
budidaya tanaman buah naga. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol. 6(1):1-8

21

Anda mungkin juga menyukai