Anda di halaman 1dari 16

MASYARAKAT TUTUR, PERISTIWA TUTUR dan TINDAK

TUTUR

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sosiolingusitik

Dosen pengampu: Novta Dewi Astri N., M. Pd

Disusun Oleh :

F. VENTI PUTERI I 1888008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
Sosiolinguistik, dengan judul Masyarakat tutur, Peristiwa tutur dan tindak tutur.

Pada kesempatan ini saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih


kepada Ibu Novta Dewi Astri N., M.Pd selaku dosen pengampu yang memberikan
semangat dalam pembuatan makalah ini. Dibuat makalah ini untuk memenuhi
nilai dan tugas Sosiolinguistik

Akhir kata, semoga makalah ini dapat dipahami dan sekiranya makalah
yang sudah disusun ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri ataupun orang yang
membacanya. Saya memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi perbaikan makalah ini.

Purwakarta, Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Masyarakat Tutur.............................................................................3
1. Penyebab Suatu Komunitas Disebut Masyarakat Tutur..............................4
2. Posisi Bahasa.....................................................................................................4
B. Pengertian Peristiwa Tindak Tutur....................................................................5
C. Pengertian Tindak Tutur.....................................................................................6
1. Kalimat Deklaratif...........................................................................................7
2. Kalimat Interogatif..........................................................................................7
3. Kalimat Imperatif............................................................................................7
BAB III...........................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Saran...................................................................................................................10
B. Simpulan.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat
komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang
kepada orang lain, atau dari pembaca kepada pendengar, dan dari penulis ke
pembaca, manusia berinteraksi menyampaikan informasi kepada sesamanya.
Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi
(menyebutnya fungsi emotif). Maksudnya, sipenutur menyatakan sikap terhadap
apa yang dituturkannya. Bahasa yang digunakan penutur itu selalu dihubungkan
dengan kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai
gejala individu, tetapi juga merupakan gejala sosial. Bahasa sebagai gejala sosial,
bahasa dan pemakai bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor linguistik, tetapi
juga faktor non linguistik yaitu faktor sosial. Bahasa sebagai alat komunikasi yang
dapat digunakan secara lisan yang disebut bahasa lisan, sedangkan yang
digunakan secara tertulis yang disebut bahasa tulis. Bahasa tulis merupakan
transfer dari bahasa lisan, sehingga bahasa lisan lebih dahulu ada daripada bahasa
tulis (Rohmadi dan Nasucha, 2010:11).
Peristiwa tutur antara penutur dan lawan tutur biasanya terbantu oleh
keadaan di sekitar lingkungan tuturan itu. Keadaan semacam ini, termasuk juga
tuturan-tuturan yang lain, disebut peristiwa tutur. Menurut Searle (dalam Wijana,
1996:17-19) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga
jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi
(locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi
(perlucotionary act)

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

1. Apa pengertian Masyarakat Tutur?


2. Apa pengertian Peristiwa Tindak Tutur?
3. Apa pengertian Tindak Tutur?

C. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam makalah ini yaitu:

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan masyarakat tutur.


2. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan peristiwa tutur.
3. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan tindak tutur.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Tutur

Masyarakat dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki


keterkaitan di Dalam bahasa Inggris, masyarakat tutur memiliki padanan istilah
yakni speech community. Masyarakat tutur secara teori termasuk ke dalam variasi
atau ragam bahasa dalam konteks sosial. Ragam bahasa dalam konteks sosial 
memiliki dua hal yang saling berkaitan yaitu verbal repertoire dan masyarakat
tutur. Sebelum masuk ke dalam pengertian masyarakat tutur, lebih baik kita
memahami verbal repertoire terlebih dahulu. Verbal repertoire merupakan
kemampuan komunikatif di mana kemampuan ini terbagi dua yaitu kemampuan
komunikatif yang dimiliki oleh setiap penutur secara individu dan kemampuan
komunikatif yang dimiliki oleh masyarakat tutur secara keseluruhan. Adapun
kemampuan komunikatif setiap penutur ditentukan oleh masyarakat di mana ia
merupakan anggotanya, dan kemampuan komunikatif suatu masyarakat tutur
terjadi dari himpunan kemampuan komunikatif seluruh penutur dalam masyarakat
menjadikan pengertian masyarakat tutur bukan sekedar kelompok orang yang
mempergunakan bentuk bahasa yang sama. Akan tetapi, kelompok orang-orang
yang juga mempunyai norma yang sama dalam memakai bentuk-bentuk bahasa.

Fishman (1975:28) memberi batasan bahwa masyarakat tutur ialah suatu


masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi tutur
beserta norma-norma yang sesuai dengan pemakaiannya. Hal ini menjelaskan

3
bahwa masyarakat tutur bersifat netral dalam arti dapat digunakan secara luas dan
besar serta dapat pula digunakan dalam menyebut masyarakat kecil atau
sekelompok ornag yang menggunakan bahasa relatif sama dan mempunyai
penilaian yang sama dengan pemakaian bahasanya. Labov (1972:120)
menjelaskan bahwa masyarakat tutur tidak didefinisikan sebagai persetujuan yang
ditandai dalam penggunaan elemen bahasa. Lebih banyak pada partisipasi dan
pembagian norma. Hampir sama dengan definisi yang diberikan oleh Labov,
merujuk pada pembagian norma-norma dan pola abstrak akan keanekaragaman
dibandingkan dengan kebiasaan tutur telah disampaikan oleh Dell Hymes (1972)
dan Michael Halliday (1972). Hal ini dapat terlihat bahwa definisi semacam ini
meletakkan penekanan atau penegasan akan masyarakat tutur sebagai sebuah
kelompok di mana orang merasa dirinya berada di sebuah komunitas dalam arti
tertentu.

1. Penyebab Suatu Komunitas Disebut Masyarakat Tutur

Dengan beberapa pengertian di atas, bisa dikatakan bahwa setiap kelompok


orang-orang di dalam masyarakat yang karena tempat atau daerahnya, umur atau
jenis kelaminnya, lapangan kerja atau hobi dan sebagainya menggunakan bahasa
yang sama dan mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma
pemakaian bahasanya mungkin membentuk suatu masyarakat tutur. Atau bisa
juga dikatakan bahwa dalam suatu masyarakat atau kelompok orang mampu
disebut masyarakat tutur disebabkan memiliki kemampuan komunikatif yang
relatif sama dan mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma
pemakaian bahasa yang digunakan dalam masyarakat itu. Gumperz (1964:37-53)
menerangkan bahwa suatu ketentuan dasar dari masyarakat tutur adalah
masyarakat tersebut bukanlah suatu masyarakat yang berbicara dengan bahasa
yang sama, melainkan suatu masyarakat yang timbul karena rapatnya komunikasi
atau integrasi simbolis, dengan tetap menghormati (mengakui) kemampuan
komunikatif penuturnya tanpa mengingat jumlah bahasa dan atau variasi bahasa
yang dipergunakannya.

2. Posisi Bahasa

4
Dengan berbagai pendapat yang berbeda mengenai pengertian masyarakat
tutur tidak menjadikan masalah yang berarti. Semua pendapat itu relatif benar.
Namun yang penting adalah kembali pada hal dasar atau fundamental yakni di
manakah lantas letak bahasa itu? Di dalam masyarakat tutur ataukah dalam
kemampuan komunikatif penutur yang ada di dalam masyarakat tutur? Jika berada
di dalam individu, alasannya, individu menggunakan bahasa untuk memposisikan
dirinya dalam dimensi yang banyak akan aspek-aspek sosial. Sedangkan jika
berasal dalam masyarakat tutur maka akan merujuk pada pernyataan Labov
(1989:52) bahwa bahasa bukanlah milik individu melainkan masyarakat.
Beberapa deskripsi mengenai bahasa harus terkait dengan masyarakat tutur
sebagai objek jika ditujukan untuk keadilan dan untuk keanggunan dan
keberaturan struktur bahasa.

B. Pengertian Peristiwa Tindak Tutur

Peristiwa tutur (Inggris: speech event) adalah terjadinya atau


berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang
melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,
di dalam waktu, dan situasi tertentu. Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar
sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan
komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh
1990):

S  = (Setting and scene)

P  = (Participants)

E  = (Ends: purpose and goal)

5
A  = (Act sequences)

K  = (Key: tone or spirit of act)

I  = (Instrumentalites)

N  = (Norms of interaction and interpretation)

G  = (Genres)

a. Setting and scene: setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur


berlangsung. Scene pada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis
pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat
menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.
b. Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa
pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima
(pesan).
c. Ends merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.
d. Act sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran yang berkenaan
dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunanya, dan hubungan
antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.
e. Key mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan
disampaikan, dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.

6
f. Instrumen mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan,
tertulis, melalui telegraf atau telepon. Juga mengacu pada kode ujaran, seperti
bahasa, dialek, fragam, atau register.
g. Noam of interaction and interpretation mengacu pada norma atau aturan
dalam berinteraksi misalnya, beriterupsi, bertanya.
h. Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah
dan doa.

C. Pengertian Tindak Tutur

  Peristiwa tutur terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Tindak tutur


dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada suatu proses, yakni
proses komunikasi. Istilah dan teori mengenai tindak tutur diperkenalkan oleh J.L.
Austin seorang guru besar di Universitas Harvard pada tahun 1956. Kemudian
dibukukan oleh J.O. Urmson (1956) dengan judul How to do Thing With
Word? Tetapi baru terkenal dalam studi linguistik setelah Searle (1969)
menerbitkan buku berjudul Speech Act and Essay in The Philosophy of Language.

Menurut tata bahasa ada tiga jenis kalimat, yaitu:

1. Kalimat Deklaratif

Kalimat deklaratif adalah kalimat yang isinya hanya meminta pendengar


atau yang mendengar kalimat itu untuk menaruh perhatian saja, tidak usah
melakukan apa-apa, sebab maksud si pengujar hanya untuk memberitahukan saja.

2. Kalimat Interogatif

Kalimat interogatif adalah kalimat yang isinya meminta agar pendengar atau
orang yang mendengar kalimat itu untuk memberi jawaban secara lisan.

3. Kalimat Imperatif

7
Kalimat imperatif adalah kalimat yang isinya meminta agar si pendengar
atau yang mendengar kalimat itu memberi tanggapan berupa tindakan atau
perbuatan yang diminta.

Austin (1962) membedakan kalimat deklaratif berdasarkan maknanya


menjadi kalimat konstatif dan kalimat performatif. Kalimat konstatif adalah
kalimat yang berisi pernyataan belaka. Kalimat performatif adalah kalimat yang
berisi perlakuan. Jumlah kalimat performatif dalam suatu bahasa secara relatif
tidak banyak dan mempunyai pola dan norma tertentu. Kalimat performatif harus
memebuhi persyaratan, yaitu:

a. Ucapanna harus dilakukan oleh orang tertentu yang ditunjuk,


b. Urutan peristiwanya sudah baku,
c. Yang hadir dalam upacara tersebut harus turut serta,
d. Upacara itu harus dilakukan secara lengkap.

Kalimat perfirmatif ini lazim digunakan dalam upacara pernikahan,


perceraian, kelahirn, kematian, kenegaraan, kemiliteran dan peresmian seminar.
Kalimat performatif secara eksplinsit artinya dengan menghadirkan kata-kata
yang mengacu pada pelaku seperti saya dan kami. Secara implisit adalah yang
tanpa menghadirkan kata-kata yang menyatakan pelaku, ada pihak yang meminta
agar kita melakukan apa yang menyatakan pelaku, ada pihak yang meminta agar
kita melakukan apa yan dimintanya.

Austitin (1962:150-163) membagi kalimat performatif menjadi lima kategori,


yaitu :

1. Kalimat verdikatif yakni kalimat perlakuan yang menyatakan keputusan atau


penilaian,
2. Kalimat eksertif yakni kalimat pelakuan yang menyatakan perjanjian, nasihat,
peringatan,
3. Kalimat komisif yakni kalimat perlakuan yang dicirikan dengan perjanjian,
pembicara berjanji dengan anda untuk melakukan sesuatu,

8
4. Kalimat berhatitif adalah kalimat perlakuan yang berhubungan dengan
tingkah laku sosial karena seseorang mendapat keberuntungan atau
kemalangan
5. Kalimat ekspositif adalah kalimat perlakuan yang memberi penjelasan
keterangan atau perincian kepada seseorang.

Tindak tutur yang dilangsungkan dengan kalimat performatif oleh Austin


(1962: 100-102) dirimuskan menjadi ;

1. Tindak Tutur Lokusi


Merupakan tindak tutur yan menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau
tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami.
2. Tindak Tutur Ilokusi
Merupakan tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat
performatif eksplisit, berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan
terimakasih, menyuruh, menawarkan dan menjanjikan.
3. Tindak Tutur Perlokusi
Merupakan tindak tutur yang berkenaan dengan ucapan orang lain
sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari pendengar.
Dilihat dari konteks tindak tutur dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Tindak Tutur Langsung
Hanya dapat dipahami oleh sipendengar karena ujarannya berupa kalimat-
kalimat dengan makna tugas.

b. Tindak Tutur Langsung


Hanya dapat dipahami oleh sipendengar yang sudah cukup terlatif dalam
memahami kalimat-kalimat yang bermakna konteks situaasional.

9
BAB III

PENUTUP

A. Saran
Sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia hendaknya kedepannya
kita
dapat memahami, kemudian dapat mengajarkan dengan baik tentang tindak tutur
bahasa.
B. Simpulan
- masyarakat tutur memiliki padanan istilah yakni speech community.
Masyarakat tutur secara teori termasuk ke dalam variasi atau ragam bahasa
dalam konteks social
- Peristiwa tutur (Inggris: speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya
interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua
pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam
waktu, dan situasi tertentu.
- Tindak tutur memiliki fungsi psikologis dan sosial saat berkomunikasi dan
sebagai sarana untuk melakukan sesuatu melalui tindakan-tindakan yang
diucapkan lewat liasan

10
DAFTAR PUSTAKA

http://shondayshuardy.blogspot.com/2014/12/peristiwa-tutur-dan-tindak-
tutur-kelas.html

https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ALeKk03T_WWlTrbVmW4MoQFpfsqRB-BVVw
%3A1602858415281&source=hp&ei=r62JX9bdDtfb9QPw8IKoBA&q=maka
lah+masyarakat+tutur+peristiwa+tutur+tindak+tutur&oq=&gs_lcp=CgZwc
3ktYWIQARgDMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAhAnMgcIIxDq
AhAnMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAhAnMgcIIxDqAhAnMgcI
IxDqAhAnMgcIIxDqAhAnUABYAGDq8AZoAXAAeACAAQCIAQCSAQC
YAQCqAQdnd3Mtd2l6sAEK&sclient=psy-ab

11
https://ambarmizu2013.wordpress.com/sosiolingusitik-tindak-tutur-austin-
dan-searle/

https://ambarmizu2013.wordpress.com/sosiolingusitik-tindak-tutur-austin-
dan-searle/

12
13

Anda mungkin juga menyukai