Miya LBM 4 Mata
Miya LBM 4 Mata
Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan. Tebalnya ±4 mm dan
diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula (zonula zinni) yang
menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aqueus
dan disebelah posterior terdapat vitreus humor. Kapsul lensa adalah membrane semipermiabel
yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapular.
Nukleus lensa lebih keras daripada korteks nya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat
lamelar sub epitel terus diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa
terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada dalam jaringan tubuh
lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di jaringan lainnya. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh
darah, maupun saraf dalam lensa.
Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf batang dan
kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina yang merupakan jaringan saraf halus yang
menghantarkan impuls saraf dari luar menuju jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls
saraf dari luar menuju diskus optikus, yang merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji
mata. Titik ini disebut titik buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian yang paling peka
pada retina adalah makula, yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optikus, persis
berhadapan dengan pusat pupil.
Ilyas S., Ilmu Penyakit Mata,. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
2000
terjadi perubahan pada kejernihan lensa (opasitas lensa) sehingga jumlah cahaya yang masuk
melalui media refraksi berkurang dan sulit difokuskan ke retina. Hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai hal seperti proses degeneratif, trauma, ataupun kelainan kongenital.
Pada awalnya lensa bersifat transparan dan berfungsi memfokuskan cahaya ke retina. Pada
katarak, terdapat agregasi protein yang memecah cahaya yang masuk, serta terjadi perubahan
struktur protein yang menghasilkan diskolorasi kuning atau kecoklatan. Faktor yang
berkontribusi untuk terbentuknya katarak adalah stres oksidatif dari reaksi radikal bebas,
kerusakan dari sinar ultraviolet, dan malnutrisi. [2]
Penglihatan buram dikarenakan ada yang menghalangi proses pemfokusan cahaya ke retina.
Normlanya media refrakta itu jernih sehingga cahaya bisa tepat difokuskan ke retina. Jika ada
kekeruhan pada media refrakta maka bayangan yang terbentuk tidak jelas karena ada benda
yang menghalangi masuknya cahaya ke mata. Penyebab kekeruhan media refrakta ada di nomor
selanjutnya.
Sumber : Ilyas S., Ilmu Penyakit Mata,. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
2000
Katarak pada pasien diabetes melitus dapat terjadi dalam 3 bentuk :
1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat
kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi
kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal
kembali.
2. Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada
kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular.
3. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan biokimia
sama dengan katarak pasien nondiabetik.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat penimbunan
sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat.meningkatkan insidens maturasi
katarak yang lebih pada pasien diabetes. Adalah jarang ditemukan "true diabetik" katarak.
Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan
pengobatan. Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa.
Galaktosemia pada bayi akan memperlihatkan kekeruhan anterior dan subkapsular
posterior. Bila dilakukan tes galaktosa akan terlihat meningkat di dalam darah dan urina.
Prof. dr. H. Sidarta llyas, SpM, dr. Sri Rahayu Yulianti, SpM. Ilmu Penyakit Mata.ED
4.203-217
Zhang, K., Zhu, X., & Lu, Y. (2018). The Proteome of Cataract Markers : Focus on Crystallins. 86, 179–
210. https://doi.org/10.1016/bs.acc.2018.05.005
3. Apakah hubungan memakai kacamata sejak 15 tahun dengan keluhan sekarang?
Katarak
Glaukoma kronis
Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Retinopati Diabetika:
Terdapat 4 proses biokimiawi yang terjadi pada hiperglikemia kronis yang diduga
berhubungan dengan timbulnya retinopati diabetik, antara lain:
Akumulasi Sorbitol
Hiperglikemi kronis peningkatan aktv enzim aldose reduktase (pada jarringan saraf,
retina, lensa, glomerolus dan dinding pembuluh darahakumulasi dari sorbitol Sorbitol
merupakan suatu senyawa gula dan alkohol yang tidak dapat melewati membrana basalis
sehingga akan tertimbun dalam jumlah yang banyak dalam sel. Kerusakan sel terjadi akibat
akumulasi sorbitol yang bersifat hidrofilik sehingga sel menjadi bengkak akibat proses
osmotik.
Pembentukan protein kinase C (PKC)
AGE terdapat di dalam dan di luar sel, berkorelasi dengan kadar glukosa.
Akumulasi AGE mendahului terjadinya kerusakan sel. Pada pasien DM,
sedikit saja kenaikan glukosa maka meningkatkan akumulasi AGE yang
cukup banyak, dan akumulasi ini lebih cepat pada intrasel daripada
ekstrasel.
Pandelaki K. 2007. Retinopati Diabetik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV
Jilid III. Editor: Aru W. Sudoyo dkk. Departemen ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
Retinopati Hipertensi:
Merupakan suatu kondisi kelainan pada retina dan pembuluh darah retina yang
ditandai dengan tanda-tanda spektrum pembuluh darah retina AKIBAT tekanan darah
tinggi
Heng, L. Z., Comyn, O., Peto, T., Tadros, C., Ng, E., Sivaprasad, S., & Hykin, P. G. (2012). Review Article
Diabetic retinopathy : pathogenesis , clinical grading , management and future developments.
640–650. https://doi.org/10.1111/dme.12089
KATARAK
Zhang, K., Zhu, X., & Lu, Y. (2018). The Proteome of Cataract Markers : Focus on Crystallins. 86, 179–210.
https://doi.org/10.1016/bs.acc.2018.05.005
Klasifikasi Katarak
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam :
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah tedihat pada usia di bawah 1 tahun
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak sensil, katarak setelah usia 50 tahun.
Ilmu penyakit mata
Gejala:
Zhang, K., Zhu, X., & Lu, Y. (2018). The Proteome of Cataract Markers : Focus on Crystallins. 86, 179–210.
https://doi.org/10.1016/bs.acc.2018.05.005
b. Jenis kelamin
Laki2>
Penelitian menunjukkan bahwa kataraktogenesis pada perempuan dapat dicegah karena
ada sifat mitogenik dan antioksidatif 17 β-estradiol terhadap sel epitel lensa manusia pada
kondisi yang fisiologis, yaitu sebesar 0,1-10 nM
c. Diabetes
d. Pekerjaan
e. Tingkat Pendidikan
f. Rokok
10. Apa saja pemeriksaan penunjang dari kasus di scenario?
Serta ekstravasinya
Retina:
adanya eksudat, perdarahan, atau sikatrik koroid dapat terlihat retina terangkat atau
ablasi.
Makula lutea:
Diperiksa terakhir karena pasien akan merasa silau sekali.
Makula lutea terletak dg jarak 2,5 diameter papil di bagian temporal papil
atau dapat dilihat dg meminta pasien melihat lampu oftalmoskop
pemeriksaan.
Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta