Anda di halaman 1dari 17

SGD LBM 2

Scenario

Seorang laki-laki berusia 41 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Dari anamnesa didapatkan bahwa nyeri sudah dirasakan sejak 4 bulan terakhir. Seminggu terakhir
nyeri dirasakan bertambah hebat dan menjalar ke bokong kiri hingga betis dan tumit kiri. Nyeri
bertambah untuk beraktivitas seperti berdiri lama dan berjalan jauh, berkurang jika beristirahat.
Tidak ada riwayat trauma maupun TBC paru, DM disangkal. Pasien bekerja di tempat pelelangan
ikan dan sering mengangkat beban berat. Dari pemeriksaan fisik dan neurologi didapatkan tekanan
darah 130/90 mmHg, frekuensi denyut jantung 90x/menit, frekuensi nafas 18 x/menit, suhu 36 o C
dan visual analog scale 8. Vertebra lurus, deformitas (-), nyeri tekan median setinggi L5-S1. Laseque
-/+ 450 , reflex patella +2/+2, reflex achiles +2/-, trofi: eutrofi bilateral, tonus normal dan sensibilitas
dalam batas normal. Pasien kesulitan ketika diminta berjalan dengan ujung jari. Buang air besar dan
buang air kecil tidak ada kelainan

Step 1:

- Visual analog scale: instrument yg digunakan untuk menilai intensitas nyeri. Terdapat skala
1-10
- Laseque : salahsatu px untuk LBP dengan cara fleksikkan tungkai di sendi panggul agar n.
ischiadicus meregang, jika ada tekanan pada radiksnya maka pasien merasakan makin nyeri.
Positifnya dari pantat-tungkai nyeri <70 derajat
- Eutrofi bilateral : ukuran otot 2 sisi normal
- Nyeri tekan median :

Step 2

1. Apa hubungan riwayat tbc paru dan DM dengan scenario?


2. Mengapa nyeri punggung bawah dapat menjalar ke pantat, betis dan tungkai?
3. Bagaimana Anatomi dari vertebra?
4. Apa saja etiologi dari scenario?
5. Apa factor resiko dari kasus di scenario?
6. Apa dx dan dd dari scenario
7. Bagaimana patofisiologi dari diagnosis?
8. Mengapa terdapat nyeri tekan dari L5- S1
9. Mengapa sulit saat diminta berjalan dengan ujung jari
10. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami?
11. Bagaimana tatalaksana dan edukasi dari scenario?
Step 3

1. Bagaimana Anatomi dari vertebra (colimna, discus, medulla spinalis, pleksusnya )?


Di vertebra ada annulus fibrosus yang didalamnya terdapat nucleus pulposus yang
didalamnya ada kolagen dan sel penyambung sel tulang rawan, cairan vaskuler. Disana juga
ada spinal chord yang merupakan pusat reflex

Pleksus cervicalis
Plexus brachialis
Plexus lumbalis
Plexus sacralis : reflex tendon patella L2-L4
Reflex tendon achiles S1-S2

n. sichiadicus : L4-S4
n. ischiadicus berada pada daerah tungkai

2. Apa hubungan riwayat tbc paru dan DM dengan kasus pada scenario?
Salahsatu infeksi spondylitis tb memiliki gejala LBP, 80% didaerah thoracal - lumbal.
Ditanyakan riwayat tb/dm untuk menyingkirkan diagnosis

DM intake glukosa meningkat, terjadi hiperglikemi. Menyebabkan nucleus pulposus


menekan annulus fibrosus, sehingga terjadi prolapse.
Vaskuler yang terganggu bias sebabkan penurunan diameter pembuluh darah dan bias
sebabkan degenerasi pada diskus vertebra

NGF (protein untuk pertumbuhan saraf). Salahsatu komplikasi dm adalah neuropati yang
bisa sebabkan NGF turun

3. Mengapa nyeri punggung bawah dapat menjalar ke pantat, betis dan tungkai dan terdapat
nyeri tekan dari L5- S1?
Menjalar : karena L5-S1 masuk plexus sacralis yang akan bergabung menjadi n. ischiadicus
yang keluar melalui suatu foramen – menuju ke pantat – ke paha – ke belakang patella dan
bercabang ke jari kaki

Nyeri tekan median:


4. Mengapa sulit saat diminta berjalan dengan ujung jari?
Jari diinervasi n. ischiadicus, jika nervusnya terganggu bisa mengganggu kerja ototnya.
Seperti m. ekstensor longus yang berfungsi ekstensi ibu jari. Maka di scenario mengalami
kesulitan

Menekan n. ischiadicus bisa menekan m. gastrocnemius (mengganggu saat jinjit) dan m.


ekstensor halucis longis (bisa mengganggu ektensor jari)
5. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami?
Pasien suka mengangkat beban berat. Saat mengangkat penopangnya di vertebra. Discus
intervertebralis bersifat elastis dan menyesuaikan saat terjadi tekanan. Jika cara
mengangkatnya salah maka bisa memperparah keadaan. Jika terjadi penekanan maka bisa
pengaruhi bagian yang sensitive terhadap nyeri.

Posisi salah dapat sebabkan spasme dari otot yang bisa sebabkan nyeri, jika terus menerus
dapadt sebabkan trauma yang bisa sebabkan sobekan a nulus fibrosus yang sebabkan
kandungan didalamnya keluar, dan fungsinya sebagai bantalan akan berkurang

Jika dihubungkan dengan usia semakin tua maka kandungan air di nucleus pulposus
berkurang, jika saat membungkuk dan kandungan air kurang maka bisa sebabkan herniasi.
Jika secara lateral bisa menekann satu sisi saraf(tergantung kelujhan), jika central menekan
spinalis cord. Yang central lebih parah karena klinisnya bisa mengganggu ekstremitas dan
bisa menggangu BAK dan BAB
6. Apa dx dan dd dari scenario, alur diagnosis
Anamnesis :
KU : LBP
Px neurologi :
Sensoris : gg sensoris, dermatom
Motoric : paresis/hilangnya gerakan otot, atrofi otot
Reflek : jika reflek tendon menghilang maka s1 terganggu
ROM
Laseque
Tanda kerning : penderita berbaring, pada di fleksikan dan tungkai bawah di ekstensikan.
Positifnya <135 derajat
Ankle jerk reflex : pengetukan tendon aciles(mengetahui penekanan S1)
Knee jerk reflex, positif jika tidak bisa ekstensi lutut
Laseque silang : nyeri dijalarkan sepanjang tungkai sakit
PP : Xray gambaran celah vertebra
Myologram : injeksi kontras ke kolumna vertebra, melihat hambatan/sumbatan canalis
spinalis
MRI : melihat struktur kolumna vertebra dan mellihat letak herniasi
Dx : HNP
Karena,
keluhan LBP,
Pf : nyeri tekan median L5-S1, Laseque -/+ 45, tidak bisa berjalan dengan ujung jari.
Ischialgia : karena belum dilaksanakan px penunjang, belum bisa diketahui saraf/otaknya yg
terkena
HNP yang menekan n.ischiadicus  ischialgia

Dd:
- Degenerative disease: kandungan air nucleus pposus berkurang
- spondylosis
7. Apa saja etiologi dari scenario?
- Mekanik statis : adanya defiasi postur tubuh dalam posisi statis(duduk/berdiri lama) bisa
tingkatkan sudut lumbosacral. Akibatnya bisa sebabkan ligament sekitarnya meregang dan
bisa sebabkan strain
- Mekanik dinamik : stress dan beban mekanik. Contohnya angkat beban berat
- Spinal stenosis: spinal cord pada kelainan genetic mengecil dan bisa kompresi nervusnya
- Tension: disebabkan massa tumor, tekanan dari otot sekitasnya, inflamasi
- Ddd: jika udah lama

Hnp :

Etiologi :trauma dan degenerative disk dissease

- Duduk jangka panjang


- Cidera

8. Apa factor resiko dari kasus di scenario?


- Mengangkat beban berat
- Riwayat konsumsi alcohol
- Kurang olahraga
- Obessitas (karena tumpuan di tungkai belakang)
- Merokok
Nikotin bisa menyebabkan penebalan pembuluh darah  pasokan nutrisi dan O2 ke
jaringan(discus intervertebralis) berkurang.
- Sering angkat angkat
9. Bagaimana patofisiologi dan pathogenesis dari diagnosis?
Trauma berulang  annulus fibrosus robek herniasi nucleus popusus  menekan corpus
 ke canalis vertebralis  menekan radiks yang berada dalam lapisan durapenjebolan ke
sisi lateral

Usia  degenerasi diskus  menurunkan efisiensi kadar air dan proteoglikan dalam
nucleus pulposus menurun  timbul nyeri karena tidak mampu menahan banyak beban

Arah jebol ke corpus vertebra di cek foto polos dilihat nodus schmolr jika positif makan lbp
masuk fase kronis/subkronis bisa menjalar mengenai n. ischiadicus

Ligamentum longitudinal anterior yang berfungsi menahan gaya ekstensi prolaps kearah
posterior mengenai saraf
Grading: (diperjelas)
- protrusi discus intervertebralis
- Prolapse discus intervertebralis
- Ekrtrusi discus intervertebral
- Sequestrasi discus intervertebralis

10. Bagaimana tatalaksana dan edukasi dari scenario?


Pencegahan
- olahraga teratus
- posisi duduk yang baik(lurus, tidak menceng)
- Hindari rokok
- Jaga bb ideal

Terapi :
Non farmako : (dosis, cara pemberian)
kompres dingin di bagian nyeri, terapi peregangan,
lontoporesis: untuk serangan akut
TENS : menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi nyeri

Farmakologi
Analgetik: paracetamol, aspirin
NSAID : ibuprofen, natrium diklofenat
Pinazidin,
Opioid : lebih aman dari analgesic
Terapi operatif:
syarat :HNP grade ¾, sudah diterapi dan tidak ada perbaikan, terapi lama dan kurabng
terarah

Distectomi: pengambilan discus Intervertebra


Percutaneous distectomi : menggunakan jarum secara aspirasi
Laminektomi/foraminotomi : pengambilan beberapa bagian vertebra bisa sebagian/total
Spiralfusion dan sacro iliaca joint fusion

HNP definisi, etiologi, fr, anatomi, gambaran HNP

Step 4

Mind mapping

Step 7

1. Bagaimana Anatomi dari vertebra (columna, discus, medulla spinalis, pleksusnya )?


2. Apa hubungan riwayat tbc paru dan DM dengan kasus pada scenario?

3. Mengapa nyeri punggung bawah dapat menjalar ke pantat, betis dan tungkai dan terdapat
nyeri tekan dari L5- S1?

4. Mengapa sulit saat diminta berjalan dengan ujung jari?


5. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami?
6. Apa dx dan dd dari scenario, alur diagnosis

Penegakan Diagnosis
2.7.1. Anamnesis
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya. Pertanyaan itu
berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya; lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri;
penjalaran nyeri; apa aktivitas yang memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan meringankan
nyeri. Selain nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma.

2.7.2. Pemeriksaan Neurologi


Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan saraf. Meliputi pemeriksaan
sensoris, motorik, reflex.8
a. Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada gangguan sensoris, dengan
mengetahui dermatom mana yang terkena akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
b. Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c. Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal APR menurun
atau menghilang berarti menunjukkan segmen S1 terganggu.
Gambar 5. Level neurologis yang terganggua sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik.

Adapun tes yang dapat dilakukan untuk diagnosis HNP adalah


1. Pemeriksaan range of movement (ROM)

Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri maupun secara pasif oleh
pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini memperkirakan derajat nyeri, function laesa, atau untuk
memeriksa ada/ tidaknya penyebaran rasa nyeri.

3. Straight Leg Raise (Laseque) Test:


Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam posisi supinasi dan
pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal. Tes
ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada
kompresi dari akar saraf lumbar.

4. Lasegue Menyilang

Caranya sama dengan percobaan lasegue, tetapi disini secara otomatis timbul pula rasa nyeri
ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini menunjukkan bahwa radiks yang kontralateral juga turut
tersangkut.

5. Tanda Kerning

Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian
panggung sampai membuat sudut 90 derajat. Selain itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut. Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat, antara
tungkai bawah dan tungkai atas, bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini,
maka dikatakan tanda kerning positif. 3,4,7
6. Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon Achilles. Jika tidak terjadi dorsofleksi pada kaki, hal ini
mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra L5-S1. 3,4
7. Knee-Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi pada lutut, hal ini
mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra L2-L3-L4. 3,4,7

2.7.3. Diagnosis Penunjang


1. X-Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat. Nucleus pulposus tidak
dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat mengkonfirmasikan herniasi diskus maupun jebakan akar
saraf. Namun, X-Ray dapat memperlihatkan kelainan pada diskus dengan gambaran penyempitan
celah atau perubahan alignment dari vertebra.

2. Mylogram

Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque dalam columna spinalis. Kontras
masuk dalam columna spinalis sehingga pada X-ray dapat nampak adanya penyumbatan atau
hambatan kanalis spinalis

3. MRI

Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur columna vertebra dengan
jelas dan mengidentifikasi letak herniasi.

Gambar 6. MRI dari columna vertebralis normal (kiri) dan mengalami herniasi (kanan)

4. Elektromyografi
untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk mengidentifikasi kerusakan nervus.
Diagnosis banding:
a. Spondylolisthesis
Spondylolisthesis adalah kondisi dari spine dimana salah satu dari vertebra tergelinci
kedepan dari satu vertebra pada lainnya dirujuk sebagai anterolisthesis dan tergelincir
kebelakan dirujuk sebagai retrolisthesis.

b. Spondylosis
Pada spondylosis terjadi degenerasi dari discus intervertebralis dimana tulang dan ligament
ditulang penipisan akibat pemakaian terus menerus , sehingga menyebabkan penyempitan
ruang diskus dan timbulnya osteofit, pada umunya bersifat degeneratif atau timbul akibat
mikrotrauma yang terus menerus (Setyanegara dkk, 2014)
c. Neoplasma
Neoplasma adalah massa jaringan abnormal akibat neoplasi, yaitu proses pertumbuhan dan
perkembangan jaringan tubuh yang abnormal, yang tumbuh aktif dengan system otonom
(tidak terkendali). Jaringan yang mengalami neoplasi tersusun oleh sel-sel yang berasal dari
jaringan tubuh itu sendiri (Uripi, 2005).
7. Apa saja etiologi dari scenario?
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia
terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus.
Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus
fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur, 2013)
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya suatu
trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan
sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala
ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan
dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla
spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus
doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012).
8. Apa factor resiko dari kasus di scenario?
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama kelamaan akan
hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah
berubah bentuk dan ruptur.
b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis, seperti jatuh.
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara mengangkat barang yang
salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait pekerjaan dan aktivitas
yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.

https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-4_Hernia-
Nucleus-Pulposus.pdf
9. Bagaimana patofisiologi dan pathogenesis dari diagnosis?

Patofisiologi:

Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial. Karena adanya gaya
traumatic yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal
ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi
itu dapat diasumsikan sebagai gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset,
mengangkat benda berat dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang diatas atau
di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus
pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus
schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut
dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau
kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika.
Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks
yang bersamasama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika
penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis mengalami lisis,
sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan (Muttaqin, 2008).

Grading: (diperjelas)

Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya, dimana
ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu:3,4,5,7
1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan
annulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus
fibrosus.
3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan berada di bawah
ligamentum, longitudinalis posterior.
4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum longitudinalis
posterior
10. Bagaimana tatalaksana dan edukasi dari scenario?
Non farmako : (dosis, cara pemberian)

2.8. Penatalaksanaan
2.8.1. terapi konservatif, terdiri atas:5,9
2.8.1.1. Terapi Non Farmakologis
1.Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung bawah akut,
misalnya:
a. Kompres hangat/dingin

Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan. Untuk mengurangi
spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada pengkompresan
hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin.
b. Iontophoresis

Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut menimbulkan efek anti
inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri. Modalitas ini terutama efektif dalam
mengurangi serangan nyeri akut.
c. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)

Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS) menggunakan stimulasi


listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri
yang dikirimkan ke otak
d. Ultrasound

Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam dengan menggunakan


gelombang suara pada kulit yang menembus sampai jaringan lunak dibawahnya.
Ultrasound terutama berguna dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat
mendorong terjadinya penyembuhan jaringan.
5. Latihan dan modifikasi gaya hidup
Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan memperberat tekanan ke
punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk mengurangi NPB pada pasein
yang mempunyai berat badan berlebihan.
Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan tanpa stres secepat mungkin. Endurance
exercisi latihan aerobit yang memberi stres minimal pada punggung seperti jalan, naik
sepeda atau berenang dimulai pada minggu kedua setelah awaitan NPB.
Conditional execise yang bertujuan memperkuat otot punggung dimulai sesudah dua
minggu karena bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat keluhan pasien.
Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak terbukti lebih efektif
daripada latihan tanpa alat.
6. Terapi Farmakologis
a. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga
mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID :
Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat NSAID,
seringkali di kombinasi denganNSAID. Sekitar 30% memberikan efek samping mengantuk.
Contoh Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh lebih aman.
Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
d. kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus HNP yang berat dan
mengurangi inflamasi jaringan.
e. Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri pada HNP
sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin, Gabapentin.
f. suntikan pada titik picu

Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi lokal dan
kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu disekitar tulang punggung. Cara
ini masih kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason,
metilprednisolon dan triamsinolon.
7. Terapi operatif pada pasien dilakukan jika:
a. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
b. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada gangguan
fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien menyebabkan
keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi konservatif yang diberikan tiap
terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
d. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan jarum secara aspirasi.
c. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari vertebra baik
parsial maupun total.
d. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid diantara vertebra sehingga
terjadi stabilitas.

Pencegahan
Hernia nukleus pulposus dapat dicegah terutama dalam aktivitas fisik dan pola hidup. Hal-
hal berikut ini dapat mengurangi risiko terjadinya HNP:5
a. Olahraga secara teratur untuk mempertahankan kemampuan otot,
seperti berlari dan berenang.
b. Hindari mengangkat barang yang berat, edukasi cara mengangkat yang benar.
c. Tidur di tempat yang datar dan keras.
d. Hindari olahraga/kegiatan yang dapat menimbulkan trauma
e. Kurangi berat badan.

HNP definisi, etiologi, fr, anatomi, gambaran HNP

Gambaran Klinis

Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang terkena. Pada stadium awal, gejala
asimtomatik. Gejala klinis muncul ketika nucleus pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling
sering adalah iskialgia (nyeri radikuler). Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar dan berdenyut
menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris kena maka akan memberikan gejala kesemutan atau
rasa baal sesuai dermatomnya. Bila mengenai conus atau cauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi,
defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri yang timbul sesuai dengan distribusi dermatom (nyeri radikuler)
dan kelemahan otot sesuai dengan miotom yang terkena.

Anda mungkin juga menyukai