Anda di halaman 1dari 7

BAB II

POLITIK PENDIDIKAN
(Buku Ki Hadjar Dewantara)

Disusun Oleh Kelompok 2 / PGSD A1-19 :


Fina Idamatus Silmi (19144600009)
Nur Nadia (19144600026)
Wahyu Puspa Mawarni U (19144600027)
Mia Avita Ningrum (19144600029)
Dewi Noor Ahadiyah (19144600034)
Ranti Diantining Setio R (19144600036)

FILSAFAT PENDIDIKAN
(Dosen: Puguh Ardianto Iskandar. M.Pd)

[Deskripsi]
Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa, sejak zaman
perjuangan kemerdekaan dahulu, para pejuang serta perintis kemerdekaan telah menyadari
bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa serta membebaskannya dari belenggu penjajahan. Oleh karena itu, mereka
berpendapat bahwa disamping melalui organisasi politik, perjuangan ke arah kemerdekaan perlu
dilakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan dijadikan media untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara. Kemajuan dunia pendidikan
saat ini, tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh sebagai aktor utama. Para pendidik telah
memainkan peranan yang amat signifikan dengan cara mendirikan lembaga pendidikan mulai
dari tingkat Taman Kanak-kanak, hingga Perguruan Tinggi atau Universitas.

Tokoh yang memiliki sumbangsih besar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dan
mendapat gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki. Hajar Dewantara, Ia adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, dan pelopor pendidikan bagi bangsa Indonesia.
Ki. Hajar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada 2 Mei 1889.
Ia berasal dari lingkungan keluarga keraton, tepatnya pura Pakualaman, Yogyakarta. Ki. Hajar
Dewantara merupakan cucu dari Sri Paku Alam III, sedangkan ayahnya bernama K.P.H.
Suryaningrat dan Ibundanya bernama Raden Ayu Sandiyah yang merupakan buyut dari Nyai
Ageng Serang, seorang keturunan dari Sunan Kalijaga.
Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan, sebab tanpa perumusan
yang jelas tentang tujuan pendidikan, maka kegiatan pendidikan menjadi tanpa arah bahkan
dapat salah langkah, oleh karena itu perumusan tujuan pendidikan dengan jelas dan tegas sejak
awal menjadi bagian yang sangat penting untuk dilakukan. Menurut Ki Hadjar Dewantara
pendidikan sebagai tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, artinya pendidikan
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya. Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan unsur-unsur belajar sebagai berikut:
Peserta Didik
Pendidik
Tujuan Belajar
Azas Belajar
Metode Belajar
Ki Hadjar Dewantara juga membagi empat tingkatan dalam proses belajar, yaitu sebagai berikut.
Taman Indria dan Taman Anak (5-8 tahun)
Taman Muda (umur 9-12 tahun)
Taman Dewasa (umur 14-16 tahun)
Taman Madya dan Taman Guru (umur 17-20)
Namun, seiring perkembangan zaman pendidikan di Indonesia mengundang sejumlah polemik
yang seakan menyalahi peran pendidikan sebagai sarana penyebaran ilmu pengetahuan dan
dijadikan bahan politik oleh penguasa zaman. Diketahui pengajaran pada zaman sekarang tak
dapat memberi kepuasan pada rakyat Indonesia. Dalam buku Ki Hadjar Dewantara, tertuang
mengenai pengajaran bagi rakyar yang mengecewakan, Protes pribumi kepada kolonial,
Pengembangan jenjang-jenjang pendidikan, Pembaharuan sistem pengajaran, Pendirian bidang
pendidikan Indonesia hingga tujuan pendidikan dan pengajaran untuk seluruh rakyat Indonesia.

[Interpretasi]
Dari jurnal yang telah dipaparkan, pandangan kelompok kami mengenai Politik Pendidikan
dari buku Ki Hadjar Dewantara yaitu politik pendidikan yang termanifestasikan dalam
kebijakan- kebijakan strategis pemerintah dalam bidang pendidikan. Di dalamnya dijelaskan
pengajaran-pengajaran yang sesuai dengan tingkatannya. Seperti halnya pengajaran khusus untuk
anak kecil sebelum umur 7 tahun, untuk anak-anak buta dan tuli, anak-anak yang IQ rendah.
Diharapkan pemerintah dapat menyokong berdirinya kursus-kursus yang diadakan oleh tenaga
rakyat bai yang diperuntukkan bagi pengajaean umum maupun pengajaran khusus. Selain itu,
dalam politik pendidikan yang terdapat dalam buku Ki Hajar Dewantara dijelaskan bahwa
pendidikan tidak hanya bersifat pembangunan tetapi merupakan perjuangan. Pendidikan berarti
memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan. Pendidikan adalah usaha kebudayaan yang
berazaskan keadaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.
Republik kita merupakan Negara yang berdasarkan kedaulatan rakyat. Hal ini berarti bahwa tiap-
tiap aliran hidup, baik yang berdasarkan ideologi kebatinan maupun kemasyarakatan berhak
untuk mewujudkan cita-cita dengan jalannya usaha pendidikan. Kesanggupan dalam memilih
kebudayaan yang baik untuk bangsa Indonesia juga menjadi point penting dalam politik
pendidikan. Adapun dua syarat yang harus kita penuhi dalam memilih sebuah kebudaayn, yaitu
ambil dari kebudayaan asing segala apa yang:
dapat memperkembangkan, yaitu memajukan kebudayaan kita sendiri, dan
yang dapat memperkaya, yaitu menambah kebudayaan bangsa kita.
Dalam hal ini kita sebagai generasi penerus harus pandai dalam memilih kebudayaan yang baik
bagi Negara kita.
Dalam politik pendidikan, pendidikan berarti memelihara hidup-tumbuh kearah kemajuan,
tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha
kebudayaan, berazas keadaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajad manusia.
Pendidikan ini merupakan objek vital dalam politik pendidikan terutama dalam membangun
mobilisasi intelektual nasional untuk mengadakan wajib belajar dan membangun Taman-Madya.
Pendidikan berperan untuk mencerdaskan rakyat sehingga lulusan indonesia bisa turut bersaing
dengan lulusan kolonial dan memiliki hak untuk mengajar. Apabila lulusan indonesia sudah
mampu bersaing dengan sistem pendidikan kolonial maka kesenjangan sosial antara kaum
priyayi dan kaum umum akan semakin terkikis dan pada akhirnya akan hilang. Terlepas dari itu,
apabila lulusan indonesia mampu mengembangkan pembangunan ini maka mungkin tidak
mungkin mampu mengikis egoisme, individualisme dengan kultur budaya indonesia sehingga
akan cepat terwujud cita cita bangsa.
Politik pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengarahkan kontrol sosial dengan
menggunakan sistem pendidikan. Kemudian politik dan pendidikan memiliki keterkaitan.
Keterkaitan tersebut meliputi pendidikan memberikan strabilasi dan transformasi sistem
pendidikan. Selain itu juga pendidikan dilindungi dan dipenuhi oleh negara, politik pendidikan
mengalami perubahan secara bertahap sehingga selalu ada pembaharuan.
Sebagai seorang pemikir dan praktisi pendidikan, tidaklah berlebihan kalau Ki Hadjar
Dewantara disebut sebagai pejuang kemanusiaan di Indonesia. Ia berupaya membangun dan
menyelenggarakan pendidikan untuk manusia di Indonesia dengan menampilkan kekhasan
kultural Indonesia. Dimana semuanya dilakukan demi mewujudkan idealisme terdalamnya,
yakni membangun kesadaran manusia di Indonesia akan hak-haknya. Walaupun banyak
rintangan dalam perjuangannya di bidang pendidikan namun hal itu tidak menyurutkan
semangatnya untuk terus membangun kesadaran eksistensial generasi Indonesia pada masanya.
Perguruan Taman Siswa yang didirikannya merupakan buah nyata perjuangannya dalam bidang
pendidikan. Setelah indonesia berdiri sebagai Negara kesatuan yang merdeka dan berdaulat,
maka sudah seharusnya rakyat Indonesia memperbaharui secara integral seluruh sistim
pendidikan dan pengajarannya, karena menurut Ki Hadjar Dewantara suatu pendidikan dan
pengajaran itu merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup
manusia, baik hidup masyarakatnya maupun hidup kebudayaannya dalam arti yang seluas-
luasnya.
Pengajaran pendidikan pada masa itu masih sangat kurang. Sebelum adanya H.I.S
masyarakat hanya mengenal sekolah bumiputera yang dimana dipandang sangan rendah dalam
pengajarannya. Di dalam pengajaran dan sifat pengajaran memang ada hubungan yang sangat
erat. Hubungan antara buruknya masyarakat dengan sifat pengajaran yang tidak baik, terlihat
nyata apabila kita mengingat caranya zaman Hindia-Belanda mengatur pengajaran di negara
Indonesia ini. Adanya perbedaan antara pengajaran orang-orang Belanda yang mengatur
pengajaran dengan serapih rapihnya, namun dari sebagian rakyat hal itu snagat mengecewakan.
Budaya politik seseorang atau masyarakat sebenarnya berbanding lurus dengan tingkat
pendidikan seseorang atau masyarakat. Hal itu bisa dipahami mengingat semakin tinggi
kesempatan seseorang atau masyarakat mengenyam pendidikan, semakin tinggi pula seseorang
atau masyarakat memiliki kesempatan membaca, membandingkan, mengevaluasi, sekaligus
mengkritisi ruang idealitas dan realitas politik. Maka, kunci pendidikan politik masyarakat
sebenarnya terletak pada politik pendidikan masyarakat

[Evaluasi]
Berdasarkan uraian buku Ki Hadjar Dewantara mengenai Politi Pendidikan, dilihat dari
pengajaran pada kolonial H.I.S saya kurang setuju dengan sistem yang ada pada Pengajaran
H.I.S tersebut. Pengaran pendidikan H.I.S merupakan sekolah sekolah yang berjiwa Belanda atau
jiwa orang Barat yang mana sekolah-sekolah tersebut sangat mengabaikan azas dasar
kemanusian dan juga sangat meterialisme. Materialisme inilah yang dapat memepengaruhi dan
mematikan cita-cita kemanusiaan yang luhur, sehingga menurunkan derajat kemanusiaan bangsa
indonesia. Selain itu sistem pendidikan Barat juga terkenal dengan Individualisme. Hanya
mementingkan kepentingan diri sendiri, semata mata melupakan keselamatan dan kesejahteraan
masyarakatnya. Individualisme dan materialisme itulah yang menyebabkan hancurnya
ketentraman dan kedamaian di dalam masyarakat. Penggolongan-penggolongan tersebut hanya
akan menyebabkan kesenjangan sosial sehingga terjadi ketimpangan sosial antar golongan satu
dengan golongan lainnya. Ketidaksamaan tersebut juga akan berdampak pada kelanjutkan
setelah peseta didik tersebut akan meneruskan sekolah.
Dimana pendidikan di Indonesia telah mengalami belenggu ketidakadilan pendidikan,
pendidikan yang memprioritaskan golongan-golongan tertentu, kemorosotan mengenai
pendidikan karakter peserta didik, pendidikan yang monoton, pendidikan yang menjauhkan
peserta didik dari kebudayaan, pendidikan yang hanya menekan pada tingkat intelektualitas, dan
pendidikan yang tanpa memberikan ruang kebebasan untuk berpikir kritis bagi peserta didik.
Oleh karena itu, pemikiran Ki Hadjar Dewantara perlu di rekontruksi. Perlu adanya rekontruksi
demi menjawab problematika pendidikan dalam membentuk manusia Indonesia yang lebih baik,
dan ini perlu diperhatikan dan direnungi bagi pemerintah maupun praktis pendidikan saat ini. Hal
ini disebabkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sangat mempunyai relevansi terhadap pendidikan
di Indonesia yang akan mendatang.
Namun jika dilihat dari segi inovasi kami setuju dengan politik pendidikan, karena selalu
melakukan pembaharuan secara bertahap. Dan menyesuaikan dengan sistem pendidikan
nasional. Pada hal ini sistem pendidikan yang cocok adalah sistem among. Hal ini sejalan dengan
pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan merupakan proses kulturasi, dalam
pengertian, masyarakat tidak hanya menyerap warisan budaya tetapi juga memadukan berbagai
unsur budaya tanpa menghancurkan unsure inti dan tema utama kebudayaan. Selain itu juga
setiap individu memiliki hak yang hendaknya dihormati. Hak yang dimaksud merupakan
pendidikan yang membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik,
mental dan spiritual, pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab
akan memisahkan dari orang kebanyakan, pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu
tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan, pendidikan
hendaknya memperkuat rasa percaya diri mengembangkan harga diri, setiap orang harus hidup
sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi
kebahagiaan para peserta didiknya. Sehingga sistem pendidikan yang cocok diterapkan adalah
sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan
asuh (care and dedication based on love).
Hal tersebut dikarenakan dalam politik pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan
sebuah landasan dalam mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia. Di mana sudah
dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar yang termuat dalam pasal-pasalnya. Salah satunya
menjelaskan bahwa pendidikan dan pengajaran dalam Republik Indonesia harus berdasarkan
kebudayaan serta kemasyarakatan bangsa Indonesia, bersifat demokratis merata bagi segenap
rakyat, akhirnya menuju ke arah keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin. Selain itu,
bagi Indonesia pancasila merupakan ideologi dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
konstitusi hal tersebut politik pendidikannya harus berpijak pada Pancasila dan UUD 1945. Di
samping itu, Indonesia kaya sumber daya manusia, natural, kultural, dan sosial. Oleh karena itu,
arah politik Indonesia harus meng-Indonesia yaitu pembangunan pendidikan yang benar-benar
mendasarkan pada kekayaan, karakteristik, dan kebutuhan Indonesia. Serta pendidikan harus
membuat manusia di Indonesia mempunyai sifat peka dalam hal budi pekerti.
Politik pendidikan suatu negara sangat ditentukan oleh ideologi (pandangan hidup) yang
diemban negara tersebut. Faktor inilah yang menentukan karakter dan tipologi masyarakat yang
dibentuknya. Dengan demikian, politik pendidikan dapat dipahami sebagai strategi pendidikan
yang dirancang negara dalam upaya menciptakan kualitas human resources (sumberdaya
manusia) yang dicita-citakan.
Karena dengan pemerataan pendidikan ini akan menjadikan anak indonesia dapat dengan
mudah memperoleh pendidikan. Seperti yang tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 yaitu
pendidikan adalah usaha sadar dan trencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara. Oleh karena itu, apabila
pendidikan dapat menyeluruh di seluruh indonesia maka hal ini mampu mewujudkan suasana
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik sehingga akan memaksimalkan hasil
belajar.

[Rekomendasi]
Setelah berdiskusi, mengkaji, menganalisis, menelaah serta memikirkan Politik Pendidikan
dari Buku Ki Hadjar Dewantara kami merekomendasikan beberapa Hal yang perlu dilakukan
untuk pendidikan sekarang dan masa depan adalah tetap menjunjung sistem among dalam
pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat menjadi pondasi dalam memajukan pendidikan di
Indonesia. Kemudian dalam pembentukan karakter siswa dapat menggunakan trilogi pendidikan
yang di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Trilogi pendidikan tersebut mencakup ing ngarsa
sung thulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Pebentuakan karakter siswa
sangat penting untuk bekal masa depan. karena ketika seorang siswa berpendidikan namun tidak
berkarakter maka ilmu yang didapatkan sama saja karena tidak digunakan semaksimal mungkin.
Sistem pendidikan dan pengajaran untuk seluruh Indonesia harus disesuaikan dengan segala
kepentingan rakyat, nusa, dan bangsa, kepentingan hidup kebudayaan dan hidup kemasyarakatan
dalam arti yang seluas-luasnya. Sehingga harus diingat adanya perbedaan-perbedaan bakat dan
keadaan hidup antara anak didik yang satu dengan yang lain. Di dalam memberi hak dan
kesempatan yang sama bagi segenap rakyat, perlulah karenanya diadakan differensiasi untuk
memperbesar effisiensi, baik kemanfaatan bagi anak didik maupun bagi masyarakat dan negara.
Pendidikan dalam proses pembelajaran memang harus sesuai dengan corak kultur dimana
pendidikan tersebut ada, namun tidak bisa dilepaskan dari peranan semua pihak pelaku
perubahan pendidikan untuk menggagas kembali konsep pendidikan pemikiran Ki Hadjar
Dewantara. Yang penting diperhatikan lembaga pendidikan dan paktisi pendidikan di Indonesia
saat ini, bahwa pendidikan hendaknya diarahkan untuk memerdekaan lahiriah dan batiniah,
membangun kesadaran peserta didik bahwa dirinya adalah bagian integral dari pendidikan,
penyelenggara pendidikan jangan terjebak pada pencapaian target sempit yang hanya melakukan
transfer pengetahuan melaikan harus mengupayakan pembentukan karakter anak didik.
Jika dikaitkan dengan pendidikan sekarang dan masa yang akan datang menghasilkan sistem
pendidikan yang baik. Hal tersebut dikarenakan pendidikan sekarang yang berlandasakan
Pancasila dan UUD 1945. Adapun yang dapat dilakukan untuk pendidikan sekarang dan masa
yang akan datang adalah dengan terus mengembangkan potensi-potensi pendidik yang ada di
Indonesia. Serta pemerintah pusat melakukan perubahan kebijakan pendidikan yang nantinya
dapat menjadikan pendidikan di Indonesia tersebut maju. Tertanam dalam diri pendidik akan
pentingnya wawasan akan ilmu pengetahuan bagi peserta didiknya. Sehingga dalam
penyampaian ilmu pengetahuan tersebut harus membutuhkan inovasi-inovasi yang kreatif
sehingga dapat menarik peserta didik. Sebagai pendidik juga harus mengikuti perkembangan
kurikulum serta kebijakan pendidikan yang berlaku. Agar tidak menjadikan suatu pembelajaran
dalam suatu sekoloah tersebut tertinggal. Dan yang terakhir adalah dengan tetap semangat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa guna memajukan pendidikan yang ada di Indonesia.
Maka dari itu sistem pendidikan dan pengajaran hendaknya didasarkan pada hidup
kemanusiaan, yaitu keluhuran budi serta bersendi pada segala sifat peradaban bangsa. Selain itu
pendidikan dan pengajaran juga perlu didasarkan pada kebudayaan. Dasar kebudayaan dalam
pendidikan dapat memperhalus dan meninggikan rasa kebatinan, karena nilai kebudayaan
merupakan salah satu derajat masyarakat. Apabila pendidikan dan pengajaran telah bersandar
pada kebudayaan bangsa Indonesia, maka akan hilang akar-akar jiwa kebarat-baratan tersebut.
Kemudian digalangkan beasiswa untuk anak anak yang benar-benar miskin namun memiliki
tekad kuat untuk belajar. Hal ini turut mengajak kepada pemangku pendidikan untuk berlaku adil
terhadap keuangan dan kondisi antar daerah yang berbeda-beda. Revolusi turut mengajak dunia
pendidikan untuk selalu update teknologi. Saran saya, pemerintah memberikan edukasi kepada
orang tua agar mampu membimbing anak ketika dirumah, terlebih saat ini kita bersama-sama
dalam keadaan pandemi yang mengharuskan belajar secara daring.
Keberanian kaum pendidik meluruskan arah pemikiran politisi tentang pendidikan sudah
barang tentu merupakan terobosan besar, yang pada saatnya nanti diharapkan akan mampu
melahirkan suatu budaya politik baru, budaya politik yang akan mendorong pelaku politik kita
bertindak jujur dan cerdas, atau paling tidak bersedia meredusir unsur-unsur hedonistis dan
mengoptimalkan watak humanistik-patriotik. Semoga kita secara bersama mampu
memerdekakan politik pendidikan yang prospektif dan menjanjikan kemajuan masa depan
bangsa. Sehingga, cita-cita untuk menjadi bangsa besar yang berperadaban tinggi mampu kita
raih.

Sumber Pendukung Lain:


Marisyah, Ab, Firman Firman, and Rusdinal Rusdinal. "Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang
Pendidikan." Jurnal Pendidikan Tambusai 3.3 (2019): 1514-1519.
Dewantara, Ki Hajar. "Ki Hadjar Dewantara." Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka (1967).
Yanuarti, Eka. "Pemikiran pendidikan ki. Hajar dewantara dan relevansinya dengan kurikulum
13." Jurnal Penelitian 11.2 (2017): 237-265.
Mujito, Wawan Eko. "Konsep belajar menurut Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan
pendidikan agama Islam." Jurnal Pendidikan Agama Islam 11.1 (2014): 65-78.
Sarnoto, Ahmad Zain. "Konsepsi politik pendidikan di Indonesia." Jurnal Educhild: Pendidikan
dan Sosial 1.1 (2013): 30-40.

Anda mungkin juga menyukai