Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPEMIMPINAN

Oleh Kelompok 2 :

Anisa Alhada (186110733)

Dinda wahyuni (186110740)

Nadia Putri Ihsani (186110754)

Okva Reyhanda (186110757)

Rafi Fakhrudriansyah (186110758)

Sella Rahayu Saputri (186110762)

Silvi Salsabila (186110763)

Arif Rachman Hakim (176110683)

Dosen Pembimbing :

Yannurdin, S.KM, M.Sc

PRODI S1 TERAPAN PROMOSI KESEHATAN


JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami semua, sehingga
kami kelompok 2 mata kuliah Kepemimpinan ini dapat menyelesaikan makalah
dengan tepat waktu.

Adapun makalah kememimpinan ini merupakan salah satu tugas bidang studi
yang diampuh oleh Bapak Yannurdin, S.KM, M.Sc. Namun tidak lepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil


hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Padang, Februari 2020

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................1

Daftar Isi............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................3

A. Latar Belakang...........................................................................................3

B. Rumusan Masalah......................................................................................4

C. Tujuan.........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5

A. Perbedaan manajer dengan pemimpin.......................................................5

B. Konsep dan struktur kepemimpinan organisasi.........................................7

C. Permasalahan kepemimpinan.....................................................................12

D. Gaya-gaya kepemimpinan dalam penyelesaian masalah organisasi..........14

E. Solusi masalah internal dan eksternal dalam organisasi.............................14

BAB III PENUTUP..........................................................................................22

A. Kesimpulan................................................................................................22

B. Saran...........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam
hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan.
Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam
kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling
menghormati & menghargai.

Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian
setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas
manusia. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk
Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan
untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan
kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.

Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak
untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat
mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan
seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan
dengan baik.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa perbedaan manajer dengan pemimpin?

2. Apa Konsep dan struktur kepemimpinan organisasi?

3. Apa saja permasalahan kepemimpinan?

4. Apa saja gaya-gaya kepemimpinan dalam penyelesaian masalah


organisasi?

5. Apa solusi masalah internal dan eksternal dalam organisasi?

C. Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perbedaan manajer dengan


pemimpin, Konsep dan struktur kepemimpinan organisasi, permasalahan
kepemimpinan, gaya-gaya kepemimpinan dalam penyelesaian masalah organisasi,
serta solusi masalah internal dan eksternal dalam organisasi?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Manajer dengan Pemimpin

1. Manajer mengandalkan kontrol dan pemimpin membangun kepercayaan.


Manajer bertindak seperti bos dengan mengendalikan bawahan mereka,
dan mengatur tugas-tugas administrasi. Di sisi lain, para pemimpin
memberikan arahan, inovasi, dan menginspirasi. Mereka mengandalkan
kepercayaan yang telah dibangun antara dirinya dan anggota tim untuk
menjadi kekuatan, dan motivasi, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas. Berbeda dengan manajer yang lebih mengutamakan kontrol
dan mengatur dengan memainkan emosi takut.

2. Manajer menjaga fungsi organisasi, dan pemimpin membangun visi


bersama.
Setiap organisasi membutuhkan manajer untuk memenuhi target
perusahaan. Di sisi lain, pemimpin perlu memberikan perhatian pada
karyawan supaya termotivasi dan terinspirasi. Para pemimpin bekerja
dengan tim untuk membangun visi bersama, dan masa depan perusahaan.
Manajer bekerja melalui sistem oprasional prosedur dan menjaga sistem
tersebut berjalan dengan semestinya. Sedangkan para pemimpin
memandang gambaran yang lebih besar seperti perubahan, dan masa depan
perusahaan

3. Manajer mengatur sistem, dan pemimpin memimpin orang-orang.


Para profesional tidak ingin diperlakukan seperti mesin. Mereka ingin
berkolaborasi dan berinovasi, tidak diperlakukan seperti roda gigi dalam
sebuah mesin. Bagi orang yang lahir pada rentang tahun 1980 -1995 atau
bisa disebut generasi Y, perusahaan seperti Google dan Microsoft sangat

6
ideal bagi mereka. perusahaan tersebut dikenal inovatif dan mereka
memberikan kesempatan untuk pengembangan diri maupun karir.
Perusahaan tersebut fokus pada karyawan dan ide-ide mereka, bukan pada
daftar pekerjaan yang harus dilakukan.

Berikut adalah perbedaan pemimpin dan manajer yang perlu Anda ketahui :
1. Pemimpin Membangun Visi, Manajer Membangun Tujuan
Seorang pemimpin umumnya memiliki gambaran mengenai
capaiannya di kemudian hari serta menginspirasi orang lain untuk
mengubahnya menjadi realita. Pemimpin berpikir lebih jauh kedepan
dibandingkan dengan orang biasa. Mereka mengajak orang lain untuk
menjadi bagian dari sebuah rencana. Pemimpin tahu pasti bahwa tim
yang bekerja sama dengan baik akan memberikan hasil yang lebih
daripada individual yang bekerja sendiri-sendiri. Sebaliknya, manajer
fokus terhadap bagaimana dia mengatur, mengukur, serta mencapai
suatu tujuan. Manajer bertugas memastikan bagaimana tujuan tersebut
tercapai.

2. Pemimpin Berani Berinovasi, Manajer Tetap Mempertahankan Budaya


Pemimpin sering kali mengubah kondisi dengan berinovasi. Meskipun
mereka paham bahwa melakukan inovasi bakal mengubah sistem,
mereka masih tetap melakukannya bila percaya bahwa hal tersebut
memberikan pengaruh bagi kemajuan perusahaan. Manajer justru tetap
mempertahankan pekerjaannya seperti biasa, memperbaiki sistem
apabila ada kekurangan serta mendukung struktur serta proses untuk
jadi lebih baik lagi tanpa melakukan perubahan besar.

3. Pemimpin Itu Unik, Manajer Meniru Orang Lain


Pemimpin kerap kali suka menjadi dirinya sendiri. Mereka sadar
dengan kemampuan serta bekerja sesuai dengan ideologi yang mereka
anut. Pemimpin sangat nyaman menjadi dirinya sendiri dan ingin tetap
selalu menonjol di tengah-tengah tim. Pemimpin tampil apa adanya.

7
Manajer meniru setiap keahlian serta kepribadian yang mereka pelajari
dari orang lain dan mengadopsi gaya kepemimpinan, bukan
membangun hal tersebut dengan sendirinya.

4. Pemimpin Berani Mengambil Risiko, Manajer Mengontrol Risiko


Seorang pemimpin selalu ingin mencoba hal yang baru meskipun hal
tersebut akan sangat merugikan ketika gagal dilakukan. Mereka tahu
dan paham bahwa kegagalan adalah salah satu langkah untuk menuju
kesuksesan. Manajer bekerja untuk meminimalisir risiko yang terjadi.
Mereka lebih memilih untuk menghindari atau setidaknya mengontrol
risiko ketimbang harus menghadapi risiko itu sendiri.

5. Pemimpin Berpikir Panjang, Manajer Berpikir Pendek


Perbedaan pemimpin dan manajer selanjutnya terlihat dari tujuan.
Pemimpin punya tujuan jangka panjang. Mereka melakukan apa yang
memang mereka rencanakan untuk dilakukan dan tetap termotivasi
oleh rencana besar di masa yang akan datang. Mereka tetap dapat
termotivasi meskipun tidak mendapatkan keuntungan rutin. Manajer
bekerja untuk tujuan jangka pendek. Manajer lebih suka untuk mencari
keuntungan jangka pendek ketimbang harus berpikir terlalu panjang.

B. Konsep dan Struktur Kepemimpinan Organisasi

1. Konsep Kepemimpinan Organisasi


Kepemimpinan berasal dari bahasa inggris yaitu leadership.
Menurut Tikno Lensufie, Kepemimpinan memiliki arti luas, meliputi ilmu
tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni memimpin, ciri
kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan. Kepemimpinan bukan berarti
memimpin orang untuk sesaat (insidental) seperti memimpin upacara
bendera, memimpin paduan suara dan sebagainya. Tapi kepemimpinan

8
lebih kepada seseorang yang memimpin suatu organisasi atau institusi.
Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang
organisasi dan   manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek
individual seorang pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin
tersebut menerapkan kepemimpinan.  Kepemimpinan juga memiliki sifat
kolektif dalam arti segala perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan
memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh
anggota organisasi. Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat
dikemukakan disini adanya tiga teori dasar kepemimpinan:

a) Teori Genetis (Keturunan). 


Inti dari teori menyatakan bahwa—Leader are born and not made—
(pemimpin  itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran
teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan
menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan.
Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah
ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai
pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini
tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis. Teori ini menganggap
bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat
yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Menurut
teori ini kepemimpinan diartikan sebagai traits within the individual
leader. Jadi seseorang dapat menjadi pemimpin karena dilahirkan sebagai
pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leader were
borned and note made).

b) Teori Sosial.
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka
teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini
ialah bahwa—Leader are made and not born—(pemimpin itu dibuat atau
dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori
genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang
mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan

9
pendidikan dan pengalaman yang cukup. Teori ini memandang
kepemimpinan sebagai fugsi kelompok (function of the group). Menurut
teori ini, sukses tidaknya suatu pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh
sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang lebih penting adalah
dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang didampinginya.

c) Teori Ekologis.
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran,
maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori
ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa
seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia
telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian
dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang
memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini
menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat
dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Teori ini
tidak hanya didasari atas padangan yag bersifat psikologis dan sosiologis,
tetapi juga ekonomi dan politis. Menurut teori ini kepemimpinan
dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation). Teori
yang ketiga ini menunjukkan bahwa, betapapun seorang pemimpin telah
memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan
fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinannya
masih ditentukan pula oleh situasi yang selalu berubah yang mempengaruhi
perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok yang didampingnya.

2. Struktur Kepemimpinan Organisasi


Struktur kepemimpinan adalah sebuah alur kerja dan tanggung
jawab yang menjelaskan bagaimana hubungan antara karyawan (anggota)
dengan pemilik organisasi/manajer (pemimpin). Dalam organisasi dikenal
2 struktur kepemimpinan yakni struktur kepemimpinan horizontal (sejajar)
dan vertical (atas-bawah). Secara alami, bisnis startup biasanya
menggunakan struktur kepemimpinan horizontal, yang mana fokus pada

10
pendekatan karyawan, dengan lapisan manajemen yang sedikit namun
otoritas kerja yang luas. Sebaliknya, bisnis kecil yang masih berkembang,
menggunakan struktur vertical yang tradisional, yang hierarki organisasi
dengan manajemen yang kuat dan karyawan sebagai bawahan. Tidak ada
patokan struktur kepemimpinan yang benar atau salah. Baik menggunakan
model struktur kepemimpinan horizontal atau vertical, hal ini tergantung
pada visi perusahaan untuk mencakupi keseluruhan budaya perusahaan.

1.    Atas-Bawah vs Sejajar

Struktur kepemimpinan vertical dan horizontal memiliki hasil yang


berbeda dalam hal pengambilan keputusan. Dalam struktur vertical,
organisasi memiliki rantai manajemen, keputusan biasanya dibuat dari atas
ke bawah, mayoritas keputusan ditentukan oleh tingkat atas dalam rantai
tersebut. Untuk organisasi besar, menggunakan sistem atas-bawah ketika
membuat keputusan akan memudahkan daripada menunggu setiap anggota
dalam tim untuk berkumpul dan berdiskusi.

Struktur horizontal lebih berpusat pada kerjasama tim Daripada


menggunakan sistem hierarki, model kepemimpinan horizontal ini
menghilangkan tembok pembatas dalam struktur organisasi sehingga
semua karyawan terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Oleh
karena rantai perintah dalam stuktur kepemimpinan horizontal sangat kecil-
atau hanya 1 lapis pengambilan keputusan cenderung lebih cepat dan
efektif. Hal ini efektif untuk usaha kecil atau perusahaan yang baru
beroperasi.

2.    Sudah Ditentukan vs Berbagi

Struktur kepemimpinan vertical menggunakan sistem hierarki dalam


perusahaan yang berdasarkan pada penentuan posisi/peran yang telah
ditentukan. Karyawan dapat lebih mudah mengenali rantai komando dan
hubungan pelaporan tanggungjawab dalam perusahaan. CEO dalam
perusahaan berada pada level tertinggi dalam tangga perusahaan dan

11
mendelegasikan otoritas ke tingkat manager yang mengatur karyawan
sesuai dengan garis otoritasnya. Secara singkat, tidak adaya kebingungan
ketika menentukan kepada siapa karyawan harus melaporkan
tangggungjawab dan masalah.

Hal yang lebih memusingkan untuk struktur kepemimpinan horizontal


dimana karyawan tidak mengetahui kepada siapa untuk melaporkan
pekerjaannya karena tanggungjawab dibagi di dalam organisasi. Struktur
organisasi yang kecil mungkin membuat karyawan lebih mudah melihat
kontribusi kerjanya untuk perusahaan namun peran karyawan tersebut
menjadi tidak jelas dan pemimpin dalam project kadang menjadi frustasi
karena kurang mendapatkan otoritas.

3.    Perlu Diketahui vs Transparan

Perbedaan yang sangat mencolok antara struktur kepemimpinan vertical


dan horizontal adalah pada tingkat transparansi dalam organisasi.
Perusahaan yang memiliki struktur vertical biasanya membagikan
informasi untuk hal yang perlu diketahui. Sebagai tambahan, karena
perusahaan yang menganut struktur kepemimpinan vertical memiliki
lapisan manajemen yang banyak, kekurangannya adalah informasi yang
disampaikan kepada atasan tertinggi menjadi kacau.

Struktur kepemimpinan horizontal, sebaliknya, menuntut transparansi antar


aspek dalam bisnis. Hilangnya tembok pembatas dalam struktur organisasi
membantu mempersingkat komunikasi dan kolaborasi dalam lingkup kerja-
mendorong moral karyawan dalam proses bisnis.

Transparansi adalah karakteristik alami dalam struktur organisasi yang


berpusat pada karyawan. Untuk struktur organisasi hierarki, perusahaan
akan transparent apabila manajemen bersikap transparent.

12
4.    Kita vs Mereka

Bagaimana karyawan saling merasakan satu sama lain dalam struktur


organisasi? Model kepemimpinan vertical, biasanya terlihat dalam
perusahaan besar, dapat menciptakan perasaan “kita vs mereka” dalam
perusahaan, karena manajer dan karyawan berada pada level yang berbeda.

Struktur kepemimpinan horizontal mengurangi perasaan tersebut dengan


mengutamakan bakat ketrampilan daripada hierarki manajemen, sehingga
sedikit divisi yang muncul di antara manajemen dan karyawan.

Namun, perusahaan dengan struktur kepemimpinan vertical mampu


meningkatkan pertumbuhan individu, karena karyawan memiliki
kesempatan untuk menanjak dalam tangga korporasi. Organisasi yang
sejajar tidak memiliki ruang yang cukup untuk pergerakan ke atas,
meskipun karyawan dapat berkembang secara professional melalui
pelatihan dan pengalaman.

C. Permasalahan Kepemimpinan berbasis data (Fakta dan Opini)

1. Kurangnya feedback

Sarah adalah sales yang berbakat, tapi ia memiliki kebiasaan buruk


menjawab telepon dengan cara yang tidak profesional. Boss nya
memperhatikan hal ini, tapi ia tidak memberitahukian hal ini pada Sarah.
Boss nya menunggu saat review untuk memberitahukan pada Sarah tentang

13
kesalahannya dalam menjawab telepon. Sayangnya, selama menunggu
review dari bossnya, Sarah telah melakukan banyak kesalahan dan
menghilangkan kesempatan terhadap pelanggan yang berpotensi.
Berdasarkan survey 1.400 eksekutif  oleh The Ken Blanchard Companies,
kegagalan untuk memberikan feedback dan saran adalah kesalahan umum
yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Saat Anda tidak menyediakan
masukan yang membantu untuk bawahan Anda, Anda telah menjauhkan
mereka dari kesempatan untuk meningkatkan performa mereka. Untuk
menghindari kesalahan ini, belajarlah cara untuk memberikan masukan
secara reguler kepada tim Anda.

2.  Tidak menyediakan waktu untuk tim

Hindarilah kesalahan ini dengan menyediakan satu waktu khusus dari


seminggu waktu kerja yang dimiliki untuk mereka, dan dengan mempelajari
cara mendengarkan yang baik. Tingkatkanlah kecerdasan emosional
sehingga kita bisa lebih sadar akan kebutuhan tim. Dan juga pemimpin
dapat menggunakan cara me-manage dengan berada di antara mereka. Hal
ini akan sangat efektif untuk bisa terus berhubungan dengan tim.

Saat Pemimpin berada dalam suatu kepemimpinan, tim harus selalu menjadi
prioritas utama. Dalam hati mereka, itulah pemimpin yang mereka inginkan.

3. Bersikap terlalu lepas kendali

Salah satu dari tim telah menyelesaikan proyek yang penting.


Permasalahannya sekarang adalah ia salah mengartikan spesifikasi dari
proyek yang ia kerjakan, dan pemimpin tidak berhubungan dengan dia saat
ia mengerjakannya. Sekarang, ia telah menyelesaikan proyeknya dengan
hasil yang salah, dan pemimpin harus menghadapi klien yang marah akan
hal ini. Banyak pemimpin yang ingin menghindari Micro management.
Tetapi, mereka justru melakukannya dengan cara yang terlalu esktrim, dan
melepaskan seluruhnya kepada bawahan mereka. Hal ini tidak  baik, dan
pemimpin seharusnya bisa menyeimbangkannya.

14
4. Bersikap terlalu ramah

Banyak dari kita yang ingin terlihat ramah dan bersahabat di dalam tim kita.
Pada kenyataanya, orang-orang memang lebih bahagia bekerja dengan
pemimpin yang bisa akrab dengan mereka. Namun, ada beberapa saat
dimana pemimpin harus membuat keputusan yang sulit mengenai orang
dalam tim, dan beberapa orang akan mengambil keuntungan dengan
kedekatan mereka bersama pemimpin.

D. Gaya-gaya Kepemimpinan dalam Penyelesaian Masalah Organisasi

Dalam penyelesaian masalaah dalam organisasi ,ada beberapa gaya


kepemimpinan :

1. Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan
dan setiap kebijakan, peraturan, prosedur diambil dari idenya sendiri.
Kepemimpinan jenis ini memusatkan kekuasaan pada dirinya sendiri. Ia
membatasi inisiatif dan daya pikir dari para anggotanya. Pemimpin yang
otoriter tidak akan memperhatikan kebutuhan dari bawahannya dan
cenderung berkomunikasi satu arah yaitu dari atas (pemimpin) ke bawah
(anggota).

2. Kepemimpinan Birokrasi
Gaya kepemimpinan ini biasa diterapkan dalam sebuah perusahaan dan
akan efektif apabila setiap karyawan mengikuti setiap alur prosedur dan
melakukan tanggung jawab rutin setiap hari. Tetap saja dalam gaya
kepemimpinan ini tidak ada ruang bagi para anggota untuk melakukan inovasi
karena semuanya sudah diatur dalam sebuah tatanan prosedur yang harus
dipatuhi oleh setiap lapisan.

3. Kepemimpinan Partisipatif
Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah

15
(anggota) karena posisi kontrol atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan
keputusan dipegang secara bergantian. Pemimpin memberikan ruang gerak
bagi para bawahan untuk dapat berpartisipasi dalam pembuatan suatu
keputusan serta adanya suasana persahabatan dan hubungan saling percaya
antar pimpinan dan anggota.

4. Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan ini biasa disebut Laissez-faire dimana pemimpin
memberikan kebebasan secara mutlak kepada para anggota untuk melakukan
tujuan dan cara mereka masing-masing. Pemimpin cenderung membiarkan
keputusan dibuat oleh siapa saja dalam kelompok sehingga terkadang
membuat semangat kerja tim pada umumnya menjadi rendah. Jenis
kepemimpinan ini akan sangat merugikan apabila para anggota belum cukup
matang dalam melaksanakan tanggung jawabnya dan memiliki motivasi tinggi
terhadap pekerjaan.

5. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan jenis ini cenderung terdapat aksi transaksi antara
pemimpin dan bawahan dimana pemimpin akan memberikan reward ketika
bawahan berhasil melaksanakan tugas yang telah diselesaikan sesuai
kesepakatan. Pemimpin dan bawahan memiliki tujuan, kebutuhan dan
kepentingan masing-masing.

6. Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional dapat menginspirasi perubahan
positif pada mereka (anggota) yang mengikuti. Para pemimpin jenis ini
memperhatikan dan terlibat langsung dalam proses termasuk dalam hal
membantu para anggota kelompok untuk berhasil menyelesaikan tugas
mereka. Pemimpin cenderung memiliki semangat yang positif untuk para
bawahannya sehingga semangatnya tersebut dapat berpengaruh pada para
anggotanya untuk lebih energik. Pemimpin akan sangat mempedulikan
kesejahteraan dan kemajuan setiap anak buahnya.

16
7. Kepemimpinan Melayani (Servant)
Hubungan yang terjalin antara pemimpin yang melayani dengan para
anggota berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual.
Pemimpin yang melayani lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan
aspirasi dari para anggota daripada kepentingan pribadinya.
8. Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang kuat atas para
pengikut oleh karena karisma dan kepercayaan diri yang ditampilkan. Para
pengikut cenderung mengikuti pemimpin karismatik karena kagum dan secara
emosional percaya dan ingin berkontribusi bersama dengan pemimpin
karismatik. Karisma tersebut timbul dari setiap kemampuan yang mempesona
yang ia miliki terutama dalam meyakinkan setiap anggotanya untuk mengikuti
setiap arahan yang ia inginkan.

9. Kepemimpinan Situasional
Pemimpin yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional lebih
sering menyesuaikan setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap
perkembangan para anggota yakni sejauh mana kesiapan dari para anggota
melaksanakan setiap tugas. Gaya kepemimpinan situasional mencoba
mengombinasikan proses kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang
ada.
Setidaknya ada 4 gaya yang diterapkan oleh pemimpin jenis ini,
diantaranya:

a. Telling-Directing (memberitahu, menunjukkan, memimpin, menetapkan),


b. Selling-Coaching (menjual, menjelaskan, memperjelas, membujuk),
c. Participating-Supporting (mengikutsertakan, memberi semangat, kerja
sama),
d. Delegating (mendelegasi, pengamatan, mengawasi, penyelesaian).

17
E. Solusi Terhadap Permasalahan Internal dan Eksternal Organisasi
Dalam sebuah organisasi tentu pasti banyak konflik yang berkaitan dengan
perbedaan pendapat antara anggota dalam sebuah kelompok, banyaknya anggota
dalam sebuah kelompok sangat riskan adanya perbedaan pandangan, pemikiran
untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah di sepakati sebelum membangun
sebuah kelompok atau organisai untuk mencengah terjadinya konflik yang
berkepanjangan yang dapat membuat bubarnya sebuah organisasi ada beberapa
cara untuk mengatasi konflik dalam sebuah kelompok :

• Bersikap proaktif, Setiap anggota organisasi harus ikut aktif dalam


menyelesaikan konflik secara proaktif.
• Komunikasi, Komunikasi yang lancar daooat mennghidari dari
kesalahpahaman sehigga lebih mudah dalam menyelesaikan konflik yang
timbul.
• Keterbukaan, Setiap anggota harus terbuka satu sama lain, supaya konflik
tidak berlarut-larut dan dapat di selesaikan dengan baik. Dengan keterbukaan
konflik yangg terjadi daoat di tangani sehingga menjadi konflik yang
fungsional.
• Cara tahu akar permasalahan, Angggota organisasi atau kelompok harus
dapat mencari tahu sumber atau penyebab konflik yang terjadi, supaya kita
bisa mencari cara yang terbaik untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
• Bersikap fleksibel ,Anggota kelompok harus bersikap fleksibeln sehingga
tidak terpaku dengan satu cara yang sama dalam mennyelesaikan konflik
yang terjadi.
• Bersikap netral, Bersikap netral artinya para anggota harus menempatkan diri
dengan bersikap adil. Kita tidak boleh memihak pada salah satu pihak yang
terlibat konflik, sikap ini bertujuan agar kitta tidak memperkeruh suasana dan
bisa berfikir jernih.

18
1. Solusi penyelesaian masalah internal dalam organisasi

a) Konseling
Cara pertama yang bisa dilakukan dalam menangani konflik yang
terjadi adalah memberikan konseling pada indiviu atau kelompok
yang bermasalah. Konseling dilakukan dengan mendengarkan dan
melakukan pengertian terhadap masalah yang timbul. Dengan
konseling perusahaan dapat mengidentifikasi sumber masalah dan
mencari jalan terbaik dengan cara seadil mungkin. Sehingga pihak
yang bermasalah bisa berkompromi dan kembali fokur ke tugas dan
tanggung jawab pekerjaannya.

b) Intervensi
Meskipun penyelesaian konflik dengan intervensi tidak
menyelesaikan akar permasalahan tapi bisa menjadi langkah awal
agar permasalahan tidak membesar. Intervensi bisa dilakukan oleh
manager atau atasan, dengan catata manager atau atasan yang
dimaksud bukanlah bagian dari masalah itu sendiri.

c) Konfrontasi yang Terkontrol


Konfrontasi jenis ini dapat dilakukan pada tingkat divisi dimana
konflik internal terjadi. Individu yang memiliki permasalahan bisa
langsung menyampaikan keluhan dan duduk permasalahannya
dengan diawasi rekan kerja lain ataupun manajer. Jika konflik
terjadi antara manajer dan personel maka pengawasan bisa
dilakukan oleh orang yang memiliki setidaknya satu tingkat lebih
tinggi dari manajer yang menjadi bagian dari masalah yang
dimaksud.

d) Perubahan Secara Keseluruhan


Perubahan Organisasi perlu dilakukan jika memang dampak negatif
yang terjadi sudah sangat meresahkan dan membahayakan eksistensi
perusahaan. Hal ini bisa dihindari jika sebelumnya konflik-konflik
kecil yang terjadi diberikan perhatian dan dicari jalan keluarnya.

19
2. Solusi penyelesaian masalah eksternal dalam organisasi
Dalam mengelola organisasi, seringkali pimpinan dan jajaran manajemen
kurang memberikan perhatian terhadap kondisi eksternal organisasi tersebut,
dan terlalu fokus terhadap kondisi internal. Akibatnya, strategi yang
diterapkan kurang sesuai dengan kondisi lingkungan, dan justru berakibat
pada kegagalan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan. Selain itu,
kurangnya wawasan yang dimiliki juga berpengaruh dalam menyikapi
kondisi-kondisi eksternal, yang memiliki kecenderungan sulit untuk
dikontrol, sehingga setiap pimpinan dan jajaran manajemen harus memahami
faktor-faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap organisasi.

Pada dasarnya, faktor eksternal dilakukan untuk menganalisis Peluang


(Opportunity) dan Ancaman (Threat). Kedua elemen tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda, namun setiap pimpinan organisasi harus
memahami secara mendalam kedua elemen tersebut, baik secara teori
maupun kondisi realitasnya di lapangan. Opportunity atau peluang
merupakan suatu kondisi yang terjadi di luar perusahaan. Peluang tersebut
dapat dimanfaatkan oleh organisasi dalam mewujudkan tujuannya,
contohnya: kebijakan pemerintah membuka peluang investasi asing.
Sedangkan Threat atau ancaman merupakan kondisi eksternal organisasi
yang dapat berdampak dan menjadi penghambat terwujudnya tujuan
organisasi, contohnya: resesi global dan tingkat inflasi yang tinggi.

Dalam melakukan analisis terhadap faktor eksternal, pimpinan organisasi


dapat menggunakan dua model analisis, yaitu analisis makro dan analisis
industri. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dalam melihat
fenomena eksternal yang terjadi. Analisis faktor makro merupakan metode
yang memuat 6 analisis lingkungan eksternal, atau lebih dikenal dengan
sebutan PESTEL (Politic, Economy, Social, Technology, Environment, and
Legal).

20
a) Politic
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang mengatur jalannya proses bisnis
merupakan landasan mutlak yang harus diperhatikan organisasi. Karena
itulah, pemetaan peluang bisnis juga harus memperhatikan kondisi
politik sebuah pemerintahan, sehingga nantinya tidak terjadi benturan di
kemudian hari. Contoh: kebijakan pajak dan peraturan daerah

b) Economy
Berbagai faktor yang mempengaruhi daya beli konsumen dan iklim
berbisnis suatu organisasi. Contoh: pertumbuhan ekonomi, suku bunga
dan nilai tukar mata uang, dsb.

c) Social
Keberagaman kondisi sosial yang berpengaruh terhadap kebutuhan
pelanggan dan mempengaruhi jumlah dari seluruh potensi pangsa pasar
yang ada. Contoh: tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan
penduduk, kondisi lingkungan sosial dan lingkungan kerja, dsb.

d) Technology
Faktor teknologi merupakan segala hal yang terkait dengan
perkembangan teknologi dan informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan bisnis. Contoh: perubahan teknologi, perubahan ilmu
pengetahuan, dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi,
dsb.

e) Environment
Faktor lingkungan yang terkait dengan aktivitas atau rencana bisnis, dan
memiliki pengaruh terhadap keputusan pembeli, seperti lokasi geografis.

f) Legal
Kondisi yang meliputi adanya pengaruh hukum, seperti perubahan
perundang-undangan yang ada. Oleh karena itu, diperlukan perhatian

21
khusus terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan aturan yang
menyangkut proses bisnis suatu organisasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok


& lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang
relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam
mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan, dengan sebuah pedoman yang bias dipertanggungjawabkan
dari banyaknya sumber penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab
itu, penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Finansialku. 2017. 9 Jenis Gaya Kepemimpinan. Blogspot. Jakarta


https://www.finansialku.com/gaya-kepemimpinan-dalam-organisasi-teori-
kepemimpinan/ (9 Juli 2017)

GLC. 2018. Struktur Kepemimpinan. Blogspot. Jakarta


https://glcworld.co.id/struktur-kepemimpinan-dalam-bisnis/

Iqbal Yuzar, Muhammad. 2019. Kenali faktor dan cara tepat menghadapi
konflik internal. Blogspot. https://jojonomic.com/blog/konflik-internal/ (27
Agustus 2019)

Kartika, Putri. 2016. Kelompok Kepemimpinan. Makalah. Jakarta :


Universitas Gunadarma http://putrik943.blogspot.com/2016/01/tugas-makalah-
kelompok-kepemimpinan.html (19 Januari 2016)

Lukmanul Hakim, Ifsan. Perbedaan manajer dan pemimpin. Blogspot.


Liputan 6 : Jakarta. Blogspot.https://www.liputan6.com/bisnis/read/2309917/ini-
perbedaan-manajer-dan-pemimpin (26 September 2016)

Sleekr. 2017. Perbedaan pemimpin dan manajer. Blogspot


https://sleekr.co/blog/perbedaan-pemimpin-dan-manajer/ (7 April 2017)

Suhendri, Siti Sarah. 2015. Cara Mengatasi Konflik Internal Organisasi.


Blogspot. http://sitisarahsuhendri.blogspot.com/2015/09/cara-mengatasi-konflik-
internal-sebuah.html

Wirotama, Samahita. 2017. Menganalisis faktor eksternal untuk


menentukan peluang dan ancaman. Blogspot. Jakarta
https://samahitawirotama.com/menganalisis-faktor-eksternal-untuk-menentukan-

23
peluang-dan-ancaman/

24

Anda mungkin juga menyukai