17946-Article Text-54408-2-10-20170927
17946-Article Text-54408-2-10-20170927
Cara sitasi: Ibrahim B, Suptijah P, Adjani ZN. 2017. Kinerja microbial fuel cell penghasil biolistrik dengan
perbedaan jenis elektroda pada limbah cair industri perikanan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
20(2): 296-304.
Abstrak
Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan salah satu teknologi alternatif yang dapat mengubah energi
kimia menjadi energi listrik melalui reaksi katalitik menggunakan mikroorganisme. Teknologi ini dapat
diaplikasikan pada penanganan limbah, salah satunya limbah cair perikanan yang mengandung beban
limbah organik yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengukur kinerja sistem MFC pada limbah
cair perikanan dalam menghasilkan biolistrik sekaligus menurunkan beban limbahnya menggunakan
jenis elektroda yang berbeda yaitu alumunium, besi, karbon grafit serta kombinasi alumunium dan karbon
grafit. Metode penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu pembuatan limbah cair perikanan, pembuatan
alat MFC satu bejana dan pengukuran elektrisitas limbah. Hasil elektrisitas selama 120 jam pengamatan
secara keseluruhan mulai dari alumunium, besi, karbon grafit hingga kombinasi alumunium dengan
karbon grafit berturut-turut adalah 0,23V, 0,17V, 0,19V, dan 0,34V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sistem MFC mampu menurunkan rata-rata total Nitrogen yaitu 61%, BOD 30,11%, COD 59,34%, dan total
amonia nitrogen 12,45%. Peningkatan biomassa lumpur aktif terjadi pada akhir pengamatan melalui nilai
Mixed Liquor Suspended Solid (MLSS) dan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) masing-masing
7.066,67 mg/L dan 6.100 mg/L.
Abstract
Microbial Fuel Cell (MFC) is one of the alternative technologies which can convert chemical energy to
electrical energy through a catalytic reaction using microorganisms. The technology can be implemented
for wastewater handling such as fish processing wastewater which contains highly in organic substances.
The research objective was to measure the performance of MFC system using fishery processing wastewater
in order to generate bioelectricity and to reduce its organic pollution load within a different material of the
electrode. The electrode materials used were aluminum, iron, carbon graphite, and also the combination of
aluminum and carbon graphite. The research carried out in three phases: production of fishery wastewater,
assembly of MFC single chamber system and measurement of the bioelectricity produced. The bioelectricity
power resulted during 120 hours of observation were 0.23V for aluminum, 0.17V for iron, 0.19V for carbon
graphite, and 0.34V for the combination between aluminum and carbon graphite averagely. The MFC
system can also decrease the organic load parameter of wastewater as much as total Nitrogen was 61%, BOD
30.11%, COD 59.34%, and total Nitrogen Ammonia 12.45%. The increasing of activated sludge biomass
occurred on the last observation with MLSS and MLVSS values respectively 7,066.67 mg/L and 6,100 mg/L.
masyarakat di sekitarnya. Hasil dari penelitian perikanan yang mengacu pada Ibrahim et al.
ini juga diharapkan dapat menjadi salah (2009). Tahap kedua adalah perakitan alat
satu langkah ke depan untuk mendapatkan Microbial Fuel Cell (MFC) yang dirangkai
sumber energi baru dan terbarukan, sehingga seperti pada penelitian Moqsud dan Omine
penggunaan sistem MFC dengan susbstrat air (2010) yang dimodifikasi. Tahap ketiga adalah
limbah dapat mengurangi konsumsi energi pengukuran elektrisitas dari MFC satu bejana
fosil (Du et al. 2007). mengacu pada Seok et al. (2008) serta analisis
Penelitian ini bertujuan mengukur kualitas limbah cair yang terdiri dari analisis
kinerja sistem MFC pada limbah cair Chemical Oxygen Demand (COD), Biological
perikanan dalam menghasilkan biolistrik Oxygen Demand (BOD), total nitrogen,
serta menurunkan beban limbahnya dengan nitrogen amonia, Mixed Liquor Suspended
penggunaan jenis elektroda yang berbeda Solids (MLSS), dan Mixed Liquor Volatile
yaitu, alumunium, besi, karbon grafit serta Suspended Solids (MLVSS) yang mengacu
kombinasi alumunium dan karbon grafit. pada APHA (1999). Analisis limbah meliputi
analisis COD, BOD, total nitrogen, nitrogen
BAHAN DAN METODE amonia, MLSS, dan MLVSS pada hari ke 0
Bahan dan Alat (awal) dan 5 (akhir) sebanyak 3 kali ulangan.
Bahan utama yang digunakan dalam Pembuatan limbah cair dilakukan
penelitian ini lumpur aktif dan limbah ikan mengacu pada Ibrahim et al. (2009) yakni
(kulit dan sisa daging). Bahan lain yang limbah potongan daging dan kulit ikan
digunakan meliputi akuades, K2Cr2O7 (Merck dicincang, selanjutnya direbus pada air
CAS 231-906-6), H2SO4.Ag2SO4 (Merck PA), mendidih selama 10 menit dengan rasio
indikator ferroin, [Fe(NH4)2(SO4)2] (Sigma berat ikan (kg) dan volume air (liter) adalah
Aldrich CAS 7783-85-9), NaOH 45% (Merck 1:5. Pembuatan limbah cair dilakukan untuk
111360), HCl 0,05 N (Merck PA), NaOH 0,05 menjaga kekonstanan karakteristik limbah
N (Merck PA), Kertas saring Whatman 42, cair yang digunakan untuk percobaan. Proses
bahan uji amonia. aerasi lumpur aktif yang diperoleh dari unit
Alat yang digunakan pada penelitian pengolahan limbah di Muara Baru Jakarta juga
ini antara lain, elektroda (karbon grafit, dilakukan sebelum digunakan. Lumpur aktif
alumunium, dan besi), kabel, multimeter tersebut dimasukkan ke dalam sistem MFC
digital tipe DT 830B, botol Erlenmeyer Pyrex yang berisi limbah cair dengan perbandingan
4980FK50, buret, pipet, DO meter (Lutron antara lumpur aktif dan limbah cair sebesar
DO 5510), aerator, spektrofotometer (Optima 1:10. Tujuan penambahan lumpur aktif ini
SP-300), oven (Yamamoto Drying Oven DV adalah untuk menurunkan beban polusi yang
41), dan tanur (Yamamoto Muffle Furnace terlarut, khususnya senyawa organik sampai
FM 38). batas yang aman terhadap lingkungan dengan
memanfaatkan mikroba.
Metode Penelitian Model alat MFC yang digunakan
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. mengacu Moqsud dan Omine (2010) yang
Tahap pertama yaitu pembuatan limbah cair dimodifikasi. Sistem MFC yang digunakan
merupakan sistem MFC satu bejana flok. Pertumbuhan mikroorganisme ini akan
tanpa membran (Liu dan Logan 2004) menggunakan bahan-bahan organik yang
(Gambar 1). Bejana yang digunakan terbuat terkandung dalam limbah cair sebagai nutrisi
dari bahan plastik berukuran 18x10x10 cm3 yang kemudian dikonversi menjadi energi dan
yang didesain untuk menampung volume sel-sel baru. Secara tidak langsung hal ini akan
limbah cair sebanyak 1.800 mL. Elektroda yang menurunkan kandungan polusi dalam limbah
digunakan adalah karbon grafit, alumunium, yang terukur sebagai parameter nilai BOD,
serta besi masing-masing berukuran COD, nitrogen amonia, dan total nitrogen.
7x1x1 cm3. Elektroda tersebut disambungkan
dengan kawat tembaga untuk memudahkan Elektrisitas Limbah Dalam Sistem
saat pengukuran elektrisitas. Jumlah MFC MFC
yang dibuat sebanyak 12 buah untuk 3 kali Nilai elektrisitas yang dihasilkan pada
ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah semua perlakuan memiliki nilai yang
perbedaan jenis elektroda, yaitu alumunium, berfluktuasi seperti terlihat pada Gambar 2.
besi, dan karbon grafit. Sistem MFC dengan elektroda alumunium
Masing-masing elektroda di dalam menghasilkan elektrisitas tertinggi 0,36V
bejana dihubungkan dengan kabel lalu bejana dan terendah 0,13V, pada besi tertinggi
ditutup rapat. Kedua kabel dihubungkan 0,30 V dan terendah 0,06V, pada karbon
oleh multimeter. Multimeter diatur untuk grafit tertinggi 0,29 V dan terendah 0,1V,
pengukuran tegangan listrik pada skala pada kombinasi elektroda karbon grafit dan
terkecil terlebih dahulu kemudian nilai alumunium tertinggi 0,50V dan terendah
tegangan yang tertera pada layar multimeter 0,17V. Hasil rataan dari keseluruhan
diamati pada selang waktu tertentu pengamatan menunjukkan hasil yang paling
(Seok et al. 2008). tinggi pada sistem MFC dengan elektroda
kombinasi karbon grafit dan alumunium
HASIL DAN PEMBAHASAN (0,34V), kemudian diikuti alumunium (0,23
Karakteristik Limbah Cair Perikanan V), karbon grafit (0,19 V), dan besi (0,17 V).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Potensial listrik yang terukur pada
nilai amonia yaitu 2,4 mg/L, COD 768,0 penelitian ini berasal dari kemampuan MFC
mg/L, dan Total N 3464,5 mg/L lebih sebagai bioelectrochemical system (BESs)
tinggi dibandingkan dengan limbah cair yang bisa mengubah biomassa menjadi
pada penelitian Ibrahim (2007). Hasil ini energi listrik melalui aktivitas metabolisme
menunjukkan bahwa beban limbah cair mikroba (Pant et al. 2009). Degradasi
buatan yang dihasilkan perlu dikurangi agar material organik pada limbah cair perikanan
memenuhi syarat baku mutu limbah sesuai buatan ini menghasilkan elektron yang
dengan Peraturan KNLH (2007) (Tabel 1). dapat berikatan dengan TEA (Terminal
Penggunaan lumpur aktif merupakan salah Electron Acceptor) misalnya oksigen, nitrat,
satu alternatif untuk menurunkan beban nitrit, sulfat, dan sebagainya yang berdifusi
polusi limbah cair yang biasa digunakan pada melalui sel, lalu elektron tersebut ditangkap
pengolahan limbah cair. Lumpur aktif adalah oleh anoda dan proton ditangkap oleh
komunitas mikroorganisme yang membentuk katoda yang kemudian menyebabkan beda
A B
C D
Gambar 2 Nilai elektrisitas dalam MFC dengan: Elektroda alumunium (A); Elektroda besi (B);
Elektroda karbon grafit (C); Kombinasi elektroda karbon grafit dan alumunium (D).
potensial sehingga menghasilkan biolistrik Perombakan nutrien dalam air limbah oleh
(Fux dan Siegrist 2004). mikroorganisme sebagai sumber energi bagi
Kemampuan MFC dalam menghasilkan kehidupannya, juga menghasilkan ion-ion
listrik bergantung pada reaksi elektrokimia berupa elektron maupun proton. Elektron dan
yang terjadi antara susbtrat organik proton yang akan dihasilkan akan berkurang
berpotensial rendah yaitu glukosa dan apabila nutrien berkurang, yang kemudian
penerima elektron akhir yang berpotensial menurunkan elektrisitas. Air limbah
tinggi, yaitu oksigen. Glukosa sebagai molekul merupakan habitat dari bakteri electricigens
biodegradable akan terdegradasi yang (bakteri yang mampu menghasilkan
ditunjukkan pada reaksi berikut: elektrisitas) (Korneel et al. 2008).
Berdasarkan rata-rata daya listrik
mikroba yang dihasilkan pada semua perlakuan
Anoda : C6H12O6 + H2O ------> CO2 + e- + H+ maka MFC dengan perlakuan elektroda
mikroba alumunium, karbon grafit, dan kombinasi
Katoda : O2 + e- ------> H2O antara alumunium dengan karbon grafit
Peningkatan atau penurunan listrik yang merupakan perlakuan yang menghasilkan
dihasilkan ini berhubungan dengan jumlah rata-rata listrik paling besar dibandingkan
elektron bebas yang dihasilkan oleh bakteri dengan besi. Listrik yang dihasilkan dalam
tersebut. Fluktuasi listrik yang dihasilkan sistem MFC ini tergolong besar karena
ini dapat pula disebabkan oleh interaksi dan adanya perbedaan sifat kereaktifan dan
persaingan antara bakteri di dalam substrat nilai dari potensial standar dari masing-
pertumbuhan. Penurunan yang terjadi pada masing jenis elektroda yang digunakan.
akhir pengukuran elektrisitas pada MFC Alumunium merupakan unsur dari golongan
disebabkan karena nutrien didalam substrat IIIA dengan nilai potensial standar -1,66
berkurang akibat aktivitas metabolisme sedangkan besi merupakan unsur golongan
bakteri seiring dengan bertambahnya hari. VIIID yang memiliki nilai potensial standar
-0,44. Berdasarkan perbedaan nilai potensial substrat, kondisi operasi sistem, luas area,
standar tersebut, alumunium memiliki sifat tipe elektroda dan jenis mikroorganisme
kereaktifan yang lebih tinggi dibandingkan (Scott et al. 2007).
dengan besi sehingga posisi alumunium
dalam deret volta berada di sebelah kiri besi. Karakteristik Limbah Cair Perikanan
Scott et al. (2007) menyatakan bahwa semakin pada sistem MFC
ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret Biological Oxygen Demand (BOD)
volta menandakan bahwa logam semakin Hasil uji menunjukkan adanya penurunan
mudah melepas elektron dan merupakan kadar BOD pada awal dan akhir pengamatan.
reduktor yang kuat. Sifat kereaktifan dari Limbah awal sebelum diberikan perlakuan
masing-masing elektroda pada sistem MFC penambahan lumpur aktif memiliki kadar
ini menyediakan luasan yang lebih besar untuk BOD 124±5,66 mg/L. Nilai BOD tersebut
kontak bakteri dalam mentransfer elektron ke menurun setelah limbah diberi lumpur aktif
elektroda dan memberikan efek pada energi menjadi 37,33±27,23 mg/L dengan persentase
listrik yang dihasilkan. penurunan yaitu 30,11%. Penurunan nilai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BOD tersebut menunjukkan terjadinya proses
selain alumunium, karbon grafit juga memiliki penguraian senyawa organik. Jumlah bahan
nilai elektrisitas yang lebih tinggi daripada organik yang diuraikan semakin besar maka
besi. Sifat karbon grafit yang memiliki elektron semakin banyak oksigen yang digunakan
yang telah terdelokalisasi dan tidak terikat (Poppo et al. 2008). Hasil uji statistik (Tabel
pada atom tertentu memungkinkan elektroda 2) menunjukkan bahwa lumpur aktif
ini membawa muatan listrik. Karbon grafit memberikan pengaruh pada kadar BOD
merupakan golongan non logam yang berasal limbah. Berdasarkan hasil BOD tersebut,
dari alotrop karbon dengan nilai potensial lumpur aktif yang digunakan mampu
standar -1,59. Nilai potensial standar yang menurunkan BOD sesuai dengan baku mutu
tinggi pada karbon grafit menyebabkan BOD limbah cair tepung ikan, yaitu dibawah
elektroda ini lebih tahan terhadap asam dan 100 mg/L (KNLH
basa sehingga lebih tahan terhadap korosi. 2007).
Kim et al. (2005) menyatakan bahwa logam
yang bersifat inert merupakan logam yang Chemical Oxygen Demand (COD)
tahan terhadap asam atau bereaksi lambat Hasil uji menunjukkan penurunan kadar
karena adanya lapisan oksida pelindung. Grafit COD pada limbah cair perikanan. Limbah
(C), platina (Pt), aurum (Au), dan alumunium awal memiliki kadar COD 768±66 mg/L. Nilai
(Al) merupakan jenis logam yang bersifat tersebut menurun pada akhir pengamatan
inert terhadap oksidasi karena memiliki menjadi 456±394,99 mg/L dengan persentase
lapisan pelindung pada bagian permukaan penurunan kadar COD yaitu 59,34% dari
yang mampu mencegah terjadinya oksidasi limbah awal. Berdasarkan hasil uji statistik
berkelanjutan (pasivasi). t (Tabel 2) pada taraf nyata 0,05, pemberian
Hasil elektrisitas menunjukkan bahwa lumpur aktif berpengaruh signifikan terhadap
perlakuan yang paling optimal untuk hasil akhir beban limbah. Hasil COD tersebut
menghasilkan elektrisitas terbaik adalah menunjukkan bahwa lumpur aktif yang
kombinasi antara alumunium dan karbon digunakan mampu menurunkan beban limbah
grafit dengan rata-rata elektrisitas 0,34V. cair buatan melalui reaksi metabolik mikroba
Hasil ini cukup baik dibandingkan penelitian yang berlangsung dalam sistem selama proses
Ibrahim et al. (2014) dengan hasil rataan pengamatan. Firdus dan Muchlisin (2010)
tertinggi 0,21V. Potensial listrik yang diperoleh menyatakan bahwa reduksi COD setelah
dari hasil degradasi sudah cukup baik, karena tiga hari akan mengalami penurunan yang
senyawa hasil degradasi limbah seperti NO3-/ disebabkan oleh peningkatan jumlah mikroba
NO2 serta NO3-/N2 memiliki potensial yang menghambat kontak antara mikroba
antara 0,34–0,74V. Faktor yang menentukan dengan limbah cair sehingga nilai penurunan
nilai elektrisitas pada MFC ini adalah jenis COD relatif konstan.