Anda di halaman 1dari 13

JURNAL

KAJIAN PEMBUATAN BERAS ANALOG BERBASIS


TEPUNG UMBI DALUGA (Cyrtosperma merkusii (Hassk) Schott)

Ronal Lumba
080315014

Dosen Pembimbing:

1. Dr. Ir. Christine. F. Mamuaja, MS


2. Dr. Ir. Gregoria. S.S. Djarkasi, MSi
3. Ir. Maria. F. Sumual, MSc

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2012

1
STUDY ON MAKING RICE FLOUR BASED ANALOG BULBS DALUGA
(Cyrtosperma merkusii (Hassk) Schott)

Ronal Lumba 1), Christine F. Mamuaja 2), Gregoria S.S. Djarkasi 2), Maria F. Sumual 2)
1
) Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Sam Ratulangi
2)
Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Sam Ratulangi

ABSTRACT

Daluga (Cyrtosperma merkusii Hassk) Schott is one type of plant tubers that have a high
carbohydrate content, but its use is limited because of limited tecnohologi owned by the public.
Analog Rice is one of the solutions can be developed either in terms of the use of a new food source or
to diversify food. The research objective is to get the right concentration of CMC in the manufacture
of analog rice flour daluga bulbs. The first phase of the treatment of the old flour soaking sliced
tubers daluga the pristine 1 % NaCl solution for 60 and 120 minutes. Further analysis of oxalic acid,
oxalic acid treatment followed pads low second stage of rice manufacturing are analog to the
treatment CMC concentration addition. Treatment A = (100% flour daluga : 0% CMC), B = (99.6%
flour daluga : 0.4% CMC), C = (99.2% flour daluga: 0.8% CMC), D = (98.8% flour daluga : CMC
1.2%), E = (98.4% flour daluga : 1.6% CMC). Organoleptic test results, treatment was continued
with an analysis of selected physical and chemical properties. Results for flour daluga an average of
0.35-0.52% oxalic acid content and chemical composition of the water content of 11.97%, ash content
of 2.4%, 0.89% fat content, protein content 1.11% and carbohydrates conten of 83, 65. Analog For
rice, the chosen treatment CMC concentrations are treatment B = (99.6% flour daluga: 0.4% CMC).
nalisis With the results of physical and chemical properties of the analog rice yield 53.52%, colors
rice 70% , 43%, 179.96% water absorption, rehydration time of 7 minutes, water content 7.88%, ash
content of 2.6%, 5.42% fat content, protein content 0.66%, and carbohydrates conten of 83, 44%.
Keywords: Bulbs daluga, oksalate, analog rice, food security

ABSTRAK

Daluga (Cyrtosperma merkusii Hassk) Schott adalah salah satu jenis tanaman umbi-umbian yang
memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, tetapi penggunaannya sangat terbatas karena
keterbatasan teknologi yang dimiliki oleh masyarakat. Beras analog merupakan salah satu bentuk
solusi yang dapat dikembangkan baik dalam hal penggunaan sumber pangan baru ataupun untuk
penganekaragaman pangan. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan konsentrasi CMC yang
tepat dalam pembuatan beras analog dari tepung umbi daluga. Tahap pertama pembuatan tepung
dengan perlakuan lama perendaman irisan umbi daluga dalam larutan NaCl murni 1 % selama 60
dan 120 menit. Selanjutnya analisis asam oksalat, perlakuan rendah asam oksalat dilanjutkan pada
tahap kedua yaitu pembuatan beras analog dengan perlakuan penambahan konsentrasi CMC.
Perlakuan A= (100% tepung daluga : 0% CMC), B= (99,6% tepung daluga : 0,4% CMC), C= (
99,2% tepung daluga : 0,8% CMC, D= ( 98,8% tepung daluga : 1,2 % CMC), E= (98,4% tepung
daluga : 1,6% CMC). Hasil uji organoleptik, perlakuan terpilih dilanjutkan dengan analisis sifat
fisik dan kimia. Hasil penelitian untuk tepung daluga yaitu rata-rata kadar asam oksalat 0,35-0,52%
dan komposisi kimia yaitu kadar air 11,97%, kadar abu 2,4%, kadar lemak 0,89%, kadar protein
1,11% dan total karbohidrat 83,65. Untuk beras analog, perlakuan konsentrasi CMC yang terpilih
yaitu perlakuan B= (99,6% tepung daluga : 0,4% CMC). Dengan hasil nalisis sifat fisik dan kimia
beras analog yaitu rendemen 53,52%, warna beras 70, 43%, daya serap air 179% , waktu rehidrasi
7 menit, kadar air 7,88%, kadar abu 2,6%, kadar lemak 5,42%, kadar protein 0,66%, dan total
karbohidrat 83,44%.
Kata kunci: Umbi daluga, asam oksalat, beras analog, ketahanan pangan.

1
PENDAHULUAN Bahan dan Alat
Daluga (Cyrtosperma merkusii (Hassk) Bahan utama yang digunakan untuk
Schott adalah salah satu jenis tanaman pembuatan tepung adalah umbi daluga segar
penghasil umbi yang banyak tumbuh di yang diperoleh dari daerah Sangihe, garam
Provinsi Sulawesi Utara, khususnya di murni (NaCl) 1%, dan bahan pendukung lain.
Kabupaten Sangihe. Umbi daluga merupakan Bahan yang digunakan untuk pembuatan beras
sebagai sumber karbohidrat yang tinggi, tetapi analog adalah tepung daluga, minyak bimoli,
penggunaannya sangat terbatas karena CMC komersial dengan merek dagang
keterbatasan teknologi yang dimiliki oleh koepoe-koepoe, air dan bahan analisis lain.
masyarakat. Umbi daluga merupakan tanaman Alat-alat yang digunakan untuk penelitian
pangan alternatif bagi penduduk Sangihe. Di pembuatan tepung daluga dan pembuatan
kepulauan ini pada umumnya masyarakat beras analog adalah pisau, baskom, slicer,
mengkonsumsi umbi daluga setelah direbus, timbangan, grinder, ayakan, Spektrofotometer
dikukus, dipanggang, atau digoreng. Umbi ini kinetik, ColorFlex EZ, hot plat, oven
juga diolah menjadi kue kering atau kue pengeing, vortex, panci dan alat-alat analisis
tradisional yang dikenal sebagai “kue katan” lainnya.
namun demikian pengolahannya masih dalam
skala terbatas dan belum dapat menambah Metode Penelitian
nilai ekonomi yang berarti. Metode penelitian ini terdiri dari dua
Pengembangan produk pangan melalui tahap yaitu : Tahap pertama perlakuan lama
aneka bentuk olahan merupakan salah satu perendaman larutan garam (NaCl) murni dan
cara untuk menambah nilai ekonomi produk tahap ke dua pembuatan beras analog dengan
pangan. Pengembangan tersebut dapat perlakuan bahan pengikat CMC
dilakukan dengan pengolahan dalam bentuk (carboxymethyl celluloce).
tepung yang dapat dijadikan makanan I. Tahap pertama adalah pembuatan tepung
kudapan seperti yang dicampurkan dalam daluga dengan perlakuan lama perendaman
pembuatan mie atau roti. Namun makanan dalam larutan garam murni 1%. Dengan
kudapan yang dikonsumsi oleh masyarakat rancangan percobaan yaitu Rancangan acak
tidak bisa mengubah pola konsumsi makanan lengkap (RAL) dengan ulangan sebanyak
pokok yaitu beras atau nasi. tiga kali. Perlakuan yang dilakukan sebagai
Beras analog merupakan salah satu berikut:
bentuk solusi yang dapat dikembangkan dalam Perlakuan A = lama perendaman 0 menit
mengatasi permasalahan ini baik dalam hal Perlakuan B = lama perendaman 60 menit
penggunaan sumber pangan baru ataupun Perlakuan C = lama perendaman 120 menit
untuk penganekaragaman pangan. Beras II. Dari hasil analisis tepung daluga yang
analog merupakan tiruan dari beras yang terbaik pada perlakuan tahap pertama
terbuat dari bahan-bahan seperti umbi-umbian kemudian dilanjutkan pada tahap ke dua
dan serealia yang bentuk maupun komposisi yaitu pembuatan beras analog dengan
gizinya mirip seperti beras. Khusus untuk perlakuan bahan pengikat. Dengan
komposisi gizinya, beras analog bahkan dapat rancangan percobaan pada penelitian ini
melebihi apa yang dimiliki beras (Slamet, yaitu rancangan acak lengkap (RAL)
2012). Tujuan penelitian ini adalah untuk dengan ulangan sebanyak tiga kali.
mendapatkan konsentrasi CMC yang tepat Perlakuan yang dilakukan sebagai berikut :
dalam pembuatan beras analog dari tepung Perlakuan A = Tepung daluga 100% :
umbi daluga. CMC 0%
Perlakuan B = Tepung daluga 99,6 % :
METODOLOGI PENELITIN CMC 0,4%
Tempat dan Waktu Penelitian Perlakuan C = Tepung daluga 99,2% :
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium CMC 0,8%
Ilmu Pangan dan Pengolahan Hasil Pertanian Perlakuan D = Tepung daluga 98,8% :
Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas CMC 1,2%
Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado Perlakuan E = Tepung daluga 98,4% :
± 3 bulan. CMC 1,6%

2
Prosedur Penelitian sebanyak 250 ml, dididihkan selama 20
Pembuatan Tepung Daluga menit, di idinginkan, sentrifus pada 1700
Umbi daluga yang diolah menjadi tepung rpm selama 15 menit kemudian disaring
dipilih umbi yang baik dan tidak cacat. dengan kertas saring whatman No. 1 ke
Awalnya umbi daluga dikupas kulitnya dan dalam labu takar 500 ml. Filtrat yang
dicuci dengan air bersih yang mengalir, diperoleh ditambah aqua bidestilat sampai
setelah itu di iris tipis-tipis menggunakan mencapai 500 ml.
slicer kemudian irisan umbi daluga kembali Kemudian pembuatan kurva standar
dicuci. Selanjutnya direndam dalam larutan yaitu seluruh reagen dan larutan standar
garam murni 1% dengan perlakuan lama yang telah disiapkan dimasukan dalam
perendaman (0 menit, 60 menit dan 120 pengas air dengan suhu 20°C selama 30
menit), pencucian kembali dilakukan. Setelah menit sebelum digunakan. Pipet larutan
itu diangkat dan ditiriskan lalu dikeringkan standar oksalat 100 µg/ml masing-masing
dibawah sinar matahari selama 8-12 jam, sebanyak 0; 0.1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 ml,
selanjutnya digiling sampai halus masukan dalam labu 10 ml. Masing-masing
menggunakan grinder lalu diayak dengan ditambahkan 2 ml larutan buffer asetat (pH
ukuran ayakan 80 mesh untuk mendapatkan 5), 1 ml Fe (II) 7 µg/ml, 1 ml KI 0,12
partikel tepung yang seragam. Selanjutnya mol/L, 1 ml larututan kalium bromat 0,1
tepung daluga dilakukan analisis, perlakuan mol dan encerkan dengan aquabidestilata
yang terpilih rendah kadar oksalat dilanjutkan sampai batas volume. Absorbannya diukur
ke tahap pembuatan beras analog. pada panjang gelombang 352 nm dan
serapan dihitung pada waktu 4 menit.
Pembuatan Beras Analog
Disiapkan tepung daluga dan CMC sesuai - Analisa Warna ( HunterLab ColorFlex
dengan perlakuan, CMC dilarutkan dalam air EZ spectophotometer)
dingin 75 ml dan dipanaskan ±60°C sambil Analisis warna dilakukan dengan
diaduk sampai larut. Setelah itu tepung daluga, menggunakan hunterlab colorFlex EZ
larutan CMC dan minyak nabati 10% spectrophotometer. Uji warna dilakukan
dicampurkan sambil diaduk perlahan sampai dengan sistem warna Hunter L*, a*,
adonan menjadi kalis. Kemudian adonan b*. Chromameter terlebih dahulu
dicetak menggunakan mesin pasta lalu dikalibrasi dengan standar warna putih
dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih yang terdapat pada alat tersebut. Hasil
menyerupai seperti beras. Dikeringkan dalam analisis derajat putih yang dihasilkan
oven pengering 60°C selama 6 jam akan berupa nilai L*, a*, b*. Pengukuran total
diperoleh beras analog berbasis tepung umbi derajat warna digunakan basis warna putih
daluga. Selanjutnya proses pemasakan, air 100 sebagai standar.
ml di panaskan sampai mendidih, masukkan
20 g beras analog dan biarkan sampai matang - Ukuran Granula (Andimulia, 1984)
selama 10-15 menit, angkat kemudian di Sebanyak 0,01 g tepung umbi daluga
lakukan uji organoleptik. Sampel yang disukai diletakan dalam wadah cawan petri secara
panelis di lanjutkan uji sifat fisik dan analisis merata. Kemudian diamati pada kamera
peroksimat. mikroskop cellSens (versi.1.6) dengan
pembesaran 400 kali.
Prosedur Analisis
- Rendemen - Suhu Gelatinisasi (Bhattacharya, 1997)
Rendemen tepung daluga di hitung Sampel tepung daluga ditimbang
dengan cara sebagai berikut; sebanyak 20 g dimasukkan ke dalam beker
Berat akhir gelas dan ditambah dengan aquades
Rendemen = x 100% sebanyak 200 ml, kemudian dipasang hot
Berat awal plat dan stir dan diatur suhu 100 0C.
Setelah itu dipanaskan dan diukur dengan
- Kadar asam oksalat (Chamjangali, 2006) termometer sampai sampel terjadi gel,
Sampel tepung daluga ditimbang kemudian dicatat pada suhu berapa terjadi
sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu gelatinisasi.
reflux dan ditambah dengan aquadestilat

3
- Daya Serap Air (Dewi, 2008) - Kadar Protein (Metode Kjeldhal,
Sebanyak 5 g beras analog direndam Sudarmadji dkk., 1997)
dalam air hangat (80°C) selama 5. Sampel beras analog yang telah
Kemudian angkat dan tiriskan lalu sampel dihaluskan ditimbang 2 g masukkan ke
ditimbang kembali. Daya serap air dihitung dalam labu kjedahl. Tambahkan 10 g
denga persamaan sebagai berikut: campuran selen dan 30 ml H2SO4 pekat.
( A − B) Kemudian didestruksikan dalam ruang
Daya Serap Air = x 100 % asam hingga larutan menjadi hijau jernih.
A
Setelah didinginkan, diencerkan
A = Berat sampel sebelum perendaman (g) dengan air suling 250 ml dan dipindahkan
B = Berat sampel setelah perendaman (g) ke dalam labu didih 500 ml serta di
tambahkan beberapa butir batu didih.
- Waktu Rehidirasi (Dewi, 2008) Tambahkan 120 ml NaOH 30 % dan
Sampel ditimbang 50 g kemudian hubungkan dengan alat penyuling.
dicelupkan dalam air hangat, angkat dan Sulingkan hingga 200 ml dari cairan
dikukus. Dicatat waktu yang diperlukan tersulingkan. Hasil sulingan atau destilat
beras analog ini sampai tanak. ditampung dengan Larutan H2SO4 0,25 N
berlebihan. Titar kelebihan kelebihan
- Uji Organoleptik (Soekarto, 1985) H2SO4 dengan NaOH 0,5 N (a ml) dengan
Uji organoleptik dengan menggunakan menggunakan indikator mengsel sebagai
metode hedonik yaitu uji tingkat kesukaan penunjuk. Balnko dekerjakan di atas (b ml).
terhadap bau, warna, rasa dan tekstur. (b − a) x N x 0,014 x 5,95
Protein = x 100%
Sampel disajikan secara acak kepada Berat Sampel
panelis, kemudian panelis diminta Keterangan :
memberikan penilaian dengan memilih a = ml titar untuk contoh
kriteria sebagai berikut : b = ml titar untuk blanko
a. Sangat suka :5 N = normalitas NaOH
b. Suka :4
c. Biasa :3 - Kadar Lemak (Metode Soxhlet,
d. Tidak Suka :2 Sudarmadji dkk, 1997)
e. Sangat Tidak Suka :1 Sampel beras analog yang telah
dihaluskan ditimbang sebanyak 2 g
- Kadar Air (Metode Pengeringan Oven) kemudian dimasukkan dalam slongsong
AOAC, 1990 yang terbuat dari kertas saring. Selanjutnya
Sampel beras analog sebanyak 2 g dimasukkan dalam alat soxhlet dan ekstrak
ditimbang kemudian dikeringkan dalam dengan pelarut petroleum ether selama 6
oven pada suhu 105°C selama 3 jam. jam. Sebagai penampung adalah labu lemak
Setelah itu sampel didinginkan dalam yang bobotnya diketahui.
eksikator dan ditimbang. Pengeringan ini Kemudian slongsong kertas saring
diulangi sampai sampel mencapai berat diambil, pelarut petroleum ether disuling
konstan. sampai habis dan lemak dalam labu
dipanaskan dalam oven pengering pada
Berat awal − Berat akhir suhu 103-1050C kira-kira 1 jam. Dinginkan
% Kadar Air = x100%
Berat awal dalam eksikator dan timbang hingga berat
konstan.
- Kadar Abu (Metode Pengabuan Kering,
Sudarmadji., 1990) Beratwadahakhir− Beratwadah
Sampel beras analog dihaluskan % Lemak = x100%
Beratsampelawal
sebanyak 2 g ditimbang dan diletakkan di
atas bunsen, setelah itu dipanaskan (sampai
- Kadar Karbohidrat (by difference)
tidak ada asap yang keluar). Porselin dan % Karbohidrat = 100% - A
bahan yang telah menjadi abu dimasukkan A = Protein + Lemak + Kadar Air + Kadar
ke dalam tanur selama 3 jam dengan suhu
Abu
600°C sampai abu menjadi putih, kemudian
ditimbang.

4
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata
Rendemen Tepung Umbi Daluga kadar asam oksalat tepung umbi daluga yang
Besarnya rendemen tepung umbi daluga tertinggi diperoleh dari perlakuan A yaitu
yang dihasilkan berdasarkan perlakuan. Rata- 0,52% tanpa perlakuan perendaman NaCl dan
rata rendemen produk tepung umbi daluga kadar asam oksalat terendah diperoleh pada
dalam basis kering tertinggi diperoleh pada perlakuan C dengan lama perendaman 120
perlakuan A tanpa perlakuan perendaman menit yaitu 0,35%. Hal ini menunjukan bahwa
NaCl yaitu 43,23% sedangkan rata-rata selama perendaman terjadi difusi asam oksalat
rendemen tepung umbi daluga terendah dari dalam umbi ke larutan NaCl. Perendaman
diperoleh pada perlakuan C dengan perlakuan irisan talas selama 20 menit didalam larutan
lama perendaman 120 menit yaitu sebesar NaCl yang kemudian dilanjutkan dengan
33,50%. Pada tabel 2 dapat dilihat rata-rata- pencucian dibawah air mengalir dapat
rendemen tepung umbi daluga sesuai dengan menghilangkan rasa gatal yang merupakan
perlakuan. indikasi berkurangnya kadar asam oksalat
Tabel 2. Rendemen Tepung Umbi Daluga (Anonimous, 2012). Reduksi asam oksalat
Rata-rata dapat dilakukan setelah irisan umbi talas
Perlakuan Notasi direndam dalam larutan garam 10% selama
(%)
A 43,23 a 60 menit, namun hal demikian memiliki efek
B 33,56 b terhadap tepung yang dihasilakan yaitu rasa
C 33,50 b asin (Mayasari, 2010).
BNT 5% = 0,96 (**) Notasi yang sama tidak berbeda nyata
Warna Tepung Umbi Daluga
Hasil analisis sidik ragam menunjukan
Pada tabel 4 dapat dilihat rata-rata nilai L,
bahwa rendemen tepung umbi daluga yang
a* dan b* pada warna tepung umbi daluga tiap
dihasilkan dengan perlakuan lama perendaman
perlakuan dengan menggunakan alat
NaCl 1% memberikan pengaruh terhadap
HunterLab ColorFlex EZ.
rendemen tepung umbi daluga. Uji BNT 5%
Tabel 4. Nilai Rata-rata L, a* dan b Warna
menunjukan bahwa perlakuan A tanpa
Tepung Umbi Daluga
perendaman berbeda dengan perlakuan B, dan
Perlakuan Nilai Rata-rata
C. Perlakuan A yang mempunyai nilai rata-
rata rendemen tertinggi yaitu 43,23%. Hal ini L a* b*
disebabkan karena waktu perlakuan yang A 91,05 2,45 12,31
singkat tidak melalui tahap perendaman serta B 91,46 2,24 13,44
pencucian yang berulang kali. Sedangkan C 91,55 1,77 13,82
perlakuan perendaman NaCl 1 % rata-rata Hasil analisis warna tepung umbi daluga
rendemen 33,50-33,56%. Hal ini disebabkan perlakuan A, B, dan C menunjukkan nilai L
karena pada waktu proses pengolahan, seperti yang tertinggi pada perlakuan C dengan lama
pencucian yang berulang kali. perendaman NaCl 120 menit yaitu rata-rata
91,55% mendekati tingkat cerah. Keterangan
Kadar Asam Oksalat Tepung Umbi Daluga
nilai L, a* dan b* pada tepung umbi daluga
Berdasarkan hasil penelitian yang
dapat dilihat pada gambar 4. Gabungan nilai a
dilakukan untuk penentuan kadar oksalat pada
yang tinggi dan nilai b yang rendah
tepung umbi daluga dengan metode
menghasilkan tepung dengan warna kusam
spektrofotometer pada panjang gelombang 230
(merah) sedikit kuning sehingga menghasilkan
nm didapatkan nilai absorbansi tepung umbi
tingkat kecerahan yang rendah, sedangkan
daluga. Nilai rata-rata kadar asam oksalat pada
nilai a rendah dan b tinggi menunjukkan warna
tepung umbi daluga tiap perlakuan lama
kuning cerah (Rosmisari, 2006). Menurut
perendaman NaCl 1% berkisar antara 0,35% -
(Anonimous, 2012) perendaman irisan talas
0,52 %. Pada tabel 3 dapat dilihat nilai rata-
pada larutan garam, selain mereduksi asam
rata kadar asam oksalat tepung umbi daluga.
oksalat juga menghasilkan warna tepung yang
Tabel 3. Nilai Rata-rata Kadar Asam Oksolat
lebih putih. Perlakuan perendaman irisan talas
Tepung Umbi Daluga
dalam larutan garam dapat menghasilkan
Perlakuan Rata-rata (%) warna tepung lebih cerah dari perlakuan
A 0,52 lainnya (Mayasari, 2010).
B 0,38
C 0,35

5
dengan pembengkakan granula pati dalam air
yang bersifat irreversibel (tidak dapat kembali
ke bentuk semula) dan diakhiri dengan
hilangnya sifat kristal dari granula pati
(Winarno, 1992). Menurut Wurzbung (1989),
suhu gelatinsasi sangat tergantung pada
sumber bahan baku. Suhu gelatinisasi pati
umbi-umbian dapat berbeda seperti umbi
gayong 72°C, suweng 81°C, gembili 78 °C
dan umbikelapa 85,5°C (Nur dan Titi, 2004).

Gambar 4. Tingkat nilai L, a* dan b* yang Ukuran Granula Tepung Umbi Daluga
menunjukan kecerahan pada tepung. Hasil pengamatan ukuran granula tepung
umbi daluga dari beberapa perlakuan adalah
Daya Serap Air Tepung berkisar antara 35,75-45,50 µm dapat dilihat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada table 7.
diperoleh rata-rata daya serap air tepung umbi Tabel 7. Nilai Rata-rata Ukuran Granula
daluga berkisar antara 134 – 167 %, dapat Tepung Umbi Daluga
dilihat pada table 5. Perlakuan Rata-rata (µm)
Tabel 5. Rata-Rata Nilai Daya Serap Air A 45,50
Tepung Umbi Daluga B 43,88
Perlakuan Rata-Rata (%) C 35,75
A 142
B 134 Pengamatan ukuran granula tepung umbi
C 167 daluga dengan Olympus Mikroskop dapat
dilihat pada gambar 6.
Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa daya serap air tepung umbi daluga pada
perlakuan lama perendaman NaCl 1% tidak
memberikan pengaruh. Hal ini disebabkan
karena ukuran granula tepung yang sama.
Penyerapan air akan semakin intensif seiring Perlakuan A Perlakuan B
dengan meningkatnya suhu pemanasan,
granula membesar sehingga suatu titik
pembesaran granula pati bersifat irreversibel
(tidak dapat kembali kebentuk semula)
Winarno, 1992). Kemampuan daya serap air
pula dapat dipengaruhi oleh komponen protein Perlakaun C
dan serat kasar (Grenus et al. 1993; Kibar et Gambar 6. Ukuran Granula Tepung Umbi Daluga
al., 2009). Dari Berbagai Perlakuan Perendaman
NaCl (Pembesaran 400x)
Suhu Gelatinisasi
Hasil penelitian suhu gelatinisai pada Hasil pengamatan menunjukan bahwa
tepung umbi daluga berkisar 79,69-80,33°C. ukuran granula tepung umbi daluga tidak
Rata-rata suhu gelatinisasi dapat dilihat pada berbeda jauh seperti terlihat pada gambar 6.
tabel 6. Dari pengamatan dengan Olympus Mikroskop
Tabel 6. Nilai Rata-rata Suhu Gelatinisasi dapat dilihat ukuran granula tepung daluga
Tepung Umbi Daluga 35,75-45,50 µm dengan bentuk bulat oval.
Perlakuan Rata-rata (°C) Meilin (2002), ukuran granula pati umbi
A 79,69 daluga dari beberapa umur panen adalah sama
B 80,00 berkisar 2-4 µm. Menurut Nur dan Titi (2004),
C 80,33 ukuran granula untuk setiap jenis umbi dapat
berbeda seperti umbi gayong 22,5 µm, umbi
Tabel 6 menunjukan suhu gelatinisasi suweng 5 µm, dan gembili 0,75 µm.
tepung umbi daluga sesuai perlakuan berkisar
79,69-80,33°C. Suhu gelatinisasi diawali

6
Kadar air Tepung tepung umbi daluga dengan berbagai
Hasil penelitian kadar air tepung umbi perlakuan dapat dilihat pada gambar 8.
daluga yang dihasilkan berkisar antara 11,67 –
12,57% dapat dilihat pada tabel 8. Bau Beras Analog
Tabel 8. Nilai Rata-rata kadar air tepung umbi Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata
daluga nilai kesukaan terhadap bau beras analog
Perlakuan Rata-rata (%) berbasis tepung umbi daluga berkisar antara
A 11,67 3,17 – 3,34 (netral – suka). Pada tabel 11 dapat
B 12,57 dilihat nilai kesukaan terhadap bau beras
C 11,97 analog.
Berdasarkan hasil analisis diatas diketahui Tabel 11. Rata-Rata Nilai Kesukaan Terhadap
bahwa kadar air ketiga perlakuan untuk tepung Bau Beras Analog Berbasis Tepung
daluga yang berkisar antara (11,67-12,57%) Umbi Daluga
telah memenuhi standar mutu tepung yaitu Perlakuan Rata-rata
maksimum 15% dalam SNI 01-2997-1992. A 3,31
B 3,34
Komposisi Kimia Tepung Daluga C 3,17
Analisis proksimat dilakukan pada D 3,31
perlakuan kadar asam oksalat rendah. Hasil E 3,21
analisis proksimat tepung daluga dapat dilihat Hasil analisis sidik ragam menunjukan
pada tabel 9. bahwa beras analog berbasis tepung umbi
Tabel 9. Komposisi Kimia Tepung Daluga daluga yang dihasilkan dengan penambahan
Komposisi Nilai Rata-rata (%) CMC tidak memberikan penggaruh terhadap
Kadar Air 11,97 bau beras analog. Hasil perlakuan yang
disukai oleh panelis yaitu perlakuan B dengan
Kadar Abu 2,4
perlakuan penambahan CMC 0,4%.
Lemak 0,89 Histrogram organoleptik bau beras analog
Protein 1,11 berbasis tepung umbi daluga dengan berbagai
Karbohidrat 83,65 perlakuan dapat dilihat pada gambar 8.

Uji Organoleptik Beras ( Metode Hedonik) Tekstur Beras Analog


Warna Beras Analog Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata
Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata nilai kesukaan terhadap Tekstur beras analog
tingkat kesukaan panelis terhadap warna beras berbasis tepung umbi daluga berkisar antara
analog berbasis tepung daluga berkisar antara 3,03 – 3,31 (netral – suka). Pada tabel 12 dapat
3,17 – 3,48 (netral – suka) dapat dilihat pada dilihat nilai kesukaan terhadap bau beras
tabel 10. analog.
Tabel 10. Rata-rata Nilai Kesukaan Terhadap Tabel 12. Rata-Rata Nilai Kesukaan Terhadap
Warna Beras Analog Berbasis Tekstur Beras Analog Berbasis
Tepung Umbi Daluga Tepung Umbi Daluga
Perlakuan Rata-rata Perlakuan Rata-rata
A 3,17 A 3,17
B 3,34 B 3,21
C 3,31 C 3,03
D 3,48 D 3,31
E 3,20 E 3,16
Hasil analisis sidik ragam menunjukan Hasil analisis sidik ragam menunjukan
bahwa beras analog berbasis tepung umbi bahwa beras analog berbasis tepung daluga
daluga dengan penambahan CMC tidak yang dihasilkan dengan penambahan CMC
memberikan pengaruh terhadap warna beras tidak memberikan penggaruh terhadap tekstur
analog. Hasil perlakuan yang disukai oleh beras analog. Menurut Ifan (2010), tekstur
panelis yaitu perlakuan D dengan perlakuan merupakan tampilan dalam makanan kering,
penambahan CMC 1,2%. Histrogram kelembutan makanan, bentuk makanan dan
organoleptik warna beras analog berbasis keadaan makanan baik makanan kering, basa

7
ataupun makanan lembab. Hasil perlakuan table 14 dapat dilihat nilai terhadap bau nasi
yang disukai oleh panelis yaitu perlakuan D beras analog.
dengan perlakuan penambahan CMC 1,2%. Tabel 14. Rata-Rata Nilai Kesukaan Terhadap
Histrogram organoleptik tekstur beras analog Bau Nasi.
berbasis tepung umbi daluga dengan berbagai Perlakuan Rata-rata
perlakuan dapat dilihat pada gambar 8. A 3,34
B 3.25
Penampakan Beras Analog C 2.83
Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata D 3.24
nilai kesukaan terhadap penampakan beras E 3,21
analog berbasis tepung umbi daluga berkisar
antara 3,10 – 3,55 (netral – suka). Pada tabel Hasil analisis sidik ragam menunjukan
13 dapat dilihat nilai kesukaan terhadap bahwa beras analog yang dihasilkan
penampakan beras analog. menggunakan bahan dasar tepung umbi daluga
Tabel 13. Rata-Rata Nilai Kesukaan Terhadap dengan penambahan CMC tidak memberikan
Penampakan Beras Analog Berbasis pengaruh terhadap bau nasi. Hasil perlakuan
Tepung Umbi Daluga yang disukai oleh panelis yaitu perlakuan A
Perlakuan Rata-rata dengan perlakuan tanpa penambahan CMC.
A 3,38 Histrogram organoleptik bau nasi beras analog
B 3,48 berbasis tepung daluga dengan berbagai
C 3,55 perlakuan dapat dilihat pada gambar 9.
D 3,38
E 3,10 Warna Nasi
Warna merupakan komponen yang sangat
Hasil analisis sidik ragam menunjukan penting dalam menentukan derajat dan kualitas
bahwa beras analog berbasis tepung umbi penerimaan terhadap suatu bahan pangan.
daluga yang dihasilkan dengan penambahan Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata
CMC tidak memberikan penggaruh terhadap tingkat kesukaan panelis terhadap warna nasi
penampakan beras analog. Hasil perlakuan beras analog berbasis tepung umbi daluga
yang disukai oleh panelis yaitu perlakuan C berkisar antara 2,62 – 3,31 (tidak suka –
dengan perlakuan penambahan CMC 0,8%. netral). Pada tabel 15 dapat dilihat nilai tingkat
Histrogram organoleptik penampakan beras kesukaan terhadap warna beras analog
analog berbasis tepung umbi daluga dengan berbasis tepung umbi daluga .
berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 15. Rata-Rata Nilai Kesukaan Terhadap
gambar 8. Warna Nasi
3,6 Perlakuan Rata-rata
A 3,31
3,4
B 3.20
3,2 Warna C 2.62
3 Bau D 3.07
E 2,90
2,8 Tekstur
Hasil analisis sidik ragam menunjukan
2,6 Penampakan bahwa beras analog yang dibuat dari tepung
A B C D E umbi daluga dengan penambahan CMC tidak
Perlakuan memberikan pengaruh terhadap warna. Hasil
perlakuan yang disukai oleh panelis yaitu
Gambar 8. Histogram Organoleptik Beras Analog perlakuan A dengan perlakuan tanpa
Berbasis Tepung Umbi Daluga Dengan penambahan CMC. Histrogram organoleptik
Penambahan CMC (Carboxymethyl warna nasi beras analog berbasis tepung unbi
Celluloce) daluga dengan berbagai perlakuan dapat
dilihat pada gambar 9.
Bau Nasi
Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata
nilai kesukaan terhadap bau nasi beras analog
berkisar 2,83 - 3,34 (tidak suka – netral). Pada

8
Rasa Nasi Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap
Dari hasil pengujian sensoris terhadap tekstur nasi beras analog tidak memberikan
rasa nasi beras analog menunjukan bahwa pengaruh terhadap perlakuan penambahan
tingkat kesukaan terhadap produk yang CMC. Menurut Ifan (2010), tekstur merupakan
dihasilkan, seperti terlihat pada Tabel 16. tampilan dalam makanan, kelembutan
Rata-rata penilaian panelis terhadap rasa nasi makanan, bentuk makanan, dan keadaan
beras analog berkisar antara 2,62- 2,93 atau makanan baik makanan kering, basah ataupun
dikategorikan antara tidak suka sampai dengan makanan lembab. Hasil perlakuan yang disukai
netral. Hal ini disebabkan karena bahan oleh panelis yaitu perlakuan E dengan
pangan lokal yang belum dikenal dan panelis perlakuan penambahan CMC 1,6% Histrogram
masih terbiasa dengan makanan pokok yaitu tekstur nasi beras analog dengan berbagai
nasi yang terbuat dari beras padi. Berdasarkan perlakuan dapat dilihat pada gambar 9.
analisis sidik ragam terhadap rasa beras analog
tidak memberikan pengaruh pada tiap-tiap Penampakan
perlakuan. Hasil pengujian sensoris terhadap
Tabel 16. Nilai Rata-Rata Rasa Nasi Beras penampakan dapat dilihat pada Tabel 18 yang
Analog disajikan. Rata-rata penilaian panelis terhadap
Perlakuan Rata-rata penampakan nasi beras analog berkisar antara
A 2,93 3,00-3,38 atau dikategorikan (netral-suka).
B 2,86 Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap
C 2,62 penampakan beras analog dengan penambahan
D 2,66 CMC memberikan pengaruh.
E 2,91
Tabel 18. Nilai rata-rata penampakan Nasi
Hasil analisis sidik ragam menunjukan beras analog.
bahwa rasa nasi beras analog berbasis tepung Perlakuan Rata-rata Notasi (*)
umbi daluga dengan penambahan CMC tidak A 3.38 a
memberikan pengaruh terhadap rasa nasi. B 3.10 a
Histrogram organoleptik rasa nasi beras analog C 2,34 a
berbasis tepung umbi daluga dengan berbagai D 2.76 b
perlakuan dapat dilihat pada gambar 9. Hasil E 3,00 b
perlakuan yang disukai oleh panelis yaitu BNT 5%= 2,37 (*) Notasi yang sama tidak berbeada nyata
perlakuan E dengan perlakuan penambahan Hasil analisis sidik ragam menunjukan
CMC 1,6%. Menurut Winarno (2004), bahwa beras analog yang dihasilkan
komponen yang penting penggarunya terhadap mengunakan bahan dasar tepung umbi daluga
penilaian rasa suatu bahan makanan adalah dengan penambahan CMC memberikan
timbulnya perasaan seseorang setelah menelan pengaruh terhadap penampakan beras analog.
suatu makanan. Uji BNT 5% menunjukan bahwa perlakuan A,
B dan C tidak berbeda, perlakuan D dengan E
Tekstur Nasi berbeda dengan C. Hasil perlakuan yang
Dari hasil pengujian sensoris terhadap disukai oleh panelis yaitu perlakuan A dengan
tekstur nasi beras analog menunjukan bahwa perlakuan tanpa penambahan CMC. Hal ini
tingkat kesukaan terhadap produk yang disebabkan karena penambahan CMC, dimana
dihasilkan, seperti terlihat pada Tabel 17. kosentrasi CMC tertentu yang digunakan pada
Rata-rata penilaian panelis terhadap tekstur pembuatan beras analog yang dihasilkan
nasi beras analog berkisar antara (2,45-3,38) penampakan semakin tidak disukai oleh
atau dikategorikan antara netral sampai dengan panelis. Histrogram tekstur nasi beras analog
suka. dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 17. Nilai Rata-Rata Tekstur Nasi Beras gambar 9.
Analog.
Perlakuan Rata-rata
A 3,28
B 3,38
C 2,45
D 2,86
E 3,21

9
pati berperan dalam melekatkannya dalam
4 Warna
3,5
campuran bahan, menyebabkan pembutiran
3 Bau beras mutiara menjadi sulit dan perdampak
2,5 pada jumlah rendemen yang dihasilkan.
Rasa
2
1,5 Tekstur Warna Beras Analog
1 Derajat putih diukur dengan
0,5 Penamp
akan menggunakan alat HunterLab ColorFlex EZ
0
yang menghasilkan nilai L, a, dan b. Nilai L
A B C D E
menunjukkan kecerahan warna. Semakin
Perlakuan tinggi nilai L menunjukkkan warna yang
Gambar 9. Histogram Organoleptik Nasi Berbasis semakin cerah. Hasil penelitian warna beras
Tepung Umbi Daluga Dengan analog menggunakan alat HunterLab
Penambahan CMC (Carboxymethyl ColorFlex EZ menunjukkan nilai L yang
Celluloce) tertinggi yaitu 70,43% dengan penambahan
CMC 0,4%. Pada tabel 20 dapat dilihat nilai
Sifat Fisik Beras Analog rata-rata L beras analog dengan menggunakan
Dari hasil pengujian organoleptik yang alat HunterLab ColorFlex EZ antara dua
dilakukan terhadap beras analog berbasis perlakuan yang telah dilakukan uji
tepung umbi daluga, perlakuan B dengan organoleptik.
penambahan CMC 0,4% sudah dapat diterima Tabel 20. Nilai Rata-rata L, a* dan b* Beras
oleh panelis. Selanjutnya dari hasil pengujian Analog dengan menggunakan alat
organoleptik yang tepat dianalisis sifat fisik HunterLab ColorFlex EZ
beras analog dengan perlakuan A tanpa Nilai Rata-rata %
penambahan CMC yang merupakan sebagai Perlakuan
L a* b*
kontrol perlakuan. Pengujian sifat fisik beras A 69,59 4,2 15,99
analog yaitu rendemen, warna, daya serap air B 70,43 3,62 15,35
dan waktu rehidrasi.
Daya Serap Air Beras Analog
Rendemen Beras Analog Berdasarkan hasil penelitian yang
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan diperoleh rata-rata daya serap air
dilakukan diperoleh rata-rata rendemen beras
beras analog berbasis tepung umbi daluga
analog berbasis tepung umbi daluga yaitu
yaitu perlakuan A tanpa penambahan CMC
perlakuan A tanpa penambahan CMC 57,15%
111,79 % dan perlakuan B dengan
dan perlakuan penambahan CMC 0,4% yaitu
penambahan CMC 0,4 % yaitu 179,96 %. Hal
53,52%. Rata-rata rendemen beras analog
ini disebabkan karena ada perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 19.
penambahan CMC sehingga daya serap air
Tabel 19. Rata-rata rendemen beras analog
meningkat.
Perlakuan Rata-rata (%) Tabel 21. Rata-rata Daya Serap Air Beras
A 57,15 Analog
B 53,52 Perlakuan Rata-rata (%)
Hal ini diduga karena CMC berperan A 111,79
dalam melekatkannya campuran bahan, B 179,96
sehingga menyebabkan pada waktu
Hasil analisis daya serap air menunjukan
penggilingan atau pembutiran menjadi lebih
adanya peningkatan setelah panambahan CMC
sulit dan berdampak pada menurunnya
pada produk beras analog berbasis tepung
rendemen beras analog yang dihasilkan.
umbi daluga. Daya serap air dipengaruhi oleh
Wiwit, dkk (2012) melaporkan keragaman
komposisi pati di dalam bahan pangan (Heti H
nilai rendemen beras analog dikarenakan
dan Sri W, 2009). Menurut Harper (1981)
faktor-faktor dalam proses pembuatan beras
menyatakan bahan pangan kadar pati yang
analog antara lain kadar air adonan, kecepatan
tinggi akan semakin mudah menyerap air
pemasukan adonan ke alat ekstruder, dan
akibat tersedianya molekul amilopektin yang
pemotongan produk yang masih dilakukan
bersifat reaktif terhadap molekul air, sehingga
secara manual. Menurut (Heti dan Sri, 2009)
jumlah air yang terserap ke dalam bahan

10
pangan semakin banyak daya serap air DAFTAR PUSTAKA
terhadap beras analog dapat dipengaruhi oleh Anonimous. 2012. http://spentibafamily.
kandungan karbohidrat, protein dan serat kasar blogspot.com/2011/04/kandungan-
(Rumambi, 2011). talas.html. Feb 25, 2012 01:53 AM
Baah, D. F. 2009. Charactericzation of Water
Waktu Rehidrasi Yam (Dioscorea atalata) for Existing
Berdasarkan hasil penelitian yang and Potensial Food Product. Thesis.
dilakukan diperoleh rata-rata waktu rehidrasi Faculty of Biosciences Kwane Nkrumah
beras analog berbasis tepung umbi daluga University, Nigeria.
yaitu berkisar 7 menit. Menurut Hubeis (1984) BSN. 1992. Tepung Singkong. SNI 01-
beras instan adalah beras yang secara cepat 2997-1992.
dapat diproses menjadi nasi. Waktu Collado, L.S., and H. Corke. 1998. Heat
pemasakan yang diharapkan adalah sekitar 5- moinsture treatmen effect on sweet
10 menit. Pada tabel 21 dapat dilihat rata-rata potato starc differing in amylose. J.
waktu rehidrasi beras analog. Food Chemistry Sci. (65)339-346.
Tabel 22. Rata-rata Waktu Rehidrasi Beras Dewi,S.K., 2008. Pembuatan Produk Nasi
Analog Singkong Instann Berbasis Fermeted
Perlakuan Rata-rata (menit) Casssava Flour Sebagai Bahan Pangan
A 7 Pokok Alternatif. Skripsi. Depertemen
B 7 Ilmu dan Teknologi Pangan. FATETA.
IPB. Bogor.
Komposisi Kimia Beras Analog Berbasis Grenus, K.M., F. Hscih, and H.E. Huff. 1993.
Tepung Umbi Daluga Extrusion an extrudate properties of rice
Analisis proksimat dilakukan pada flour. J. Food Enginering. 18:229-245.
perlakuan A tanpa penambahan CMC Harper, J.M. 1981. Extruction of Food. Vol II.
merupakan sebagai kontrol terhadap perlakuan CRC Press Inc. Florida. Page 52-53.
dan perlakuan B dengan penambahan CMC Heti, H dan S. Widowati. 2009. Karakteristik
0,4% dari analisis parameter rasa dan Beras Mutiara Dari Umbi Jalar (Ipomae
keseluruhan umum pada beras analog berbasis batatas). Balai Besar Penelitian dan
tepung umbi daluga segi sensoris sudah dapat Pengembangan Pascapanen Pertanian,
diterima oleh panelis. Kemudian dilanjutkan Bogor.
analisis proksimat yang merupakan sebagai Ifan, 2010. Penggertian Rasa, Aroma, Tekstur
informasi nilai gizi. Hasil analisis proksimat dan warna Pada Makanan.
beras analog berbasis tepung umbi daluga http:/google.com/search?q=pengertian+t
dapat dilihat pada tabel 23. ekstur+pada+makanan. 1 Desember
Tabel 23. Komposisi Kimia Beras Analog 2011.
Perlakuan Nur Richana and Titi Chandra Sunarti. 2004.
Komposisi
A B Karakteristik Sifat Fisikokimia Tepung
Kadar Air (%) 8,45 7,88 Umbi Dan Pati Dari Umbi Gayong,
Kadar Abu (%) 2,4 2,6 Suweng, Ubikelapa Dan Gembili. Balai
Lemak (%) 5,66 5,42 Besar Dan Pengembangan Pascapanen
Protein (%) 0,66 0,66 Pertanian. IPB. Bogor.
Karbohidrat (%) 82,83 83,44 Mayasari, N. 2010. Pengaruh Penambahan
Larutan Asam dan Garam sebagai
KESIMPULAN Upaya Reduksi Oksalat. Skripsi.
Beras analog berbasis tepung umbi daluga Fakultas Teknologi Pertanian-IPB.
dapat dijadikan pangan alternatif penganti Bogor.
beras. Perlakuan yang tepat adalah perlakuan Rumambi, R.A. 2011. Pembuatan Beras
penambahan CMC 0,4% dilihat dari uji Analog Dari Tepung Ubi Kayu
organoleptik dan proksimat. Uji organoleptik (Manihot esculenta Crantz) Dengan
terhadap bau, warna, rasa, tekstur dan Penambahan Tepung Ikan Teri
penampakan adalah netral-suka. Dengan (Stolephorus sp) Sebagai Pangan
analisis peroksimat yaitu kadar air 7,88%, Alternatif. SKRIPSI. Fakultas
kadar abu 2,6%, kadar protein 0,66%, kadar Pertanian-USNRAT. Manado.
lemak 5,42%, total karbohidrat 83,44%.

11
Rosmisari, A. 2006. Rewiew: Tepung Jagung Winarno, FG. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi
Komposit, pembuatan dan dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Pengolahannya. Prosiding Seminar Utama. Jakarta.
Nasional Teknologi Inovatif Winarno, FG. 1986. Kimia Pangan dan Gizi.
Pascapanen Pengembangan Pertanian. PT. Gramedia. Jakarta.
BPPPT, Bogor. Winarno, F.G. 1981. Penanganan Singkong
Sudarmadji, S.B. Haryono Suhardi, 1997. dan Ubi Jalar. Kumpulan Pikiran dan
Analisa Bahan Makanan Pertanian. Gagasan Tertulis. Bogor: Pusbangtepa,
Penerbit Liberty Yogyakarta. IPB.
Soekarto, S.T. 1985. Penelitian Organoleptik Wurzburg., O.B 1968. Starch in Food
untuk Industri Pangan dan Hasil Industry. Di dalam T.E FURIA (ed.)
Pertanian. Liberty. Yogyakarta. Handbook of Food Additives The
Slamet, B. 2012. IPB Kembangkan Beras dari Chemical Rubber Co., Cleveland, Ohio.
Tepung Nonpadi. http://indonesianic.
wordpress.com/2012/04/14/ipb-
kembangkan-beras-dari-tepung-nonpadi/

12

Anda mungkin juga menyukai