Anda di halaman 1dari 14

57

Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

PERSYARATAN LAHAN TANAMAN PORANG


(Amarphopallus ancophillus)

Bambang Siswanto dan Hidayati Karamina


Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Abstract
Porang is a commodity crops are included in the family Araceae and the bush plants
(herbs) with a single bulb in the ground. Porang grow in the forest because it requires
only 50-60 percent of solar radiation. Porang can grow well in organic soil and dry soils
with pH 6-7. For the purposes of the development porang required information about
land suitability map. One of the constraints in preparing the land suitability map porang,
is the unavailability of land requirements porang. Currently available is a land
requirement of iles-iles. The purpose of this study was to develop land requirements
porang, in order to work in the land suitability evaluation porang no longer use land
requirements iles-iles. The research location is KPH Nganjuk region. The research was
conducted in January to May 2012. The primary data obtained from field observation,
while secondary data obtained from the literature, maps, and interviews with farmers
and Perum Perhutani KPH Nganjuk employee. At every SPL was observed physical
condition and taking soil samples. Not all parameters of land requirements Iles - iles
can be used to evaluate the suitability of Porang. Parameter requirements Iles - iles that
can be used to evaluate the Porang is coarse material, CEC, salinity, erosion, flood
hazards, land preparation, dry months, C-organic. Proposed requirements for crop land
porang as shown in Appendix 1.
Key words: Porang (Amarphopallus ancophillus), highest glukomanan, land evaluation.

PENDAHULUAN muelleri blume), Suweg (Amarphopallus


companulatus) dan Walur (Amarphopallus
Porang merupakan komoditi tanaman
variabilis) (Perhutani ,2007). Penelitian
yang termasuk kedalam famili Araceae
terbaru membuktikan bahwa dari
dan merupakan tumbuhan semak (herba)
keempat jenis umbi-umbian tersebut
dengan umbi tunggal di dalam tanah.
Porang banyak tumbuh di hutan karena porang memiliki kandungan glukomanan
tertinggi (35%). (Sumarwoto, 2005).
hanya memerlukan penyinaran matahari
Untuk itu umbi porang saat ini banyak
50-60 persen. Porang dapat tumbuh baik
dicari orang karena memiliki nilai
pada tanah kering dan berhumus dengan
ekonomis yang tinggi (Perhutani, 2007).
pH 6-7. Umbi batangnya berada di dalam
Untuk keperluan pengembangan
tanah dan umbi inilah yang dipungut
tanaman porang diperlukan informasi
hasilnya. Tanaman porang dikawasan
wilayah-wilayah yang sesuai (peta
hutan kebanyakan dibudidayakan
kesesuaian lahan). Salah satu kendala
dibawah tegakan tanaman jati dan
yang dihadapi dalam menyusun peta
sonokeling. Saat ini masih terdapat
kesesuian lahan tanaman porang, adalah
kerancuan dalam membedakan antara
belum tersedianya persyaratan lahan
tanaman Porang (Amarphopallus
tanaman porang. Saat ini yang tersedia
ancophillus) dengan Iles-iles (Amarphopallus
58

B.Siswanto&H.Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

adalah persyaratan lahan tanaman iles-iles Pengamatan lapangan dilakukan pada


(Djaenudin, 2003). Sedang antara setiap SPL meliputi kondisi drainase,
tanaman porang dan iles-iles memiliki bahan kasar, kedalaman tanah, lereng,
beberapa perbedaan syarat tumbuhnya. bahaya erosi, bahaya banjir, batuan di
Tujuan penelitian ini adalah permukaan dan batuan singkapan.
menyusun persyaratan lahan tanaman Contoh tanah diambil dari setiap SPL
porang, agar didalam pekerjaan evaluasi secara komposit untuk keperluan analisis
kesesuaian lahan tanaman porang tidak sifat fisik dan kimia tanah yakni tekstur,
lagi menggunakan persyaratan lahan KTK, Kejenuhan Basa, pH, C organik,
tanaman iles-iles. Manfaat penelitian ini N-total, P205, K20, salinitas. Metode
adalah tersedianya persyaratan lahan analisis sifat fisik dan kimia contoh tanah
tanaman porang, sebagai acuan awal seperti nampak pada Tabel 1. Sedang
untuk melakukan pekerjaan evaluasi data suhu rata-rata, curah hujan dan
kesesuaian lahan tanaman porang. kelembaban diperoleh BMKG KPH
Nganjuk.
Metode Penelitian
Analisis Data
Metode Penelitian.
Data hasil pengamatan lapang dan
Lokasi penelitian adalah wilayah KPH analisis laboratorium diolah lebih dulu
Nganjuk (Desa Sugihwaras, Desa agar dapat digunakan untuk pekerjaan
Wengkal, dan Desa Tritik). Penelitian evaluasi lahan. Dalam melakukan
dilaksanakan pada bulan Januari sampai pekerjaan evaluasi lahan persyaratan
dengan Mei 2012. Metode penelitian lahan yang digunakan adalah persyaratan
yang digunakan adalah metode survey, lahan untuk tanaman iles-iles yang
sedangkan data yang digunakan dalam disusun oleh Djaenudin, (2003) dan
penelitian ini adalah data primer dan data Siswanto, (2008).
sekunder. Selanjutnya, hasil evaluasi lahan akan
Data primer diperoleh dari hasil di sesuaikan dengan tingkat produksi
pengamatan lapang, sedangkan data porang, apabila ada kesesuaian antara
sekunder diperoleh dari pustaka, peta, kelas kesesuaian dengan kelas produksi,
dan hasil wawancara dengan petani berarti persyaratan lahan tanaman iles-
porang serta staf Perum Perhutani KPH iles dapat digunakan untuk evaluasi lahan
Nganjuk. Sebelum survey lapangan tanaman porang, sebaliknya apabila
dilakukan, terlebih dulu disiapkan peta antara kelas produksi dan kelas kesuaian
kerja yakni berupa Satuan Peta Lahan tidak sesuai, berarti persyaratan lahan
(SPL). Satuan peta lahan dibuat dengan tanaman iles-iles harus diperbaiki. Untuk
melakukan tumpang tindih (overly) Peta memperbaiki kriteria persyaratan lahan
Iklim, Peta Jenis Tanah, Peta Topografi, tanaman iles-iles dilakukan dengan uji
Peta Penggunaan lahan skala 1 : 25.000 regresi. Bentuk persamaan regresi yang
dengan mempertimbangkan sebaran akan dujikan disesuaikan dengan sebaran
tingkat produksi porang sesuai petunjuk titik yang ada pada hubungan setiap
Perhutani KPH Nganjuk. Dari hasil parameter dengan produksi.
pekerjaan tersebut dihasilkan 8 SPL.
59

B. Siswanto&H. Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

Tabel 1. Analisis Laboratorium


Parameter yg diukur Metode Contoh Tanah
Berat isi Silinder Tanah tidak terganggu
Tekstur Pipet Tanah terganggu
Berat Jenis Picnometer Tanah terganggu

Daya Menahan Air pF Tanah tidak terganggu

Kemantapan Agregat Ayakan basah Tanah utuh


C-organik Walkey black Komposit
N-total Kjeldahl Komposit
P-tersedia Spectrophoto Komposit
metri
Kapasitas Tukar Kation Kjeldahl Komposit
K dan Na tersedia Kjeldahl Komposit
Ca dan Mg tersedia Kjeldahl Komposit
Salinitas Metode Elektroda Komposit
pH Metode Elektroda Komposit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan beberapa parameter


persyaratan lahan dengan produksi
Hubungan Kelas Kesesuaian Lahan
porang
Dan Kelas Produksi Porang
1. Temperatur
Kondisi lapangan dan hasil análisis
laboratorium terlihat seperti pada Tabel 2 Parameter persyaratan lahan tanaman
dan Tabel 3. Hasil pekerjaan evaluasi iles-iles yang akan diuji dengan
lahan dengan menggunakan persyaratan menggunakan persamaan regresi adalah
lahan tanaman iles-iles Djaenudin (2003) temperatur rata-rata, curah hujan,
dan Siswanto (2008) diperloeh hasil kandungan fraksi pasir dan liat,
seperti terlihat pada Tabel 3. kemasaman tanah, kejenuhan basa,
Tabel 2 terlihat bahwa terdapat lereng, kemantapan agregat dan
beberapa perbedaan antara kelas kedalaman tanah.
kesesuaian lahan dengan kelas produksi
Produksi umbi (ton/Ha)

12
porang. Kondisi ini menunjukan bahwa 10
beberapa parameter persyaratan lahan 8
tanaman iles-iles tidak dapat digunakan 6
untuk evaluasi kesesuaian lahan tanaman 4
porang. Untuk itu selanjutnya dilakukan 2
uji regresi untuk mendapat kriteria 0
parameter baru yang selanjutnya dapat 0 5 10 15 20 25 30 35
digunakan sebagai dasar penyusunan Temperatur
persyaratan lahan tanaman porang.
Iles-iles Porang

Gambar 1. Hubungan temperatur dengan


produksi porang
60

B.Siswanto&H.Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

Dari hasil pekerjaan evaluai lahan akan melebihi kecepatan photosintesa,


menggunakan persyaratan lahan tanaman yang menyebabkan berkurangnya hasil
iles-iles Djaenuddin (2003) dan Siswanto umbi (Harlastuti, 1980). Awal
(2008), dimana suhu rata-rata pada SPL pembentukan umbi akan dirangsang oleh
1,SPL 2, SPL3, dan SPL 4, SPL 5, SPL 6, penyinaran pendek tetapi lamanya
SPL 7, SPL 8 sebesar 24.810 C termasuk terbatas dan pertumbuhan umbi akan
dalam kriteria S2 (cukup sesuai), efektif dengan membatasi ukuran dan
sedangkan data tingkat produksi porang umur daun.
di lapangan untuk SPL SPL 1,SPL 2, SPL
2. Curah hujan
3, SPL 5, SPL 6, SPL 7 antara 10.2
sampai dengan 11. 5 Mg/ha, produksi Tanaman Porang menghendaki curah
tersebut termasuk kriteria S1 (sangat hujan tinggi antara 300-500 mm/bulan,
sesuai). Hal ini menunjukkan bahwa terutama pada saat pertumbuhan
parameter suhu rata-rata yang digunakan vegetatif pada bulan Desember sampai
dalam persyaratan lahan tanaman iles-iles Februari (Ermiati and Laksmanahardja,
tidak dapat digunakan untuk 1996). Menurut Siswanto (2008)
mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman ketersediaan air untuk tanaman iles-iles
porang. Uji regresi hubungan antara suhu tidak hanya dipengaruhi curah hujan
rata-rata dengan produksi porang terlihat namun juga dipengaruhi jumlah bulan
seperti pada Gambar 1. kering dengan curah hujan minimal 75
Suhu udara merupakan komponen mm adalah 1-7 bulan. Berdasarkan hasil
iklim yang berpengaruh terhadap evaluasi lahan menurut Siswanto (2008)
pertumbuhan dan hasil tanaman porang. SPL 1,SPL 2, SPL 3, SPL 4, SPL 5, SPL
Tanaman Porang termasuk golongan 6, SPL 7, SPL 8 memiliki jumlah bulan
tanaman C3 yang tidak banyak kering dengan curah hujan minimal 75
membutuhkan cahaya, untuk itu tanaman mm adalah 6 bulan sehingga termasuk
porang membutuhkan intensitas cahaya kelas S1. Jadi ketersediaan air > 2000
antara 50-60% (Jansen et al , 1996). Suhu mm/th untuk tanaman Porang dapat
optimum diperlukan tanaman agar dapat dikategorikan S1 bila jumlah bulan kering
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh dengan curah hujan minimal 75 mm
tanaman. Suhu yang terlalu tinggi akan berkisar antara 1-7 bulan karena sesuai
menghambat pertumbuhan tanaman dengan hasil evaluasi produksi Porang
bahkan akan dapat mengakibatkan (Gambar 2).
kematian bagi tanaman, demikian pula
Produksi umbi (ton/Ha)

12
sebaliknya suhu yang terlalu rendah.
10
Sedangkan cahaya merupakan sumber
8
tenaga bagi tanaman (Harwati, 2008).
6
Tanaman Porang tumbuh dari
dataran rendah sampai 1000 m diatas 4

permukaan laut, dengan suhu antara 25- 2


350C, optimum pada suhu 22-300C. Pada 0
suhu diatas 350C daun tanaman akan 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
terbakar, sedangkan pada suhu rendah Curah hujan (mm/th)
menyebabkan Porang dorman (Perum
Iles-iles Porang
Perhutani, 2009). Dengan meningkatnya
suhu akan merubah keseimbangan yang Gambar 2. Hubungan curah hujan dengan
akan menyebabkan kecepatan respirasi produksi umbi
61

B. Siswanto&H. Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

Tabel 2. Data Kondisi Lapang


SPL Elevasi Suhu CH Lereng Drainase Solum Vegetasi
(mdpl) (oC) (mm/thn) (%) (cm)

SPL1 293 24.52 1666.7 10 Agak 100 Porang, Jati,


terhambat Semak

SPL2 294 24.54 1666.7 10 Agak 130 Porang, Jati,


terhambat Semak

SPL3 294 24.54 1666.7 10 Agak 130 Porang, Jati,


terhambat Semak

SPL4 287 24.58 1666.7 20 Agak 90 Porang, Jati,


cepat Semak

SPL5 278 24.63 1763.2 20 Agak 50 Porang,


terhambat Sonokeling,
Semak

SPL6 159 25.35 1763.2 7 Agak 50 Porang,


terhambat Sonokeling,
Semak

SPL7 286 24.58 1763.2 10 Baik 70 Porang,


Sonokeling,
Semak

SPL8 93 25.74 1763.2 7 Agak 126 Porang, Jati,


cepat Semak
62

B.Siswanto&H.Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

Tabel 3. Hasil Analisis Laboratorium


Prosentase(%)
SPL SPL
Pasir Debu Liat
1 21,00 17.50 61.50 Liat
2 17.80 9,00 73.20 Liat
3 5.580 12.88 81.54 Liat
4 69.18 15.4 15.42 Lempung Berpasir
5 42.12 44.52 13.36 Lempung
6 52.76 30.47 16.77 Lempung
7 26.90 29.20 43.90 Liat
8 58.30 27.79 13.91 Lempung Berpasir

Analisis Kimia Tanah


C-
Salinitas KTK Ntotal
SPL FKa pH organik
(mS) (cmol.kg-1) (%)
(%)
1 1.12 7.11 6.25 0.24 39.55 111.12 0.1245
2 1.14 5.82 4.67 0.24 29.57 114.73 0.05258
3 1.15 5.97 4.75 0.26 35.21 125.08 0.0515
4 1.08 6.79 5.51 0.25 17.77 63.28 0.06445
5 1.07 6.64 5.83 0.25 18.57 56.44 0.15672
6 1.04 5.91 4.78 0.10 8.77 35.78 0.13446
7 1.10 5.93 4.84 0.16 11.73 61.18 0.0802
8 1.08 7.18 6.40 0.43 17.68 60.54 0.06814

Basa-basa dalam tanah (cmol.kg-1)


SPL P KB (%)
Ca Mg Na K
(mg.kg-1)
1 39.55 0.79 4.21 2.81 21.89 42.62
2 29.57 5.57 4.24 2.58 6.42 36.57
3 35.21 7.59 4.09 2.07 11.80 39.14
4 17.77 0.86 3.71 1.64 6.08 37.9
5 18.57 0.32 4.07 4.02 10.95 47.8
6 8.77 3.76 3.71 2.52 13.92 52.43
7 11.73 4.27 3.77 1.21 17.99 34.29
8 7.68 6.62 3.84 1.81 12.79 49.47
63

B. Siswanto&H. Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

Tabel 3. Perbandingan antara Kelas Kesesuaian Lahan dengan Kelas Produksi Tanaman
Porang.
SPL KKL KKL Prod umbi Prod Umbi Kelas
Djaenuddin Siswanto (Mg/ha) (%) Produksi
Porang
1 S2 S3 10.08 84 S1
tc;wa;rc; n3
nr2,3;eh
2 S2 S3 11.5 96 S1
tc;wa;rc1; n2,3
nr2,3;eh
3 S2 S3 10.08 84 S1
tc;wa;rc; n2,3
nr2;eh
4 N N 8.7 72.5 S2
lp s2,3; n2,3
5 S3 S3 10.2 85 S1
eh1 r1; n2,3;s1
6 S2 S3 10.56 88 S1
tc;wa;oa;rc3; r1; n2,3
eh2;Ip1,2
7 S3 S3 10.8 90 S1
nr2 n2,3
8 S3 S3 3.84 32 S3
oa;eh2 n2,3

3. Ketersediaan Oksigen pori kapiler sangat kecil jumlahnya,


sehingga mudah hilang.
Kondisi drainase pada SPL 1,SPL 2, SPL
Menurut Ermiati dan
3, SPL 7 dikategorikan agak terhambat
Laksmanahardja (1996), porang dapat
karena tekstur tanah yang dominan
tumbuh baik pada drainase baik namun
adalah liat. Pada tanah liat meskipun total
berdasarkan pengamatan dilapangan
ruang pori sebesar 60% atau lebih, tetapi
kategori produksi umbi Porang S1
hampir sebagian besar ruang pori
(sangat sesuai) terdapat pada tanah
termasuk pori mikro. Pori tanah tersebut
dengan drainase agak terhambat,
apabila dalam keadaan jenuh air tidak
sedangkan tanah dengan drainase agak
mudah untuk dihilangkan. Drainase pada
cepat dikategorikan S2 (cukup sesuai)
SPL 5, SPL 6 dikategorikan agak
dan S3 (sesuai marginal). Hal ini
terhambat karena tekstur tanah yang
disebabkan pada drainase agak cepat,
dominan adalah lempung dan ditandai
pori-pori tanah lebih banyak terisi udara
dengan adanya horison Bw pada
dari pada air, padahal pada air tanah
kedalaman kurang dari 50 cm . Tekstur
terlarut unsur hara yang penting bagi
lempung merupakan peralihan antara
pertumbuhan tanaman. Banyaknya air
tanah berpasir dan berliat sehingga
tanah yang tersedia untuk satu spesies
memiliki kemampuan untuk menahan air
tergantung atas distribusi ukuran pori
yang cukup (Utomo, 1995). Drainase
tanah. Distribusi ukuran pori ini
pada SPL 4 dan SPL 8 adalah agak cepat
tergantung pada tekstur tanah, tetapi
karena memiliki tekstur lempung
secara umum, tanah bertekstur halus
berpasir. Pada tanah berpasir seringkali
sampai sedang cenderung menahan lebih
64

B.Siswanto&H.Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

banyak air untuk digunakan tanaman dari SPL 5, SPL 6 adalah lempung (liat 10-
pada tanah bertekstur kasar (Fitter dan 35%, debu 30-50%, dan pasir 20-55%),
Hay, 1981). dan SPL 4, SPL 8 adalah lempung
berpasir (liat <20%, debu <40%, dan
Produksi umbi (ton/Ha)

12 pasir 40-80%). Siswanto (2008)


mengemukakan bahwa tanah bertekstur
Produksi Umbi (ton/ha)

10
liat untuk tanaman Iles-iles termasuk
8 kelas S3 (sesuai marginal) sedangkan
berdasarkan penelitian Djaenuddin 2003
6
tekstur liat untuk tanaman Iles-iles
4 termasuk kategori S2 (cukup sesuai),
namun berdasarkan kenyataan di lapang,
2
produksi Porang pada tanah tekstur liat
0 adalah SI (sangat sesuai) (Gambar 3 dan
0 20 40 60 80 100 4). Menurut Ermiati dan Laksmanahardja
(1996); Porang dapat tumbuh baik pada
Prosentase
Prosentaseliat
liat (%)(%) tanah bertekstur ringan yaitu pada
kondisi liat berpasir, struktur gembur ,
Iles-iles Porang dan kaya unsur hara. Peranan penting
dari liat adalah berkemampuan besar
dalam menahan air sehingga tanah tidak
Gambar 3. Perbandingan hubungan mudah kehilangan air. Molekul-molekul
prosentase liat dengan produksi umbi
air pada tanah mengelilingi partikel-
partikel liat berbentuk selaput tipis,
(ton/Ha)

sehingga jumlah liat akan menentukan


kapasitas memegang air dalam tanah.
Umbi (ton/ha)

15 Disamping itu liat juga berperan sebagai


penyerap dan mempertukarkan ion,
sehingga unsur hara tersedia bagi
Produksi umbi

10
tanaman dan terhindar dari bahaya
pencucian.
5
Produksi

4. Retensi Hara
0 Menurut Djaenuddin (2003) berdasarkan
persyaratan lahan tanaman Iles-iles
0 50 100 150 kejenuhan basa pada SPL 6 adalah
Prosentase pasir 52.43% tergolong S1 (sangat sesuai), SPL
Prosentase pasir(%)
(%) 1-SPL 5 dan SPL 8 tergolong S2 (cukup
sesuai), SPL7 adalah 34.29% tergolong
Iles-iles Porang S3 (sesuai marginal). Berdasarkan
pengamatan produksi Porang SPL 1, SPL
Gambar 4. Perbandingan hubungan 2, SPL 3, SPL 5, SPL 6 tergolong S1
prosentase pasir dengan produksi umbi (sangat cocok), SPL 4 tergolong
S2(cukup cocok), SPL 8 tergolong
Tekstur pada SPL 1, SPL 2, SPL3, SPL 7 S3(sesuai marginal) (Gambar 5 dan 6).
adalah liat ( liat > 45%, debu <40% dan
pasir <45%), sedangkan tekstur pada
65

B. Siswanto&H. Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

kation Al+3 dan H+, menyebabkan pH


12 rendah. Sebaliknya di daerah kering,
proporsi basa jauh lebih banyak daripada
Produksi umbi (%)

10 Al+3 dan H+ sehingga pH tinggi.


Produksi Umbi (%)

Kejenuhuan basa suatu tanah sangat


8 dipengaruhi oleh iklim (curah hujan), dan
6 pH tanah (Hakim et al., 1986).
Peningkatan KB diikuti oleh peningkatan
4 pH. Porang ditemukan di alam pada
2 tanah yang ber-pH sedikit asam (pH 5,6-
6.5) sampai netral (pH 6.6-7.5)
0 (Sumarwoto, 2004). Namun berdasarkan
0 2 4 6 8 10 penelitian Sumarwoto (2004) menyatakan
bahwa pH tanah 7.2 menurunkan
pH
pH ukuran umbi, tanah dengan pH 4.55
ternyata masih dapat menghasilkan umbi
Porang, sedangkan menurut Jansen et al.,
Iles-iles Porang
(1996) kisaran pH optimal untuk
Gambar 5. Perbandingan hubungan pH pertumbuhan Porang adalah 6-7.5.
dengan produksi umbi Berarti tanaman Porang dapat ditanam
pada tanah ber Al-dd tinggi dan asam.
Rendahnya rendemen pada Porang
12 sejalan dengan pernyataan Sumarwoto
10 (2004) bahwa, rendemen akan mengalami
Produksi Umbi

penurunan bila pH tanah mencapai 7.


Produksi Umbi

8 Lebih lanjut disebutkan bahwa rendemen


tanaman akan lebih kecil pada pH 7
6 daripada pH 5.8 akibat terjadinya
4 kekurangan P, karena terikat oleh Ca. Hal
ini sesuai dengan kenyataan di daerah
2 penelitian bahwa pada SPL 8 dengan pH
7.18 menghasilkan umbi yang kurang
0 baik.
0 10 20 30 40 50 60 Ketersediaan unsur NPK di lokasi
Kejenuhan Basa (%) penelitian rata-rata tergolong rendah.
Kejenuhan Basa(%) Penyebab rendahnya unsur NPK dari
tanah ini memiliki 2 kemungkinan: (1)
Iles-iles Porang terserap tanaman, (2) pencucian. Pada
SPL 1, SPL 2, SPL 3, SPL 5, SPL 6
Gambar 6. Perbandingan hubungan tampak jelas bahwa kehilangan unsur
kejenuhan basa dengan produksi umbi NPK ini karena terserap oleh tanaman
Porang secara maksimal mulai dari
Bila suatu tanah mengandung kejenuhan proses inisiasi umbi (2 minggu setelah
basa 40%, berarti 40/100 atau 2/5 tanam) dan terbukti dengan hasil panen
bagian dari seluruh kapasitas tukar kation yang bagus dan tergolong S1 (sangat
ditempati oleh kation basa (Ca, Mg, K, sesuai), sedangkan ada SPL 4 dan SPL 8
Na), sehingga 3/5 bagian ditempati
66

B.Siswanto&H.Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

kehilangan unsur NPK bukan kanopi, tanah bawah, sedikitnya bagian


disebabkan oleh penyerapan tanaman, tanah yang terpampang karena
karena tidak diikuti oleh hasil panen banyaknya seresah dan sedikitnya
yang bagus juga. Panen pada SPL 4 gangguan, pengikatan efektif perakaran
tergolong S2 (cukup sesuai) namun SPL terhadap tanah peruraian bahan organik,
8 tergolong S3 (sesuai marginal), bahkan dan kegiatan jasa tanah, khususnya cacing
SPL 8 belum pernah mengalami panen tanah. Jika kenampakan di atas
raya, karena tanaman Porang tidak dapat dipadukan dengan tingginya
tumbuh subur, dapat dilihat dari evapotranspirasi, maka lahan hutan akan
penampakan umbi yang tidak sempurna mampu meminimalkan pemecahan tanah
dan berat umbi yang ringan. Jadi dan memaksimalkan laju infiltrasi,
penyebab rendahnya NPK pada SPL 4 sehingga akan menekan laju limpasan
dan SPL 8 adalah akibat dari pencucian. dan erosi (Purwowidodo, 1986).
Sehingga pengaruh kelerengan pada
5. Bahaya Erosi
lahan hutan tidak memiliki resiko bagi
Menurut Djaenuddin (2003) dan pertumbuhan umbi Porang, karena pada
Siswanto (2008) SPL1, SPL 2, SPL 3, dasarnya Porang adalah tanaman yang
SPL 7 yang memiliki kelerengan 10% adaptif dengan syarat tanah tersebut
(agak miring) termasuk kelas S2 (agak harus mengandung bahan organik tinggi.
sesuai), SPL 4 dan SPL 5 memiliki
6. Penyiapan Lahan
kelerengan 20% (agak curam) termasuk
kelas S3 (sesuai marginal), SPL 6 dan Gambar 8 menunjukkan bahwa tanaman
SPL 8 memiliki kelerengan 7% memiliki porang cocok ditanam pada kedalaman
kelerengan 7% (bergelombang) termasuk tanah tidak terlalu dalam (Gambar 8).
kelas S1 (sangat sesuai). Namun Apabila bahan tanam berupa umbi, agar
berdasarkan pengamatan di lapang diperoleh pertumbuhan tanaman yang
meskipun SPL1, SPL 2, SPL 3, SPL 4, baik, kedalaman tanah perlu disesuaikan
SPL 5, SPL 6, SPL 7, SPL 8 resiko dengan ukuran (bobot) umbi yang
terjadinya erosi sangat kecil karena ditanam. Jika bibit berupa bulbil, besar
penggunaan lahan lahan pada seluruh kedalaman tanam cukup 5 cm, sedangkan
SPL adalah hutan. umbi berukuran bobot kurang dari 200
gram kedalaman tanam 10 cm, dan jika
Produksi umbi (ton/Ha)

14
12
umbi lebih berat lagi menjadi lebih dalam
10
8 sampai kurang lebih 15 cm (Sumarwoto,
6 2005).
4 Keadaan di lapang menunjukkan
2
0
bahwa SPL 1, SPL 2, SPL 3 memiliki
0 20 40 60 80 keadalaman >100 cm, SPL 7 memiliki
Lereng (%) keadalaman >70 cm, SPL 5 dan SPL 6
memiliki keadalaman<50 cm dan keenam
Iles-iles Porang
SPL ini memiliki kriteria produksi S1
Gambar 7. Perbandingan hubungan lereng (sangat sesuai). SPL 4 memiliki kedalamn
dengan produksi umbi tanah< 90 cm, batuan permukaan dan
singkapan batuan banyak, dan kelerengan
Hutan sangat efektif dalam melindungi agak curam, hasil panen menunjukkan S2
tanah terhadap erosi. Beberapa faktor (agak sesuai). Sedangkan SPL 8 meskipun
yang mendukung potensi ini antara lain memiliki kedalaman tanah >100 cm,
67

B. Siswanto&H. Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

batuan permukaan dan singkapan batuan petani pada SPL 8 Porang yang di tanam
sedikit, dan kelerengan bergelombang di sana ukuran umbi semakin menyusut
namun hasil panen menunjukkan S3 dan makin lama hilang di dalam tanah
(sesuai marginal). sehingga tidak pernah panen. Hal ini
disebabkan tekstur tanah lempung
Produksi umbi (ton/Ha)

14
12 berpasir sehingga kebutuhan hara tercuci
10 dan kemantapan agregat yang rendah
8 sehingga tidak mampu menahan umbi
6 pada kedalaman tanah yang ideal untuk
4 pertumbuhan umbi Porang. Sedangkan
2 pada SPL 4 hasil produksi lebih baik
0
daripada SPL 8 karena meskipun
0 20 40 60 80 100 120 140
bertekstur lempung berpasir, namun
Kedalaman tanah (cm)
dengan keadaan tanah mengandung
Iles-iles Porang banyak batuan singkapan sehingga tanah
mampu menahan umbi agar dapat
Gambar 8. Perbandingan hubungan berkembang dengan baik pada
kedalaman tanah dengan produksi umbi kedalaman tanah yang ideal untuk
perkembangan umbi Porang.
Gambar 9 sesuai dengan hasil survei di
lapangan bahwa umbi Porang lebih baik Penyusunan Karakteristik
tumbuh pada tanah padas karena umbi Persyaratan Lahan Tanaman Porang
Porang adalah modifikasi dari batang Berdasarkan data di lapang dan
sehingga tidak membutuhkan area studi literatur maka pada saat ini dapat
perakaran yang dalam, karena umbi yang disusun tiga parameter persyaratan lahan
bagus akan menyembul ke permukaan untuk tanaman Porang, yaitu temperatur
tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dan ketersediaan air menggunakan
Setiadi dan Surya (1993) bahwa pada analisis regresi kuadratik.
umbi batang lubang tanam jangan terlalu
1. Temperatur rata-rata
dalam karena dapat menurunkan bobot 12
produksi.
Produksi Porang (ton/Ha)

10
Produksi Porang (ton/Ha)

8
15 y = 2.2411Ln(x) + 6.7053
6
10 y = -2E-06x 2 + 0.0073x + 3.1104
4 R2 = 0.6084
5 2

0 0
0 2 4 6 0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Curah Hujan (mm/th)
Kemantapan agregat

Gambar 9. Hubungan Kemantapan Agregat Gambar 10. Regresi Kuadratik Temperatur


dengan Panen Porang di Lokasi Penelitian Keterangan :
S1 : 22-300C
SPL 8 dengan keadaan seperti keterangan S2 : 14 - <22 0C dan >30-35 0C
di atas menghasilkan produksi umbi yang S3 : 6 - <140C
buruk. Berdasarkan wawancara dengan N: < 6 0C
68

B.Siswanto&H.Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

Gambar 10 menunjukkan bahwa pada Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa


temperatur 24.52-24.630C termasuk pada temperatur 1666.7-1763.2 mm/th
dalam kriteria S1 dalam persyaratan lahan termasuk dalam kriteria S1 dalam
tanaman Porang. Hal ini sesuai dengan persyaratan lahan tanaman Porang. Hal
keadaan di lapangan (24.52-24.630C) ini sesuai dengan keadaan di lapangan
adalah S1 dan pernyataan Idris (1972) (1666.7-1763.2 mm/th) adalah S1 dan
dalam Perum Perhutani (1995) bahwa pernyataan Idris (1972) dalam Kehutanan
tanaman Porang tumbuh optimum pada (2009) bahwa tanaman Porang
suhu 22-300C, sehingga persyaratan lahan menghendaki curah hujan tinggi antara
berdasarkan Djaenuddin (2003) dan 300-500 mm/bln, terutama pada saat
Siswanto (2008) mengenai parameter pertumbuhan vegetatif pada bulan
temperatur pada tanaman Iles-iles 24.52- Desember sampai dengan Februari, jadi
24.630C adalah S2 tidak sesuai. bila dikonversikan menjadi 1200-2000
mm/th, sehingga persyaratan lahan
2. Ketersediaan Air
berdasarkan Djaenuddin (2003) dan
Siswanto (2008) mengenai parameter
y = -0.0222x2 + 1.0947x - 4.5581 temperatur pada tanaman Iles-iles
10 1666.7-1763.2 mm/th adalah S2 tidak
R2 = 0.9702 sesuai.
9
Produksi Porang (ton/Ha)

8 Kesimpulan
Produksi Porang (ton/ha)

7 1. Tidak semua parameter persyaratan


6 lahan tanaman Iles-iles dapat
digunakan untuk mengevaluasi
5 kesesuaian lahan tanaman Porang.
4 Parameter karakteristik persyaratan
lahan tanaman Iles-iles yang dapat
3 digunakan untuk mengevaluasi lahan
2 tanaman Porang adalah prosentase
bahan kasar, KTK, salinitas, bahaya
1 erosi, bahaya banjir, penyiapan lahan,
0 bulan kering, dan kandungan C-
organik
0 10 20 30 40 2. Usulan persyaratan lahan untuk
tanaman porang seperti pada terlihat
Temperatur
Temperatur Tabel 4.

Saran
Gambar 11. Regresi Kuadratik Curah Hujan
Keterangan: Upaya menyusun persyaratan lahan
S1 : 1200 – 2000 mm/th tanaman Porang, penelitan lebih lanjut
S2 : 400-<1200 mm/th perlu memperluas wilayah penelitian
dan >2000– 2800 mm/th untuk membandingkan produksi tiap
S3 : < 400 mm/th lokasi.
N : -
69

B. Siswanto&H. Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

Tabel 4. Usulan Kriteria Persyaratan Lahan Tanaman Porang (Amarphopalus ancophyllus)


Persyaratan Kelas Kesesuaian Lahan
Penggunaan/kar Sumber
S1 S2 S3 N
akteristik Lahan
Temperatur (tc) 22-30 14 - <22 6 -<14 <6 Hasil
Temperatur rerata dan penelitian
(C0) harian >30-35 (2009)
Ketersediaan air Hasil
(wa) 1200 – 2000 400 - <1200 dan penelitian
<400 -
Curah hujan (mm) >2000 – 2800 (2009)
Ketersediaan air Siswanto
(w) 1-7 7.1-8.0 8.1-9.0 >9 (2008)
Bulan kering (<75
mm)
Ketersediaan
oksigen (oa) * * * *
Drainase
Media perakaran
(rc)
Tekstur * * * *
Bahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55 Djaenuddin
Kedalaman tanah * * * * (2003)
(cm)
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) >medium >10 sangat - Siswanto
Rendah rendah (2008)

Kejenuhan basa >50 35-50 <35 - Djaenuddin


(%) (2003)

pH H2O 5,0-7,0 4,0-5,0 <4,0 dan - Djaenuddin


dan >7,5 (2003)
7,0-7,5

C-organik(%) >0,4 <0,4 - - Djaenuddin


(2003)
Ketersediaan
hara (n)
N-total lapisan * * * * *
bawah
P2O5 lapisan * * * * *
bawah
K2O lapisan * * * * *
bawah
Toksisitas (xc) Siswanto
Salinitas (Ds/m) <5 5.0-8.0 8.0-10 >10 (2008)
10-15 15-20 >20 dan
Djaenuddin
(2003)
Bahaya Erosi Siswanto
(eh) (2008)
Lereng (%) <8 9-15 15-30 >30 dan
70

B.Siswanto&H.Karamina/Buana Sains Vol 16 No 1: 57-70, 2016

DAFTAR PUSTAKA Perhutani. 2007. Budidaya Porang. Perum


Perhutani. Nganjuk.
Djaenudin, M.H., H. Subagyo, A. Mulyani, Setiadi dan Surya, Fitri. 1993. Kentang
dan N. Suharta. 2003. Kriteria Kesesuaian Varietas dan Pembudidayaan. Penebar
Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat Swadaya. Jakarta
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Siswanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar
Agroklimat. Bogor. Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna
Ermiati and M.P. Laksmanahardja. 1996. Lahan. Jurusan Tanah. Fakultas
Manfaat iles-iles (Amorphophallus sp) Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
sebagai bahan baku makanan dan Sumarwoto. 2004. Pengaruh Pemberian
industri. Jurnal Litbang Pertanian 15 (3): Kapur dan Ukuran Bulbil Terhadap
74-80. Pertumbuhan Iles-iles (Amorphophallus
Fitter, A.H., dan R.K.M. Hay.1981. Fisiologi muelleri Blume) Pada Tanah Ber-Al Tinggi
Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada . Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004 : 45-
University Press. Yogyakarta. 53. UPN ”Veteran”. Yogyakarta.
Harlastuti. 1980. Pemupukan Gandasil D http://agrisci.ugm.ac.id/vol11_2/no5_a
Lewat Daun Dibandingkan Dengan morpho.pdf. Akses 12 Januari 2009 pukul
Pemupukan NPK Berat Tanah Pada 12.30 WIB.
Tanaman Kentang. Fakultas Pertanian Sumarwoto.2005.Iles-iles (Amorphophallus
UGM. Yogyakarta muelleri Blume) Deskripsi dan Sifat-sifat
Nenny Yulicha Nur Rahmawati and Ahsin Lainnya. Biodiversitas Volume 6, Nomor
Daroni, 2014. Strategi pengembangan 3, Halaman: 185-190.
komoditi tanaman porang Utomo, Wani. 1995. Sifat Fisik Tanah.
(Amorphophallus onchophyllus) di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Kabupaten Nganjuk. Jurnal manajemen
Malang.
Agribisnis, Vol 14 No 1. Januari 2014

Anda mungkin juga menyukai