Anda di halaman 1dari 5

KELAS MAKSI 3 TUGAS K ELOMPOK 3

PROGRAM PASCASARJANA (001204312021) Andi Mugni Rizki Gazali


(003104312021) Nur Khaeriyani Chaerul
MAGISTER AKUNTANSI (004904312021) Ilyas ali
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

CRITICAL REVIEW
Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan

Judul Jurnal IMPLEMENTASI PSAK 73 TERKAIT SEWA PADA PT.


TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK

Penulis Moh. Iqbal Fakhrur Rosyid1 , Amrie Firmansyah2


Publikasi BPoliteknik Keuangan Negara STAN
E-mail: amrie.firmansyah@gmail.com1*

Reviewer Nur Khaeriyani Chaerul


Andi Mugni Rizki Gazali
Ilyas ali
Tanggal Review 04 Desember 2021

Abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk mengulas implementasi PSAK 73 yang diterapkan oleh PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan melakukan wawancara kepada tiga informan. Adapun wawancara kepada informan
terkait dengan standar akuntansi sewa di Indonesia, kebijakan akuntansi sewa di PT Telkom Tbk,
persiapan yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam penerapan PSAK 73 (2017), kendala dan
kebijakan PT Telkom Tbk dalam memitigasi kendala tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
kebijakan akuntansi sewa pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masih menggunakan PSAK 30
(2014) sampai tahun buku 2019, sedangkan mulai tahun 2020 Telkom sudah menerapkan standar
akuntansi sewa terbaru yaitu PSAK 73 (2017). Penerapan dini yang dilakukan oleh Telkom bukan
terkait dengan PSAK 73 (2017) melainkan penerapan IFRS 16 pada tahun 2019 untuk laporan
keuangan yang dilaporkan ke New York Stock Exchange. Dalam mengatasi kendala tersebut atas
penerapan PSAK 73 (2017), PT Telkom Tbk telah melakukan beberapa kebijakan seperti
menggunakan konsultan dan advisor, melakukan pelatihan pegawai, peningkatan sistem aplikasi
yang terkomputerisasi serta dukungan dari top management. Hasil temuan dalam penelitian ini
memberikan implikasi bahwa Telkom akan lebih efektif dan efisien apabila melakukan penerapan
dini terhadap PSAK 73 (2017) karena IFRS 16 saja sudah bisa diterapkan oleh Telkom sejak 2019.
Selain itu, Ikatan Akuntan Indonesia perlu membuat aturan rinci terkait akuntansi sewa atas tanah
sehingga terdapat adanya keseragaman perlakuan akuntansi tersebut.

Kata kunci: Leasing; Penerapan Dini; Standar Akuntansi


A. PENDAHULUAN
Perkembangan dunia bisnis bergerak sangat cepat dan mengalami persaingan yang ketat
dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumen. Oleh karena itu, perusahaan
membutuhkan aset tetap untuk membantu kelancaran operasional perusahaan. Safitri et al.
(2019) menyatakan bahwa aset tetap digunakan oleh perusahaan dalam rangka menyediakan
barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen baik untuk disewakan, untuk keperluan
administrasi dan bisa digunakan lebih dari satu periode. Perusahaan yang memerlukan aset
tetap tetapi tidak memiliki dana yang cukup, dapat melakukan pengadaan aset tetap dengan
mekanisme sewa. Perusahaan yang melakukan pengadaan aset tetap melalui mekanisme
sewa tentu membutuhkan suatu pedoman dalam perlakuan akuntansi terkait sewa. Pedoman
akuntansi terkait sewa tersebut mengatur perlakuan akuntansi terkait pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan sehingga data yang ditampilkan dalam laporan
keuangan perusahaan dapat memenuhi informasi yang dibutuhkan bagi pembaca laporan
keuangan. Informasi yang tidak relevan atas sewa dapat menyesatkan para pembaca laporan
keuangan karena informasi yang disajikan tidak wajar (Safitri et al, 2019). Internasional
Accounting Standard Board (IASB) telah menerbitkan pedoman terkait sewa yang
menggantikan IAS 17 yaitu IFRS 16 terkait lease pada tanggal 13 Januari 2016. Alasan
penerbitan IFRS 16 adalah lebih dari 85% komitmen sewa yang dimiliki oleh perusahaan
senilai US$ 3.3 triliun tidak muncul di laporan keuangan perusahaan jika menggunakan
standar sewa IAS 17, sehingga pembaca laporan keuangan sulit dalam mendapatkan
gambaran yang sesuai dengan kondisi sebenarnya terkait aset sewa dan liabilitas sewa.
Perusahaan sering sekali melakukan estimasi yang terlalu tinggi dalam mengestimasi jumlah
kewajiban off balance sheet (IASB, 2016). Indonesia memiliki pedoman akuntansi terkait
sewa yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAK IAI) dan disahkan pada tanggal 18 September 2017. Pedoman tersebut diatur dalam
standar akuntansi keuangan berbasis IFRS dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 73 (PSAK 73) atas Sewa. PSAK 73 (2017) merupakan adopsi dari IFRS 16 Leases
yang menggantikan PSAK 30 (2014). Terdapat perbedaan pada beberapa ketentuan yang
diatur dalam PSAK 30 (2014) dengan PSAK 73 (2017). Perbedaan tersebut terdapat pada
kriteria dalam klasifikasi sewa operasi dimana PSAK 73 (2017) mengatur kriteria yang lebih
ketat dalam pengklasifikasian sewa operasi dengan mengharuskan terpenuhinya kedua
kriteria berikut yaitu sewa aset berjangka pendek (sewa kurang atau sama dengan 12 bulan)
dan aset bernilai rendah (Ahalik, 2019). Apabila kedua unsur terpenuhi maka sewa akan
diklasifikasikan sebagai sewa operasi, namun apabila hanya satu unsur yang terpenuhi maka
sewa akan diklasifikasikan ke dalam sewa pembiayaan. Penelitian terdahulu mengenai
penerapan akuntansi terkait leasing dilakukan oleh Idrus (2016). Hasil dari penelitian
tersebut membuktikan bahwa PT Bumi Sarana Beton dalam menerapkan PSAK 30 (2014)
belum mencapai tingkat kesesuaian 100% dengan terdapatnya beberapa kriteria yang belum
terpenuhi. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Alipudin & Ningsi (2015) menyatakan
bahwa terdapat perbedaan antara perlakuan sewa yang diterapkan oleh PT BFI Finance
Indonesia Tbk dengan perlakuan akuntansi menurut PSAK 30 (2014). Perbedaan yang cukup
material terdapat pada perlakuan pendapatan sewa selama periode leasing, hal ini disebabkan
perusahaan menetapkan pembayaran angsuran sewa dengan pokok kewajiban dan beban
bunga yang tetap sepanjang periode sewa terhadap lessee. Dalam penelitian Manginsela et al.
(2018) menunjukkan bahwa penerapan PSAK 30 (2014) terkait akuntansi dalam kegiatan
sewa guna usaha PT. Bank SulutGo secara keseluruhan tidak sesuai dengan PSAK 30 (2014)
terkait sewa pembiayaan. Selanjutnya dalam penelitian Wowor et al (2019) menyimpulkan
bahwa penerapan perlakuan akuntansi sewa aset tetap yang diterapkan oleh PT
Nenggapratama Internusantara secara umum telah sesuai dengan PSAK 30 (2014), namun
masih ada beberapa perlakuan akuntansi yang masih kurang sesuai dengan PSAK 30 (2014).
Sementara itu, dalam penelitian Safitri et al. (2019) menemukan bahwa dampak penerapan
KELAS MAKSI 3 TUGAS K ELOMPOK 3
PROGRAM PASCASARJANA (001204312021) Andi Mugni Rizki Gazali
(003104312021) Nur Khaeriyani Chaerul
MAGISTER AKUNTANSI (004904312021) Ilyas ali
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PSAK 73 (2017) terhadap rasio keuangan paling berpengaruh pada sektor jasa dibandingkan
dengan sektor manufaktur dan pertambangan. Selanjutnya, Sandi et al. (2020) menyimpulkan
bahwa penerapan dni PSAK 73 (2017) pada PT Unilever Indonesia Tbk mengakibatkan
perubahan kebijakan akuntansi secara restropektif karena perusahaan harus menyajikan
kembali informasi laporan keuangan tahun sebelumnya. PSAK 73 (2017) terkait sewa
merupakan standar baru yang diterapkan oleh setiap entitas yang memiliki transaksi sewa
mulai 1 Januari 2020. Di Indonesia, DSAK membolehkan emiten untuk melakukan
penerapan dini. Emiten Indonesia yang tercatat di dua bursa seperti PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk (Telkom) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan New York Stock
Exchange sudah mulai menerapkan standar baru ini (Indotelkoc, 2019). Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis persiapan penerapan PSAK 73 (2017) terkait sewa pada PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. Penelitian ini membahas terkait identifikasi persiapan,
kendala yang terjadi dan kebijakan yang diambil secara empiris terhadap penerapan PSAK
73 atas akuntansi sewa oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Sebagian besar penelitian
terdahulu yang mengulas akuntansi terkait sewa masih menggunakan PSAK 30 (2014),
sedangkan penelitian yang mengulas penerapan akuntansi sewa sebagaimana PSAK 73
(2017) masih jarang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan
karena penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemangku kepentingan
baik secara akademis maupun secara praktis terkait dengan penerapan perubahan standar
akuntansi sewa dan persiapan yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam penerapan
akuntansi sewa tersebut secara komprehensif komprehensif.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Sewa adalah suatu perjanjian yang mana lessor memberikan kepada lessee hak untuk
menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati (Kieso et al., 2018). Sebagai
imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor (IAI,
2014). Menurut Subekti (2014), penyewaan adalah suatu perjanjian yang saling mengikat
antara kedua belah pihak dimana pihak yang satu memberikan hak kepada pihak yang lain
untuk memanfaatkan suatu barang selama periode tertentu dengan melakukan suatu
pembayaran yang telah disepakati. Sementara itu, Kieso et al (2018) mendefinisikan sewa
sebagai perjanjian kontraktual yang dilakukan oleh lessor dan lessee. Perjanjian ini
memberikan lessee hak untuk menggunakan aset spesifik yang dimiliki oleh lessor selama
periode tertentu. Sebagai gantinya, lessee melakukan pembayaran sewa selama periode sewa
kepada lessor. Selain pengertian menurut para ahli, sewa juga dapat dilihat dari segi hukum
seperti hukum islam dan hukum perdata. Sewa-menyewa dalam hukum islam disebut dengan
ijarah. Nurhayati & Wasilah (2013) mendefinisikan ijarah sebagai perjanjian (akad)
pemindahan hak guna dari barang atau jasa yang diikuti dengan pembayaran upah atau sewa
tanpa disertai dengan perpindahan hak milik. Sementara itu, dari segi hukum perdata, sewa
menyewa juga diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) pasal 1584
yang memiliki arti suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk
memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak yang lain selama waktu tertentu, dengan
pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh pihak tersebut terakhir itu. Orang dapat
menyewakan pelbagai jenis barang, baik yang tetap maupun yang bergerak. Berdasarkan
uraian diatas, dalam penelitian ini sewa dapat didefinisikan sebagai suatu perjanjian antara dua
pihak (lessor dan lessee) yang mengakibatkan peristiwa hukum dimana pihak lessor memiliki
hak untuk menggunakan aset lessor selama jangka waktu tertentu yang telah disepakati, dan
sebagai gantinya pihak lessor akan mendapatkan imbalan akibat dari perolehan manfaat atas
aset yang digunakan oleh lessee. Selanjutnya unsur-unsur yang terdapat dalam sewa meliputi:
lessor (pihak yang menyewakan); lessee (pihak yang menyewa); objek sewa; pembayaran
secara berkala; nilai sisa; adanya hak opsi bagi lessee; dan periode perjanjian. PSAK 73
(2017) mensyaratkan perusahaan untuk menilai apakah kontrak merupakan, atau mengandung
sewa pada tanggal permulaan kontrak. Secara substansial, perlakuan akuntansi berdasarkan
PSAK 73 (2017) masih menggunakan prinsip pengaturan dalam PSAK 30 (2014). Suatu
kontrak disebut merupakan atau mengandung sewa jika kontrak tersebut memberikan hak
kepada penyewa untuk mengendalikan aset dalam jangka waktu tertentu dengan membayar
imbalan sesuai dengan yang disepakati oleh kedua belah pihak.

C. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Wawancara dilakukan
untuk mendapatkan informasi terkait dengan ulasan masalah penelitian dilakukan kepada tiga
informan. Dua informan terdiri dari dua dosen akuntansi keuangan Politeknik Keuangan
Negara STAN yang memahami dan mengikuti perkembangan akuntansi sewa di Indonesia
sebagai Narasumber 1 dan Narasumber 2. Selanjutnya informan ketiga berasal dari perwakilan
Bagian Accounting PT Telkom yang mengetahui secara keseluruhan terkait kebijakan
akuntansi sewa di Telkom sebagai Narasumber 3. Secara garis besar narasumber
diwawancarai terkait dengan standar akuntansi sewa di Indonesia, kebijakan akuntansi sewa di
PT Telkom Tbk, persiapan yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam penerapan PSAK 73
(2017), kendala dan kebijakan PT Telkom Tbk dalam memitigasi kendala tersebut.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Standar akuntansi yang mengatur sewa sebelumnya telah diatur di dalam PSAK 30 (2014).
Beberapa ahli berpendapat bahwa standar tersebut kurang relevan dengan perkembangan
zaman yang ada. PSAK 30 (2014) dianggap kurang menggambarkan kondisi aktual
perusahaan. DSAK IAI pada 18 September 2017 menerbitkan standar sewa terbaru yaitu
PSAK 73 (2017). PSAK 73 (2017) menggantikan PSAK 30 (2014) dan diharapkan standar
baru ini bisa menggambarkan kondisi aktual terkait transaksi sewa di perusahaan.
Sebenarnya untuk konsepnya sudah bagus, semua sewa diakui sebagai sewa pembiayaan
kecuali bagi sewa yang kurang dari setahun dan nilai sewa tidak signifikan. Terkait dengan
kontrak (sewa) yang lebih setahun maka mau tidak mau kita harus akui sebagai kewajiban
kita karena kita memiliki kewajiban di masa yang akan datang. Menurut kami konsep ini
menurut akuntansi acceptable dan lebih menggambarkan kondisi aktual perusahaan. Standar
ini akan berdampak signifikan dari sisi lessee karena selama ini terdapat lessee dapat
mencatat sewa sebagai sewa operasi walaupun sewa dilakukan lebih dari setahun namun
dengan PSAK 73 (2017) lessee diwajibkan mencatat transaksi diatas kedalam sewa
pembiayaan sehingga yang sebelumnya off-balance sheet atas transaksi tersebut menjadi on
balance sheet.

E. KESIMPULAN
Kebijakan akuntansi sewa pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masih menggunakan
PSAK 30 (2014) sampai tahun buku 2019, sedangkan mulai tahun 2020 Telkom sudah
menerapkan standar akuntansi sewa terbaru yaitu PSAK 73 (2017). Penerapan dini yang
dilakukan oleh Telkom bukan terkait dengan PSAK 73 (2017) melainkan penerapan IFRS 16
pada tahun 2019 untuk laporan keuangan yang dilaporkan ke New York Stock Exchange.
Persiapan yang dilakukan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebagian besar sudah
sesuai dengan saran PWC Indonesia dan narasumber. Persiapan yang dilakukan Telkom
dalam penerapan PSAK 73 (2017) terkait sewa selama satu setengah tahun yang meliputi gap
KELAS MAKSI 3 TUGAS K ELOMPOK 3
PROGRAM PASCASARJANA (001204312021) Andi Mugni Rizki Gazali
(003104312021) Nur Khaeriyani Chaerul
MAGISTER AKUNTANSI (004904312021) Ilyas ali
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

analysis, proses bisnis, people, IT dan dukungan top management. Kendala yang dihadapi
Telkom tentu berbeda dengan yang dihadapi oleh perusahaan lain. Beberapa kendala yang
dihadapi terdiri dari banyaknya kontrak yang tersebar di seluruh Indonesia sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama, kemudian dari sistem aplikasi, SDM yang dimiliki
oleh perusahaan. Dalam mengatasi kendala tersebut, Telkom telah melakukan beberapa
kebijakan seperti menggunakan konsultan dan advisor, melakukan pelatihan pegawai,
peningkatan sistem aplikasi yang terkomputerisasi serta dukungan dari top management.

F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Kelebihan jurnal ini adalah mengangkat tentang akuntansi syariah yang baru dikembangkan di
Hasil temuan dalam penelitian ini memberikan implikasi bahwa Telkom akan lebih efektif dan
efisien apabila melakukan penerapan dini terhadap PSAK 73 (2017) karena IFRS 16 saja
sudah bisa diterapkan oleh Telkom sejak 2019. Apabila dilihat dari segi cost and benefit tentu
akan lebih baik jika Telkom membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK 73
(2017) sejak 2019 agar pihak Telkom tidak melakukan pekerjaan dua kali yaitu laporan
keuangan yang menggunakan IFRS 16 dan laporan keuangan yang menggunakan PSAK 30
(2014). Penerapan PSAK 73 (2017) menghapus ISAK 25 (2011) tentang hak atas tanah.
Telkom mengalami kesulitan dalam melakukan assessment terhadap sewa atas tanah karena
PSAK 73 (2017) tidak mengatur secara rinci perlakuan akuntansi terkait sewa atas tanah
sehingga menimbulkan multi tafsir dalam perlakuan akuntansi terkait sewa atas tanah. Oleh
karena itu, IAI perlu membuat aturan rinci terkait akuntansi sewa atas tanah sehingga
teradapat keseragaman perlakuan akuntansi tersebut. Penelitian ini hanya terbatas pada data
dan informasi terkait kebijakan sewa dan persiapan penerapan PSAK 73 (2017) pada Telkom.
Dengan demikian, penelitian ini belum bisa menggambarkan kondisi perusahaanperusahaan
lainnya yang juga menerapkan kebijakan yang sama

G. SARAN
penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan data sektor lain untuk membandingkan
hasil penelitian tersebut dengan penelitian ini. Selain itu penelitian selanjutnya juga dapat
mengamati dampak dari penerapan PSAK 73 (2017) sebelum dan sesudah diterapkan oleh
objek penelitian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai