TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres Kerja
tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat diinginkan dan yang hasilnya
dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting. Stres menunjukkan suatu kondisi
kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan dan yang
sebagai respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu dan proses
berlebihan pada seseorang. Gibson et al, (1989) mendefinisikan stres kerja sebagai
11
12
psikologis, yaitu, suatu konsekuensi dari setiap kegiatan, situasi, atau kejadian
eksternal yang membebani tuntutan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap
seseorang. Sedangkan menurut Anoraga (2001), stres kerja adalah suatu bentuk
pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh kemampuannya. Jika
sekali orang itu akan terkena stres kerja. Stres tersebut akan muncul apabila ada
ahli yang mendifinisikan stres kerja. Penulis menyimpulkan bahwa stres kerja
adalah suatu yang dirasa memberikan tekanan akibat adanya beban kerja yang
pekerjaannya.
13
Menurut Robbins (2006) aspek-aspek stres kerja meliputi tiga aspek, yaitu;
a. Pertama fisiologis, hal ini dapat dilihat pada orang yang terkena stres
antara lain adalah; sakit kepala, sakit punggung, otot terasa kaku, tekanan
lain, mudah membatalkan janji atau tidak memenuhi janji, suka mencari
tidak teratur.
a. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air
punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang,
menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah
orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang
interpersonal. Pada penelitian ini peneliti memilih aspek stres kerja menurut
Robbins (2006) gejala fisik ditandai dengan adanya gangguan fisiknya seperti
sakit kepala, otot terasa kaku, dan lelah atau kehilangan daya energi. Gejala
psikologis ditandai dengan adanya perasaan mudah marah, cemas, dan depresi.
menyalahkan orang lain dan tidur tidak teratur. Peneliti memilih aspek stres kerja
dari Robbins karena dari tiga aspek tersebut sesuai dan mencakup secara
a. Faktor lingkungan
lingkungan pekerjaan.
b. Faktor organisasional
c. Faktor individual
a. Kondisi kerja
Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab pekerja mudah jatuh
b. Konflik peran
sebagian besar pekerja yang bekerja diperusahaan yang sangat besar atau
yang kurang memiliki strukur yang jelas, mengalami stres karena konflik
peran. Mereka stres karena ketidak jelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu
c. Pengembangan karier
mereka untuk mencapai prestasi dan karier yang baik sering kali tidak
manajemen perusahaan, atau karena sudah tidak ada kesempatan lagi untuk
naik jabatan.
17
stres kerja. Pada penelitian yang dilakukan oleh NIOSH research 1998 (dalam
Widhiastuti, 2002) penyebab stres kerja dapat dibagi dua yaitu yang berasal dari
1) Dari diri individu adalah usia, kondisi fisik dan faktor kepribadian, apakah
kepribadian tipe A atau tipe B, pribadi ekstrovert atau introvert yang secara
2) Faktor dari luar individu adalah lingkungan baik lingkungan keluarga maupun
dengan stres yang disebut stress kerja dan dapat langsung mempengaruhi
adalah faktor lingkungan, organisasi, individual, kondisi kerja, konflik peran, dan
pernyataan Robbins (2008) bahwa kepribadian merupakan salah satu unsur dari
1. Pengertian Kepribadian
oleh Gordon Allport hampir 70 tahun yang lalu. Gordon Allport (dalam Robbins
dan Judge, 2008) mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukan
dirinya, juga bagaimana pola ukur karakter dalam dan karakter luar individu
seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut.
adalah kepribadian tipe A atau tipe B, pribadi ekstrovert atau introvert yang secara
jenis tipologi kepribadian. Fokus penelitian ini ada tipe kepribadian A dan tipe
kepriadian B.
orang yang secara agresif terlibat dalam perjuangan tanpa henti untuk mencapai
tujuan lebih dan lebih lagi dalam waktu paling sedikit. Friedman & Rosenman
tipe A sangat kompetitif dan berorientasi pada pencapaian, merasa waktu selalu
mendesak, sulit untuk bersantai dan menjadi tidak sabar dan marah jika
20
kompeten. Walaupun tampak dari luar tipe A sebagai orang yang percaya diri,
dan itu memaksa mereka untuk mencapai lebih banyak dan lebih banyak lagi
mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit, dan jika perlu, melawan
upaya-upaya lain atau orang lain yang menentang. Kepribadian tipe A cenderung
mempunyai semangat bersaing yang tinggi dan ambisius, berbicara dengan cepat,
suka menyela pembicaraan orang lain dan sering terperangkap dalam kemarahan
yang luar biasa. tipe A memiliki sifat yang agresif, mau menetang terhadap yang
lain untuk mendapatkan apa yg diinginkan, memiliki standart yang sangat tinggi
terhadap dirinya sendiri, bekerja secara berlebihan dengan kecepatan yang luar
perilaku tipe A adalah perilaku yang selalu berjuang tanpa henti, agresif, dan
Istilah tipe B datang dari karya kardiolog Amerika bernama Friedman &
Rosenman pada tahun 1974 (Luthans, 2006). Gambaran khas perilaku tipe B
perilaku tipe B adalah perilaku yang mampu bersantai tanpa merasa bersalah dan
21
segala sesuatunya dengan sabar, baik itu di lingkungan pekerjaan atau pun di
lingkungan keluarga. Selain itu individu tipe B cenderung lebih santai dalam
dan kurang ambisi. Adalah keliru untuk percaya bahwa hanya orng yang giat dan
suka sekali bekerja keras, yang sangat kompetitif, terburu-buru, dan agresif yang
perilaku tipe B adalah perilaku yang perilaku yang santai, penyabar, dan
c. Berusaha keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau lebih
(penyabar)
2006)
b. Tidak sabar
g. Agresif
h. Kompetitif
2006)
23
b. Sabar
g. Berwatak lembut
melakukan dua hal dalam satu waktu, agresif, dan kompetitif. Sebaliknya,
hanya bisa mengerjakan satu hal dalam satu waktu, tidak kompetitif, dan merasa
tidak memiliki beban. Pada penelitian ini peneliti memilih ciri-ciri tipe
merasa tidak sabaran, berusaha melakukan dua hal sekaligus, tidak dapat
tipe B memiliki ciri yang berlawanan dengan tipe A, ciri kepribadian B adalah
penyabar, tidak kompetitif, menikmati waktu luang, dan merasa santai. Peneliti
memilih ciri-ciri tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B menurut Robbins dan
Judge (2008) karena dari ciri-ciri tersebut sesuai dan mencakup secara
Kepribadian B
kepribadian dan pekerjaan merupakan hal yang dapat menciptakan stres kerja.
Baik atau tidaknya suatu hasil pekerjaan bisa ditentukan oleh sesuai atau tidaknya
Misalnya, disposisi individu seperti pola kepribadian tipe A atau tipe B, kontrol
personal dan daya tahan psikologis mungkin saja mempengaruhi tingkat stres
Robbins dan Judge (2008) menyatakan bahwa stres kerja adalah hasil
menentukan stres kerja karyawan. Pekerjaan yang dijalani apabila tidak sesuai
individu yang merupakan salah satu faktor kepribadian tersebut adalah tipe
Rosenman (dalam Luthans, 2006) bahwa kepribadian dibagi menjadi 2 tipe, yaitu
sabaran, melakukan dua hal sekaligus, agresif dan melakukan segala sesuatu
dengan waktu, sabar, tidak pernah terburu-buru, dan merasa tidak mempunyai
beban.
25
1950-an. Pada akhir tahun 1960-an, Friedman dan Rosenman (dalam Luthans,
berlawanan dalam studi tentang stres. Jenis tipe tersebut digambarkan sebagai
waktu yang singkat. Karyawan tipe A adalah pekerja yang cepat karena karyawan
kepala (Robbins, 2006). Berbeda dengan karyawan tipe B yang lebih santai dan
pekerjaannya, karyawan tersebut merasa lebih tenang dan rileks. Ambisi untuk
Sejalan dengan hal tersebut, karyawan tipe B tingkat stresnya lebih rendah
Psikiater organisasi dari heart disease, anger linked and research shows
individu akan mengalami jenis stres yang dapat menyebabkan serangan jantung,
tekanan darah tinggi, dan masalah kesehatan lainnya. Perlu diketahui bahwa
dalam waktu yang singkat dapat meningkatkan stres kerja yang berjalan seiringan
Ditinjau dari aspek psikologis, karyawan tipe A merasa tidak sabaran dan
dalam tekanan waktu, menciptakan kehidupan yang penuh tenggat waktu bagi
dirinya sendiri. Seiring dengan kondisi tersebut karyawan akan merasa lebih
mudah cepat bosan, cemas, dan mudah marah. Karyawan tipe A mudah
dengan terlalu cepat (Robbins, 2006). Selain itu karyawan tipe A memiliki
dengan rekan kerjanya. Berbeda dengan dengan karyawan tipe B yang memiliki
ciri-ciri sabar dalam menghadapi tuntutan pekerjaan, tidak terburu-buru dan tidak
berprestasi sehingga jiwa bersaing atau kompetisi dengan rekan kerjanya cukup
tingkat stres yang rendah, karena individu tipe B dalam pekerjaan lebih
Ditinjau dari aspek perilaku, karyawan dengan tipe A lebih agresif dan
pekerjan selama 24 jam juga memberikan efek buruk terhadap siklus tidur
karyawan. Hal tersebut sejalan dengan individu ciri kepribadian tipe A yang
merasa terus-menerus dalam tekanan waktu dan agresif. Lain halnya dengan
karyawan yang memiliki ciri kepribadian tipe B. individu dengan tipe B tidak
contoh jika karyawan tipe B diberi tuntutan tugas dan merasa masih bisa
ada perbedaan stres kerja pada karyawan tipe kepribadian A dan karyawan tipe
santai dalam menghadapi tuntutan pekerjaan. Hal tersebut senada dengan studi
ektensif yang dilakukan oleh Friedman dan Rosenman (dalam Luthans, 2006).
28
Hasil studi tersebut ditemukan bahwa profil tipe A tingkat stresnya lebih tinggi
D. Hipotesis