Anda di halaman 1dari 5

.

PENDAHULUAN Kesehatan manusia semakin hari semakin dihadapkan dengan berbagai


permasalahan yang kompleks. Berbagai macam penyakit yang diderita semakin beragam. Salah
satunya penyakit yang ditimbulkan oleh parasit berupa cacing yang dipelajari dalam
Helmintologi (ilmu yang mempelajari parasit berupa cacing), yang tentunya sangat beraneka
ragam. Hampir disetiap ruang dalam dunia ini dihidupi oleh mikroorganisme jenis ini. Mereka
dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan berbagai macam cara, melalui makanan,
kebersihan lingkunganyang tidak terjaga, udara, dan banyak lagi cara yang tentunya sangat
berhubungan dengan perilaku manusia itu sendiri. Beragam jenis cacing dapat menyebabkan
angka prevalensi yang sangat tinggi, dengan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkannya.
Dalam bahasan ini, kami akan menguraikan jenis cacing Toxocara canis dan Toxocara cati yang
kami kaitkan dengan kesehatan pada manusia. Sehingga timbul, pertanyaan “ Bagaimana
hubungan jenis cacing Toxocara canis dan Toxocara cati terkait pada kehidupannya dengan
kahidupan manusia” Dari pembahasan yang kami uraikan, maka tujuan kami menyusun makalah
ini adalah sebagai berikut: 1. Diketahuinya klasifikasi terhadap jenis cacing Toxocara canis dan
Toxocara cati, 2. Apa nama penyakit yang ditimbulkannya, 3. Bagaimana kaitannya dengan
hospes, morfologi dan daur hidupnya, 4. Apa kaitannya dengan epidemiologi kesehatan, 5.
Bagaimana patologi dan gejala klinisnya, serta 6. Bagaimana pencegahan dan pengobatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia yang terinfeksi. Dalam penyusunan suatu makalah, tentunya
banyak manfaat yang di peroleh, di antaranya sebagai berikut: 1. Sebagai sarana untuk
menambah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kesehatan yang kami dapat salah satunya
melalui mata kuliah parasitologi kesehatan. 2. Sebagai latihan dalam penyusunan pangumpulan
data atau laporan penelitian agar penulis lebih terampil dalam pengolahan kata dan hasil yang di
dapat bisa lebih maksimal dari laporan sebelumnya. Semoga hasil yang di dapat menjadi
pembelajaran yang positif bagi kita semua dan dapat menjadi sebuah motivasi dalam
meningkatkan prestasi untuk masa depan. II. TEORI dan FAKTA 1. Klasifikasi Hewan Dalam
istilah parasitologi ada pokok bahasan yang dinamakan helmintologi, yaitu pokok bahasan yang
mempelajari tentang parasit berupa cacing. Berdasarkan taksonomi, cacing dibagi ke dalam dua
kelompok, di antaranya: 1. NEMATHELMINTHES ( cacing gilik) 2. PLATYHELMINTHES
( cacing pipih). Dalam bahasan ini kami mengulas tentang cacing Toxocara canis dan Toxocara
cati yang termasuk ke dalam NEMATHELMINTHES atau kelas NEMATODA, yang
mempunyai ciri-ciri berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga
badan dan alat-alat. Cacing jenis ini mempunyai alat kelamin terpisah. Dalam Parasitologi
Kedokteran nematoda dibagi ke dalam dua bagian, yaitu nematoda usus yang hidup di rongga
usus dan nematoda jaringan yang hidup di jaringan berbagai alat tubuh. 2. Morfologi Toxocara
canis berjenis kelamin jantan mempunyai ukuran panjang yang bervariasi antara 3,6 - 8,5 cm,
sedangkan Toxocara canis betina mempunyai ukuran antara 5,6 -10 cm. Toxocara cati berjenis
kelamin jantan berukuran antara 2,5 – 7,8 cm sedangkan Toxocara cati betina berukuran 2,5 – 14
cm. Bentuk hewan ini menyerupai Ascaris lumbricoides muda. PadaToxocara canis terdapat
sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada Toxocara cati berbentuk sayap
yang lebih lebar, sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor Toxocara canis
dan Toxocara cati hampir sama, untuk yang berjenis kelamin jantan ekornya berbentuk seperti
tangan dan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform), sedangkan untuk yang berjenis
kelamin betina bentuk ekornya bulat meruncing. Toxocara Canis Toxocara Cati 3. Daur Hidup
(Siklus Hidup) Siklus hidup Toxocara canis dan Toxocara cati pada anjing atau kucing serupa
dengan siklus askariasis pada manusia.. Siklus hidup Toxocara cati Sebagian besar cacing gelang
mempunyai siklus hidup yang mirip. Kebanyakan telur cacing menetas dalam waktu dua
minggu. Obat cacing membasmi cacing dengan cara merusak sistem syaraf cacing. Obat cacing
tidak bisa membasmi telur cacing karena telur tidak mempunyai sistem syaraf. Oleh karena itu
pemberian obat cacing harus diulang 2 minggu kemudianagar cacing yang berasal dari telur yang
baru menetas dapat segera dibasmi dengan tuntas. Cacing Toxocara canis, hidup di tanah,
lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor. Varian lain diantaranya: Toxocara cati, Toxocara
vitulorum, Toxocara pteropodis, Toxocara malayasiensis dll. Cacing ini daur hidupnya terutama
melalui anjing, kucing dan dilaporkan bisa melalui herbivora. 4. Epidemiologi 1. Di Indonesia
angka prevalensi tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 1-7 tahun, di Jakarta
prevalensi pada anjing 38,3% dan pada kucing 26 %. 2. Mereka lebih sering menghabiskan
waktu bermainnya di rerumputan, duduk di pasir, yang merupakan tempat dimana cacing jenis
ini berada. 3. Pada remaja, biasanya terjadi pada mereka yang memiliki kegiatan yang aktif,
misalnya, silat (berguling-guling di rerumputan, tanah, dsb), ataupun kegiatan yang berhubungan
dengan tanah atau lapangan kotor. 4. Pada usia dewasa juga bisa terjadi pada mereka yang
melakukan kegiatan kerja bakti membersihkan parit, halaman, pengangkut pasir, dsb. 5. Tanah,
lapangan, rumput yang terkontaminasi oleh cacing ini sangat mendukung cacing jenis ini untuk
tinggal dan berkembang biak. 5. Hospes Hospes atau inang dari cacing Toxocara adalah anjing
(T. canis) dan kucing (T. cati). Pada manusia, cacing ini dapat hidup sebagai parasit dan disebut
parasit pengembara, menyebabkan penyakit yang disebut visceral larva migrans (pengembaraan
larva di jaringan tubuh). Penyakit ini bersifat kosmopolit, ditemukan juga di Indonesia. Untuk
anjing dan kucing terinfeksi melalui migrasi transplacenta dan migrasi trans mammaria. Telur
cacing dapat ditemukan pada kotoran pada saat anak anjing dan anak kucing sudah berusia 3
minggu. Infeksi pada anjing betina bisa berakhir dengan sendirinya atau tetap (dormant) pada
saat anjing menjadi dewasa. Pada saat anjing bunting larva T. canis menjadi aktif dan
menginfeksi fetus melalui placenta dan menginfeksi anak mereka yang baru lahir melalui susu
mereka. Pada kucing, kucing jantan dan kucing betina sama-sama rentan terhadap infeksi, tidak
ada perbedaan nyata; namun kucing dewasa lebih rentan daripada kucing yang lebih muda. 6.
Nama Penyakit Toksokariasis (Visceral Larva Migrans) adalah suatu infeksi yang terjadi akibat
penyerbuan larva cacing gelang ke organ tubuh manusia. Toksokariosis bisa disebabkan oleh
Toxocara canis ataupun Toxocara cati. Telur parasit berkembang di dalam tanah yang
terkontaminasi oleh kotoran anjing dan kucing yang terinfeksi . Telur bisa ditularkan secara
langsung ke dalam mulut jika anak-anak bermain di atas tanah tersebut. Setelah tertelan, telur
menetas di dalam usus. Larva menembus dinding usus dan menyebar melalui pembuluh darah.
Hampir setiap jaringan tubuh bisa terkena , terutama otak, mata, hati, paru-paru, dan jantung.
Larva bertahan hidup selama beebrapa bulan, menyebabkan kerusakan dengan cara berpindah ke
dalam jaringan dan menimbulkan peradangan di sekitarnya. Telur Toxocara canis III.
PEMBAHASAN 1. Patologi dan Gejala Klinis Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa
dan mengembara di alat-alat dalam, khususnya di hati. Penyakit yang di sebabkan larva yang
mengembara ini disebut visceral larva migrans, dengan gejala eosinofilia, demam dan
hepatomegali. Visceral larva migrans dapat juga di sebabkan oleh Nematoda lain. Infeksi kronis
biasanya ringan terutama menyerang anak-anak, yang belakangan ini cenderung juga menyerang
orang dewasa, disebabkan oleh migrasi larva dari Toxocara dalam organ atau jaringan tubuh.
Gejala klinis ditandai dengan eosinofilia yang lamanya bervariasi, hepatomegali,
hiperalbuminemia, gejala paru dan demam. Serangan akut dan berat dapat terjadi, dalam keadaan
ini lekosit dapat mencapai 100,000/mm3 atau lebih (dengan unit SI lebih dari 100 x109/l),
dengan 50 – 90% terdiri dari eosinofil. Gejala klinis bisa berlangsung sampai satu tahun atau
lebih. Bisa timbul gejala pneumonitis, sakit perut kronis, ruam seluruh tubuh dan bisa juga
timbul gejala neurologis karena terjadi kelainan fokal. Bisa juga tejadi endoftalmitis oleh karena
larva masuk ke dalam bola mata, hal ini biasanya terjadi pada anak yang agak besar, berakibat
turunnya visus pada mata yang terkena. Kelainan yang terjadi pada retina harus dibedakan
dengan retinoblastoma atau adanya massa lain pada retina. Penyakit ini biasanya tidak fatal.
Pemeriksaan Elisa dengan menggunakan antigen stadium larva sensitivitasnya 75 – 90% pada
visceral larva migrans (VLM) dan pada infeksi bola mata. Prosedur western blotting dapat
dipakai untuk meningkatkan spesifisitas dari skrining menggunakan Elisa. 2. Cara-cara
Penularan Kebanyakan infeksi yang terjadi pada anak-anak adalah secara langsung atau tidak
langsung karena menelan telur Toxocara yang infektif. Secara tidak langsung melalui makanan
seperti sayur sayuran yang tercemar atau secara langsung melalui tanah yang tercemar dengan
perantaraan tangan yang kotor masuk kedalam mulut. Sebagian infeksi terjadi karena menelan
larva yang ada pada hati ayam mentah, atau hati sapi dan biri biri mentah. Telur dikeluarkan
melalui kotoran anjing dan kucing. Telur memerlukan waktu selama 1 – 3 minggu untuk menjadi
infektif dan tetap hidup serta infektif selama beberapa bulan; dan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan yang kering. Telur setelah tertelan, embrio akan keluar dari telur didalam intestinum;
larva kemudian akan menembus dinding usus dan migrasi kedalam hati dan jaringn lain melalui
saluran limfe dan sistem sirkulasi lainnya. Dari hati larva akan menyebar ke jaringan lain
terutama ke paru-paru dan organ-organ didalam abdomen (visceral larva migrans), atau bola
mata (Ocular larva migrans), dan migrasi larva ini dapat merusak jaringan dan membentuk lesi
granulomatosa. Parasit tidak dapat melakukan replikasi pada manusia dan pada hospes
paratenic/endstage lain; namun larva dapat tetap hidup dan bertahan dalam jaringan selama
bertahun-tahun, terutama pada keadaan penyakit yang asymptomatic. Jika jaringan hospes
paratenic dimakan maka larva yang ada pada jaringan tersebut akan menjadi infektif terhadap
hospes yang baru. 3. Masa Inkubasi Masa inkubasi pada anak-anak berlangsung dalam beberapa
minggu dan beberapa bulan dan sangat tergantung pada intensitas infeksi, terjadinya reinfeksi
dan sensitivitas penderita. Gejala okuler muncul 4 – 10 tahun setelah terjadinya infeksi awal.
Masa inkubasi dari infeksi yang diperoleh karena mengkonsumsi hati mentah sangat cepat
(beberapa jam sampai beberapa hari). 4. Gejala Toksokariasis biasanya menyebabkan infeksi
yang relatif ringan pada anak-anak usia 2-4 tahun, tetapi juga bisa mengenai anak-anak yang
lebih tua dan dewasa. Gejalanya dimulai dalam beberapa minggu setelah terinfeksi atai bisa
tertundan sampai beberapa bulan, tergantung seringnya pameparan dan kepekaan seseorang
terhadap larva. Yang pertama timbul adalah demam, batuk, atau bunyi nafas mengi dan
pembesaran hati. Beberapa penderita mengalami ruam-ruam di kulit, pembesaran limpa dan
pneumonia yang hilang-timbul. Anak-anak yang lebih besar cenderung tidak menunjukkan
gejala atau gejalanya ringan, tapi mereka bisa mengalami luka di mata yang mengakibatkan
gangguan penglihatan dan bisa dikelirukan dengan suatu tumor ganas di mata. 5. Diagnosa
Penyakit Cara diagnosis toksokariasis sulit karena cacing ini tidak menjadi dewasa, maka dari itu
harus dilakukan tes immunologis atau biopsi jaringan. Diduga terserang suatu toksokariasis, bila
pada seseorang ditemukan - kadar eosinofil yang tinggi (eosinofil adalah sejenis sel darah putih)
- pembesaran hati - peradangan paru-paru - demam - kadar antibodi yang tinggi dalam darah. 6.
Cara Pencegahan 1). Berikan penyuluhan kepada masyarakat, terutama kepada pemilik binatang
peliharaan tentang bahaya dari kebiasaan pica (menggigit, menjilat benda-benda) yang terpajan
daerah yang tercemar oleh kotoran hewan peliharaan. Juga dijelaskan tentang bahaya
mengkonsumsi hati mentah hewan yang terpajan dengan anjing dan kucing. Orang tua dan anak-
anak diberitahu tentang risiko kontak dengan binatang peliharaan seperti anjing dan kucing dan
bagaimana cara mengurangi risiko tersebut. 2). Hindari terjadinya kontaminasi tanah dan
pekarangan tempat anak-anak bermain dari kotoran anjing dan kucing, terutama didaerah
perkotaan dikompleks perumahan. Ingatkan para pemilik anjing dan kucing agar bertanggung
jawab menjaga kesehatan binatang peliharaannya termasuk membersihkan kotorannya dan
membuang pada tempatnya dari tempat-tempat umum. Lakukan pengawasan dan pemberantasan
anjing dan kucing liar. 3). Bersihkan tempat-tempat bermain anak-anak dari kotoran anjing dan
kucing. Sandboxes (kotak berisi pasir) tempat bermain anak-anak merupakan tempat yang baik
bagi kucing untuk membuang kotoran; tutuplah jika tidak digunakan. 4). Berikan obat cacing
kepada anjing dan kucing mulai dari usia tiga minggu, diulangi sebanyak tiga kali berturut-turut
dengan interval 2 minggu dan diulang setiap 6 bulan sekali. Begitu juga binatang piaraan yang
sedang menyusui anaknya diberikan obat cacing. Kotoran hewan baik yang diobati maupun yang
tidak hendaknya dibuang dengan cara yang saniter. 5) Biasakan mencuci tangan dengan sabun
setelah memegang tanah atau sebelum makan. 6). Ajarkan kepada anak-anak untuk tidak
memasukan barang-barang kotor kedalam mulut mereka. 7. Pengobatan Sebelum tahun 1960-an,
pengobatan cutaneous larva migrans menggunakan Chlorethyl, obat anastesi semprot dingin
(biasa juga dipakai di persepakbolaan). Ternyata obat semprot tersebut hanya menghambat, tidak
membunuh cacing. Perlu diketahui, cacing Toxocara canis terhambat pada suhu di bawah 10
derajat cecius, tetapi tidak mati, dan baru bisa mati pada suhu minus 15 derajat celcius. Itulah
mengapa disemprot Chlorethyl tak kunjung sembuh. Obat yang dianjurkan antara lain: Obat
cacing: Obat pilihan adalah: thiabendazole, ivermectin dan albendazole, sedangkan obat lainnya
Mebendazole. Thiabendazole Dosis: 25-50 mg/kg berat badan/hari, diberikan 2 kali sehari
selama 2-5 hari. Tidak diperkenankan melebihi 3 gram perhari. Dapat juga diberikan secara
topikal (obat luar) 10-15% dalam larutan. Albendazole. ( pilih yang ini ) Dosis dewasa dan anak
di atas 2 tahun: 400 mg perhari, dosis tunggal, selama 3 hari atau 200 mg dua kali sehari selama
5 hari. Dosis anak kurang dari 2 tahun: 200 mg perhari selama 3 hari. Atau 10-15 mg per kg
berat badan, 4 kali perhari selama 3-5 hari.Jining Wang, MD, February 28, 2006 Mebendazole
Dosis dewasa dan anak di atas 2 tahun: 100-200 mg dua kali sehari, selama 4 hari . Anak kurang
dari 2 tahun: tidak dianjurkan Anti alergi, untuk mengurangi alergi lokal, misalnya menggunakan
hidrokortison cream atau sejenisnya. Antibiotika, diberikan bila ada infeksi sekunder (bernanah).
VI. KESIMPULAN Dari pembahasan kami di atas mengenai parasit, yaitu berupa hewan cacing,
setelah kami membahas parasit Toxocara canis dan Toxocara cati, maka beberapa kesimpulan
dapat kami sampaikan, diantaranya sebagai berikut: 1. Cacing Toxocara canis dan Toxocara cati
termasuk ke dalam klasifikasi NEMATHELMINTHES (cacing gilik) dan termasuk ke dalam
kelas NEMATODA, yang memiliki bentuk bulat memanjang dan pada potongan tranvsversal
tampak rongga badan yang terlihat, dan memiliki alat kelamin terpisah. 2. Nama penyakit yang
di sebabkan oleh jenis cacing ini adalah Toxokariasis (visceral larva migrans), karena cacing ini
dapat hidup pada manusia sebagai parasit yang mengembara (erratic parasite) sehingga timbullah
penyakit visceral larva migrans. 3. Hospes atau inang dari cacing Toxocara adalah anjing (T.
canis) dan kucing (T. cati). Pada manusia, cacing ini dapat hidup sebagai parasit dan disebut
parasit pengembara, menyebabkan penyakit yang disebut visceral larva migrans (pengembaraan
larva di jaringan tubuh). Penyakit ini bersifat kosmopolit. Daur hidup cacing Toxocara canis,
hidup di tanah, lumpur, pasir dan tempat-tempat kotor. Varian lain diantaranya: Toxocara cati,
Toxocara vitulorum, Toxocara pteropodis, Toxocara malayasiensis dll. Cacing ini daur hidupnya
terutama melalui anjing, kucing dan dilaporkan bisa melalui herbivora. Sedangkan morfologi
Toxocara canis jantan berukuran panjang antara 3,6 – 8,5 cm untuk betina 5,7 – 10 cm. Untuk
Toxocara cati jantan berukuran antara 2, 5 – 7,8 cm, untuk betina antara 2,5 – 14 cm, dengan
bentuk yang mirip dengan Ascaris lumbriciodes. Pada Toxocara canis terdapat sayap servikal
yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada Toxocara cati bentuk sayap lebih lebar, dan
kepalanya menyerupai ular kobra. Bentuk ekor yang dimiliki hampir sama, yang jantan
berbentuk seperti tangan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform), sedangkan betina
ekornya bulat meruncing. 4. Epidemiologi yang terjadi : ? Angka prevalensi pada anak-anak
yang berusia 1-7 tahun sangat tinggi ? Lingkungan yang terkontaminasi oleh kotoran anjing atau
kucing yang kurang terperhatikan kebersihannya. ? Tanah, pasir , lapangan, rumput yang
terkontaminasi oleh kotoran anjing dan kucing sangat senang didiami oleh Toxocara canis dan
Toxocara cati. 5. Patologi dan gejala klinis di sebabkan larva yang mengembara ini disebut
visceral larva migrans, dengan gejala eosinofilia, demam dan hepatomegali. Visceral larva
migrans dapat juga di sebabkan oleh Nematoda lain. Gejala klinis ditandai dengan eosinofilia
yang lamanya bervariasi, hepatomegali, hiperalbuminemia, gejala paru dan demam. Serangan
akut dan berat dapat terjadi, dalam keadaan ini lekosit dapat mencapai 100,000/mm3 atau lebih
(dengan unit SI lebih dari 100 x109/l), dengan 50 – 90% terdiri dari eosinofil. Gejala klinis bisa
berlangsung sampai satu tahun atau lebih. Bisa timbul gejala pneumonitis, sakit perut kronis,
ruam seluruh tubuh dan bisa juga timbul gejala neurologis karena terjadi kelainan fokal. 6.
Pencegahan dan pengobatan ? Pencegahan : 1). Berikan penyuluhan kepada masyarakat,
terutama kepada pemilik binatang peliharaan tentang bahaya dari kebiasaan pica (menggigit,
menjilat benda-benda) yang terpajan daerah yang tercemar oleh kotoran hewan peliharaan. 2).
Hindari terjadinya kontaminasi tanah dan pekarangan tempat anak-anak bermain dari kotoran
anjing dan kucing, terutama didaerah perkotaan dikompleks perumahan. 3). Bersihkan tempat-
tempat bermain anak-anak dari kotoran anjing dan kucing. 4). Berikan obat cacing kepada anjing
dan kucing mulai dari usia tiga minggu, diulangi sebanyak tiga kali berturut-turut dengan interval
2 minggu dan diulang setiap 6 bulan sekali. 5) Biasakan mencuci tangan dengan sabun setelah
memegang tanah atau sebelum makan. 6). Ajarkan kepada anak-anak untuk tidak memasukan
barang-barang kotor kedalam mulut mereka. ? Pengobatan: Pengobatan cutaneous larva migrans
menggunakan Chlorethyl, obat anastesi semprot dingin. Dan diantara obat yang dianjurkan
antara lain: - Obat cacing: Obat pilihan adalah: thiabendazole, ivermectin dan albendazole,
sedangkan obat lainnya Mebendazole. - Thiabendazole - Albendazole. - Mebendazole - Anti
alergi - Antibiotika V. SARAN 1. Selalu menjaga kebersihan lingkungan, terutama pada
lingkungan yang banyak ditinggali oleh hewan berupa anjing dan kucing, karena hewan tersebut
yang dapat menyebabkan penyakit Toksokariasis. 2. Awasi dan perhatikanlah kebersihan anak-
anak yang gemar bermain di area tanah, rerumputan, lapangan, dan area dimana cacing Toxocara
canis dan Toxocara cati dapat tumbuh dengan baik. 3. Segera lakukan penanganan yang tepat
jika seandainya ada anak yang terinfeksi cacing jenis ini, segera lakukan penanganan medis. 4.
Sebaiknya bagi yang memiliki hewan peliharaan jenis anjing dan kucing, agar diperhatikan juga
kebersihannya, tempat makan, tempat buang air, dsb, sehingga suklit bagi cacing untuk
berkembang dengan baik. 5. Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun, agar kuman-
kuman dan sejenis cacing tidak dapat menyerang tubuh kita.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Anda mungkin juga menyukai