Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses


penyembuhan klien. Dalam pengertian lain mengatakan bahwa
komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat
memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan pada klien.

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti


dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi
menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar (Abdalati, 1989).

Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa terwujud


dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut
harus dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan baku interaksi terapeutik
perawat klien, tahapan itu adalah tahap pre orientasi, tahap orientasi,
tahap kerja dan tahap terminasi .

Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagaian kalangan ada


yang berpendapat dia adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus
berbicara, sedangkan sebagian lagi berpendapat walau dia tidak sadar dia
juga masih memiliki rasa atau masih mengatahui apa yang kita perbuat,
maka kita harus berkomunikasi walau sebagian orang beranggapan
janggal. Padahal, Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya pasien tidak
responsif, mereka masih dapat menerima rangsangan.Pendengaran
dianggap sebagai sensasi terakhir yang hilang dengan ketidaksadaran dan
yang menjadi pertama berfungsi. Faktor ini akan menjadi pertimbangan

1
2

mengapa perawat tetap harus berkomunikasi pada klien tidak sadar


sekali pun.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian komunikasi terapeutik?
2. Apa pengertian dari gawat darurat ?
3. Apa pengertian dari ICU ?
4. Bagaimanakah komunikasi dengan pasien di ruangan IGD ?
5. Bagaimanakah komunikasi dengan pasien di ruangan ICU ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik
2. Uuntuk dapat mengetahui pengertian dari IGD
3. Untuk mengetahui pengertian dari ICU
4. Untuk mengetahui komunikasi dengan pasien di ruangan IGD
5. Untuk mengetahui komunikasi dengan pasien di ruangan ICU
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan


tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah
Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang
atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera
dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak
mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau
cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.

Intensive Care Unit (ICU) menurut pengertian dari Departemen


Kesehatan Republik Indonesia merupakan unit perawatan khusus yang
dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan
penyulit yang mengancam serta melibatkan tenaga kesehatan terlatih,
didukung dengan kelengkapan peralatan khusus. Di sini tenaga medis
dituntut bisa memahami kondisi pasien, karena di ruang ICU sebagian
besar pasien adalah pasien koma, tidak sadar seutuhnya.

Komunikasi dalam keperawatan disebut juga dengan


komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh
seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus
mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan
kepuasan pasien dapat dipenuhi. (Pendi, 2009).

Komunikasi terapeutik terdiri atas 4 fase, yaitu fase pra


interaksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Setiap fase atau
tahapan komunikasi terapeutik mencerminkan uraian tugas dari
petugas, yaitu

3
1. Fase Prainteraksi
Pada fase prainteraksi ini, petugas harus mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri.Petugas juga perlu
menganalisa kekuatan kelemahan profesional diri.Selanjutnya
mencari data tentang klien jika mungkin, dan merencanakan
pertemuan pertama dengan pasien.
2. Fase Orientasi
Fase ini meliputi pengenalan dengan pasien, persetujuan
komunikasi atau kontrak komunikasi dengan pasien, serta
penentuan program orientasi. Program orientasi tersebut meliputi
penentuan batas hubungan, pengidentifikasian masalah,
mengakaji tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien, serta
mengkaji apa yang diharapkan dari komunikasi yang akan
dilakukan bersama antara petugas dan klien.Tugas petugas pada
fase ini adalah menentukan alasan klien minta pertolongan,
kemudian membina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi
terbuka. Merumuskan kontrak bersama klien, mengeksplorasi
pikiran, perasaan dan perbuatan klien sangat penting dilakukan
petugas pada tahap orientasi ini.Dengan demikian petugas dapat
mengidentifikasi masalah klien, dan selanjutnya merumuskan
tujuan dengan klien.
3. Fase kerja / lanjutan
Pada fase kerja ini petugas perlu meningkatkan interaksi dan
mengembangkan faktor fungsional dari komunikasi terapeutik
yang dilakukan. Meningkatkan interaksi sosial dengan cara
meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi
kecemasan, atau dengan menggunakan teknik komunikasi
terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam mengembangkan
hubungan kerja sama. Mengembangkan atau meningkatkan faktor
fungsional komunikasi terapeutik dengan melanjutkan pengkajian
dan evaluasi masalah yang ada, meningkatkan komunikasi pasien
dan mengurangi ketergantungan pasien pada petugas, dan
mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil
tindakan berdasarkan masalah yang ada.Tugas petugas pada fase
kerja ini adalah mengeksplorasi stressor yang terjadi pada klien
dengan tepat. Petugas juga perlu mendorong perkembangan
kesadaran diri klien dan pemakaian mekanisme koping yang
konstruktif, dan mengarahkan atau mengatasi penolakan perilaku
adaptif.
4. Fase Terminasi
Fase terminasi ini merupakan fase persiapan mental untuk
membuat perencanaan tentang kesimpulan pengobatan yang telah
didapatkan dan mempertahankan batas hubungan yang telah
ditentukan. Petugas harus mengantisipasi masalah yang akan
timbul pada fase ini karena pasien mungkin menjadi tergantung
pada petugas. Pada fase ini memungkinkan ingatan pasien pada
pengalaman perpisahan sebelumnya, sehingga pasien merasa
sunyi, menolak dan depresi.Diskusikan perasaan-perasaan tentang
terminasi.Pada fase terminasi tugas petugas adalah menciptakan
realitas perpisahan. Petugas juga dapat membicarakan proses
terapi dan pencapaian tujuan. Saling mengeksplorasi perasaan
bersama klien tentang penolakan dan kehilangan, sedih, marah
dan perilaku lain, yang mungkin terjadi pada fase ini.
B. Keperawatan gawat darurat

1. Klien Gawat Darurat


Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress nafas, Luka Tusuk
dada/perut dengan shock dan sesak, hipotensi / shock.
2. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut
Miocart Infac).
3. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat. Bisanya di lambangkan dengan label Biru.
Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
4. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya. Bisanya di
lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus
Lateratum tanpa pendarahan.
5. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan.
Bisanya di lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien
batuk, pilek.
6. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas
terakhir. Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau
perawat senior yang berpengalaman dan petugas triage juga
bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien
dan daerah ruang tunggu.
C. Tehknik komunikasi pada gawat darurat
1. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang
disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini
dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama
berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan
keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara
tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan
balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada
klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan
emosi klien.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau
penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan
ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau
penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak
menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan
sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam merespon
pembicaraan klien
3. Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan
umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya
mendapat respond an berharap komunikasi dapat berlanjut.
Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa
perawat mengikuti pembicaraan klien.
4. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan
pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan
pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk
memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi
5. Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien
untuk mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik.
Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal
yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan
klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada
permasalahan yang sedang dibicarakan.
D. Prinsip komunikasi gawat darurat
1. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu
ingin memberikan bantuan).
2. Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku
dan sikap.
3. Acceptance (menerima pasien apa adanya).
4. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya).
5. Empaty (merasakan perasaan pasien).
6. Trust (memberi kepercayaan).
7. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh).
8. Identifikasikan bantuan yang diperlukan.
9. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi.
10. Bahasa yang mudah dimengerti.
11. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga.
12. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien.
13. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan
sebutan yang negatif.
E. Komunikasi dengan Pasien Tidak Sadar di Ruangan ICU

Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu


komunikasi dengan menggunakan komunikasi khusus/teurapetik
dikarenakan fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami penurunan
sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan
klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan
koma, dengan gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan
fungsi otak yang berat dan dapat membahayakan kehidupan. Pada
proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya
mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan
oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun
ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan struktural/metabolik di
tingkat korteks serebri, batang otak keduanya.
Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya pasien tidak
responsif, mereka masih dapat menerima rangsangan.Pendengaran
dianggap sebagai sensasi terakhir yang hilang dengan ketidaksadaran
dan yang menjadi pertama berfungsi. Faktor ini akan menjadi
pertimbangan mengapa perawat tetap harus berkomunikasi pada klien
tidak sadar sekali pun.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak
sadar ini, kita tidak menemukan feed back (umpan balik), salah satu
elemen komunikasi. Ini dikarenakan klien tidak dapat merespon
kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak
sadar. Nyatanya dilapangan atau di banyak rumah sakit pasien yang
tidak sadar ini atau pasien koma di ruangan-ruangan tertentu seperti
Intensif Care Unit (ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain
sebagainya, sering mengabaikan komunikasi terapeutik dengan pasien
ketika mau melakukan sesuatu tindakan atau bahkan suatu intervensi.
Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagaian kalangan ada
yang berpendapat dia adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus
berbicara, sedangkan sebagian lagi berpendapat walau dia tidak sadar
dia juga masih memiliki rasa atau masih mengatahui apa yang kita
perbuat, maka kita harus berkomunikasi walau sebagian orang
beranggapan janggal. Maka dari itu kita sebagai perawat diajarkan
komunikasi terapeutik untuk menghargai perasaan pasien serta
berperilaku baik terhadap pasien sekalipun dia berada dalam keadaan
yang tidak sadar atau sedang koma.
F. Fungsi Komunikasi dengan Pasien Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Komunikasi dengan klien dalam
proses keperawatan memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Mengendalikan Perilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah
tidak memiliki respon dan klien tidak ada prilaku, jadi komunikasi
dengan pasien ini tidak berfungsi sebagai pengendali
prilaku.Secara tepatnya pasien hanya memiliki satu prilaku yaitu
pasien hanya berbaring, imobilitas dan tidak melakukan suatu
gerakan yang berarti.Walaupun dengan berbaring ini pasien tetap
memiliki prilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.
2. Perkembangan Motivasi
Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama
mempertahankan kesadaran, tetapi klien masih dapat merasakan
rangsangan pada pendengarannya.Perawat dapat menggunakan
kesempatan ini untuk berkomunikasi yang berfungsi untuk
pengembangan motivasi pada klien. Motivasi adalah pendorong
pada setiap klien, kekuatan dari diri klien untuk menjadi lebih
maju dari keadaan yang sedang ia alami. Fungsi ini akan terlihat
pada akhir, karena kemajuan pasien tidak lepas dari motivasi kita
sebagai perawat, perawat yang selalu ada di dekatnya selama 24
jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak lain halnya dengan
pasien yang sadar, karena klien masih dapat mendengar apa yang
dikatakan oleh perawat.
3. Pengungkapan Emosional
Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak
ada, sebaliknya perawat dapat melakukannya terhadap
klien.Perawat dapat berinteraksi dengan klien.Perawat dapat
mengungkapan kegembiraan, kepuasan terhadap peningkatan
yang terjadi dan semua hal positif yang dapat perawat katakan
pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk tidak bersikap
negatif terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak
langsung/langsung terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan
mendapatkan pengungkapan positif maupun negatif dari klien.
Perawat juga tidak boleh mengungkapkan kekecewaan atau kesan
negatif terhadap klien. Pasien ini berkarakteristik tidak sadar,
perawat tidak dapat menyimpulkan situasi yang sedang terjadi,
apa yang dirasakan pada klien pada saat itu. Kita dapat
menyimpulkan apa yang dirasakan klien terhadap apa yang
selama ini kita komunikasikan pada klien bila klien telah sadar
kembali dan mengingat memori tentang apa yang telah kita
lakukan terhadapnya.
4. Informasi
Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada
proses keperawatan yang akan kita lakukan. Setiap prosedur
tindakan keperawatan harus dikomunikasikan untuk
menginformasikan pada klien karena itu merupakan hak klien.
Klien memiliki hak penuh untuk menerima dan menolak terhadap
tindakan yang akan kita berikan. Pada pasien tidak sadar ini, kita
dapat meminta persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya
pada klien sendiri. Pasien berhak mengetahui apa saja yang akan
perawat lakukan pada klien. Perawat dapat memberitahu maksud
tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan terjadi jika kita
tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.
Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses
keperawatan menjalankan satu atau lebih dari ke empat fungsi di
atas. Dengan kata lain, tujuan perawat berkomunikasi dengan
klien yaitu untuk menjalankan fungsi tersebut. Dengan pasien
tidak sadar sekalipun, komunikasi penting adanya.Walau, fungsi
yang dijalankan hanya salah satu dari fungsi di atas. Dibawah ini
akan diuraikan fungsi-fungsi berkomunikasi dengan klien,
terhadap klien tidak sadar. Untuk dipertegas, walau seorang
pasien tidak sadar sekali pun, ia merupakan seorang pasien yang
memiliki hak-hak sebagai pasien yang harus tetap kita penuhi.
Perawat itu adalah manusia pilihan Tuhan, yang telah terpilih
untuk membantu sesama, memiliki rasa bahwa kita sesama
saudara yang harus saling membantu. Perawat akan membantu
siapapun walaupun ia seorang yang tidak sadar sekalipun. Dengan
tetap memperhatikan hak-haknya sebagai klien.
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk
membentuk hubungan saling percaya, empati, perhatian, autonomi
dan mutualitas.Pada komunikasi dengan pasien tidak sadar kita
tetap melakukan komunikasi untuk meningkatkan dimensi ini
sebagai hubungan membantu dalam komunikasi terapeutik.
G. Cara Berkomunikasi dengan Pasien Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Cara berkomunikasi dengan klien
dalam proses keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien
tidak sadar perawat juga menggunakan komunikasi
terapeutik.Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan klien.Dalam berkomunikasi kita dapat
menggunakan teknik-teknik terapeutik, walaupun pada pasien tidak
sadar ini kita tidak menggunakan keseluruhan teknik.Teknik
terapeutik, perawat tetap dapat terapkan. Adapun teknik yang dapat
terapkan, meliputi:
BAB III

NASKAH DIALOG

A. Dialog di ruangan IGD


1. pra interaksi
Suatu hari seorang pria berumur 37 tahun mengalami kecelakan
sepeda motor dan mengalami patah tulang dibagian betis. Oleh
kerabatnya dibawa kerumah sakit untuk segera diberi tindakan
medis.
2. Oientasi
Setelah keluarga dari pasien sudah menyelesaikan administrasi
perawat datang ke ruang unit gawat darurat dan setelah dokter
melakukan penanganan segera pada ektremitas bagian bawah
yang fraktuer perawat melakukan pemeriksaan ulang pada pasien

Perawat : “selamat pagi pak.”

Pasien : “pagi juga sus.”

Perawat : “perkenalkan saya perawat wiwik yang bertugas pada


pagi ini, maaf dengan bapak siapa?”

Pasien : “bapak andika sus.”

Perawat : “biasanya dipanggil bapak apa ya?”

Pasien : “pak dika aja sus.”

Perawat : “baiklah pak dika, gimana kondisi pagi ini? Apa ada
yang dikeluhkan?”

Pasien : “saya merasa nyeri pada bagiann kaki saya yang


patah.”

Perawat : “selain itu ada keluhan lain?”

Pasien : “tidak itu saja ners”

13
3. Fase kerja

Perawat : baik l bapak saya akan memeriksa keadaan


bapak,yang mana saya akan memeriksa tekanan darah bapak,suhu
badan bapak,sama deyutan nadi bapak

Pasien : Iya

Perawat : oke,bapak yuda lebih nyaman di periksa posisi


berbaring atau posisi duduk bapak?

Pasien : Duduk aja suster dan (suster pun menaikkan sandaran


pada bapak yuda)

Perawat : Baik bapak maaf ya bapak (suter memeriksa tekanan


darah,suhu tubuh,detakan jantung pasien)

Perawat : Alahamdulillah pemeriksaan nya udah selesai bapak


dan (suster mengembalikan posisi pasien yuda dengan posisi
berbaring)

Pasien : Terima kasih

Perawat : Iya bapak, sekarang saya akan menyebutkan hasil


pemeriksaannya bapak,

Tekanan darah : (normal) 110per 80

Suhu tubuh 36

Denyut nadi : 70x permenit

Pasien : Alhamdulillah terimakasih suster

Perawat : sama-sama bapak ini telah menjadi kewajiban dan


tugas kami bapak sebagai suster,

Pasien : iya suster

Perawat : Oya, karna bapak disini baru datang, saya disini akan
mengorientasikan pada bapak dan keluarga mengenai peraturan
dan fasilitas yang ada di ruangan ini. Tujuannya untuk menjaga
kenyamanan bapak. Apa bapak bersedia?”

Perawat : “sebelumnya, saya akan membaca peraturan untuk


ruangan ini terlebih dahulu, pertama mengenai jam kunjung,di
rumah sakit ini, jam kunjung dibatasi, karna untuk menjaga
kenyamanan klien. Jam kunjung pagi dari jam 09.00-11.00, jam
kunjung sore dari jam 14.00-17.00, pengunjung yang boleh
masuk maksimal 2orang, jadi apabila ada kerabat atau keluarga
bapak yang berkunjung lebih dari 2orang, telah disediakan ruang
tunggu didepan ruangan untuk bergantian menjenguk. Sebelum
dilanjutkan ada yang ingin ditanyakan?”

Pasien : “nggak ada sus.”

Perawat :“baiklah kalau begitu, kita lanjut ya pak. Selanjutnya


saya akan mengorientasikan lingkungan dan fasilitas yang ada
diruangan ini. tempat tidur ini bisa dinaikkan bagian atas dan
bawahnya, ini ada pemutarnya yang sebelah kanan untuk
menaikkan bagian kaki dan yang kiri untuk menaikkan bagian
kepala. disebelah kanan tempat tidur ada lemari kecil,disana nanti
bisa dipakai untuk menyimpan pakaian ganti untuk bapak dan ibu,
dibagian kiri dekat pintu ada kamar mandi,jadi nanti bapak bisa
mandi atau buang air disana, diatas tempat tidur ada bell,jika
bapak membutuhkan sesuatu atau jika pada keadaan darurat
silahkan menekan bell. Oya buk, diruangan ini juga tidak
diperkrnankan merokok, dan mohon bantuannya untuk menjaga
kebersihan ruangan ini untuk kenyamanan bersama ya pak.”

4. Terminasi

Perawat : “ Bagaimana ada yang ingin ditanyakan bapak?”

Pasien : ”tidak ada sus, sudah cukup jelas.”

Perawat : baiklah bapak tugas saya sudah selesai,apa bila bapak


membutuhkan sesuatu bapak bisa menghubungi kami dengan cara
memencet tombol yang berwana hijau tepat di atas kepala bapak.

Pasien : iya ners

Perawat : bapak istirahat saja dahulu, nanti 10 menit lagi dokter


akan kesini untuk memeriksa keadaan bapak.”

Pasien : “iya ners.

Perawat : “saya permisi dulu pak, terimakasih ata

kerjasamanya. Pasien : “iya ners, terimakasih juga.


B. Dialog di ruangan ICU
Kasus :
Seorang pasien bernama Tn. A (30 tahun) mengalami koma selama
enam bulan. Sekarang Tn. A dirawat di RS dr. Soebandi dan
ditempatkan di ruang ICU. Sebelumnya Tn. A pernah dirawat di Rs X
dalam keadaan koma. Perawatpun melakukan tindakan
1. Tahap Pra-
interaksi
Mempersiapkan :
Topik :Pemberian obat melalui injeksi IV pada
pasien koma.
Subtopik :Menyembuhkan pasien.
Tujuan jangka panjang :Setelah dilakukan tindakan, diharapkan
beberapa lama kemudian pasien sadar dan
kembali seperti keadaan semula.
Tujuan jangka pendek :Tidak terjadi penurunan kestabilan dan
kesadaran.
Sasaran : Pasien koma.
Tempat : Di R.S.U.D dr. Soebandi.
Waktu : 5 menit.

Karakteristik Klien :

Nama : Tn. A.
Umur : 30 tahun.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Kondisi : Menderita koma selama enam bulan.
Riwayat Penyakit : Seorang pasien yang bernama Tn. A adalah
kakak dari Ny. B, sebelumnya Tn. A pernah dirawat dirumah
sakit dengan keadaan koma dan sekarang harus dirawat lagi di
RSUD dr. Soebandi di tempatkan diruang ICU.
Keadaan umum : Pasien masuk RSUD dr. Soebandi dengan
keadaan koma.
2. Tahap Orientasi
Perawat : Selamat pagi Bu.
Keluarga : Selamat pagi
Ners.
Perawat : Bagaimana kabar Tn. A Bu?
Keluarga : Ya begitulah Ners, seperti biasanya masih belum
ada perkembangan. Kakak saya masih belum sadar, padahal
Dokter bilang beliau sudah melewati masa kritis. Tapi kenapa
kakak saya belum sadar ya Ners?
Perawat : Sabar ya Bu, lebih baik Ibu banyak berdoa agar Tn.
A segera sadar dan bisa berkumpul dengan keluarga seperti
dulu.
Keluarga : Amin, tapi kira-kira sampai berapa lama Ners?
Perawat : Kalau masalah itu saya belum bisa memastikan
Bu, tapi yang pasti kami akan berusaha merawat Tn. A sebaik
mungkin untuk membantu proses penyembuhan. Ibu, hari ini
saya akan memberikan obat pada Tn. A, nanti Tn. A akan
disuntik menggunakan obat ini. (sambil menunjukkan obatnya)
Apakah saya di perbolehkan memberi obat ini pada Tn. A?
Keluarga : Silahkan Ners, lakukan yang terbaik untuk kakak
saya.
Lalu perawat masuk ke ruang ICU, kemudian mempersiapkan
alat untuk injeksi.
Perawat : Selamat pagi Bapak, perkenalkan saya perawat
Sinta yang akan merawat bapak hari ini. Bapak hari ini saya
akan memberikan obat melalui injeksi IV. (sambil menyentuh
pasien)
3. Tahap Kerja
Perawat : Bapak, saya akan menyuntikkan obatnya sekarang
ya? (Sambil menyentuh pasien), Bismillah.
4. Tahap Terminasi
Beberapa menit kemudian perawat telah selesai melakukan
tindakan.
Perawat : Bapak saya sudah selesai memberi obat pada
Bapak, semoga obat yang saya masukan bisa membantu bapak
agar cepat sembuh dan segera bertemu dengan keluarga Bapak,
karena keluarga Bapak sudah ingin bertemu dengan Bapak lagi.
(sambil menyentuh dan menghadap pasien)
Perawat : Baik bapak, karena saya sudah selesai memberi
tindakan, saya pamit dulu ya? Permisi Bapak.
Perawat keluar dari ruangan dan kembali bertemu dengan
keluarga pasien.
Keluarga : Bagaiman keadaan kaka saya Ners?
Perawat : Kondisi kakak Ibu stabil, akan tetapi masih belum
ada perkembangan yang menunjukkan tanda-tanda sadar. Ibu
tetap sabar, banyak berdoa untuk kesembuhan Tn.A. Kalau Ibu
tidak pantang menyerah, pasti akan membawa dampak positif
pada kesehatan Tn. A.
Keluarga : Baik Ners, saya ingin kakak saya segera sadar dan
bisa berkumpul dengan keluarga lagi.
Perawat : Kalau begitu saya permisi dulu ya Bu? Kalau Ibu
membutuhkan bantuan saya atau perawat yang lain, silahkan
datang ke nursestation ya? Semoga Tn. A cepat sembuh,
Assalamualaikum.
Keluarga : Amin, terimakasih Ners. Waalaikumsalam.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang
perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu
memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.

Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat


darurat yaitu dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain,
tetapi dalam hal ini yang lebih di utamakan dalam mengatasi gawat
darurat adalah tindakan yang akan diberikan kepada pasien harus lebih
cepat dan tepat.

perawat diajarkan komunikasi terapeutik untuk menghargai perasaan


pasien serta berperilaku baik terhadap pasien sekalipun dia berada
dalam keadaan yang tidak sadar atau sedang koma.

Fungsi komunikasi dengan pasien tidak sadarmengendalikan perilaku,


perkembangan motivasi, pengungkapan emosional dan informasi

Adapun teknik/cara berkomunikasi dengan pasien tidak sadar: dengan


menjelaskan, memfokuskan, memberikan informasi dan
mempertahankan ketenangan

Tahap komunikasi dengan pasien tidak sadar terbagi menjadi tahap


prainteraksi, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

B. Saran
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya penulisan
makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukharipah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik


Keperawatan.Bandung : PT Refika Aditama

Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Tran Info


Media.
Nurhasanah, Nunung. (2010). Ilmu komunikasi dalam konteks keperawatan.
Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai