Anda di halaman 1dari 7

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 109-115)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU


BERBASIS BERPIKIR KRITIS DENGAN TEMA VENTILATOR
PADA SISWA SMP/MTs KELAS VIII

Yuliawati Susana1, Sarwanto2, Puguh Karyanto3


1Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57216, Indonesia
yuliasusan81@gmail.com
2Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57216, Indonesia
sarwanto.fkip.uns@gmail.com
3Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57216, Indonesia
karyarina@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) karakteristik modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis pada
tema ventilator sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa di SMP Negeri 6 Purwodadi; (2)
kelayakan modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis pada tema ventilator sesuai dengan kriteria standar
kelayakan bahan ajar dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di SMP Negeri 6 Purwodadi; (3)
keefektifan modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis pada tema ventilator dalam proses pembelajaran di
SMP Negeri 6 Purwodadi. Penelitian dan pengembangan modul IPA terpadu ini menggunakan prosedur 4-D
Models yang terdiri dari 4 tahap yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap
pengembangan (develop), dan tahap pendistribusian(disseminate). Analisis data yang digunakan selama
proses penelitian dan pengembangan adalah analisis deskriptif, analisis kelayakan modul berdasarkan skor
kriteria,analisis tes kemampuan kognitif melalui t-test dan gain score serta analisis deskriptif dengan
persentase untuk kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian menunjukkan: (1)karakteristik modul IPA
terpadu berbasis berpikir kritis menggunakan keterpaduan integrated telah berhasil dikembangkan dengan
fitur-fitur berdasarkan indikator berpikir kritis yaitu focus, reasons, inference, situation, clarity, dan
overview; (2) modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis dengan tema ventilator yang dikembangkan sangat
layak digunakan dalam pembelajaran ditinjau dari aspek isi, keterpaduan, berpikir kritis, penyajian,
kegrafikan dan bahasa; (3) modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis dengan tema ventilator yang
dikembangkan telah digunakan efektif untuk pembelajaran dengan hasil perolehan persentase sebesar 75,00%
ditinjau dari aspek kemampuan berpikir kritis.

Kata kunci: modul IPA terpadu, berpikir kritis, ventilator

Pendahuluan Pembelajaran IPA di SMP/MTs disajikan


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam bentuk yang utuh dan tidak terpisah
mempunyai karakteristik komponen yang dengan mengintegrasikan beberapa bidang
dipelajari yaitu komponen proses, produk, kajian IPA yang meliputi biologi, fisika, dan
dan sikap. Komponen proses ilmiah berkaitan kimia. IPA terpadu adalah sebuah pendekatan
dengan prosedur pemecahan masalah integratif yang mensintesis perspektif (sudut
menggunakan metode ilmiah meliputi pandang/tinjauan) semua bidang kajian
merumuskan hipotesis, merancang dalam IPA untuk memecahkan
penyelidikan, melaksanakan penyelidikan, permasalahan.
mengumpulkan dan menganalisis data, serta Hasil Ujian Nasional SMP Negeri 6
menarik kesimpulan. Di tingkat SMP/MTs, Purwodadi tahun pelajaran 2012-2013
pembelajaran IPA diharapkan ada penekanan menunjukkan rata-rata nilai IPA tergolong
pembelajaran salingtemas secara terpadu rendah yaitu sebesar 4,98. Rendahnya hasil
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006). UN mata pelajaran IPA menunjukkan

109
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 109-115)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

kemampuan kognitif siswa rendah. Menurut kritis. Kemampuan dalam memecahkan


Winkel W.S. (1996: 138) kemampuan masalah adalah salah satu indikator siswa
kognitif siswa mempunyai hubungan dengan mempunyai sifat mandiri. Kemandirian siswa
kemampuan berpikir siswa karena fungsi adalah contoh salah satu faktor dari dalam
kognitif menghadirkan aktivitas mental individu siswa yang mempengaruhi adalah
berpikir. Menurut Rumini (1998: 83) berpikir prestasi belajar, sedangkan faktor dari luar
adalah aktivitas psikis yang bertujuan untuk individu siswa misalnya adalah sarana
memecahkan masalah sehingga mampu sumber belajar (Slameto, 2003: 54). Faktor-
menemukan hubungan antar konsep. faktor dari dalam dan dari luar individu siswa
Menurut Winkel W.S. (1996: 135) tersebut saling terkait satu dengan yang lain,
kemampuan berpikir merupakan bagian dari sehingga tidak ada faktor tunggal yang secara
salah satu faktor situasional pribadi siswa otomatis dapat berdiri sendiri yang dapat
yang menunjukkan taraf intelegensi dalam mempengaruhi dan menentukan prestasi
proses belajar. Menurut Guilford dalam belajar seseorang.
Winkel W.S. (1996: 142) corak berpikir Berdasarkan hasil observasi salah satu
manusia digolongkan menjadi 2 yaitu 1) standar pendidikan di SMP Negeri 6
berpikir divergen, merupakan corak berpikir Purwodadi yaitu standar proses pada
yang mencari jalan-jalan baru, lebih-lebih indikator sumber belajar IPA, bahan ajar
dalam memecahkan masalah, 2) berpikir siswa masih terbatas buku teks yang
konvergen, merupakan corak berpikir yang dipinjami dari sekolah. Siswa masih perlu
mengikuti jalur yang diketahui pasti menggunakan bahan ajar lain untuk melatih
membawa hasil, oleh karena itu, belajar IPA kemampuan siswa dalam berpikir kritis, hal
membutuhkan corak berpikir siswa yang tersebut diperkuat dengan hasil analisis
divergen, karena IPA memiliki karakteristik kebutuhan awal guru dan siswa bahwa siswa
komponen proses ilmiah yang berkaitan masih membutuhkan bahan ajar IPA yang
dengan prosedur pemecahan masalah. bersifat terpadu dan mampu melatih
Siswa dengan hasil tes kognitif yang kemampuan berpikir kritis siswa.
tinggi cenderung untuk berpikir kritis Berdasarkan hasil analisis observasi salah
(Winkel W.S.,1996: 144). Berpikir kritis satu standar pendidikan tersebut maka bahan
merupakan salah satu perkembangan yang ajar sebagai referensi selain buku pegangan
perlu ditumbuhkan sejak dini dan merupakan dibutuhkan oleh siswa untuk membantu
bagian dari perkembangan kognitif anak serta proses pembelajaran. Modul adalah salah
kreativitas anak dalam memecahkan satu bentuk bahan ajar, yang dapat digunakan
persoalan dan permasalahan yang dihadapi oleh siswa untuk menyelesaikan satu satuan
anak (Mariana, 2010: 2). Data persentase pembelajaran, selanjutnya siswa dapat
daya serap penguasaan kompetensi dasar IPA melangkah maju dan mempelajari satuan
pada soal Ujian Nasional SMP/MTs Tahun pembelajaran berikutnya. Modul juga
2012/2013 menunjukkan bahwapada salah mempunyai manfaat membantu siswa dalam
satu kompetensi dasar dengan indikator belajar mandiri (Sungkono, 2009).
menjelaskan sistem pernapasan pada manusia Pembelajaran IPA secara terpadu
memperoleh rata-rata sebesar 31,56 %. mencakup dimensi sikap, proses, produk,
Persentase perolehan tersebut di bawah rata- aplikasi, dan kreativitas. Sejumlah KD dalam
rata siswa se-kabupaten Grobogan yaitu pembelajaran IPA Terpadu mengandung
33,45%. Soal dengan indikator menjelaskan konsep yang saling beririsan/tumpang tindih
sistem pernapasan pada manusia tersebut dan berkaitan tetapi tidak beririsan. Konsep
disajikan dalam bentuk data dalam tabel atau KD-KD yang terkait menghasilkan
sehingga siswa dituntut mampu membaca kompetensi yang utuh dan menghasilkan
data pengamatan dalam bentuk tabel dan suatu tema tertentu. Tema dalam
menjelaskan mekanisme pernafasan yang pembelajaran IPA Terpadu dimunculkan
terjadi berdasarkan data tersebut. Menurut dalam modul sebagai sumber belajar siswa
Amri dan Ahmadi (2010: 62) kemampuan agar siswa menjadi tertarik untuk membaca
membaca tabel adalah salah satu kemampuan modul tersebut. Menurut Kemdiknas (2005:
siswa sudah melakukan tahapan berpikir 2) penggunaan tema dalam pembelajaran IPA

110
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 109-115)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

terpadu memiliki beberapa kekuatan dan Pendidikan (BSNP) di SMP Negeri 6


manfaat, yaitu: penggabungan berbagai Purwodadi dan 3) keefektivan modul IPA
bidang kajian sehingga terjadi penghematan terpadu berbasis berpikir kritis pada tema
waktu, karenaempat disiplin ilmu (fisika, ventilator dalam proses pembelajaran di SMP
kimia, biologi dan kimia) dapat sekaligus Negeri 6 Purwodadi.
dibelajarkan.
Penggabungan berbagai bidang kajian Metode Penelitian
tersebut berdampak pada: (1) penyampaian Penelitian ini dilaksanakan di SMP
materi dapat menjadi lebih efisien dan efektif Negeri 6 Purwodadi pada kelas VIII. Waktu
untuk dibelajarkan sehingga siswa dapat pelaksanaannya pada semester gasal tahun
melihat hubungan yang bermakna antara pelajaran 2014/2015. Penelitian ini termasuk
konsep dari empat bidang kajian;(2) penelitian pengembangan yaitu untuk
meningkatkan taraf kecakapan berpikir siswa mengembangkan modul pembelajaran IPA
karena mereka dihadapkan pada gagasan atau terpadu pada tema ventilator untuk kelas
pemikiran yang lebih luas dan lebih VIII. Penelitian dan pengembangan modul
mendalam ketika menghadapi situasi ini, mengacu pada model 4-D Thiagarajan
pembelajaran, oleh karena itu modul sangat (1974) yang meliputi empat tahapan yaitu 1)
penting keberadaannya dalam membantu Pendefinisian atau Define; 2) Perancangan
proses pembelajaran IPA terpadu atau Design; 3) Pengembangan atau
(Kemdiknas, 2005: 2). Develop;4) Penyebarluasan atau Disseminate.
Hasil penelitian Nuroso et.al. (2010) Sumber data pada penelitian dan
tentang pengembangan bahan ajar atau pengembangan modul ini berupa data
modul adalah (1) kemampuan berpikir kritis validasi, data uji coba terbatas, data uji coba
rendah menyebabkan siswa mengalami skala luas, data nilai kemampuan berpikir
kesulitan belajar IPA Terpadu, (2) telah kritis, dan data nilai pengetahuan kognitif
berhasil didesain model pengembangan siswa.
modul IPA Terpadu berdasarkan Penelitian dan pengembangan
perkembangan kognitif siswa yang langkah- modul ini dimaksudkan untuk
langkahnya terdiri dari penentuan mata mengembangkan modul pembelajaran IPA
pelajaran yang menjadi objek terpadu sebagai produk penelitian. Penelitian
pengembangan, analisis kebutuhan modul, dan pengembangan model 4-D terdiri dari 4
penyusunan dan pengembangan draft modul tahapan utama. Berikut penjelasan tahapan
IPA Terpadu. Hasil penelitian dan dalam pengembangan modul pembelajaran
pengembangan modul ini menunjukkan IPA terpadu pada penelitian ini. 1)
bahwa modul dan kemampuan berpikir kritis Pendefinisian atau Define. Pada tahap
siswa berperan penting dalam mengatasi pertama ini, dilakukan 4 kegiatan utama yaitu
kesulitan belajar siswa. analisis kurikulum yang bertujuan untuk
Berdasarkan latar belakang masalah mengetahui kebutuhan sumber belajar dalam
tersebut, dikembangkan modul IPA terpadu. bentuk modul, mengetahui keterkaitan
Penelitian dan pengembangan modul ini kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
mengembangkan modul pembelajaran IPA terintegrasi antara mata pelajaran fisika,
terpadu berbasis berpikir kritis dengan tema biologi dan kimia, serta komponen silabus
ventilator. yang akan digunakan, analisis karakteristik
Tujuan penelitian dan siswa untuk mengetahui kondisi siswa pada
pengembangan modul ini untuk saat sebelum dilakukan penelitian, analisis
mengetahui: 1) karakteristik modul IPA materi untuk mengetahui bagian-bagian
terpadu berbasis berpikir kritis pada tema materi yang dapat dipadukan, kedalam
ventilator sehingga dapat digunakan sebagai pembahasan, dan bentuk penyajian dalam
sumber belajar siswa di SMP Negeri 6 pembelajaran, dan perumusan tujuan untuk
Purwodadi, 2) kelayakan modul IPA terpadu mengetahui tujuan pembelajaran, metode,
berbasis berpikir kritis pada tema ventilator model pembelajaran, alat evaluasi, dan butir
sesuai dengan kriteria standar kelayakan soal; 2) Perancangan atau Design yang terdiri
bahan ajar dari Badan Standar Nasional dari penyusunan tes kriteria untuk

111
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 109-115)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

mengetahui kemampuan awal siswa tentang Tabel 1: Hasil Penilaian Validator Ahli
materi sebelum penggunaan modul yang Komponen Kate-gori
akan dikembangkan dan sebagai alat evaluasi No Ahli Skor
1* 2* 3* 4* 5* 6*
setelah implementasi kegiatan menggunakan 1 1 29 30 23 50 - -
modul, pemilihan media dan bentuk produk
2 2 104
yang diinginkan, serta penyusunan desain
awal produk untuk membuat bentuk awal 3 3 24
produk modul sesuai dengan kerangka isi
Total 29 30 23 50 104 24 260 Sangat baik
hasil analisis kurikulum dan materi; 3) Ahli
Pengembangan atau Develop yang terdiri dari
validasi produk awal kepada para ahli, uji Keterangan :
coba terbatas, dan uji coba skala luas; 4) 1* : Isi
Penyebarluasan atau Disseminate dengan 2* : keterpaduan
cara sosialisasi modul melalui 3* : Berpikir Kritis
pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada 4* : Penyajian
guru lain dalam satu sekolah maupun sekolah 5* : Kegrafikan
lain. Tujuan dari pendistribusian ini adalah 6* : Bahasa
untuk memperoleh respon, umpan balik
terhadap modul yang dikembangkan. Modul selanjutnya diujicobakan pada
Instrumen yang digunakan dalam uji coba terbatas dan uji coba skala luas. Pada
penelitian ini terdiri dari lembar observasi setiap akhir uji coba, siswa dan guru
awal kegiatan, lembar validasi, lembar memberikan penilaian dan masukan dengan
angket, soal tes kognitif, dan instrumen mengisi angket respon terhadap modul.
berpikir kritis. Analisis yang dilakukan Berdasarkan hasil penilaian siswa, modul
meliputi analisis hasil uji coba menggunakan IPA yang dikembangkan dikategorikan
deskriptif kualitatif, analisis hasil validasi µ6DQJDW %DLN¶ 6LVZD WHUOLKDW FXNXS DQWXVLDV
kelayakan modul menggunakan skor kriteria dengan adanya bahan ajar baru berupa modul
menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010), IPA berbasis berpikir kritis dengan tema
kelayakan produk ditetapkan nilai minimal Ventilator. Dalam uji coba skala luas juga
³&´Nriteria cukup, analisis data tes dilakukan penilaian keefektivan penggunaan
pengetahuan kognitif dari data hasil belajar modul terhadap kemampuan pengetahuan
siswa yang diperoleh dari kegiatan pretest kognitif siswa dan kemampuan berpikir kritis
(Q1) dan posttest (Q2) yang berbentuk pilihan siswa. Hasil yang diperoleh kemudian
ganda. Desain eksperimen one group pretest dianalisis menggunakan SPSS dapat dilihat
± postest ini hanya memiliki 2 set data hasil pada Tabel 2.
pengukuran yaitu pretest (Q1) dan
Tabel 2: Hasil Analisis Uji Coba Skala Luas
pengukuran posttest (Q2) (Mulyatiningsih, t sig
2011:96). Analisis data kemampuan berpikir Kesimpula
Uji Jenis Uji Prete Poste
n Data
kritis terdiri dari 5 aspek berpikir kritis dan s s
Normalitas Kolmogoro 0,122 0,223 Normal
13 sub indikator dengan rentang skor v Smirnov
penilaian 1,2,3,4 dan persentase menurut Homogenita Lavene 0,719 0,550 Homogen
Purwanto (1994). s
Efektivitas Paired Ada Beda
Sample 0,046
Hasil Penelitian dan Pembahasan Correlation
Hasil Penelitian Berdasarkan perhitungan, nilai
Hasil tahap pendefinisian-tahap signifikansi untuk uji normalitas baik untuk
perancangan adalah desain awal produk nilai pretest ataupun posttest diperoleh sig •
modul IPA terpadu. Desain awal ini 0,05, yang mengakibatkan Ho ditolak yang
selanjutnya divalidasikan kepada 3 orang berarti bahwa semua data terdistribusi normal
validator sebagai ahli materi, ahli media, dan dan homogen sehingga analisis dapat
ahli bahasa. Hasil penilaian yang diperoleh dilanjutkan untuk diuji-t parametrik,
dari masing-masing validator ditunjukkan sedangkan pada uji Levene diperoleh bahwa
pada Tabel 1. nilai sig • 0,05 yang menunjukkan bahwa

112
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 109-115)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

data nilai pretest dan posttest siswa keterpaduan, kegrafikan, penyajian, berpikir
homogen. Pengujian efektivitas modul IPA kritis, dan bahasa berdasarkan penilaian dari
Terpadu Berbasis Berpikir Kritis untuk para ahli jika dikonversikan ke dalam rentang
mengetahui perbedaan antara nilai pretes dan nilai menurut Direktorat Pembinaan SMA
postes mengunakan Paired sample (2010)), semuanya masuk dalam kategori
Correlation. Berdasarkan perhitungan pada sangat baik. Berdasarkan hasil keseluruhan
Tabel 2, uji efektivitas nilai sig <0,05, maka kriteria dari kelayakan modul berdasarkan
Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa BSNP (2006), modul IPA yang
terdapat perbedaan nilai hasil belajar antara dikembangkan dikategorikan layak
siswa yang belajar sebelum menggunakan digunakan dalam pembelajaran dengan
modul dan sesudah menggunakan modul. kategori sangat baik.
Penilaian terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa diperoleh dari penilaian 2) Analisis hasil uji coba terbatas
6 aspek kemampuan berpikir kritis, yaitu Pada tahap uji coba terbatas ini
focus, reasons, inference, situation, clarity dilakukan terhadap 10 orang siswa kelas VIII
dan overview. Hasil penilaian pada tiap-tiap di SMP Negeri 6 Purwodadi, walaupun
indikator berpikir kritis dapat dilihat pada masih terdapat beberapa saran seperti yang
Tabel 3. disajikan dalam Tabel 4.6 namun penilaian
Tabel 3: Rata-rata Kemampuan Berpikir yang diberikan siswa berdasarkan angket
Kritis Tiap Indikator respon siswa menunjukkan bahwa dari 10
Sub Rata-rata Persentase (%) siswa, 7 orang diantaranya memberikan
Indikator (Skor maksimal (Skor perolehan/skor
4,00) maksimal) x 100 penilaian sangat baik secara keseluruhan
untuk modul yang dikembangkan. Hasil uji
Focus 2,75 68,67 coba terbatas menunjukkan bahwa siswa
Reasons 3,17 79,32
Inference 3,40 85,07 menyukai bahan ajar baru dalam
Situation 3,31 82,87 pembelajaran, seperti diuraikan dalam hasil
Clarity 3,20 79,98 penelitian, telah dijelaskan bahwa siswa
Overview 2,56 64,00
Rata-rata 3,07 76,65 terlihat antusias bertanya tentang materi
dalam modul yang dibagikan. Hasil
Berdasarkan Tabel 3. Indikator focus penelitian tersebut sejalan dengan penelitian
persentasenya sebesar 68,67% berarti dalam Chaplin (2007) bahwa jika ada pelatihan
kategori cukup. Indikator reasons dengan menggunakan metode baru, tentunya
persentasenya sebesar 79,32% berarti dalam akan lebih menarik minat siswa dalam
kategori baik. Indikator inference belajar. Dalam penelitian ini, metode baru
persentasenya sebesar 85,07 berarti dalam yang diberikan berupa bahan ajar baru
kategori baik. Indikator situation menggunakan modul bertema. Siswa terlihat
persentasenya sebesar 82,87 berarti dalam lebih aktif dan mandiri dalam pembelajaran,
kategori baik. Indikator clarity persentasenya menggunakan modul sebagai sumber belajar
sebesar 79,98 berarti dalam kategori baik. sebagaimana mestinya, tidak hanya
Indikator overview persentasenya sebesar membawa buku seperti biasanya.
64,00 berarti dalam kategori cukup.
3) Analisis hasil uji coba skala luas
Pembahasan Efektivitas pembelajaran di kelas
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diukur dengan menggunakan uji-t.
dijelaskan pembahasannya sebagai berikut: Berdasarkan nilai sig. (2-tailed) pada kolom
1) Analisis hasil penilaian oleh para equal variances assumed, hasil antara nilai
validator (ahli materi, ahli media, ahli pretes dan postes siswa kelas VIII I sebesar
bahasa, dan praktisi pembelajaran) 0,046. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat
Hasil penilaian oleh para validator perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan
terhadap modul IPA berbasis berpikir kritis sesudah menggunakan modul. Perbedaan ini
dengan tema Ventilator dianalisis secara membuktikan bahwa dengan menggunakan
deskriptif kuantitatif. Skor keseluruhan yang modul dalam pembelajaran dapat
diperoleh untuk kriteria kelayakan isi, meningkatkan prestasi belajar siswa.

113
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 109-115)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Berdasarkan hasil pretest dan integrated yang mengaitkan KD dari


posttest siswa saat uji coba ini diperoleh rata- beberapa mata pelajaran yaitu, IPA
rata N-gain scorenya sebesar 0,51, hal ini (fisika, biologi, kimia) dan seni budaya
menunjukkan bahwa gain yang diperoleh (seni musik). Keterkaitan bahasan KD
tergolong sedang, terdapat perbedaan memunculkan tema modul yaitu
walaupun mungkin belum terlalu signifikan ventilator, sehingga dalam
antara pretest dan posttest yang diberikan. pembelajarannya lebih efektif dan
Rata-rata persentase kemampuan efisien.
berpikir kritis siswa pada tiap indikator 2) Modul IPA terpadu berbasis berpikir
kemampuan berpikir kritis sebesar 76,65 kritis dengan tema ventilator yang
berarti dalam kategori baik. Modul IPA dikembangkan sangat layak digunakan
terpadu berbasis berpikir kritis ini juga dalam pembelajaran ditinjau dari aspek
mampu meningkatkan kemampuan berpikir isi, keterpaduan, berpikir kritis,
kritis pada siswa. Peningkatan hasil penilaian penyajian, kegrafikan dan bahasa.
berpikir kritis dapat dilihat dari data 3) Modul IPA terpadu berbasis berpikir
kemampuan berpikir kritis siswa dalam 3 kali kritis dengan tema ventilator yang
kegiatan belajar yang selalu meningkat, hal dikembangkan efektif digunakan untuk
ini dikarenakan dengan kegiatan belajar meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam modul, siswa merasa lebih aktif dan dengan hasil perolehan gain score
mandiri dalam belajar. Perilaku siswa aktif ternormalisasi sedang dan kemampuan
ini mampu mempengaruhi tingkat berpikir kritis dengan kategori baik.
kemampuan berpikir kritisnya, hal ini sejalan
dengan pendapat Forawi (2012) yang Rekomendasi
menyatakan bahwa dengan adanya Rekomendasi dari hasil penelitian dan
penekanan dan latihan terhadap kemampuan pengembangan yang telah dilakukan adalah:
berpikir kritis baik itu melalui pelatihan (1) modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis
ataupun adanya sumber belajar baru, maka dengan tema ventilator hendaknya
akan membuat pebelajar menjadi terlatih dimanfaatkan oleh guru IPA untuk
untuk meningkatkan kemampuan berpikir mengajarkan tema ini, hendaknya guru
kritisnya. Fitur-fitur yang ada di modul mempelajari petunjuk penggunaan modul
memang dirancang sedemikian rupa untuk secara rinci terlebih dahulu, sehingga
memenuhi standar 6 elemen dasar untuk nantinya diharapkan hasil pembelajaran yang
mengukur kemampuan berpikir kritis, diharapkan dapat maksimal; (2) hasil
sehingga siswa menjadi lebih aktif baik penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam fitur kegiatan sains ataupun ketika untuk penelitian berikutnya yang sejenis
kegiatan berdiskusi. dengan tema yang berbeda dan hendaknya
sebelum penelitian, siswa yang dijadikan
Kesimpulan dan Rekomendasi sampel sudah pernah belajar menggunakan
Kesimpulan modul, agar pada saat penelitian berlangsung
Berdasarkan hasil analisis data tidak terdapat masalah yang berhubungan
penelitian tentang pengembangan modul dengan kekikukan siswa menggunakan bahan
pembelajaran IPA terpadu berbasis berpikir ajar baru. Validator untuk penelitian dan
kritis pada tema Ventilator, dapat pengembangan modul hendaknya dipilih
disimpulkan bahwa: yang sesuai dengan karakteristik modul. (3)
1) Karakteristik modul IPA terpadu berbasis penggunaan modul IPA terpadu berbasis
berpikir kritis dengan tema ventilator berpikir kritis dalam pembelajaran
telah berhasil dikembangkan berdasarkan menggunakan modul IPA terpadu berbasis
indikator berpikir kritis yaitu: focus, berpikir kritis dengan tema ventilator
reasons, inference, situation, clarity, memerlukan kerja sama antar siswa, sehingga
overview. Modul IPA terpadu berbasis semua siswa dapat melakukan aktivitas sains
berpikir kritis dengan tema ventilator sehingga mampu memahami materi dengan
juga telah berhasil dikembangkan dengan baik. (4) produk hasil penelitian dan
menggunakan model keterpaduan

114
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 109-115)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

pengembangan hendaknya diujicobakan ke Sungkono. (2009. Pengembangan Bahan


semua mata pelajaran yang terkait. Ajar.Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta
DaftarPustaka
W.S. Winkel. (1996). Psikologi Pengajaran.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana
Instrumen Penilaian Tahap II Buku Teks Indonesia.
Pelajaran Kimia SMA/MA. Tersedia di
http://www.scribd.com/doc/32469150/F
ormat-Instrumen-Kimia-Final-8agst

Chaplin, Susan. (2007). A Model of Student


Success: Coaching Students to Develop
Critical Thinking Skills in Introductory
Biology Courses. International Journal
for thr Scholarship of Teaching and
Learning. 1(2).

Direktorat Pembinaan SMA. (2010). Juknis


Penyusunan Penilaian Afektif SMA

Forawi, Sufian A. (2012). Perceptions on


Critical Thinking Attributes of Science
Education Standards. International
Conference on Education and
Management Innovation. 30: 214-217.

Kemdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah


No.19 Tahun 2005.

Ngalim Purwanto. (1994). Prinsip-Prinsip


dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang


Standar isi. Jakarta.

Rita Mariana. (2010). Efektivitas


Penggunaan Active Learning dalam
Pengembangan Critical Thinking pada
$QDN 8VLD 'LQL´ Jurnal Penelitian .2
(1), Maret 2011: 1-8.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor


yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Sri Rumini. (1998). Psikologi umum.


Yogyakarta: FKIP Yogyakarta

115

Anda mungkin juga menyukai