Anda di halaman 1dari 2

Nama : AD.

Mila Agustin
NIM : 182044
Kelas : D3 B 2018

PERAN PERAWAT DALAM SWAMEDIKASI

Kesehatan menurut UU Nomor 36 tahun 2009 dikatakan sebagai keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat antara lain preventif (pencegahan), promotif (penyuluhan), kuratif (pengobatan), dan
rehabilitatif (rehabilitasi/perbaikan). Swamedikasi atau self-medication merupakan salah satu
tindakan kuratif yang dapat dilakukan masyarakat secara mandiri dalam guna mengatasi masalah
kesehatan. Menurut The International Pharmaceutical Federation (FIP), swamedikasi atau
selfmedications didefinisikan sebagai penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh seorang individu
atas inisiatifnya sendiri (FIP, 1999). Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi gejala dan
penyakit ringan seperi demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, diare, penyakit kulit,
dan lain sebagainya.
Menurut Kartajaya, H. (2011) alasan masyarakat melakukan swamedikasi dikarenakan
penyakitnya dinilai ringan (46%), harga yang lebih murah (16%), dan kemudahan mendapatkan
obat (9%). Meskipun swamedikasi dinilai sebagai upaya kuratif yang menguntungkan dari sisi
pasien, namun upaya pengobatan secara mandiri ini dapat menimbulkan risiko yang buruk
apabila tidak dilakukan secara tepat dan rasional. Untuk itu, swamedikasi sebaiknya tetap
dipandu dan dalam pengawasan tenaga kesehatan, khususnya tenaga kefarmasian, guna
meminimalisir risiko pada pasien akibat kesalahan terapi.
Selain tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan lainnya seperti perawat, juga mampu turut
membantu dalam pelayanan swamedikasi, tetapi tidak dalam hal pengadaan dan penyerahan obat
langsung kepada pasien. Hal ini dikarenakan aturan mengenai dispensing obat oleh tenaga
perawat teregistrasi dan terlisensi berbeda-beda di beberapa negara. Seperti halnya di California,
menurut The California Board of Registered Nursing yang diperbaharui tahun 2013,
memungkinkan bagi perawat teregistrasi di negara bagian tersebut dalam keadaan tertentu untuk
membantu distribusi obat kontrasepsi. Perawat teregistrasi dapat memberikan obat-obatan seperti
kontrasepsi hormonal yang diberikan sendiri setelah perawat terlatih dan dianggap kompeten
dalam memberikan obat yang dipesan. Lain halnya di Indonesia, perawat tidak memiliki
kewenangan dalam hal dispensing obat secara mandiri ke pasien, melainkan hanya mampu
melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan resep tenaga medis atau
obat bebas dan bebas terbatas, sesuai dengan UU No. 38 tahun 2014 Pasal 30 (1). Tindakan yang
dapat dilakukan oleh tenaga perawat dalam membantu pasien melakukan swamedikasi sesuai
dengan kewenangannya menurut Berman, et al (2106) antara lain pemberi asuhan keperawatan,
komunikator, pendidik, advokat klien, serta konselor.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses yang diberikan secara langsung kepada pasien
untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang
dihadapi. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mendampingi serta membantu klien
dalam meningkatkan dan memperbaiki mutu kesehatan diri mencakup aspek biopsikososial
hingga spiritual pasien, karena perawat memiliki kompetensi dalam pengkajian dan
mengidentifikasi keadaan pasien guna mengetahui kebutuhan dasar pasien berkaitan dengan
keluhan yang dialami. Sebagai komunikator, perawat berperan dalam mengomunikasikan
informasi yang sebelumnya diproses melalui identifikasi kepada pasien. Kemampuan perawat
dalam hal ini dapat menunjang informasi yang nantinya akan diteruskan kembali oleh pasien ke
tenaga kefarmasian, sehingga proses pemilihan obat menjadi lebih tepat dan sesuai dengan
keluhan dan kebutuhan pasien.
Sebagai pendidik, perawat berperan dalam pemberian promosi kesehatan atau saran, dalam
hal ini berkaitan dengan pemulihan kondisi pasien, serta pencegahan agar penyakit tersebut tidak
terulang kembali. Sebagai advokator pasien, perawat dapat membantu klien dalam
menyampaikan harapan dan kebutuhannya kepada profesi kesehatan lain, atau dengan kata lain
bertindak sebagai juru bicara pasien, dimana profesi kesehatan lain yang dimaksud dalam
konteks swamedikasi adalah tenaga kefarmasian. Terakhir, sebagai konselor, perawat mampu
memberikan konsultasi kepada pasien untuk mengenali dan menghadapi sebuah permasalahan
terkait kesehatan, serta meningkatkan derajat kesehatan melalui pemberian dukungan emosi,
intelektual, serta psikologis.
Dilihat dari kompetensi dan kewenangan perawat diatas, sangat diharapkan perawat dapat
terus berperan aktif untuk berkontribusi dalam pelayanan kesehatan, utamanya dalam membantu
menunjang pelayanan swamedikasi berdasarkan kewenangan profesinya, sehingga dapat
membantu dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Refrensi :

Berman, A., Synder, S.J., dan Frandsen, G. 2016. Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing
Concept, Process, and Practice 10th EditionI.New Jersey:Pearson Education.
International Pharmaceutical Federation.1999.The Role of The Pharmacist in Self-Care and
SelfMedication.Hangeu:World Heart Organization.
Kartajaya, H. 2011. Self Medication. Jakarta:PT Markplus Indonesia. Hal : 3-12.
The California Board of Registered Nursing. 2013. Nursing Practice Act.State of California
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 Pasal 30(1) tentang Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai