susunan saraf simpatis. Misalnya Simpatolitik meniadakan vasokonstriksi yang ditimbulkan oleh
aktivitas reseptor-alfa akibat adrenolitika.
Simpatolitik yang bekerja di pusat menurunkan respons simpatetik dari batang otak ke pembuluh
darah perifer. Golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah jantung dan alirab darah
ke ginjal. Obat-obat golongan ini meliputi metildopa, klinidin, guanabenz dan guanfasin.
1. Metildopa adalah satu dari obat yang pertama dipakai secara luas untuk mengontrol
hipertensi.
2. Guanabenz dan guanafasin adalah simpatolitik bekerja di pusat dan memiliki efek yang
mirip dengan klonidin. Ia rebound hipertensi seperti kegelisahan, takardia, tremor, sakit
kepala, dan peningkatan tekanan darah. Kemungkinan timbulnya hipertensi rebound pada
pemberan guanabenz dan guafasin lebih kecil. Golongan obat ini dapat menimbulkan
retensi garam natrium dan air, sehingga menimbulkan edema perifer. Bisa diberikan
diuretik dengan metildopa atau klonin untuk menurunkanretensi air dan natrium (edema).
Klien ynag hamil atau kemungkinan akan hamil harus menghindari klonidin. Metil dopa
sering dipakai untuk mengobati hipertensi kehamiln atau hipertensi kronik.
Berdasarkan tempat kerjanya, obat-obatan ini dibagi atas tiga golongan, yaitu (1) Bloker
adrenoreseptor, (2) bloker saraf adrenergik, dan (3) bloker adrenergik sentral.
BLOKER ADRENORESEPTOR
Bloker adrenoreseptor adalah obat yang bekerja menempati reseptor adrenergik sehingga
menghambat interaksi obat adrenergik dengan reseptornya dan mengakiatkan kerja adrenergik
pada sel efektoenya dihambat. Dengan demikian, obat-obat ini menghambat respons sel efektor
adrenergik terhadap perangsangan saraf simpatik dan terhadap obat adrenergik terhadap obat
adrenergik eksogen.
Sesuai dengan jenis reseptorna, bloker adrenoreseptor dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. alfa-blockers ( α-simpatolitika)
Zat-zat ini memblokir reseptor-alfa yang banyak terdapat di jaringan otot polos dari kebanyakan
pembuluh , khususnya dalam pembuluh kulit dan mukosa.Efek utamanya digunakan pada
hipertensi dan hipertrofi prostate. Alfa bloker umumnya memiliki efek samping yaitu, hipotensi
postural. Prazosin yang digunakan pada gagal jantung (dekopensasi) dan pada penyakit raynaud.
Ada 3 jenis alfa-blockers:
Zat- zat tak selektif : fentolamin (regitine).khususnya digunakan untuk diagnosa dan terapi
hipetensi tertentu (feochromo), juga untuk gangguan ereksi sebagai injeksi intracaverneus
(bersama papaverin : Androskat)
α-blockers selekif : derivate quinazolin (prazosin,terazosin,tamsulosin dan lain-lain)
serta urapidil.pengunaannya sebagai oat hipertensi dan pada hiperplasia prostate.
α2-blockers selekif: yohimbin ,yang digunakan sebagai obat pengugah syahwat
(aphrodisiacum). Obat yang termasuk alfa-bloker
atau bloker reseptor alfa
antara lain adalah derivat haloalkilamin, derivat imidazolin,
prazosin, derivat alkaloid ergot, dan yohimbin. Obat ini bekerja
dengan blokeran kompetitif NE pada alfa reseptor. Pemakaian yang
lama dapat mengenduksi desensitasi reseptor.
Derivat Haloalkilamin
Obat yang termasuk golongan ini adalah fenoksibenzamin dan dibenamin. Fenoksibenzamin
mempunyai potensi 6-10 kali dibenamin.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja. Dalam darah, senyawa ini terurai menjadi etilenimonium yang mempunyai
efek inhibisi kompetitif yang reversible. Selanjutnya, etilenimonium akan terurai membentuk ion
karbonium yang sangan reaktif sehingga membentuk ikatan kovalen yang stabil dengan alfa
adrenoreseptor, yang mempunyai hambatan nonkompetitif dan ireversible. Dengan mekanisme
kerja ini, golongan obat ini memiliki efek kerja yang lambat dan masa kerja lama. Oleh karena
itu, golongan obat ini disebut alfa bloker nonkompetitif dengan masa kerja lama.
Fenoksibenzamin merupakan α1-bloker dengan selektivitas sedang.
1) pada SSP, menimbulkan efek sedativ atau stimulansi, mual dan muntah.
2) Pada mata, menimbulkan efek miosis
3) Pada kardiovaskuler, terjadi sedikit penurunan tekanan darah diastolik,
tetapi pada waktu bediri atau pada penderita hipovolemia penurunan
tekanan darah sistolik dan diastolik lebih hebat sebagai akibat blokade
refleks vasokontriksi, blokade pressor respons NE dan Epinefrin.
4) Pada saluran cerna, terjadi peningkatan motilitas dan sekresi kelenjar.
5) Pada saluran kemih-kelamin, terjadi gangguan ejakulasi, dan penurunan
tonus sfingter.
6) Efek metabolik, terjadi peningkatan pembebasan insulin.
Farmakokinetik
Derivat haloalkalin diabsorpi dengan baik semua tempat, tetapi karena efek
iritasi lokalnya hanya diberikan secara oral atau IV. Fenoksibenzamin per
oral diabsorpsi dalam bentuk aktif sebanyak 20-30% saja.fenoksibenzamin
mudah larut dalam lemak dan pemberian dosis besar dapat terjadi
penumpukan dalam lemak. Pada pemberian IV mula kerjanya 1-2 jam.
Waktu paruh hambatan sekitar 24 jam dan masih terlihat efek
hambatannya setelah 3-4 hari. Pemberian obat ini tiap hari dapat menimbulkan efek
kumulatif.
Indikasi klinik
Fenoksibenzamin diindikasikan untuk
1) Hipertensi sekunder akibat dosis berlebihan agonis adrenergik atau inhibitor MAO.
2) Freokromositoma, praoperatif diberikan per oral untuk mengatasi hipertensi dan secara IV pada
waktu operasi.
3) Profilaksi padapenyakit Raynaud.
Efek samping dan Intoksifikasi
Efek samping alfa bloker berupa takikardi, hipotensi ortostatik, miosis, hidung tersumbat, dan
hambatan ejakulasi. Pada penderita hipovolemia dapat terjadi penurunan tekanan darah yang
hebat.
Efek samping bukan karena efek blokade reseptor alfa, seperti iritasi lokal, sedativ, perasaan
lemah, dan kelelahan.
Derivat Imidazolin
Derivat imidazolin yang digunakan sebagai alfa bloker adalah fentolamin α1 dan α2- bloker
non selektif dan tolazolin (alfa bloker selektif).
Farmakodinamik
Masa kerja blokeran kompetitifnya lebih pendek dari fenoksibenzamin. Respons terhadap
serotonin juga dihambat. Toksisitasnya lebih besar dari fenoksibezamin. Dosis rendah
menimbulkan vasodilatasi karena kerja langsung pada oto polos pembuluh darah.
Indikasi klinik
Fentolamin (IV atau IM) dan tolazolin (IV,IM, atau SK) digunakan untuk krisis hipertensi yang
disebabkan oleh feokromisitoma. Tolazolin jarang digunakan lagi.
Efek Samping
Efek samping felotomin adalah tolazolin ialah (1) gejala stimulansi pada jantung berupa
takikardi, aritmia, angina; (2) gejala stimulansi saluran cerna berupa nause, muntah, nyeri
abdomen, diare, dan kambuhnya ulkus peptikum.
Prazosin
Prazosin menghambat alfa1 reseptor yang memberikan efek vasodilatasi. Pemberian prazosin
menyebabkan efek reseptor epinefrin berubah menjasi efek depresor dan menghambat efek
presor NE. Prazosin merupakan alfa 1 bloker yang sangat selektif.
Prazosin mengurangi tonus pembuluh darah arteri vena sehingga mengurangi alir dibalik vena
dan curah jantung. Efek hemodinamiknya adalah penurunan kadar arteri’ penurunan tonus arteri
dan vena; serta curah jantung dan tekanan atrium kanan yang hampir tidak beribah, misalnya Na-
nitroprusid.
Penggunaan utamanya ialah untuk pengbatan hipertensi. Selain itu, prazosin juga digunakan
untuk lemah jantung kongestif dan penyakit Raynaud.
2. Beta-blockers (β-simpatolitika)
Semula beta –blockers digunakan untuk gangguan jantung (aritmia,anginapectoris) guna
meringankan kepekaan organ ini bagi rangsangan, seperti kerja berat, emosi ,strees,dan
sebagainya.Sejak tahun1980-an obat ini terutama digunakan sebagai obat hipertensi, anti
hipertensiva.Obat ini dapat dibagi pula dalam 2 kelompok, yakni :
zat-zat β1 selektif, yang melawan efek dari stimulasi jantung oleh adrenalindan NA (reseptor -
β1), misalnya atenolol dan metaprolol.
Zat – zat tak selektif, yang juga menghambat efek bronchodilatasi (reseptor- β2),misalnya
propranolol ,alprenolol,dan sebagainya. Labetolol dan carvedilol merupakan zat-zat yang
menghambat kedua reseptor (alfa+beta).
3. Penghambat neuron adrenergis
Derivate guanidine (guanetidin ). Zat-zat ini tidak memblok reseptor , melainkan berkerja
terhadap bagian postganglioner dari saraf simpatis dengan jalan mencegah pelepasan
katecholamin. Guanetidin khusus digunakan pada jenis glaukom tertentu.
Tabel 1-1 penggolongan obat simpatolitik atau antiadrenergik berdasarkan cara kerja dan
selektivitasnya.
Terazosin
Doksazosin
Trimazosin
Anenolol
Antagonis kompetitif α1 sangat selektif, dan sangat poten. Prazosin: afinitas α1= 300X
α2 ; doksazosin: afinitas α1=> 600X α2
** protopine
*** Protopin dan standar untuk ukuran alfa bloker lain.
B. Zat-zat tersendiri
1. Yohimbin
Alkaloida ini diperoleh dari kulit pohin corynanathe yohimbe (afrika Barat) dan
pohon Aspidosperma quebracho-blanco (amerika selatan). Kulit pohon tersebut juga
mengandung alkoida lain yaitu ajmalin/corynanthein dan aspidospermin.
Efek adrenolitisnya agak lemah dan singkat berdasakan blockade selektif dari adrenoreseptor
alfa-2 presinaptis. Dalam dosis rendah dapat meningkatkan tekanan darah, sedangakan pada
dosis lebih tinggi justru menurunkannya. Oleh karena itu ,terjadilah vasodilatasi perifer yang
mengakibatkan penyaluran darah diperkuat ke organ di bawah perut.
Pengunaannya, secara tradisional digunakan sebagai afrodiakum, untuk memperkuat syahwat
dan mengatasi impotensi (difungsi ereksi). Sering kali obat ini dianggap obsolete,tetapi pada
suatu meta-analisa daritujuh studi, yohimbin ternyata efektif dalam 34-73% dari kasus untuk
menimbulkan ereksi. Perbedaan besar dalam persentase disebabkan oleh populasi penderita
impotensi dari etiologi berlainan. Vasodilatasi dibadan pengembangan penis mungkin dapat
menerangkan efeknya pada disfungsi erektil.
Efek sampingnya dapat berupa penurunan tensi, pusing, berkeringat kuat, debar jantung,
tremor, agitasi, gelisah dan sukar tidur, kejang bronchi , dan gejala yang mirip lupus. Pada
penderita gangguan jiwa, dosis rendah bisa mencetuskan despresi fenotiazin memperkuat
toksisitasnya.
2. Alkaloid Ergot
Alkaloid ergot secara klinik tidak dapat digunakan sebagai alfa bloker karena efek ini baru timbul
pada dosis besar yang tidak dapat ditolerir oleh manusia.
C. Jenis Obat Simpatolitik
1. Kolinergik
Kolinergik berfungsi sebagai merangsang sistem parasimpatis.
Ada dua macam reseptor kolinergik yaitu:
Reseptor muskarinik, yaitu merangsang otot polos dan
memperlambat denyut jantung.
Reseptor nikotinik atau neuromuskular, yaitu mempengaruhi kerja
otot rangka.
Kolinergik dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:
Cholinester (asetil kolin, metakolin, karbakol, betanekol)
Cholinesterase inhibitor (eserin, prostigmin, dilsopropil
fluorofosfat)
Alkaloid yang berkasiat seperti asetikolin (muskarin, pilokarpin,
arekolin)
Obat kolinergik lain ( metoklopramid, sisaprid)
Farmakodinamik Kolinergik
Meningkatkan TD
Meningkatkan denyut nadi
Meningkatkan kontraksi saluran kemih
Meningkatkan peristaltik
Konstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma bronkiolus)
Konstriksi pupil mata (miosis)
Antikolinesterase: meningkatkan tonus otot
Efek Samping
Asma bronkial dan ulcus peptikum (kontraindikasi)
Iskemia jantung, fibrilasi atrium
Toksin; antidotum → atropin dan epineprin
Indikasi
Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat),
meteorismus, (kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic ileus,
intoksikasi atropin/ alkaloid beladona, faeokromositoma
Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika
(setelah pemberian atropin pd funduskopi), diagnosis dan
pengobatan miastemia gravis (defisiensi kolinergik sinap), penyakit
Alzheimer (defisiensi kolinergik sentral)
Intoksikasi
Efek muskarinik: mata hiperemis, miosis kuat, bronkostriksi,
laringospasme, rinitis alergika, salivasi, muntah, diare, keringat
berlebih.
Efek nikotinik: otot rangka lumpuh.
Efek kelainan sentral: ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar
bicara, konvulsi, koma, nafas Cheyne Stokes, lumpuh nafas
Alkaloid Tumbuhan
Tumbuhannya:
Muskarin (jamur Amanita muscaria),
gangguan ektrapiramidal
Sisaprid: untuk refluk gastroesofagial, gangguan mobilitas gaster,
dispepsia
Efek samping: kolik, diare
Obat Anti Kolinergik
Obat parasimpatolitik adalah obat yang menghambat efek
Menurunkan peristaltik
Atropin
Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen
Mata → midriasis
bronkus
Kardiovaskuler → frekuensi berkurang
dan usus)
Otot polos → dilatasi saluran kemih
tachikardi
Antidotum keracunan: fisostigmin 2 – 4 mg sc → dapat
2. Adrenergik
Obat simpatomimetik disebut adrenergik/ agonis adrenergik →
Efek Adrenergik
Alfa1:
Meningkatkatkan kontraksi jantung
Vasokontriksi: meningkatkan tekanan darah
Alfa2:
Menghambat pelepasan norepineprin
Beta1:
Meningkatkan denyut jantung
Menguatkan kontraksi
Beta2:
Dilatasi bronkiolus
Norepineprin
Isoproterenol
Dopamin
Dobutamin
Amfetamin
Metamfenamin
Efedrin
Metoksamin
Fenilefrin
Mefentermin
Metaraminol
Fenilpropanolamin
Hidroksiamfetamin
Etilnorepineprin
Efineprin
Absorpsi: peroral tidak efektif , dirusak oleh enzim di usus dan hati,
Sediaan:
Suntikan: lar 1:1000 epi HCl (untuk syok → sk 0,2 – 0,5 ml)
Obat Simpatolitik
Obat simpatolitik adalah obat yang menghambat efek obat
Konstriksi bronkiolus
Kontraksi uterus
Penggolongan Simpatoplegik
Antagonis adrenoseptor alfa (alfa bloker)
Alfa bloker non selektif
Reserpin
Metirosin
Alfa Blocker
Alfa bloker menduduki adrenoseptor alfa sehingga menghalangi
Beta Blocker
Menghambat secara kompetitif obat adrenergik NE dan Epi