Anda di halaman 1dari 13

FARMAKOLOGI I

CARA KERJA OBAT ALPHA 1,ALPHA


2,BETA 1 DAN BETA 2
DISUSUN OLEH :
MARDHATILLAH
1302101010147

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAHKUALA
BANDA ACEH
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Pustaka
Golongan Alpha-blocker bekerja dengan cara menghambat kerja adrenalin pada otototot dinding pembuluh darah. Adrenalin menyebabkan pembuluh darah menyempit
sehingga tekanan darah meningkat. Dengan penghambatan adrenalin menyebabkan
pembuluh darah melebar sehingga menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga
tekanan darah menurun. Biasanya pemberian Alpha-blocker menimbulkan mulut kering
dan rasa pusing. Obat golongan ini antara lain: Dexazosin, Prazosin, dan Terazosin.
Zat-zat ini memblokir reseptor-alfa yang banyak terdapat di jaringan otot polos dari
kebanyakan pembuluh , khususnya dalam pembuluh kulit dan mukosa.Efek utamanya
digunakan pada hipertensi dan hipertrofi prostate. Alfa bloker umumnya memiliki efek
samping yaitu, hipotensi postural. Prazosin yang digunakan pada gagal jantung
(dekopensasi) dan pada penyakit raynaud.
Obat-obat Beta Blocker, juga dikenal sebagai beta-adrenergic blocking agents, adalah
obat-obat yang menghambat norepinephrine dan epinephrine (adrenaline) agar tidak
berikatan dengan reseptor-reseptor beta. Ada tiga tipe reseptor beta dan masing-masing
mengontrol beberapa fungsi berdasarkan pada lokasi mereka dalam tubuh.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ALPHA DAN BETA
A.Alpha
Golongan Alpha-blocker bekerja dengan cara menghambat kerja adrenalin pada otototot dinding pembuluh darah. Adrenalin menyebabkan pembuluh darah menyempit
sehingga tekanan darah meningkat. Dengan penghambatan adrenalin menyebabkan
pembuluh darah melebar sehingga menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga
tekanan darah menurun. Biasanya pemberian Alpha-blocker menimbulkan mulut kering
dan rasa pusing. Obat golongan ini antara lain: Dexazosin, Prazosin, dan Terazosin.
Zat-zat ini memblokir reseptor-alfa yang banyak terdapat di jaringan otot polos dari
kebanyakan pembuluh , khususnya dalam pembuluh kulit dan mukosa.Efek utamanya
digunakan pada hipertensi dan hipertrofi prostate. Alfa bloker umumnya memiliki efek
samping yaitu, hipotensi postural. Prazosin yang digunakan pada gagal jantung
(dekopensasi) dan pada penyakit raynaud.
Ada 3 jenis alfa-blockers:

Zat- zat tak selektif : fentolamin (regitine).khususnya digunakan untuk


diagnosa dan terapi hipetensi tertentu (feochromo), juga untuk gangguan ereksi sebagai
injeksi intracaverneus (bersama papaverin : Androskat)

-blockers selekif : derivate quinazolin (prazosin,terazosin,tamsulosin dan lainlain) serta urapidil.pengunaannya sebagai oat hipertensi dan pada hiperplasia prostate.

2-blockers selekif: yohimbin ,yang digunakan sebagai obat pengugah syahwat


(aphrodisiacum). Obat yang termasuk alfa-bloker atau bloker reseptor alfa antara lain
adalah derivat haloalkilamin, derivat imidazolin, prazosin, derivat alkaloid ergot, dan
yohimbin. Obat ini bekerja dengan blokeran kompetitif NE pada alfa reseptor. Pemakaian
yang lama dapat mengenduksi desensitasi reseptor.
Derivat Haloalkilamin
Obat yang termasuk golongan ini adalah fenoksibenzamin dan dibenamin.
Fenoksibenzamin mempunyai potensi 6-10 kali dibenamin.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja. Dalam darah, senyawa ini terurai menjadi etilenimonium yang
mempunyai efek inhibisi kompetitif yang reversible. Selanjutnya, etilenimonium akan
terurai membentuk ion karbonium yang sangan reaktif sehingga membentuk ikatan

kovalen yang stabil dengan alfa adrenoreseptor, yang mempunyai hambatan


nonkompetitif dan ireversible. Dengan mekanisme kerja ini, golongan obat ini memiliki
efek kerja yang lambat dan masa kerja lama. Oleh karena itu, golongan obat ini disebut
alfa bloker nonkompetitif dengan masa kerja lama. Fenoksibenzamin merupakan 1bloker dengan selektivitas sedang.
Efek pada Organ
1)
pada SSP, menimbulkan efek sedativ atau stimulansi, mual dan muntah.
2)
Pada mata, menimbulkan efek miosis
3)
Pada kardiovaskuler, terjadi sedikit penurunan tekanan darah diastolik, tetapi pada
waktu bediri atau pada penderita hipovolemia penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik lebih hebat sebagai akibat blokade refleks vasokontriksi, blokade pressor
respons NE dan Epinefrin.
4)
Pada saluran cerna, terjadi peningkatan motilitas dan sekresi kelenjar.
5)
Pada saluran kemih-kelamin, terjadi gangguan ejakulasi, dan penurunan tonus
sfingter.
6)
Efek metabolik, terjadi peningkatan pembebasan insulin.
Farmakokinetik
Derivat haloalkalin diabsorpi dengan baik semua tempat, tetapi karena efek iritasi
lokalnya hanya diberikan secara oral atau IV. Fenoksibenzamin per oral diabsorpsi dalam
bentuk aktif sebanyak 20-30% saja.fenoksibenzamin mudah larut dalam lemak dan
pemberian dosis besar dapat terjadi penumpukan dalam lemak. Pada pemberian IV mula
kerjanya 1-2 jam. Waktu paruh hambatan sekitar 24 jam dan masih terlihat efek
hambatannya setelah 3-4 hari. Pemberian obat ini tiap hari dapat menimbulkan efek
kumulatif.
Indikasi klinik
Fenoksibenzamin diindikasikan untuk
1)
Hipertensi sekunder akibat dosis berlebihan agonis adrenergik atau inhibitor MAO.
2)
Freokromositoma, praoperatif diberikan per oral untuk mengatasi hipertensi dan
secara IV pada waktu operasi.
3)
Profilaksi padapenyakit Raynaud.
Efek samping dan Intoksifikasi

Efek samping alfa bloker berupa takikardi, hipotensi ortostatik, miosis, hidung
tersumbat, dan hambatan ejakulasi. Pada penderita hipovolemia dapat terjadi penurunan
tekanan darah yang hebat.

Efek samping bukan karena efek blokade reseptor alfa, seperti iritasi lokal, sedativ,
perasaan lemah, dan kelelahan.
Derivat Imidazolin
Derivat imidazolin yang digunakan sebagai alfa bloker adalah fentolamin 1 dan 2bloker non selektif dan tolazolin (alfa bloker selektif).
Farmakodinamik
Masa kerja blokeran kompetitifnya lebih pendek dari fenoksibenzamin. Respons terhadap
serotonin juga dihambat. Toksisitasnya lebih besar dari fenoksibezamin. Dosis rendah
menimbulkan vasodilatasi karena kerja langsung pada oto polos pembuluh darah.
Indikasi klinik

Fentolamin (IV atau IM) dan tolazolin (IV,IM, atau SK) digunakan untuk krisis hipertensi
yang disebabkan oleh feokromisitoma. Tolazolin jarang digunakan lagi.
Efek Samping
Efek samping felotomin adalah tolazolin ialah (1) gejala stimulansi pada jantung berupa
takikardi, aritmia, angina; (2) gejala stimulansi saluran cerna berupa nause, muntah, nyeri
abdomen, diare, dan kambuhnya ulkus peptikum.
Prazosin
Prazosin menghambat alfa1 reseptor yang memberikan efek vasodilatasi. Pemberian
prazosin menyebabkan efek reseptor epinefrin berubah menjasi efek depresor dan
menghambat efek presor NE. Prazosin merupakan alfa 1 bloker yang sangat selektif.
Prazosin mengurangi tonus pembuluh darah arteri vena sehingga mengurangi alir dibalik
vena dan curah jantung. Efek hemodinamiknya adalah penurunan kadar arteri penurunan
tonus arteri dan vena; serta curah jantung dan tekanan atrium kanan yang hampir tidak
beribah, misalnya Na-nitroprusid.
Penggunaan utamanya ialah untuk pengbatan hipertensi. Selain itu, prazosin juga
digunakan untuk lemah jantung kongestif dan penyakit Raynaud
B.Beta
Obat-obat Beta Blocker, juga dikenal sebagai beta-adrenergic blocking agents, adalah
obat-obat yang menghambat norepinephrine dan epinephrine (adrenaline) agar tidak
berikatan dengan reseptor-reseptor beta. Ada tiga tipe reseptor beta dan masing-masing
mengontrol beberapa fungsi berdasarkan pada lokasi mereka dalam tubuh.
1. Beta-1 receptors ditemukan di jantung, otak, mata, neuron adrenergik perifer, dan
ginjal. Reseptor 1 merupakan reseptor yang bertanggung jawab untuk menstimulasi
produksi katekolamin yang akan menstimulasi produksi renin. Dengan berkurangnya
produksi renin, maka cardiac output akan berkurang yang disertai dengan turunnya
tekanan darah.
2.Beta-2 receptors ditemukan dalam paru, saluran pencernaan, hati, rahim (uterus),
pembuluh darah, dan otot rangka.
3.Beta-3 receptors dapat ditemukan pada sel-sel lemak.
-Tipe Beta Blocker
Beta blockers berbeda dalam tipe dari beta receptors yang mereka halangi dan, oleh
karenanya, efek-efek mereka.
1.non-selective beta blockers, contohnya, propranolol (Inderal), menghalangi Beta-1 dan
Beta-2 receptors dan, oleh karenanya, mempengaruhi jantung, pembuluh-pembuluh
darah, dan jalan-jalan udara.
2.Selective beta blockers, contohnya, metoprolol (Lopressor, Toprol XL) terutama
menghalangi Beta-1 receptors dan, oleh karenanya, kebanyakan memengaruhi jantung
dan tidak mempengaruhi jalan-jalan udara.

3.Beberapa beta blocker, contohnya, pindodol (Visken) mempunyai intrinsic


sympathomimetic activity (ISA), yang berarti mereka meniru efek-efek dari epinephrine
dan norepinephrine dan dapat menyebabkan peningkatan dalam tekanan darah dan denyut
jantung. Beta blockers dengan ISA mempunyai efek-efek yang lebih kecil pada denyut
jantung daripada agen-agen yang tidak mempunyai ISA.
4. Labetalol (Normodyne, Trandate) dan carvedilol (Coreg) menghalangi beta dan alpha-1
receptors. Menghalangi alpha receptors menambah pada pembuluh darah efek yang
melebarkan dari labetalol (Normodyne, Trandate) dan carvedilol (Coreg).
-Aspek Farmakodinamik Beta Blocker
Beta blocker menghambat efek obat adrenergik, baik NE dan epi endogen maupun
obat adrenergik eksogen. Beta blocker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang
lebih besar terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2. Propanolol, oksprenolol, alprenolol,
asebutolol, metoprolol, pindolol dan labetolol mempunyai efek MSA (membrane
stabilizing actvity) efek anastesik lokal.

Kardiovaskuler: mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard

Menurunkan tekanan darah

Antiaritmia: mengurangi denyut dan aktivitas fokus ektopik

Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor


beta-2)

Efek bronkospasme (hati-hati pada asma)

Menghambat glikogenolisis di hati

Menghambat aktivasi enzim lipase

Menghambat sekresi renin antihipertensi

- Aspek Farmakokinetik Beta Blocker

Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol dan


metoprolol) diabsorbsi baik (90%)

Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya

Kardioselektif: asebutolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol

alprenolol

Non kardioselektif: propanolol, timolol, nadolol, pindolol, oksprenolol,


Beta blocker menghambat secara kompetitif efek obat adrenergic, baik
Norepinefrin dan Epinefrin endogen maupun obat adrenergic eksogen, pada adrenoseptor
beta. Potensi hambatan dilihat dari kemampuan obat ini dalam menghambat takikardia
yang ditimbulkan oleh isoproterenol atau oleh exercise. Karena hambatan ini bersifat
kompetitif reversible, maka dapat diatasi dengan meningkatkan kadar obat adrenergic.
Sifat kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor beta 1
dari pada beta 2. Nonselektif artinya mempunyai afinitas yang sama terhadap kedua
reseptor beta1 dan beta2. Tetapi, sifat kardioselektivitas ini relatif, artinya pada dosis yang
lebih tinggi beta blocker yang kardioselektif juga memblok reseptor beta 2. Beta blocker
mempunyai aktivitas agonis parsial artinya, jika berinteraksi dengan reseptor beta tanpa
adanya obat adrenergik seperti epinefrin atau isoproterenol, menimbulkan efek adrenergik
yang lemah tetapi jelas, ini disebut juga aktivitas simpatomimetik intrinsik. Beta blocker
juga mempunyai aktivitas stabilisasi membran artinya, mempunyai efekstabilisasi
membrane atau efek seperti anestetik lokal atau seperti kuinidin. Ini disebut juga aktivitas
anestetik lokal atau aktivitas seperti kuinidin.Efek terhadap kardiovaskuler merupakan
efek beta blocker yang terpenting, terutama akibat kerjanya pada jantung. Beta blocker
mengurangi denyut jantung dan kontraktilitasmiokard. Pemberian jangka pendek
mengurangi curah jantung; resistensi perifer meningkatakibat reflex simpatis merangsang
reseptor alfa pembuluh darah. Dengan beta blockernonselektif, terjadi hambatan reseptor
beta 2 pembuluh darah, yang juga meningkatkan resistensi perifer.
- Indikasi dan Kontraindikasi Beta Blocker
a. Indikasi
Beta blockers diindikasikan untuk merawat:

irama jantung yang abnormal,

tekanan darah tinggi,

gagal jantung,

angina (nyeri dada),

tremor,

pheochromocytoma, dan

pencegahan migrain-migrain.

Beta blockers juga mampu mencegah lebih jauh serangan jantung dan kematian setelah
serangan jantung. Obat ini juga diindikasikan untuk pengobatan-pengobatan lain
termasuk perawatan hyperthyroidism, akathisia (kegelisahan atau ketidakmampuan untuk
duduk dengan tenang), dan ketakutan. Beberapa beta blockers mengurangi produksi dari
aqueous humor dalam mata dan oleh karenanya digunakan untuk mengurangi tekanan
dalam mata yang disebabkan oleh glaukoma.

b.

Kontraindikasi

Penyakit Paru Obstruktif

Diabetes Militus (hipoglikemia)

Penyakit Vaskuler

Disfungsi Jantung

-Dosis dan Sediaan Beta Blocker


a. Dosis
Pembagian dosis beta-blockers dilakukan berdasarkan tujuan terapi. Jika
digunakan untuk pengobatan hipertensi maka dosis beta-blockers harus dititrasi
menurut tekanan darah yang ingin dicapai. Sementara, jika beta-blockers digunakan
dalam jangka panjang seperti pada gagal jantung kronik atau pasca- infark miokard,
dosis harus dititrasi sesuai dengan dosis yang digunakan dalam uji klinis. Penghentian
terapi beta-blockers setelah pengobatan kronik dapat menimbulkan beberapa gejala
seperti hipertensi, aritmia, dan eksaserbasi angina.
b.

Sediaan

1.

Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg

2.

Alprenolol: tab 50 mg

3.

Oksprenolol: tab 40 mg, 80 mg, tab lepas lambat 80 mg

4.

Metoprolol: tab 50 dan 100 mg, tab lepas lambat 100 mg

5.

Bisoprolol: tab 5 mg

6.

Asebutolol: kap 200 mg dan tab 400 mg

7.

Pindolol: tab 5 dan 10 mg

8.

Nadolol: tab 40 dan 80 mg

9.

Atenolol: tab 50 dan 100 mg

2.7 Efek Samping Beta Blocker

Beta blockers mungkin menyebabkan :

Diare

kejang-kejang perut,

mual, dan muntah

Ruam, penglihatan yang kabur, kejang-kejang otot, dan kelelahan mungkin juga
terjadi.

Sebagai perluasan dari efek-efek mereka yang bermanfaat, mereka memperlambat


denyut jantung, mengurangi tekanan darah, dan mungkin menyebabkan gagal jantung
atau penghalangan jantung pada pasien-pasien dengan persoalan-persoalan jantung.

Beta blockers harus tidak diberhentikan dengan tiba-tiba karena penghentian tibatiba mungkin memperburuk angina (nyeri dada) dan menyebabkan serangan-serangan
jantung atau kematian mendadak.

Efek-efek sistem syaraf pusat dari beta blockers termasuk:

o sakit kepala,
o depresi,
o kebingungan,
o kepeningan,
o mimpi-mimpi buruk, dan
o halusinasi-halusinasi.

Beta blockers yang menghalangi Beta-2 receptors mungkin menyebabkan sesak


napas pada penderita-penderita asma (asthmatics).

Seperti dengan obat-obat lain yang digunakan untuk merawat tekanan darah tinggi,
disfungsi seksual mungkin terjadi.

Beta blockers mungkin menyebabkan glukosa darah yang rendah atau tinggi dan
menyembunyikan gejala-gejala dari glukosa darah rendah (hypoglycemia) pada pasienpasien diabetik.
-Contoh Obat Beta Blocker
1.

Asebutol

Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.

Sediaan obat : tablet, kapsul.


Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin,
menurunka outflow simpatetik perifer.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif
hipertropi, tirotoksitosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia,
depresi.
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin.
Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid
ergot. Depresi nodus AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat
kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
2.

Atenolol

Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.


Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada
reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di
ginjal.
Indikasi : hipertensi ringan sedang, aritmia
Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok
kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan,
impotensi.
Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik
tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi
bersama alkaloid ergot.
Dosis : 2 x 40 80 mg/hr
3.

Metoprolol

Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok


Sediaan obat : Tablet

Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada
reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta
1 di ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek,
dan dapat diberikan beberapa kali sehari.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik,
sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat
menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pectoris
Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal
jantung tersembunyi
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
Dosis : 50 100 mg/kg
4.

Propranolol

Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral


Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung,
menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor
otak.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek,
dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan
akan bersaing dengan obat obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik,
sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat
menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik
hepertrofi, miokard infark, feokromositoma
Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung tingkat
II dan III, gagal jantung kongestif. Hati hati pemberian pada penderita biabetes mellitus,
wanita haminl dan menyusui.

Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis,


depresi.
Interaksi obat : hati hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah
berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas
miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin,
fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan
metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya.
Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.

BAB III
PENUTUP
Zat-zat ini memblokir reseptor-alfa yang banyak terdapat di jaringan otot polos dari
kebanyakan pembuluh , khususnya dalam pembuluh kulit dan mukosa.Efek utamanya
digunakan pada hipertensi dan hipertrofi prostate. Alfa bloker umumnya memiliki efek
samping yaitu, hipotensi postural. Prazosin yang digunakan pada gagal jantung (dekopensasi)
dan pada penyakit raynaud.
Obat-obat Beta Blocker, juga dikenal sebagai beta-adrenergic blocking agents, adalah
obat-obat yang menghambat norepinephrine dan epinephrine (adrenaline) agar tidak

berikatan dengan reseptor-reseptor beta. Ada tiga tipe reseptor beta dan masing-masing
mengontrol beberapa fungsi berdasarkan pada lokasi mereka dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2283368-klasifikasi-obat-antihipertensi/#ixzz1sJcGb7v5
Gunawan, Sulistia Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. FK-UI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai