Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


DASAR NUTRISI PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS A DI RUANG
TERATAI RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
JEMBER

OLEH:

Grysha Viofananda A. K. A., S.Kep


NIM. 192311101206

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase KDP yang disusun oleh:

Nama : Grysha Viofananda A. K. A., S.Kep


NIM : 192311101206

telah diperiksa dan disahkan pada:

Hari :
Tanggal :

FAKULTAS KEPERAWATAN

Mengetahui
PJ Program Profesi Ners, PJMK,

Ns. Erti I. Dewi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J Ns. Ahmad Rifai, S.Kep.M.S
NIP. 19811028 200604 2 002 NIP. 19850207 201504 1 001

Menyetujui,
Wakil Dekan I

Ns. Anisah Ardiana, M.Kep., Ph.D


NIP. 19800417 200604 2 002
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:

Nama : Grysha Viofananda A. K. A., S.Kep


NIM : 192311101206
Judul : Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Nutrisi
Pada Pasien Dengan Hepatitis A Di Ruang Teratai Rumah Sakit Tingkat
III Baladhika Husada Jember

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Jember, Maret 2020

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Ns. Retno Purwandari, M.Kep Ns. Nurul Aeni, S.Kep.


NIP. 19820314 200604 2 002 NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
DASAR NUTRISI PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS A DI RUANG
TERATAI RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
JEMBER

A. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar: Nutrisi


Kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (berusaha menjaga keseimbangan
unsur-unsur fisik) seperti : makan, minum, serta kebutuhan istirahat, eliminasi dan
oksigenasi. Kebutuhan fisiologis sangat penting, dalam keadaan absolute
(kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang
mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Maus
et al, 2017). Kebutuhan fisiologis berada pada tingkat yang paling dasar dalam
hierarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling
penting agar seseorang dapat bertahan hidup sehingga kebutuhan fisiologis
menempati prioritas yang paling mendasar salah satunya Nutrisi (Haryani, 2010).
Nutrisi merupakan aktifitas memasukkan makanan, mencerna dan
menggunakan nutrien untuk tujuan pemeliharaan jaringan dan produksi energi.
Makan sendiri merupakan proses memasukkan nutrien ke dalam tubuh (NANDA,
2018-2020). Nutrisi juga merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh (Sarin et al, 2016). Nutrisi juga dapat diartikan sebagai substansi
organik dan non organik yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan oleh
tubuh agar dapat berfungsi dengan baik (Lusida et al, 2016).
Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor
fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor patofisiologi seperti adanya
penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan
nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi. Proses metabolik di dalam tubuh yaitu mengontrol
pencernaan, menyimpan zat makanan, dan mengeluarkan produk sampah. Hal ini
mencerna dan menyimpan zat makanan adalah suatu yang penting dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh (Potter & Perry, 2005). Nutrisi dapat
dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi reaksi da keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit (Wartonah, 2010). Proses pemenuhan nutris dapat terganggu oleh
penyakit seperti hepatitis.
Hepatitis merupakan suatu keadaan radang atau inflamasi pada sel-sel
hati, sebagai tanda terjadi reaksi terhadap virus ( virus hepatitis A, B, C, D, E, dan
G) obat, atau alkohol. Gejala yang timbul yaitu badan terasa lemah, mudah lelah,
nafsu makan berkurang,urine berwarna seperti teh pekat, mata dan saluran badan
menjadi kuning (Tjokroprawiro, 2015). Pada fase prodromal terdapat gejala
malaise, mialgia, artralgia, gejala infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), sakit
kepala, fotofobia, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, dan demam
>39,5OC. Sedangkan pada fase ikterik terdapat ikterus, nyeri kuadran kanan
atas/epigastrik, urine gelap, dan fese seperti dempul (Meiliya & Wahyuningsih,
2010).

B. Review Anatomi Fisiologi


Hati (Hepar) merupakan kelenjar yang paling besar didalam tubuh
manusia memiliki berat 1500 gram, dengan bagian superior yang berbentuk
cembung terletak diatas ginjal kanan, gaster, pankreas, dan usus. Hepar dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu lobus kiri dan kanan. Ligamen falsiform membagi
lobus kanan menjadi segmen anterior dan posterior serta membagi lobus kiri
menjadi segmen medial dan lateral. Bermula dari hepar, ligamen falsiform
melintasi diafragma hingga pada dinding abdomen anterior. Pada permukaan
hepar terdapat peritoneum viseralis (Baradero & Dayrit, 2009).
Terdapat beberapa saluran pada hepar, yaitu;
1. Arteria hepatikum merupakan salah satu cabang dari arteria seliaka dari
aorta yang bertugas menyuplai darah ke hepar.
2. Vena porta hepatika yang bertugas membawa darah vena dari seluruh
traktus gastrointestinal ke hepar dengan memiliki kandungan zat-zat
makanan yang telah diserap oleh vili usus halus.
3. Vena hepatika yang bertugas membawa darah vena dari hepar ke vena
inferior. Saluran-saluran bilier dapat disebut dengan kanakuli empedu
yang terbentuk dari kapiler-kapiler empedu yang menyatu dan dapat
menyalurkan empedu yang dihasilkan oleh sel-sel hepar.

Gambar 1. Anatomi Hepar


(Sumber: Baradero & Dayrit, 2009)

Hepar memiliki beberapa fungsi yang penting, sehingga manusia tidak


dapat hidup tanpa hepar. Peran hepar dalam tubuh manusia yaitu dalam proses
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang dibawa ke hepar melalui vena
porta setelah diabsorbsi oleh vili usus halus (Baradero & Dayrit, 2009).
1. Metabolisme karbohidrat
Ketika sedang makan, hepar seketika mengambil glukosa, fruktosa, dan
galaktosa dari makanan. Ketiga gula ini kemudian diubah menjadi glikogen
(proses glikogenesis) dan disimpan didalam hepar. Apabila makanan menganduh
rendah karbohidrat, makan akan diubah oleh hepar dari protein menjadi glukosa
untuk mengganti simpanan glikogen yang telah digunakan. Namun, apabila
mengandung karbohidrat yang tinggi maka akan diubah menjadi lemak
(lipognesis). Saat tubuh tidak menerima asupan makanan, hepar akan
mempertahankan konsentrasi glukosa darah, yaitu dengan memecah glikogen
(glikogenesis) atau dengan membentuk glukosabaru (glukoneogenesis) dari asam
amino, gliserol, dan asam laktat. Melalui proses glikogenesis, lipogenesis,
glikogenolisis, dan glukoneogenesis sehingga hepar dapat membantu
mempertahankan kadar gula dalam darah yang normal;mencegah hiperglikemia
setelah makan dan hipoglikemia setelah makan dan hipoglikemia ketika tidak
makan.
2. Metabolisme protein
Melalui proses transaminase, hepar dapat menghasilkan asam amino.
Hepar metupakan satu-satunya sumber plasma protein utama. Albumin
merupakan salah satu protein utama yang hanya dapat dihasilkan oleh hepar.
Albumin dapat mempertahankan tekanan osmotik koloid, sehingga distribusi yang
normal dari cairan antara kompartemen intertisial dan intrasel dapat diperhatikan.
Hepar merupakan sumber faktor-faktor pembekuan darah. Hepar dapat
menghasilkan fibrinogen (faktor I), protombin (faktor II), proaselarin (faktor V),
akselerator konversi protombin serum (faktor VII), faktor christmas (faktor IX),
faktor stuart (faktor X). Produksi faktor-faktor II, VII, IX, dan X memerlukan
vitamin K dikarenakan dapat larut dalam lemak dan duiabsorbsi di empedu.
3. Metabolisme lemak
Hepar dapat mengubah trigliserida menjadi asam lemak yang dapat
digunakan sebagai energi. Selain itu juga hepar juga dapat digunakan asam lemak
dari jaringan adiposa untuk membentuk energi.
4. Metabolisme bilirubin
Bilirubin adalah produkdari eritrosit yang rusak dapat menyebabkan
keluarnya bilirubin. Bilirubin ini diikat oleh albumindan protein yang lain,
kemudian diedarkan melalui peredaran darah. Seketika didalam hepar, bilirubin
dilepas oleh hepar dari albumin, kemudian digabung glukoronid sehingga dapat
larut dalam air dan disebut bilirubin terkonjugasi. Melalui kanalikuli, bilirubin
terkonjugasi ikut dengan empeu dan masuk ke vesika felea dan duodenum. Yang
mana didalamnya bilirubin terkonjugasi diubah menjadi urobilinogen. Setelah itu
separuh dari urobilinogen dikeluarkan melalui feses (kecokelatan) dan sebagian
direabsorbsi. Setelah itu, direabsorpsi di dalam hepar, kemudian hepar
melepasnya kedalam darah untuk digunakan kembali yang lainnya dikeluarkan
melalui urine.
5. Detoksifikasi
Hepar memiliki peran penting dalam detoksifikasi zat-zat endogen dan
eksogen. Salah satu zat yang sangat toksik diatur hepar yaitu amonia. Zat tersebut
dihasilkan dalam usus besar, kerja bakteri pada protein yang menghasilkan
amonia. Melalui sirkulasi enterohepatik, hepar melepas amonia dari darah dan
mengubahnya menjadi urea sehingga tidak beracun. Didalam hepar terjadi proses
deaminasi terjadi ketika sekelompok amino. Setelah itu, hepar mengubah amonia
menjadi urea dan dapat dikeluarkan oleh ginjal melalui urine. Hepar juga dapat
membuat hormon-hormon steroid (estrogen, progesteron, testosteron,l
kortikosteron, aldosteron) menajdi tidak aktif. Oleh karena itu, penyakit hepar
dapat mengakibatkan kadar hormon dalam darah menjadi patologis. Selain yang
telah tertera diatas, hepar juga dapat mendetoksifikasi zat-zat eksogen, seperti
obat-obat barbiturat dan ebberapa sedatif dan hepar yang sakit tidak dapat
mengatasi efek toksik dari obat-obat tersebut.
6. Penyimpanan mineral dan vitamin
Sebagai penyimpan cadangan berbagai macam mineral dan vitamin,
didalam hepar terdapat vitamin A, D, E, K, B12 serta mineral seperti zat besi
disimpan dan digunakan untuk membentuk hemoglobin. Didalam hepar sangat
banyak kan pembuluh darah dan sistem sinusoid yang dapat dijadikan sebagai
tempat penyimpanan darah. Apabila volume darah vena meningkat melebihi
kemampuan jantung kanan, kelebihan darah vena ini dapat disimpan didalam
hepar.

C. Epidemiologi
Secara global, diperkirakan lebih dari 350 juta jiwa atau lebih dari
seperttiga penduduk dunia telah terinfeksi virus hepatitis. Berkisar 5% dari
populasi adalah carrier kronis HBV, dan secara umum hampir 25% carrier dapat
mengalami penyakut hati yang lebih parah seperti hepatitis kronis, sirosis, da
karsinoma hepatoseluler primer. Prevalensi nasional di tiap negara di dunia
berkisar antara 0,5% di S dan Eropa Utara mencapai 10% di daerah Asia. Infeksi
HBV menyebabkan lebih dari satu juta kematian setiap tahunnya. Di seluruh
dunia kurang lebih 2 milyar penduduk dunia pernah terinfeksi oleh virus hepatitis
B (HBV). Sekitar 400 juta orang pengidap kronik hepatitis di dunia, dan dari
jumlah tersebut berkisar 250.000 orang pengidap kronik meninggal setiap tahun
akibat sirosis hati dan kanker hati (Kusumaningrum, 2017).
Virus hepatitis A telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia,
sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap Hepatitis A Kronik,
sedangkan untuk penderita Hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 juta
orang. Sebanyak 1,5 juta orang penduduk dunia meninggal setiap tahunnya karena
Hepatitis. Indonesia merupakan negara dengan Endemisitas tinggi Hepatitis A,
terbesar kedua di negara SEAR setelah Myanmar. Berdasarkan hasil Riskesdas,
diantara 100 orang di Indonesia, 10 diantaranya telah terinfeksi Hepatitis A dan C
sehingga saat ini diperkirakan terdapat 28 juta penduduk Indonesia yang terinfeksi
Hepatitis A dan C, 14 juta diantaranya berpotensi untuk menjadi kronisdan dari
yang kronis tersebut 1,4 juta orang berpotensi untuk menderita kanker hati
(Pusdatin, 2014).

Gambar 2. Gambaran Penyakit Hepatitis yang Menyerang Manusia


(Sumber: Pusdatin Kemenkes RI, 2014)

D. Etiologi
Menurut NANDA (2018-2020), penyebab umum kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh meliputi:
a. Faktor Biologi (status kesehatan seseorang akan mempegaruhi kebutuhan
seseorang akan nutrisi ex: hepatomegali pasien akan mengeluh mual dan
akan berpengaruh terhadap intake makanan yang masuk).
b. Faktor Ekonomi (status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status
gizi karena penyediaan makanan yang bergizi membutuhkan biaya).
c. Faktor psikososial (perasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan
makanan dan persepsi pasien akan pantangan terhadap makanan tertentu
juga dapat mempengaruhi status gizi).
d. Ketidakmampuan makan (keterbatasan kemampuan seseorang untuk
makan dengan mandiri sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk
memperoleh makanan).
e. Ketidakmampuan mencerna makanan (keterbatasan fungsi organ
pencernaan dalam mencerna makanan seperti pada pasien hepatomegali
dimana fungsi hepar mengalami gangguan sehingga tidak mampu
mencerna lemak dengan baik).
f. Ketidakmampuan mengabsorbsi makanan (keterbatasan fungsi organ
pencernaan dalam mengabsorbsi nutrisi untuk digunakan dalam proses
metabolisme seperti pada pasien diabetes mellitus yang tidak mampu
mengubah glukosa menjadi energi).
g. Kurang asupan makanan (kebutuhan nutrisi tubuh belum terpenuhi karena
keterbatasan seseorang dalam mengakses asupan makanan).
Menurut NANDA (2018-2020), penyebab umum gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi mual meliputi:
a. Distensi lambung (peningkatan asam lambung (HCl) yang berlebih)
b. Gangguan biokimia (mis. Uremia, ketoasidosis diabetik).
c. Iritasi gastrointestinal (mis. gastritis)
d. Penyakit pankreas (mis. pankreatitis)
e. Pembesaran hati (mis. hepatomegali, hapatoma)
f. Program pengobatan (obat obat yang dapat mengiritasi saluran
pencernaan)
g. Tumor intraabdomen (mis. Ca kolon)
Terdapat beberapa etiologi dari hepatitis yaitu;
1. Obat-obatan, bahan kimia, serta racun
2. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis
3. Infeksi virus ( virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G)
Virus HBV merupakan virus berkembang ganda dengan ukuran 42 nm,
dapat ditularkan melalui darah, saliva, semen, sekresi vagina. Pada
kondisi ibu hamil yang terinfeksi, dapat menularkan virus pada bayinya
(Tjokroprawiro, 2015).

E. Tanda dan Gejala


1. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
2. Bising usus hiperaktif
3. Cepat kenyang setelah makan
4. Diare
5. Gangguan sensasi rasa
6. Kehilangan rambut berlebihan
7. Kelemahan otot pengunyah
8. Kelemahan otot untuk menelan
9. Kerapuhan kapiler
10. Kesalahan informasi
11. Kesalahan persepsi
12. Ketidakmampuan memakan makanan
13. Kram abdomen
14. Kurang informasi
15. Kurang minat pada makanan
16. Membran mukosa pucat
17. Nyeri abdomen
18. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
19. Sariawan rongga mulut
20. Tonus otot menurun
21. Berat badan dibawah ideal lebih dari 20% 
22. Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan tubuh yang
dianjurkan 
F. Patofisiologi dan Clinical Pathway
1. Patofisiologi
Abnormalitas saluran gastrointestinal menunjukkan banyak patologi yang
dapat mempengaruhi system organ lain: perdarahan, perforasi, obstruksi,
inflamasi, hepatomegali dan kanker. Stress dan ansietas sering menjadi keluhan
utama berupa indigesti, anoreksia/ gangguan motorik usus, kadang-kadang
menimbulkan konstipasi/ diare. Faktor-faktor resiko seperti rokok, jamur, infeksi
virus hepatitis serta alkohol yang mengakibatkan sel-sel pada hepar rusak serta
menimbulkan reaksi inflamasi sehingga mematikan sel-sel endogenous dan
sekretorious hepatic. Hepatitis berawal dari hal tersebut sehingga pusat kontrol
sekresi OH yang berlanjut pada peningkatan H + pada lambung. Semakin lama
kadar pH yag semakin asam pada lambung dapat mengakibatkan respon umpan
balik negatif pada Nervus VII (N. Vagus) sehingga terjadi respon mual serta
rusaknya sel parenkim hati karena inflamasi virus hepatitis akan menstimulasi
respon dolor (nyeri) pada daerah epigastrium dan hipokondrium kanan. Respon
negatif yang berujung pada mual ditambah kondisi asam lambung akann
mengakibatkan tubuh mengalami muntah. Sehingga pasien dengan hepatitis dapat
mengalami gangguan mual, muntah, dan nyeri akut (Brunner & Sudarth, 2002;
Ririn, 2013).
Kondisi mual, muntah dan nyeri akut yang terjadi pada pasien ditambah
dengan intake inadekuat akan mengakibatkan tubuh mengalami kekurangan
asupan nutrisi. Kondisi demikian yang disebut ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Perubahan morfologi yang terjadi pada hati seringkali mirip
untuk berbagai virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya
berukuran dan berwarna normal, namun kadang-kadang agak edema, membesar
palpasi yaitu teraba nyeri di tepian. Secara histiologi, tejadi kekacauan susunan
hepatoseluler, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan
periportal. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut mereda.
Pada beberapa kasus, nekrosis submasif atau masih dapat mengakibatkan gagal
hati fulminan dan kematian (Price & Wilson, 2005; Yousafzai et al, 2013).
Hepatitis virus menyebabkan inflamasi yang menyebar ke jaringan-
jaringan hepar melalui infiltrasi. Inflamasi, degenerasi, regenerasi dapat terjadi
serenatak. Infalamu yang disertai pembengkaan memanjang. Hepatitis virus dapat
muncul karena faktor-faktor (Baradero, 2008) :
1. Keganasan (virulensi) virus.
2. Luasnya jaringan hepar yang rusak.
3. Status kesehatan termasuk keadaan nutrisi pasien.
4. Perawatan dan pengobatan yang diterimanya.
Kebanyakan pasien dapat sembuh termasuk kembalinya fungsi yang
normal dari hepar, tetapi ada beberapa juga yang dapat mengancam nyawa pasien.
Hal ini dapat terjadi hepatitis menjadi:
1. Hepatitis virus fulminan yang seacra tiba-tiba hepar mengalami degrenerasi
dan atrofi berat yang mengakibatkan kegagalan hepar.
2. Hepatitis virus subakut terjadi ketika degrenasi pada heparberatnamun
perlahan.
3. Nekrosis hepatik submasif atau masif. Pada nekrosis, submasif, hanya
sebagian dari lobul mengalami nekrosis, sedangkan pada yang masiih
seluruh lobulnya menglami nekrosis. Keduanya dapat mengakibatkan
sirosis atau hepatitis kronis.

Gambar 3. Perbandingan kondisi hepar sehat dengan hepar hepatitis


(Sumber: Widyawati, 2015)
b. Clinical Pathway

Faktor Biologi
Hepatitis Virus - A

Inflamasi Hepar

Kerusakan Sel Parenkim, Sel


Glikogenesis Menurun Eksresi

Glukosa Menurun Penurunan OH- dan Produksi


H+ dari Lambung Meningkat

Risiko Ketidakstabilan Gula Peningkatan Asam


Darah Lambung Penurunan Cairan
dan Elektrolit
Tubuh
Mual

Output lebih besar


dari input
Muntah

Balanced Cairan
Terganggu
Asupan Nutrisi
Menurun
Kekurangan
Volume Cairan
Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
G. Penatalaksanaan Medis
1. Nutrisi Enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan kecukupan
nutrisi meliputi metode enteral (melalui system pencernaan). Nutrisi
enteral juga disebut sebagai nutrisi enteral total (TEN) diberikan apabila
klien tidak mampu menelan makanan atau mengalami gangguan pada
saluran pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus terganggu.
Pemberian makanan lewat enteral diberikan melalui slang nasogastrik dan
slang pemberian makan berukuran kecil atau melalui slang gastrostomi
atau yeyunostomi (Kozier, 2011).
2. Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN)
atau hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran
gastrointestinal tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam
kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapannya terganggu.
Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti melalui kateter vena
sentral ke vena kava superior. Makanan parenteral adalah larutan
dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit, vitamin, dan unsure renik,
semuanya ini memberikan semua kalori yang dibutuhkan. Karena larutan
TPN bersifat hipertonik larutan hanya dimasukkan ke vena sentral yang
beraliran tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh darah klien (Kozier, 2011).
3. Pemberian obat dari dokter berupa Metokopramit, ondansentron, dan
ranitidin untuk mengurangi mual dan muntah apabila pasien mengalami
mual dan muntah (Kozier, 2011).
Pengkajian Kebutuhan Nutrisi
1. Kaji Tanda-Tanda Vital
2. Kaji Pola Nutrisi (Antropometri, Biomedical sign, Clinical Sign, Diet
Pattern)
a. Antropometri
Menghitung IMT= BB/TB2
Gambar 4. Pengukuran IMT
(Sumber: Kusumaningrum, 2017)
Menghitung BMR: 66,47x(13,75xBB)+ (5xTB)-(6,76xUsia)
Menghitung Kalori total: BMR x Level aktivitas
Menghitung kebutuhan lemak: 10% x kalori total : 9
Menghitung kebutuhan protein: 15% x kalori total : 4
Menghitung kebutuhan karbohidrat: 65% x kalori total : 4
b. Biomedical Sign meliputi hasil pemeriksaan spesimen tubuh klien
c. Clinical Sign meliputi Kesadaran umum, tanda-tanda klinis nutrisi
d. Diet pattern (intake makanan dan cairan) mencakup frekuensi,
porsi, variasi, dan nafsu makan klien sebelum dan sesudah MRS.
Tabel 1. Pengkajian Fisik pada Pasien dengan Hepatitis
Area
Tanda-tanda normal Tanda-tanda abnormal
pengkajian
Penampilan
Gesit, energik, mampu
umum dan Apatis, lesu, tampak lelah
beristirahat dengan baik
vitalitas
Dalam rentang normal sesuai
Berat badan Obesitas, underweight
dengan usia dan tinggi badan
Kusam, kering, pudar,
Bercahaya, berminyak dan
Rambut kemerahan, tipis, pecah/
tidak kering
patah-patah
Kering, pucat, iritasi,
Lembut, sedikit lembab,
Kulit petichie, lemak di subkutan
turgor kulit baik
tidak ada
Mudah patah, berbentuk
Kuku Merah muda, keras
seperti sendok
Konjungtiva pucat, kering,
Berbinar, jernih, lembab,
Mata exoptalmus, tand-tanda
konjungtiva merah muda
infeksi
Kering, pecah-pecah,
Bibir Lembab merah muda bengkak, lesi, stomatitis,
membrane mukosa pucat
Perdarahan, peradangan,
Gusi Merah muda, lembab
berbentuk seperti spon
Fleksia/ lemah, tonus
Kenyal ,berkembang dengan
Otot kurang, tenderness, tidak
baik
mampu bekerja
Denyut nadi lebih dari 100X/
Nadi dan tekanan darah
System menit, irama abnormal,
normal, irama jantung
kardiovaskuler tekanan darah rendah atau
normal
tingi
System Nafsu makan baik, eliminasi Anorexia, konstipasi, diare,
pencernaan normal dan teratur flatulensi, pembesaran liver

a. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologi (virus hepatitis) ditandai dengan penurunan BB 20%
dari pegukuran sebelumnya, ketidakmampuan mengabsorbsi nutriet /
intake nutrisi yang tidak adekuat, penurunan nafsu makan

2. Mual berhubungan dengan pembesaran hati dengan ditandai pasien


mengatakan mual dan ingin muntah, peningkatan saliva.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


yang ditandai dengan pasien lemah, muntah dan mukosa bibir kering.

4. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan asupan


diet tidak adekuat.

5. Nyeri akut berhubungan dengan agen faktor biologi (inflamasi akibat virus
Hepatitis A) ditandai dengan diaporesis, peningkatan tekanan darah,
takikardi, takipnea, pasien mengeluh nyeri di area hipokondrium dekstra
b. Perencanaan/ Nursing Care Plan

No. Diagnosa NOC NIC


1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam 1100 Nutritional Management.
nutrisi: kurang pasien mampu mengontrol 1008 Nutritional status: Food Definisi: Menyediakan dan
dari kebutuhan & Fluid intake, Nutrient intake. meningkatkan intake nutrisi yang
tubuh berhubungan Definisi: Sejauh mana nutrisi dicerna dan diserap untuk seimbang
dengan faktor memenuhi kebutuhan metabolik.
biologi (virus Kolaboratif
hepatitis) ditandai Dengan Kriteria hasil. a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dengan penurunan a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, menentukan jumlah kalori & nutrisi
BB 20% dari b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan, yang dibutuhkan pasien.
pegukuran c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, Edukasi
sebelumnya, d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, b. Berikan informasi tentang kebutuhan
ketidakmampuan e. Peningkatan fungsi pengecapan dan menelan, nutrisi.
mengabsorbsi nutriet f. Tidak terjadi penurunan energi yang berarti. c. Berikan pendidikan tentang cara diet
/ intake nutrisi yang Tujuan kebutuhan kalori & tindakan
Indikator Awal
tidak adekuat, 1 2 3 4 5 keperawatan.
Peningkatan Berat Terapeutik
penurunan nafsu
Badan d. Ajarkan teknik manajemen energi yang
makan
BBI
efektif
Asupan Nutrisi
e. Monitor penurunan Berat Badan
Fungsi pengecapan
dan Menelan
f. Lakukan pemasangan NGT jika pasien
Energi tidak sadar.
Otonomi
g. Kaji adanya alergi makanan.
h. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung serat untuk mencegah
konstipasi serta melancarkan
pencernaan.
i. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
j. Kaji informasi tentang kesehatan &
kebutuhan nutrisi.
2. Mual berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam 1450 Manajemen Mual
dengan pembesaran pasien mampu 1618 Mengontrol Mual. Definisi: Definisi pencegahan dan
hati dengan ditandai Definisi: Tindakan profesional untuk mengontrol mual, penaggulan mual.
pasien mengatatakan muntah, dan gejala muntah.
mual dan ingin Kolaboratif
muntah, peningkatan Dengan kriteria hasil: a. Lakukan kolaborasi pemberian anti
kelenjar saliva. Mual akan berkurang yang dibuktikan oleh emetik per iv untuk mengurangi mual.
a. Selera makan yang baik, b. Kolaborasikan pemberian obat penurun
b. Tingkat kenyamanan,  asam lambung
c. Hidrasi cukup, Edukasi
d. Pengendalian mual-muntah, c. Berikan pendidikan kesehatan terkait
e. Status nutrisi yang adekuat manajemen mual yang berefek pada
Tujuan keseimbangan nutrisi.
Indikator Awal
1 2 3 4 5 Terapeutik
Selera Makan d. Dorong pasien untuk belajar strategi
Tingkat Kenyamanan mengatasi mual
Hidrasi e. Ajari penggunaan teknik
Mual Muntah nonfarmakologis (misal: biofeedbck,
Status Nutrisi hipnosis, relaksasi, imajinasi, terapi
musik, akupresure distraksi) untuk
mengatasi mual
f. Tingkatkan istirahat tidur yang cukup
untuk mengurangi mual.
Otonomi
g. Lakukan penilaian lengkap terhadap
mual, termasuk frekuensi, durasi,
tingkat keparahan, dan faktor pencetus.
h. Observasi tanda tanda nonverbal
ketidaknyamanan.
i. Dorong pola makan sedikit tapi
menarik bagi pasien mual.
j. Monitor efek menejemen mual secara
keseluruhan.
3. Kekurangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam 2080 Fluid management
volume cairan pasien mampu 0601 Fluid balance. Definisi: Pengaturan dan pencegahan
berhubungan dengan Definisi: Keseimbangan carian didalam interselular dan komplikasi dari perubahan cairan dan atau
kehilangan cairan ekstraselular didalam tubuh. elektrolit.
aktif yang ditandai
dengan pasien Dengan kriteria hasil: Kolaboratif
lemah, muntah dan a. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal a. Lakukan terapi IV
mukosa bibir kering. b. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, b. Berikan cairan IV pada suhu
c. Elastisitas turgor kulit baik, ruangan
d. membran mukosa lembab, c. Dorong masukan rehidrasi oral
e. tidak ada rasa haus yang berlebihan. d. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
Tujuan berlebih muncul meburuk
Indikator Awal
1 2 3 4 5 Edukatif
TTV e. Berikan informasi seputar
Dehidrasi konsumsi cairan untuk meningkatkan
Turgor Kulit catatan intake dan output yang akurat
Membran Mukosa Terapeutik
Rasa Haus Berlebihan f. Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
g. Monitor masukan makanan / cairan
dan hitung intake kalori harian
h. Monitor status nutrisi
Otonomi
i. Monitor status hidrasi
( kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika
diperlukan
j. Monitor vital sign
4. Resiko Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam 5614 Teaching: Prescribed Diet
ketidakstabilan pasien mampu 1622 Compliance Behavior: Prescribed Diet. Definisi: Mempersiapkan pasien agar
kadar glukosa Definisi: Tindakan pribadi untuk mengikuti rekomendasi dapat mengikuti diet yang disarankan
darah berhubungan makanan dan intake cairan oleh seseorang profesional
dengan asupan diet kesehatan untuk kondisi kesehatan tertentu. Kolaboratif
tidak adekuat. a. Kolaborasikan pemberian Infus
Dengan kriteria hasil: Glukosa jika diperlukan.
a. Pasien mengetahui diet nutrisi yang sesuai b. Kolaborasikan pemberian obat anti
b. Pasien mampu menjalankan diet dengan teratur hipoglikemik untuk mencegah
c. Gula Darah Acak Normal terjadinya hipoglikemik
Tujuan Edukatif
Indikator Awal
1 2 3 4 5 c. Kaji ulang pengetahuan klien terkait
Pengetahuan Diet nutrisi.
Nutrisi d. Kaji pengetahuan klien tentang diet
Penerapan Diet yang sesuai
GDA e. Jelasakan macam-macam jenis nutrisi
dan kegunaannya.
Terapeutik
f. Kaji kadar gula darah
Otonomi
g. Susun diet nutrisi sesuai kebutuhan
klien.
h. Anjurkan klien minum-minuman
sumber glukosa
5. Nyeri akut Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam klien dapat 1400 Manajemen Nyeri
berhubungan dengan mengontrol nyeri dengan baik. Definsi: Pengurangan atau reduksi nyeri
agen faktor biologi 1605 Kontrol Nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang
(inflamasi akibat Definisi: Tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri dapat diterima oleh pasien.
virus Hepatitis A)
ditandai dengan Dengan kriteria hasil: Kolaboratif
diaporesis, a. Waktu nyeri berkurang, a. Kolaborasi dengan dokter dan apoteker
peningkatan tekanan b. Konsumsi analgesik berkurang, utuk memastikan perawatan nalgesic
darah, takikardi, c. Penurunan nyeri terjadi signifikan, bagi pasien dilakukan dengan
takipnea, pasien d. Tanda gejala nyeri menunjukkan pengurangan yang pemantauan yang ketat.
mengeluh nyeri di signifikan, b. Kolaborasi dengan dokter,
area hipokondrium e. TTV dalam batas normal. berikan mediksi nalgesic  sesuai
dekstra Tujuan kebutuhan, observasi efek terapeutik
Indikator Awal
1 2 3 4 5 dan efek samping
Waktu nyeri Edukatif
Konsumsi Analgesik 3..Berikan informasi mengenai nyeri,
Penurunan Nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
Tanda Gejala Nyeri nyeri akan dirasakan, dan antisipasi
TTV akibat ketidanyamanan akibat prosedur.
Terapeutik
4..Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri
Otonomi
5. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus
6. Gali bersama pasien faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat nyeri.
7. Dorong pasien untuk memonitor nyeri
dan menangani nyerinya dengan tepat
8. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi
yang nyaman
9. Bantu pasien untuk mencapai kondisi
ketegangan fisik minimal melalui
teknik-teknik seperti relaksasi, musik,
visualisasi dan pengalihan untuk
mengurangi kebutuhan akan medikasi
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., & Dayrit, M. W. 2009. Klien Gangguan Hati: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner & Sudarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 1. Jakarta : EGC.
Bulechek, M. G., Butcher, K. M., Dochterman M. J., Wagner M., C. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC). Ed. 6. Singapore Ltd: Elsevier
Global Rights.
Herdman, H. T., & Kamitsuru, S. 2018. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi (NANDA) 2018- 2020. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. 2015. Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
___________. 2017. Pusat Data dan Informasi Situasi Penyakit Hepatitis B di
Indonesia tahun 2017.
Kozier, B. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan
Praktik Edisi 7. Jakarta : EGC.
Kusumaningrum, S. 2017. Situasi dan Analisis Hepatitis; 4-12 September.
Jakarta: Infodatin.
Lusida MI, Juniastuti, Yano Y. 2016. Current hepatitis B virus infection situation
in Indonesia and its genetic diversity. World J Gastroenterol. 22(32) : 7264-
7274
Mauss S, Berg T, Rockstroh J, Sarrazin C, Wedemeyer H. 2017. Hepatology-A
Clinical Textbook 8th Edition. Hamburg : Medizin Fokus Verlag: 151
Meiliya, E., & Wahyuningsih, E. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas L. M., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Edisi 5. Singapore Ltd: Elsevier Global Rights.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep Proses dan Praktik Ed.
4. Jakarta: EGC
Price, Sylvia. A & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit ed: 6. Jakarta : EGC.
Ririn E. 2013. Hepatitis Akut Disebabkan Oleh Virus Hepatitis A. Lampung :
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Vol 1(1)
Sarin SK, Kumar M, Lau GK., Abbas Z, Chan HL, Chen CJ, et al. 2016 Asian-
Pacific clinical practice guidelines on the management of hepatitis B: a 2015
update. Hepatol Int. 10(1): 98
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
Tjokroprawiro, A. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya.
Surabaya: AUP.
Widyawati, I. 2015 . Asuhan keperawatan klien dengan hepatitis. Edisi 3. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Yousafzai MT, Rubina Q, Rehana K, Kakakhel MF, Rehman SU. 2014. Hepatitis
B vaccination among primary health care workers in Northwest Pakistan.
International Journal of Health Sciences. 8:1
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KELOLAAN:
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR CAIRAN DAN
NUTRISI PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS A DI RUANG TERATAI
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA JEMBER

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER


DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Grysha Viofananda A. K. A., S.Kep


NIM : 192311101206
Tempat Pengkajian : R. Teratai
Tanggal : 02 s.d 05 Maret 2020

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama : Tn. F No. RM : 098744
Umur : 22 tahun Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis :L Status : Belum Kawin
Kelamin Perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS : 02-03-20/17.00 (IGD)
Pendidikan : SMA Tanggal : 03-03-20/17.00 (Teratai)
Pengkajian
Alamat : Jln Letjend Suprapto Sumber : Pasien, Keluarga, RM
RT 1 RW 16 Kebonsari- Informasi
Jember

II.Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa medik:
Hepatitis A (Elevated Iner Enzym)

2. Keluhan utama:
Pasien mengatakan “Saya merasa kurang nafsu makan, sakit diperut atas
dan kanan, serta sudah mual-muntah sejak 3 hari yang lalu dan sempat
diare”

3. Riwayat penyakit sekarang:


Keluarga pasien mengatakan sekitar 3 hari yang lalu mengalami mual
muntah disertai bola mata kekuningan. Pasien sebelumnya tidak pernah
sakit seperti ini. Setelah beberapa saat pasien dibawa ke Puskesmas
Sumbersari dan Lab Parahita dengan hasil OT-PT meningkat, kemudian
pasien dirujuk ke IGD RS DKT pada tanggal 2 Maret 2020 pukul 17.00.
Pasien tampak lemah, sklera ikterik, mengeluh nyeri pada bagian perut
atas-kanan, (P= mual-muntah / susp. Hepatitis, Q= tajam, R=
epigastrium-hipokondrium Dekstra, S= 4, T= hilang timbul) dan dalam
keadaan compos mentis (E4V5M6) dengan TTV (TD: 110/60 mmHg,
N: 84x/menit, RR: 20x/menit, S: 38,5oC) dan kemudian opname di
ruang Teratai. Pada saat pengkajian tanggal 2 Maret 2020 pasien masih
mengeluh tidak nyaman makan, nyeri pada bagian perut kanan atas dan
tampak lemah, terkadang merasa mual muntah. TD: 130/90 mmHg, N:
84x/menit, RR: 23 x/menit, S: 37,8 oC.

4. Riwayat kesehatan terdahulu:


a. Penyakit yang pernah dialami:
Pasien mengatakan pernah MRS karena mengalami thypoid, tonsilitis
ketika anak-anak.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Pasien mengatakan ketika banyak makan telur timbul bintil-bintil di
daerah kulit
c. Imunisasi:
Pasien mengatakan jika imunisasi dasarnya ketika balita lengkap
d. Kebiasaan:
Pasien mengatakan aktivitas hariannya sebagai mahasiswa, selain
kuliah yakni mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM ) pencak
silat. Pasien juga mengatakan jika hiburannya yakni sering ke warung
kopi di daerah kampusnya saat malam hari.
e. Obat-obat yang digunakan:
Pasien mengatakan obat-obatan yang pernah digunakan yaitu obat-
obatan dari buka praktik perawat setempat saat sakit typhoid dahulu,
tetapi pasien lupa dengan nama obatnya.

5. Riwayat penyakit keluarga:


Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa anggota keluarganya
tidak memiliki riwayat penyakit yang sama maupun penyakit yang
diturunkan lainnya.

6. Genogram:

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Menikah

// : Cerai
: Anak kandung

III. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi & pemeliharaan kesehatan:
Ketika salah satu anggota keluarga sakit maka keluarga akan langsung
membawa ke fasyankes ex: puskesmas / RS. Pasien memiliki persepsi
dan pemeliharaan kesehatan yang baik, ketika pasien merasa dirinya
kurang enak badan maka pasien akan langsung mengkonsumsi
temulawak bahkan jauh-jauh hari sebelum terkena hepatitis, ibu pasien
telah menyediakan jamu temulawak tersebut. Didekat rumah pasien juga
ada perawat praktik mandiri sehingga pasien tidak jauh dalam
mengakses fasilitas kesehatan
Interpretasi :
Pasien dan keluarga memiliki persepsi kesehatan yang baik dan
pemeliharaan kesehatan yang baik karena melibatkan pelayanan
kesehatan
2. Pola nutrisi/ metabolik:
Saat Sakit Sebelum Sakit
A: BB : 54 kg 57 kg
TB : 160 cm 160 cm
BMI : 21,1 kg /m2 22,3 kg /m2
BMR : 1456,2 – 2257,11
Intepretasi: Indeks Massa Tubuh pasien tergolong dalam kategori
normal karena dalam rentang 18-25kg/m2(kurus: < 18 kg/m2;
nomal: 18-25 kg/m2; kegemukan: 25-27 kg/m2; obesitas: > 27
kg/m2).

B: Hb : 16 g/dL
SGOT : 1462,7 U/L
SGPT : 1721,2 U/L
GDA : 120 mg/dL
Leukosit : 4.310 U/L
Trombosit : 188.000 uL
Eritrosit : 5,29 juta/uL
Intepretasi: SGOT, SGPT meningkat

C: Kulit : Sawo Matang


Rambut : Hitam, sebaran merata
Kuku : Bersih, CRT<2 detik
Membran Mukosa : Kemerahan
Tes Neurologis : Reflek Patela +
Intepretasi: Clinical Sign Normal
D:
Indikator Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Jenis Nasi, lauk pauk, Diet TSTK
sayur
Porsi 3 piring 3 piring (tidak
dihabiskan)
Minum 1000-1500 cc/hari 1500-2000 cc/hari
Jenis air putih Jenis: air putih
Kesulitan Tidak ada Mendapat Suply
Infus Asering 500
mL;10 tpm
Sensasi dan nafsu
makan menurun
Interpretasi: Nafsu makan pasien menurun

3. Pola eliminasi:

BAK Sebelum sakit Saat di rumah sakit


Frekuensi 3-4x sehari 5-6x sehari
Jumlah rata-rata 1500 cc rata-rata >1500
ml/hari cc/hari
Warna Kuning Teh
Bau Amonia Amonia
Karakter Normal cair Normal cair
BJ Tidak terkaji Tidak terkaji
Alat bantu Tidak ada Tidak ada
Kemandirian Mandiri Mandiri
(mandiri/dibantu
)
BAB Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Frekuensi Dua hari sekali Satu hari sekali
Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna Kuning Kuning
Bau Amonia Amonia
Karakter Lunak Padat lunak
Alat bantu Tidak ada Tidak ada
Kemandirian Mandiri Mandiri
(mandiri/dibantu
)

Balance cairan:
Input : 1.500 + 1.000 + 20 + 270 = 2.790 cc
1. Air (makan dan minum) = 1.500 cc/hari
2. Infus = 1.000 cc/hari
3. Obat = 10+5+5 cc (Ondansentron, Antrain, Ranitidin)
4. Air metabolisme = 5cc/kg BB/hari = 5 x 54 = 270 cc/hari
Output cairan : 1500+ 810 = 2.310
1. Urine = 1500/kgBB/jam
2. IWL = 15 x BB/hari = 15 x 54 = 810 cc/hari
Balance cairan = Input – Output = 2.790 – 2.310 = 480 cc
Interpretasi: Balance cairan pasien lebih karena output BAB tidak terkaji
(Normal: input = output; Kurang: input < output; Berlebih: input >
output).

4. Pola aktivitas & latihan:


Sebelum sakit : rutin berolahraga, UKM pencak silat
Saat sakit : terbaring di tempat tidur, lebih sering beristirahat
Aktivitas Harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas di tempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi / ROM 
Ket: 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan
petugas, 3: bantuan alat, 4: mandiri
Status Skor ADL :
Skor ADL pasien 18 berarti ketergantungan ringan (0-4:
ketergantungan
total, 5-8: ketergantungan berat, 9-11: ketergantungan sedang, 12-19:
ketergantungan ringan, 20: mandiri)
Status Oksigenasi :
Pasien tidak merasa sesak dan mampu bernapas spontan RR=
20x/menit. Pasien tidak menggunakan otot bantu pernapasan.
Fungsi kardiovaskuler :
Normal, tidak terdapat permasalahan yang berkaitan dengan
kardiovaskuler yang dapat mengganggu aktivitas pasien
Terapi oksigen :
Pasien tidak menggunakan terapi oksigen dan alat bantu pernapasan
lainnya.
Interpretasi: ADL pasien normal

5. Pola tidur & istirahat:


Sebelum sakit Saat sakit
Tidur
Durasi : 6-8 jam 10 jam
Saat bangun : segar pusing
Gangguan : - suhu kamar panas
Aktivitas
Keletihan : - -
Gangguan : - cemas jika infusnya lepas
Interpretasi: Pasien lebih banyak beristirahat saat sakit, dan saat
bangun pasien mengeluh pusing

6. Pola kognitif & perceptual:


Fungsi Kognitif dan Memori :
Penggunaan bahasa pasien baik dan pasien dapat merespon semua
pertanyaan dengan baik. Pasien juga mempunyai daya ingat yang baik
dibuktikan dengan pasien bercerita mengenai penyakitnya hingga
terkena hepatitis dan untuk melakukan pengambilan keputusan pasien
berdiskusi dengan keluarga. Pasien masih ragu dalam mengidentifikasi
penyebab hepatitisnya
Fungsi dan keadaan indera :
Indera penglihatan pasien baik, pasien dapat mendengar dengan baik
saat diajak berkomunikasi, indera peraba pasien baik dan pasien juga
dapat mencium bau disekitarnya.
Interpretasi: Pola kognitif dan perceptual pasien cukup baik.

7. Pola persepsi diri:


Gambaran Diri
Pasien menyadari kondisi kesehatannya saat ini yaitu sedang
mengalami penurunan kesehatan
Ideal Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya harus segera sembuh.
Harga Diri
Pasien memiliki harga diri yang baik, dan pasien tidak merasa rendah
diri dengan kondisinya saat ini.
Peran Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya harus sembuh dan bisa beraktivitas
terutama kuliah kembali karena saat ini sedang proses menyusun
skripsi.
Identitas Diri
Pasien menyadari bahwa pasien adalah seorang anak sekaligus
mahasiswa dan merasa bahwa dirinya memiliki tanggung jawab.
Interpretasi: Pola persepsi diri pasien baik, yang terdiri dari gambaran
diri, ideal diri, harga diri, peran diri, dan identitas diri.

8. Pola seksualitas & reproduksi:


Pola seksualitas
Pasien belum menikah dan berjenis kelamin laki-laki, dan pasien
mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh dari anggota
keluarganya.
Fungsi reproduksi
Pasien tidak mengalami gangguan pada fungsi reproduksinya meskipun
mengalami gangguan pada kesehatannya.
Interpretasi: Pola seksualitas dan reproduksi pasien baik.

9. Pola peran & hubungan:


Pasien berperan sebagai anak sekaligus mahasiswa, sejak pasien sakit
pasien sementara tidak kuliah, namun pasien dapat menjalin hubungan
yang baik dengan keluarga, petugas kesehatan, dan saudara yang
mengunjungi pasien.
Interpretasi: Pola peran pasien tidak dapat berjalan dengan baik
namun pola hubungan pasien baik meskipun dirinya sedang sakit dan
berada di rumah sakit.

10. Pola manajemen koping-stress:


Pasien mengatakan saat pasien mempunyai masalah pasien selalu
berkomunikasi dengan orang terdekat untuk menyelesaikan masalah,
dan saat pasien mulai merasa stress pasien mengatakan bahwa dirinya
sharing dengan ibu dan ayahnya
Interpretasi: Pola manajemen koping-stress pasien baik dikarenakan
pasien dapat mengatasai masalahnya dan mengurangi stress dengan
caranya sendiri.

11. System nilai & keyakinan:


Pasien percaya bahwa sehat dan sakit semua berasal dari Allah sehingga
seperti saat ini saat dirinya sakit pasien selalu berdo’a agar segera diberi
kesembuhan. Saat sakit pasien juga tetap shalat
Interpretasi: Sistem nilai & keyakinan pasien baik.

IV. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum:
Keadaan pasien Compos Mentis (E4V5M6), pasien tampak lemah, mual,
pasien mengatakan tidak nyaman makan dan nyeri perut bagian atas kanan.
Pasien tampak lemah, berkeringat karena suhu ruang panas dengan warna
kulit sawo matang.

2. Tanda-Tanda Vital:
H1 H2 H3
TD (mm/Hg) 130/90 120/70 110/80
N (x/menit) 84 78 94
RR (x/menit) 23 20 18
S (°C) 37,8 36,5 36,7

3. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


Kepala:
Kepala simetris, tidak terdapat lesi maupun luka. Tidak ada benjolan
dikepala. Persebaran rambut merata. Wajah simetris, tidak terdapat lesi
wajah, ekspresi wajah tampak meringis.
Mata:
Normal, Refleks Cahaya +/+, Simetris, Bersih, Sklera Ikterik (-),
Konjungtiva kemerahan, Tidak ada benjolan / nyeri tekan, lapang pandang
+/+
Telinga:
Telinga luar bersih, kedua telinga simetris, tidak terdapat lesi dan cairan
yang keluar dari telinga, tidak ada nyeri tekan pada belakang telinga, tidak
ada gangguan pendengaran pada pasien.
Hidung:
Hidung luar bersih , bentuk hidung normal, simetris, tidak ada sekret dari
lubang hidung, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada
gangguan pada fungsi penciuman.
Mulut:
Bibir tidak sianosis, tidak ada massa, tidak ada sariawan, tonsilitis (-) gigi
besih, lidah bersih, bau nafas (-), membran mukosa kering dan pucat
Leher:
Normal, Deviasi trakea (-), tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri telan, tidak
ada penonjolan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada:
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat, bentuk simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus +/+
Perkusi : pekak
Auskultasi : normal, bunyi jantung reguler, S1 dan S2 tunggal.
Paru
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler
Abdomen:
Inspeksi : bentuk simetris, warna kulit merata, tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus 7 x/menit
Palpasi : nyeri tekan hipokon D (+), Nyeri tekan iliaka S (+)
Perkusi : Pekak Timpani Pekak
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani
Urogenital:
Normal,BAK normal, tidak ada gangguan kesehatan sistem reproduksi
Ekstremitas:
5 5
5 5
Ekstremitas atas
Bentuk normal dan simetris. Pasien dapat menggerakan ekstremitas atas
dengan bebas tanpa bantuan
Ekstremitas bawah
Bentuk ekstremitas bawah normal dan simetris, pasien dapat menggerakan
ekstremitas bawah dengan bebas tanpa bantuan
Tidak ada atropi, Tidak ada riwayat fraktur
Pulsasi pobliteal, dorsal pedis teraba
Kulit dan kuku:
Kulit : Bersih, sawo matang, tidak ada ikterik, tidak ada nyeri, tidak ada
jejas, turgor < 2 detik
Kuku : Bersih pendek, tidak ada edema, CRT < 2 detik

4. Keadaan lokal:
Pasien mengeluh lemah dan nafsu makannya tidak senyaman sebelum sakit,
nyeri area perut kanan atas

V. Terapi
No
Nama Obat Indikasi Dosis
.
Nutrien & pengobatan asidosis yang 500 cc/ 24
1. Inf. Asering berhubungan dengan dehidrasi & kehilangan ion jam (7 tpm)
alkali dalam tubuh.
2. Inj. Ranitidin Mencegah dan mengobati mual dan muntah 2x50 mg

Inj. Antagonis selektif reseptor 5-HT3 menghambat


3. Ondansentron mual dan muntah post operatif, karena agen 3x4 mg
sitotoksik, maupun radiasi
Memperbaiki fungsi hati abnormal pada
penyakit hati kronis (menurunkan OT-PT). 1 Amp
4. Inf. SNMC Stronger Neo-Minophagen C mengandung dalam 500
Monoammonium glycyrrhizinate (seperti Asering
glycyrrhizin), asam amino asetat, dan L-sistein /hari
HCl.
Memperbaiki fungsi hati abnormal pada
penyakit hati kronis (menurunkan OT-PT).
5. Drip SNMC Stronger Neo-Minophagen C mengandung 2x1 p.IV
Monoammonium glycyrrhizinate (seperti
glycyrrhizin), asam amino asetat, dan L-sistein
HCl.
Mengandung bahan aktif Paracetamol dan N- etc Demam
6. p.o Sistenol Acetylcysteine untuk mengatasi batu berdahak
(>38 °C)
dan demam
7. p.o Mengatasi gangguan pada lambung, seperti 2 x 30 mg
Lansoprazole tukak lambung, GERD (gastro esophageal
reflux disease), dan sindrom Zollinger-Ellison
dengan menurunkan produksi asam
lambung.
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
Parahita Diagnostic Center Jember
(Pemeriksaan Tanggal 01 Maret 2020)
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1. SGOT (AST) 1462,9 < 40uL opt 37°C
2. SGPT (ALT) 1721,2 < 41uL opt 37°C
RS Tingkat III Baladhika Husada Jember
(Pemeriksaan Tanggal 02 Maret 2020)
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
LED - L: 0-15 mm/jam
1.
P:0-20 mm/jam
Hb 16,0 L: 12,4-17,7 gr/dL
2.
P: 11,4-15,2 gr/dL
Leukosit 4.310 L: 4,3-10,3 / uL
3.
P: 4,3-11,3 / uL
Diff -/-/-/-/42/41/2 1-3/0-1/2-4/45-65/30-
4.
45/2
HCT 45,0 L: 38-42%
5.
P: 40-47%
6. Trombosit 188.000 150.000-450.000 / uL
Eritrosit 5,29 L: 4,5-5,5 juta/uL
7.
P: 4,0-5,0 juta/uL
8. MCV 85,2 80-100 n
9. MCH 30,3 25-35 gr/dL
10. MCHC 35,6 32-37 gr/dL
11. RDW 12,6 12-15%
12. BSS/GDA 80 70-140 mg/dL

Intepretasi: OT-PT meningkat (Susp. Hepatitis / Elevated Inner Enzym)

Jember, 5 Maret 2020


Pengambil Data

(Grysha Viofananda A. K. A., S.Kep)


B. PROBLEM LIST

Hari/ Tanggal/ Kemungkinan Paraf &


NO Data Penunjang Masalah
Jam Etiologi Nama
1. Selasa, 3 Maret DS : Hepatitis A Ketidakseimbangan nutrisi tubuh:
2020 1. Pasien mengatakan kurang nafsu kurang dari kebutuhan tubuh
16.00-20.00 makan Inflamasi Hepar
WIB 2. Pasien mengatakan ragu dalam
mengidentifikasi penyebab Meningkatan Asam Grysha
Hepatitisnya Lambung
3. Pasien mengatakan 2 hari yang
sebelum MRS mengalami diare Merangsang nervus vagus
DO :
1. Pasien merasakan nyeri daerah Mual-Muntah
hipokondrium d dan epigastrium
P: Mual-Muntah (Hepatitis A) Nafsu makan menurun
Q: Tajam
R: Hipokondrium d dan epigastrium Intake makanan menurun
S: 4
T: Sering Ketidakseimbangan
2. Tampak membran mukosa kering nutrisi ↓ dari kebutuhan
dan pucat tubuh
3. Intake makanan kurang (tampak
porsi makanan sepiring pasien tidak
habis hingga berganti jam makan
selanjutnya)
4. Distensi / kram pada abdomen
5. BB pasien menurun (sebelum sakit
57 kg; saat sakit 54 kg)
2. Selasa, 3 Maret DS : Hepatitis A Nyeri Akut
2020 1. Pasien merasakan nyeri daerah
16.00-20.00 hipokondrium d dan epigastrium Inflamasi Hepar
WIB P: Mual-Muntah (Hepatitis A)
Q: Tajam Peregangan kapsul hati
R: Hipokondrium d dan epigastrium Grysha
S: 4 Pembengkakan Sel
T: Sering parenkim hati
DO :
1. Pasien sering memegang perut Stimulasi dan Penekanan
kanannya serabut nosiseptor nyeri
2. TD: 130/80 mmHg, Nadi: 84
x/menit Penghantaran stimulus ke

Cortex cerebri Hepar


Muncul respon nyeri

Nyeri akut
3. Selasa, 3 Maret DS : Hepatitis A Mual
2020 1. Pasien mengatakan kurang nafsu
16.00-20.00 makan Inflamasi Hepar
WIB 2. Pasien mengatakan terasa asam di
lidah Meningkatan Asam
Lambung
Grysha
DO :
1. Tampak pasien mual
2. Tampak pasien hipersalivasi Merangsang nervus vagus
3. Pasien merasakan nyeri daerah
hipokondrium d dan epigastrium Mual
P: Mual-Muntah (Hepatitis A)
Q: Tajam
R: Hipokondrium d dan epigastrium
S: 4
T: Sering
C. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (PROBLEM ETIOLOGI SIGN- SIMPTOM/PES)

1. Ketidakseimbangan nutrisi tubuh kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologi
(hepatitis A) d.d Pasien mengatakan kurang nafsu makan, Pasien mengatakan ragu dalam
mengidentifikasi penyebab Hepatitisnya, Pasien mengatakan 2 hari yang sebelum MRS
mengalami diare, Pasien merasakan nyeri daerah hipokondrium d dan epigastrium (P: Mual-
Muntah (Hepatitis A), Q: Tajam, R: Hipokondrium d dan epigastrium, S: 4, T: Sering, Tampak
membran mukosa kering dan pucat, Intake makanan kurang (tampak porsi makanan sepiring
pasien tidak habis hingga berganti jam makan selanjutnya), Distensi / kram pada abdomen, BB
pasien menurun (sebelum sakit 57 kg; saat sakit 54 kg)
Tanggal Perumusan : 03 Maret 2020
Keterangan : Aktual

2. Nyeri Akut b.d agen biologi (hepatitis A) d.d Pasien merasakan nyeri daerah hipokondrium
d dan epigastrium (P: Mual-Muntah (Hepatitis A), Q: Tajam, R: Hipokondrium d dan
epigastrium, S: 4, T: Sering), Pasien sering memegang perut kanannya, TD: 130/80 mmHg,
Nadi: 84 x/menit
Tanggal Perumusan : 03 Maret 2020
Keterangan : Aktual

3. Mual b.d iritasi gastrointestinal d.d Pasien mengatakan kurang nafsu makan, Pasien
mengatakan terasa asam di lidah, Tampak pasien mual, Tampak pasien hipersalivasi, Pasien
merasakan nyeri daerah hipokondrium d dan epigastrium, P: Mual-Muntah (Hepatitis A), Q:
Tajam, R: Hipokondrium d dan epigastrium, S: 4, T: Sering)
Tanggal Perumusan : 03 Maret 2020
Keterangan : Aktual
D. PERENCANAAN / NURSING CARE PLAN

Hari / Paraf
No. Tanggal / Diagnosa NOC NIC Rasional dan
Jam Nama
1. Selasa / Ketidakseimbang Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1100 Nutritional Management.
03 Maret an nutrisi tubuh 3x24 jam pasien mampu mengontrol 1008 Definisi: Menyediakan dan
2020 kurang dari Nutritional status: Food & Fluid intake, meningkatkan intake nutrisi
/18.30 kebutuhan tubuh Nutrient intake. yang seimbang
WIB b.d faktor biologi Definisi: Sejauh mana nutrisi dicerna dan Grysha
(hepatitis A) d.d diserap untuk memenuhi kebutuhan Kolaboratif
a. Kolaborasi dengan ahli gizi a. Upaya peningkatan
tertera metabolik.
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi pasien
Dengan Kriteria hasil. kalori & nutrisi yang
a. Penurunan berat badan sesuai dapat dibutuhkan pasien. b. Upaya peningkatan
dicegah sesuai dengan tujuan, b. Pemberian tablet curcuma nafsu makan dan
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan sesuai advice dokter perbaikan sela hati
nutrisi, Edukasi
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, c. Berikan informasi tentang c. Upaya peningkatan
d. Peningkatan fungsi pengecapan dan kebutuhan nutrisi. informasi nutrisi pasien
menelan, d. Berikan pendidikan tentang d. Upaya peningkatan
e. Tidak terjadi penurunan energi yang cara diet kebutuhan kalori informasi diet yang
berarti. & tindakan keperawatan. benar
Tujuan Terapeutik
Indikator Awal Akhir
1 2 3 4 5 e. Ajarkan teknik manajemen e. Upaya mencegah
Berat Badan 2 4  energi yang efektif kehilangan energi
Asupan berlebihan
1 5  f. Monitor penurunan Berat
Nutrisi f. Maintenance BB
Badan
Tanda
4 5  Otonomi
Malnutrisi
Fungsi
g. Kaji adanya alergi g. Upaya pencegahan
pengecapan 4 5  makanan. alergi makanan
dan Menelan h. Yakinkan diet yang h. Upaya mencegah
Penurunan
2 5  dimakan mengandung serat konstipasi
Energi untuk mencegah konstipasi
serta melancarkan
pencernaan.
i. Berikan makanan yang i. Upaya pemberian
terpilih (sudah makan yang sesuai
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
j. Upaya identifikasi
j. Kaji informasi tentang informasi
kesehatan & kebutuhan
nutrisi.
2. Rabu / 03 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam 1400 Manajemen Nyeri
Maret agen biologi klien dapat mengontrol nyeri dengan baik. Definsi: Pengurangan atau
2020 (hepatitis A) d.d 1605 Kontrol Nyeri reduksi nyeri sampai pada
/18.30 tertera Definisi: Tindakan pribadi untuk mengontrol tingkat kenyamanan yang dapat
WIB nyeri diterima oleh pasien. Grysha

Dengan kriteria hasil: Kolaboratif


a. Kolaborasi dengan dokter a. Upaya memberikan
a. Waktu nyeri berkurang,
antrain analgesic untuk
b. Konsumsi analgesik berkurang, dan apoteker utuk
mengurangi nyeri
c. Penurunan nyeri terjadi signifikan, memastikan perawatan
d. Tanda gejala nyeri menunjukkan analgesic bagi pasien
pengurangan yang signifikan, dilakukan dengan
e. TTV dalam batas normal. pemantauan yang ketat. b. Upaya mengevaluasi
Tujuan b. Kolaborasi dengan dokter, hasil medikasi
Indikator Awal Akhir
1 2 3 4 5 berikan mediksi analgesic 
Waktu nyeri 2 5  sesuai kebutuhan, observasi
Konsumsi
2 5  efek terapeutik dan efek
Analgesik samping
Penurunan Edukatif
3 5 
Nyeri c. Berikan informasi mengenai c. Upaya meningkatkan
Tanda Gejala nyeri, seperti penyebab informasi pasien
3 5 
Nyeri
TTV 2 4  nyeri, berapa lama nyeri
akan dirasakan, dan
antisipasi akibat
ketidanyamanan akibat
prosedur.
Terapeutik
d. Upaya memberikan
d. Ajarkan prinsip-prinsip
teknik relaksasi nafas
manajemen nyeri dalam dan postioning
Otonomi untuk mengurangi nyeri
e. Lakukan pengkajian nyeri e. Upaya komprehensif
komprehensif yang meliputi untuk mendapat PQRST
lokasi, karakteristik
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor
pencetus
f. Gali bersama pasien faktor f. Upaya mencegah
yang dapat menurunkan atau perburukan nyeri
memperberat nyeri.
g. Dorong pasien untuk g. Upaya meintenance
tingkat nyeri
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya dengan
tepat h. Upaya positioning
h. Bantu pasien untuk
mendapatkan posisi yang
nyaman i. Upaya mengurangi
i. Bantu pasien untuk ketergantungan obat
mencapai teknik-teknik kimiawi
seperti relaksasi, untuk
mengurangi kebutuhan akan
medikasi
3. Rabu / 03 Mual b.d iritasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1450 Manajemen Mual
Maret gastrointestinal 1x24 jam pasien mampu 1618 Mengontrol Definisi: Definisi pencegahan
2020 d.d tertera Mual. dan penaggulan mual.
/18.30 Definisi: Tindakan profesional untuk
WIB Kolaboratif
mengontrol mual, muntah, dan gejala muntah. Grysha
a. Lakukan kolaborasi a. Upaya medikasi
Dengan kriteria hasil: pemberian anti emetik per iv kuratif secara cepat
Mual akan berkurang yang dibuktikan oleh untuk mengurangi mual.
a. Selera makan yang baik, b. Kolaborasikan pemberian b. Upaya mencegah
b. Tingkat kenyamanan,  obat penurun asam lambung korosif lambung
c. Hidrasi cukup, Edukasi
c. Upaya peningkatan
d. Pengendalian mual-muntah, c. Berikan pendidikan pengetahuan pasien
e. Status nutrisi yang adekuat kesehatan terkait manajemen
Tujuan mual yang berefek pada
Indikator Awal Akhir
1 2 3 4 5 keseimbangan nutrisi.
Selera Makan 3 5  Terapeutik
Tingkat d. Dorong pasien untuk belajar d. Upaya non
3 4 
Kenyamanan strategi mengatasi mual farmakologi
Hidrasi 2 5  e. Ajari penggunaan teknik (Positioning, relaksasi
Mual Muntah 3 5 
nonfarmakologis (misal: nafas dalam)
Status Nutrisi 3 5 
biofeedbck, hipnosis,
relaksasi, imajinasi, terapi e. Upaya non
musik, akupresure distraksi) farmakologi
untuk mengatasi mual
f. Upaya distraksi mual
f. Tingkatkan istirahat tidur
yang cukup untuk
mengurangi mual.
Otonomi
g. Lakukan penilaian lengkap g. Upaya mendapat data
terhadap mual, termasuk perburukan mual
frekuensi, durasi, tingkat
keparahan, dan faktor
pencetus.
h. Observasi tanda tanda h. Upaya maintenance
nonverbal ketidaknyamanan. TTV
i. Dorong pola makan sedikit
tapi sering dan menarik bagi i. Upaya mencegah
muntah
pasien mual.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

PARAF
TANGGAL/JA
NO. NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF (HASIL/RESPON) &
M
NAMA
1. 1 03-03-20 1. Mengkaji TTV pasien 1. TD: 130/90 mmHg, N: 84
14.00 2. Mengkaji adanya alergi makanan. x/menit, RR:23 x/menit, S: 37,8°C
s.d 3. Mengkaji BB dan TB pasien 2. Alergi telur, jika makan
4. Memonitor makanan yang dihabiskan oleh berlebihan maka akan muncul bintil—bintil dikulit
20.00
pasien 3. BB = 54 kg, TB= 160 cm
5. Mengkaji informasi tentang kesehatan & 4. Pasien hanya menghabiskan Grysha
kebutuhan nutrisi. 1/3 porsi makannya dan makan tidak begitu sering
6. Memberikan obat curcuma p.o 3x1 pp 5. Pasien dan keluarga telah
7. Memberikan infus Asering 500 mL, 7 tpm diberikan pendkes jika dilarang makan pedas, dan
minum coklat / kopi
6. Obat diminum oleh pasien
sesuai aturan
7. Infus masuk dan pasien
nampak tenang
2. 2. 04-03-2020 1. Injeksi Antrain 5 ml p.iv 1. Obat masuk sesuai prinsip 6B, pasien terasa sakit, dan
20.00 2. Melakukan pengkajian nyeri secara dilakukan masase daerah lengan
s.d komprehensif 2. Pasien merasakan nyeri daerah hipokondrium d dan
termasuk lokasi, karakteristik, durasi epigastrium
22.00
frekuensi , kualitas, intensitas atau beratnya P: Mual-Muntah (Hepatitis A)
nyeri dan faktor pencetus Q: Tajam Grysha
3. Gunakan teknik komunikasi teraupetik R: Hipokondrium d dan epigastrium
untuk mengetahui pengalaman nyeri klien S: 4
sebelumnya T: Sering
05.00 3. Ekspresi wajah pasien meringis menahan nyeri dan
s.d tampak lemah
4. Mengkaji TTV pasien 4. TD: 120/70 mmHg, N: 78 x/menit, RR:20 x/menit, S:
07.00
5. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi 36,5 0C
untuk mengatasi nyeri 5. Klien sebelumnya pernah MRS dengan keluhan yang
6. Kolaborasi dengan memberikanan analgetik hampir sama yaitu nyeri bagian kepala belakang
untuk mengurangi nyeri 6. Pasien mengikuti instruksi melakukan teknik relaksasi
7. Menunjukkan dan mempraktikkan teknik napas dalam
relaksasi pada klien 7. Pasien menirukan teknik relaksasi napas dalam yang
8. Mendorong pengulangan teknik praktik diberikan
relaksasi 8. Pasien bersedia mengulang teknik relaksasi napas
dalam jika terasa nyeri
3. 3 05-03-2020 1. Melakukan penilaian lengkap terhadap mual, 1. Mual terjadi apabila pasien terlentang dan habis
termasuk frekuensi, durasi, tingkat minum/makan.
20.00 keparahan, dan faktor pencetus.
s.d 2. Kolaborasikan dengan tim medis terapi 2. Tn. F miring ke kanan untuk mengurangi mual
07.00 pengobatan.
3. Mengajari penggunaan teknik 3. Melakukan Inj. Ondancentron (IV) 10 mg Grysha
nonfarmakologis (misal: biofeedbck,
hipnosis, relaksasi, imajinasi, terapi 4. Tn. F dapat untuk melakukan distraksi manajemen mual
musik,akupresure distraksi) untuk mengatasi
mual. 5. Tn. F makan satu sendok tapi sering
4. Mendorong pola makan sedikit tapi sering
6. Tn.F tidak maksimal tidurnya, tirai penyekat terpasang
dan menarik bagi pasien mual.
dengan baik.
5. Meningkatkan istirahat tidur yang cukup
untuk mengurangi mual. 7. TD: 110/80 mmHg, N: 94 x/menit, RR: 18 x/menit, S:
6. Mengkaji TTV 36,5 0C
4. 1,2,3 06-03-2020 1. Mengkaji TTV pasien 1. TD: 120/80 mmHg, N: 92 x/menit, RR: 18 x/menit, S:
2. Melakukan pengkajian nyeri secara 37 0C
komprehensif termasuk lokasi, 2. Pasien merasakan nyeri daerah hipokondrium d dan
karakteristik, durasi frekuensi ,kualitas, epigastrium telah reda
Grysha
intensitas atau beratnya nyeri dan faktor P: Mual-Muntah (Hepatitis A)
pencetus Q: Tajam
3. Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal R: Hipokondrium d dan epigastrium
mengenai ketidaknyamanan S: 1
4. Mendorong pengulangan teknik praktik T: Jarang
relaksasi 3. Ekspresi wajah pasien sudah mulai tampak tenang
5. Mengevaluasi dan dokumentasi respon 4. Pasien bersedia mengulang teknik relaksasi napas
terhadap terapi relaksasi dalam jika merasa nyeri kembali
6. Mengkolaborasikan dengan tim medis 5. Pasien mampu mempraktekkan teknik relaksasi napas
terapi pengobatan. dalam secara mandiri
7. Mengobservasi pola dan porsi makan, serta 6. Pemberian obat dan discharge planning
energi harian 7. Pasien mendengarkan dengan baik anjuran untuk
meminum curcuma secara rutin
8. Pasien sudah makan teratur dan nafsu makannya
meningkat, dan keluhan lemahnya berkurang
F. CATATAN PERKEMBANGAN / PROGRESS NOTE

N HARI/TGL/ NO. Dx PARAF


EVALUASI SUMATIF (SOAP)
O JAM KEP & NAMA
1. Selasa 1 S:
3-3-20 1. Klien menyatakan masih merasa mual sehingga
20.00 nafsu makan berkurang
O:
1. Klien nampak tidak begitu lemah Grysha
2. Klien makan 2 sdm
3. Mukosa bibir kering, tidak pucat
TD: 120/80 mmHg
N: 84 x/menit
RR: 23 x/menit
S: 37°C
BB: 54,5 kg
TB: 160 cm
4. Bising usus 10 x/ menit
5. Perkusi abdomen timpani pada kuadran 1,2,3
Awa Akhi Tujuan
Indikator
l r 1 2 3 4 5
Berat
2 4 
Badan
Asupan
1 5 
Nutrisi
Tanda
4 5 
Malnutrisi
Fungsi
pengecapa
4 5 
n dan
Menelan
Penurunan
2 5 
Energi
A:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi seluruhnya
P:
Discharge Planning
Lanjutkan intervensi anjurkan makan serat, minum
curcuma dan anjurkan klien makan sedikit tapi sering
2. Rabu 2 S:
4-3-20 Pasien mengatakan bahwa merasakan nyeri diperutnya
07.00
berkurang
O:
TD: 120/80 mmHg Grysha
N: 84 x/menit
RR: 23 x/menit
S: 37°C
Skala nyeri 1
Tujuan
Indikator Awal Akhir
1 2 3 4 5
Waktu nyeri 2 5 
Konsumsi
2 5 
Analgesik
Penurunan
3 5 
Nyeri
Tanda
Gejala 3 5 
Nyeri
TTV 2 4 
A : Nyeri akut teratasi seluruhnya
P : Discharge planning
3. Kamis 3 S:
5-3-20 Tn. F mengatakan sudah tidak mual
07.00 O:
Tn. F sudah mau makan camilan
TD: 120/80 mmHg Grysha
N: 84 x/menit
RR: 23 x/menit
S: 37°C
Skala nyeri 1
Awa Akhi Tujuan
Indikator
l r 1 2 3 4 5
Selera
3 5 
Makan
Tingkat
Kenyamana 3 4 
n
Hidrasi 2 5 
Mual
3 5 
Muntah
Status
3 5 
Nutrisi
A:
Mual teratasi seluruhnya
P:
Discharge Planning
Motivasi pasien untuk makan yang teratur, tidak pedas,
dan selalu dalam porsi yang cukup
G. DISCHARGE PLANNING

1. Hindari minuman beralkohol


Minuman beralkohol dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati. Hepatitis terjadi
akibat konsumsi alkohol yang berlebihan atau dalam jangka waktu lama. Di dalam
tubuh, alkohol dipecah menjadi zat-zat kimia lain. Sejumlah zat tersebut bersifat
racun sehingga menyebabkan kerusakan sel hati.
2. Anjurkan pasien banyak minum air putih dan konsumsi makanan sehat seperti sayur
dan buah
3. Tekankan pada pasien untuk kontrol sesuai dengan waktu yang ditentukan
4. Berikan penyuluhan untuk membatasi aktivitas
5. Edukasi : Pentingnya istirahat dan nutrisi adekuat.
6. Edukasi: Pentingnya menghindari agens hepatotoksik, termasuk obat yang dijual
bebas.
7. Resepkan obat-obatan (mis., multivitamin), termasuk nama obat, tujuan, dosis,
jadwal, kewaspadaan, interaksi obat/obat dan makanan/obat, dan potensial efek
samping.
8. Cegah Komplikasi potensial: pelambatan penyembuhan, cedera kulit, dan
kecenderungan perdarahan.
9. Anjurkan pasien dan keluarga untuk rutin membuat jamu tradisional temulawak
(Curcuma sp) dapat dalam bentuk rebusan, halusan, ataupun seduh (simplisia kering).
Dalam temulawak terdapat kandungan anti hepatotoksik yang dapat mereduksi racun
virus Hepatitis A sehingga dapat meningkatkan imun tubuh, selain itu kandungnan
curcumin yang dapat meningkatkan nafsu makan dapat mencegah penurunan imun
sehingga rawan terserang penyakit hepatitis A (Wei, 2018).

Sumber: Wei, Z., N. Liu, X. Tantai, X. Xing, C. Xiao, L. Chen, dan J. Wang. 2018. The effects of
curcumin on the metabolic parameters of non-alcoholic fatty liver disease : a meta-analysis of
randomized controlled trials. Hepatology International. 3456789(157)

Anda mungkin juga menyukai