Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM MATAKULIAH

PERTANIAN ORGANIK

LAPORAN LENGKAP

Anisa Aida Vitaya Lamanda


E28119222

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
PERBANDINGAN PEMBUATAN KOMPOS DARI SAMPAH
DAUN KERING DAN DAUN BASAH DI KEBUN AKADEMIK
FAKULTAS PERTANIAN

LAPORAN LENGKAP

Disusun sebagai Salah Satu Syarat


untuk Menyelesikan Matakuliah Pertanian Organik
pada fakultas pertanian Universitas Tadulako

Oleh

ANISA AIDA VITAYA LAMANDA


E28119222

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021

ii
Judul : Perbandingan Pembuatan Kompos Dari Sampah
Daun Kering Dan Daun Basah Di Kebun
Akademik Fakultas Pertanian

Nama : Anisa Aida Vitaya Lamanda

Stambuk : E281 19 222


Kelas : Agronomi 2

Palu, 5 Desember 2021

Menyetujui,

Koordinator Asisten Asisten Penanggung Jawab

Muhammad Iqbal
Samsu, S.P
E281 17 082

Disahkan oleh,

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Matakuliah Pertanian Organik

Dr.sc.agr. Ir. Henry Novero Barus, M.Sc.


19651105199203 1 004

iii
Ringkasan

Anisa Aida Vitaya Lamanda (E28119222) Pertanian organik merupakan sebuah


sistem budidaya yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia buatan baik dari
pupuk kimia maupun pestisida kimia dengan kata lain, pertanian organik hanya
mengandalkan bahan-bahan alami dalam proses produksinya. Pertanian organik
adalah pertanian yang dalam proses produksinya sangat memperhatikan prinsip -
prinsip ekosistem alami di samping menghasilkan barang produksi yang berkualitas
tinggi. Kontrol hayati pada produk pertanian organik lebih mengutamaka n
ketahanan pangan dan kesehatan seperti contohnya menggunakan pupuk organik
sebagai pengganti pupuk kimia. Kompos berperan memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam tanah, kompos akan dirombak oleh
mikroorganisme menjadi humus atau bahan organik tanah. Kompos memperbaik i
biologi tanah dengan cara menyediakan energi dan makanan bagi mikroorganis me
tanah sehingga dapat meningkatkan a ktivitas mikroorganisme tanah yang sangat
bermanfaat dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman. Dengan demikian pemb
erian pupu k organ ik pada akhirnya aka n meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman. faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : nisbah C/N, ukuran
bahan, campuran atau proporsi bahan, kelembaban dan aerasi, suhu, reaksi
mikroorganisme yang terlibat, penggunaan inikulan, pemberian kalsium fosfat dan
penghancuran organisme pathogen. Berdasarkan hasil dari pengamatan praktikm
didapatkan hasil bahwa pada hari pertama kompos sampah daun kering memilik i
suhu 520 C, bewarna cokelat kehitaman dan memiliki aroma atau bau yang
menyengat. Pada pengamatan hari kelima memiliki suhu yaitu 57 0 C dan berwarna
cokelat kehitaman dan memiliki aroma menyengat. Pada pengamatan hari ke-10
kompos memiliki suhu 540 C bewarna cokelat dan memiliki aroma yang menyengat.
Pengamatan kompos pada hari ke-15 memiliki suhu 550 C dan berwarna cokelat
kehitaman dan juga memiliki aroma yang menyengat. Dan pengamatan kompos
yang terakhir yaitu pada hari ke-18 memiliki suhu 530 C dan memiliki warna cokelat
kehitaman serta aroma yang menyengat. Berdasarkan hasil dari pengamatan yang
dilakukan pada pengamatan kompos daun basah pada hari pertama kompos
memiliki suhu 470 C memiliki warna kuning kecoklatan serta memiliki aroma yang
menyengat. Pada pengamatan hari ke-10 memiliki suhu 470 C bewarna hijau
kecoklatan serta memiliki aroma yang menyengat. Pada hari ke-15 memiliki suhu
470 C dan memiliki warna hijau serta tidak memiliki bau. Sementara pada
pengamatan terakhir yaitu pada hari ke-18 kompos memiliki suhu 550 C berwarna
hijau kecoklatan serta memiliki aroma berbau. Adapun perbandingan dari
pengamatan suhu kompos daun kering dan kompos daun kering yaitu terlihat bahwa
suhunya berbeda dan mengalami peningkatan dimana pada pengamatan kompos
sampah daun kering menghasilkan suhu yaitu 52-530 C. Sedangkan pada
pengamatan kompos daun basah peningkatan suhunya lebih besar dari pada kompos
daun kering yaitu 47-550 C. peningkatan yang terjadi pada kompos sampah basah
diduga berkaitan dengan keberadaan bakteri pengurai yang bekerja dengan baik
sehingga bakteri yang terdapat pada EM4 membuat kenaikan suhu menjadi optimal.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberika n

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusuna n

laporan ini dengan judul “Perbandingan Pembuatan Kompos Dari Sampah Daun

Kering Dan Daun Basah Di Kebun Akademik Fakultas Pertanian”. Laporan ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Pertanian

Organik.

Selama pelaksanaan praktikum ini penulis banyak mendapatkan arahan,

bimbingan, saran serta dorongan dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan

praktikum dan penulisan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.

Oleh karenanya, dengan kerendahan hati penyusun ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr.sc.agr. Ir. Henry Novero Barus, M.Sc selaku dosen penanggung jawab

praktikum mata kuliah Pertanian Organik

2. Samsu, S.P Selaku koordinator asisten penanggung jawab praktikum mata kuliah

Pertanian Organik

3.Muhammad Iqbal selaku asisten penanggung jawab praktikum mata kuliah

Pertanian Organik.

Akhir kata, Alhamdulillahi Rabbil Alamin semoga Allah SWT Memberikan

imbalan yang setimpal atas kebaikan dan jasa-jasa mereka, serta tulisan ini

mendapat ridho-Nya dan bermanfaat bagi semua pihak.

Palu,5 Desember 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


HALAMAN SAMPUL DALAM ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
RINGKASAN..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum ................................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kompos .................................................................................................. 3
2.2 Proses Pengomposan .............................................................................. 3
2.3 Faktor yang mempengaruhi Pengomposan............................................. 4
2.4 Mikrobiologi Kompos............................................................................ 5
2.5 Jenis Teknologi Komposting .................................................................. 7

BAB III. METODE PRAKTIKUM


3.1
Tempat dan Waktu................................................................................. 8
3.2
Alat dan Bahan....................................................................................... 8
3.3
Prosedur Kerja ....................................................................................... 8
3.3.1 Sampah Daun Kering .................................................................... 9
3.3.2 Sampah Daun Basah ..................................................................... 9
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil........................................................................................................ 10
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 12

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13

5.2 Saran ..................................................................................................... 13

vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN

vii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel 1. Hasil Pengamatan Kompos Daun Kering ....................................... 10
2. Tabel 2. Hasil Pengamatan Kompos Daun Basah ........................................ 10

viii
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman
1. Pengamatan Tanggal 30 ............................................................................... 17
2. Pengamatan Tanggal 22 ............................................................................... 17
3. Pengamatan Tanggal 20 ............................................................................... 17
4. Pengamatan Tanggal 17 ............................................................................... 17
5. Penyiraman Kompos Sampah Basah ............................................................ 17
6. Pengukuran Suhu .......................................................................................... 17
7. Pengukuran suhu ........................................................................................... 17
8. Kompos Daun Kering ................................................................................... 17
9. Penyiraman Sampah Kering.......................................................................... 18
10. Thermometer ................................................................................................. 18
11. Pengayakan Bahan Organik .......................................................................... 18
12. Pengadukan Sampah Kering ......................................................................... 18
13. Bahan Organik .............................................................................................. 18
14. Pengukuran Suhu .......................................................................................... 18
15. Bahan Organik Sebelum Diayak ................................................................... 18
16. Pencampuran EM4 dengan Air ..................................................................... 19

ix
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Kompos Daun Basah....................................................................................... 17
2. Kompos Daun Kering...................................................................................... 17

x
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian organik merupakan sebuah sistem budidaya yang tidak

menggunakan bahan-bahan kimia buatan baik dari pupuk kimia maupun

pestisida kimia dengan kata lain, pertanian organik hanya mengandalkan bahan-

bahan alami dalam proses produksinya. Negara Indonesia merupakan negara

yang berpotensi untuk dijadikan pengembangan pertanian organik, komoditas

yang bisa dikembangkan di Indonesia seperti tanaman holtikultura sayuran dan

buah, tanaman pangan serta tanaman perkebunan (Budiyanto, M.A.K 2011).

Pertanian organik adalah pertanian yang dalam proses produksinya sangat

memperhatikan prinsip-prinsip ekosistem alami di samping menghasilka n

barang produksi yang berkualitas tinggi. Kontrol hayati pada produk pertanian

organik lebih mengutamakan ketahanan pangan dan kesehatan seperti

contohnya menggunakan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia

(Djamaan, 2015).

Kompos berperan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta

lingkungan. Di dalam tanah, kompos akan dirombak oleh mikroorganis me

menjadi humus atau bahan organik tanah. Kompos memperbaiki biologi tanah

dengan cara menyediakan energi dan makanan bagi mikroorganisme tana h

sehin gg a dap at me nin gkatkan a ktivitas mikroorganisme tanah yang sangat

bermanfaat dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman. Dengan demikian

pemb erian pupu k organ ik pada akhirnya aka n meningkatkan pertumbuha n

dan produksi tanaman ( Aryantha, 2013).

1
1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukan praktikum ini untuk membandingjkan pupuk

kompos dari bahan sampah basah dan sampah kering.

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dilakukan pratikum ini agar mahasiswa dapat mengetahui

perbadingan pupuk kompos dari bahan sampah basah dan sampah kering.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompos

Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan


sampah/serasah tanaman dan bahan organik lainnya. Keberlangsungan proses
dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang menurun sejalan dengan
waktu. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti : daun, sampah dapur, sampah
kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N yang melebihi 30
(Sutedjo, 2012).

Kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses


perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan
bantuan mikroorganisme. Kompos adalah salah satu penutup tanah dan akar serta
korektor tanah alami yang terbaik. Kompos dapat digunakan sebagai pengganti
pupuk buatan dengan biaya yang sangat murah. Kompos berfungsi dalam perbaikan
struktur tanah, tekstur tanah, aerasi dan peningkata n daya resap tanah terhadap air
(Yuwono, 2011) .

Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-maca m

sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutris i

tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60%, enzi

hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 3-5%, di

samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea,

garam amonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak

dan lilin ( Supriyanto, 2010).

3
2.2 Proses Pengomposan

Proses pengomposan yaitu proses biologis yang memanfaatka n

mikroorganisme (bakteri pembusuk) untuk mengubah material organik seperti

kotoran ternak, sampah daun dan sayuran menjadi kompos. Selain itu pengomposan

juga bisa diartikan sebagai proses penguraian senyawa yang terkandung dalam sisa

bahan organik dengan suatu perlakuan khusus. Tujuannya agar lebih mudah

dimanfaatkan oleh tanaman (Djaja, 2010).

Proses pengomposan akan segara berlangsung setelah bahanbahan mentah

dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap,

yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal proses, oksigen dan

senyawa-senyawa yang mudah tergredasiakan segera dimanfaatkan oleh mikroba

mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula

akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas

50-700C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada

kondisi ini adalah mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi

(Dajda, 2010)

Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat

aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan

menguraikan bahan organik menjadi CO2 uap air dan panas. Pada saat ini terjadi

pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama

proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan.

Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari volume awal bahan ( Dadja, 2010).

4
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan

Pengomposan merupakan suatu proses biooksidasi yang menghasilka n

produk organik yang stabil, yang dapat dikontribusikan secara langsung ke tanah

dan digunakan sebagai sebagai pupuk. Produk dari pengomposan berupa kompos

apabila diberikan ke tanah akan mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologis

tanah. Secara unum pengomposan aerobic mengasilkan unsur C dalam bentuk CO2

dan pengomposan anaerobic menghasilkan unsur C dalam bentuk alkohol

(CH3OOH). seluruh faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : nisbah

C/N, ukuran bahan, campuran atau proporsi bahan, kelembaban dan aerasi, suhu,

reaksi mikroorganisme yang terlibat, penggunaan inikulan, pemberian kalsium

fosfat dan penghancuran organisme pathogen ( Irvan, 2013).

2.4 Mikrobiologi kompos

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari semua makhluk mikroskopik

dalam bentuk sel tunggal, multiseluler, maupun aseluler seperti bakteri, fungi,

mikroalga, protozoa, dan Archaea. Ilmu mikrobiologi berkembang sejak

ditemukannya mikroskop dan telah menjadi ilmu yang multidisipliner.

Penerapannya di masa kini tidak dapat dipisahkan dengan ilmu yang lain, terutama

dalam pengaplikasiannya untuk memecahkan masalah-masalah praktis seperti

farmasi, kedokteran, teknik kimia, arkeologi, pertanian, gizi, kesehatan, serta

pangan (Fahruddin dan Abdullah, 2010).

Mikroba dibutuhkan dalam proses pembuatan kompos. Salah satu mikroba

untuk proses tersebut adalah Trichoderma sp. yang termasuk dalam kelas

ascomycetes, selain berperan sebagai agen hayati terhadap pathogen seperti

5
Fusarium sp. penyebab penyakit layu pada tanaman. Trichoderma sp. mempunya i

manfaat sebagai pengurai yang terdapat pada jamur tersebut mengakibakan proses

bahan-bahan organik dalam selulosa menjadi lebih cepat ( Firmansyah, 2010).

Proses pengomposan dapat terjadi secara alami maupun dengan

penambahan bioaktivator. Pengomposan secara alami membutuhkan waktu yang

lama berkisar 2-3 bulan bahkan ada yang sampai 6 bulan. Namun dengan adanya

bioaktivator, proses pengomposan menjadi 2-3 minggu lebih cepat dari waktu

umumnya. Bioaktivator adalah bahan yang mengandung mikroorganisme efektif

yang secara aktif dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses

pengomposan. Tujuan penambahan bioaktivator pada pengomposan bahan organik

adalah untuk mendegradasi lignin, selulosa, protein, lipid, amilum dan

mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitrogen ( Indriani, 2011).

2.5 Jenis Teknologi Komposting

Proses composting merupakan proses dengan memanfaatkan proses

biologis yaitu pengembangan masa mikroba yang dapat tumbuh selama proses

terjadi. Metode ini adalah proses biologi yang mendekomposisi sampah (terutama

sampah organik yang basah) menjadi kompos karena ada interaksi kompleks dari

organisme yang terdapat secara alami ( Asye dkk, 2019)

6
Menurut Asye dkk, (2019) berdasarkan teknologi proses, pengelola ha n
kompos dapat dibedakan sebagai beriku :

Komposting aerobik, komposting yang menggunakan oksigen dan


memanfaatkan respiratory metabolism, mikroorganisme yang menghasilkan energi
karena adanya aktivitas enzim yang membantu adalah oksigen.

Komposting anaerobik, proses komposting tanpa menggunakan oksigen


bakteri yang berperan adalah bakteri obligate anarobik. Dalam proses ini terdapat
potensi hasiln sampingan yang cukup mempunyai arti secara ekonomis yaitu gas
bio, yang merupakan sumber energi alternatif yang sangat potensial.

7
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pada praktikum matakuliah Pertanian Organik tentang pembuatan kompos

dari sampah kering dan sampah basah dilakukan di Kebun Akademik Fakultas

Pertanian Universitas Tadulako dan dilakukan pada tanggal 13 November sampai

30 November 2021.

3.2 Alat dan Bahan

Pada praktikum matakuliah Pertanian Organik tentang pembuatan kompos

dari sampah kering dan sampah basah alat yang digunakan yaitu cangkul, skop,

selang, lirang, thermometer, dan parang

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum matakuliah Pertanian

Organik tentang pembuatan kompos dari sampah kering dan sampah basah yaitu

sampah daun kering, sampah daun basah, air, EM4, dan bahan organik.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Sampah daun kering

Langkah Pertama yang harus dilakukan adalah menyiapakan alat alat dan

bahan yang akan digunakan untuk prroses pengomposan dengan bahan utama

sampah daun kering. Kemudian ayak semua bahan organik menggunakan lirang,

hal ini bertujuan untuk memisahkan bahan yang belum dan yang sudah halus.

Setelah itu masukan bahan organik dan pupuk kandang secukupnya kedalam bak

pengomposan dan diatasnya dimasukan sampah daun kering, lalu diatasnya

8
dimasukan lagi bahan organik dan begitu seterusnya secara berulang-ulang sampai

setengah bak pengomposan. Setelah itu campurkan larutan EM4 kemudian diaduk

menggunakan sekop dan cangkul lalu ditambahkan air secukupnya kemudian

dicampur dengan merata. Lakukan pengamatan setiap hari pada bahan pengamatan

terkait suhu, warna dan aroma. Pengukuran suhu menggunakan alat thermometer

kemudian dilakukan penyiraman dan pengadukan seminggu sekali.

3.3.2 Sampah Daun Basah

Pertama-tama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk proses

pengomposan dengan bahan utama yaitu sampah daun basah. Ayak bahan organik

mengunakan lirang hal ini bertujuan mengambil bahan yang halus saja. Setelah itu

masukkan bahan organik dan pupuk kandang kedalam bak pengomposan lalu

diatasnya dimasukkan lagi bahan organik dan begitu seterusnya singgap sampak

setengah bak pengomposan, setelah itu campurkan larutan M4 secukupnya lalu

aduk semua bahan hingga tercampur rata. Lakukan pengamatan setiap hari terkait

suhu, aroma dan warna dan dilakukan seminggu sekali.penyiraman dan

pengadukan.

9
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Hasil pengamatan kompos daun kering

Parameter Pengamatan

Hari ke Suhu Warna Aroma

1 52o C Coklat Kehitaman Sangat Menyengat

5 570 C Coklat kehitaman Menyengat

10 540 C Coklat Menyengat

15 530 C Coklat kehitaman Menyengat

18 530 C Coklat Kehitaman Menyengat

Tabel 2. Hasil pengamatan kompos daun basah

Parameter Pengamatan

Hari ke Suhu Warna Aroma

1 47o C Kuning Kecoklatan Sersah

5 470 C Hijau kecoklatan Serasah

10 470 C Kecoklatan Menyengat

15 460 C Hijau Tanpa bau

18 550 C Hijau kecoklatan Berbau

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil dari pengamatan praktikm didapatkan hasil bahwa pada

hari pertama kompos sampah daun kering memiliki suhu 52 0 C, bewarna cokelat

kehitaman dan memiliki aroma atau bau yang menyengat. Pada pengamatan hari

10
kelima memiliki suhu yaitu 570 C dan berwarna cokelat kehitaman dan memilik i

aroma menyengat. Pada pengamatan hari ke-10 kompos memiliki suhu 540C

bewarna cokelat dan memiliki aroma yang menyengat. Pengamatan kompos pada

hari ke-15 memiliki suhu 550 C dan berwarna cokelat kehitaman dan juga memilik i

aroma yang menyengat. Dan pengamatan kompos yang terakhir yaitu pada hari ke-

18 memiliki suhu 530 C dan memiliki warna cokelat kehitaman serta aroma yang

menyengat.

Berdasarkan hasil dari pengamatan yang dilakukan pada pengamatan

kompos daun basah pada hari pertama kompos memiliki suhu 47 0 C memiliki warna

kuning kecoklatan serta memiliki aroma yang menyengat. Pada pengamatan hari

ke-10 memiliki suhu 470 C bewarna hijau kecoklatan serta memiliki aroma yang

menyengat. Pada hari ke-15 memiliki suhu 470 C dan memiliki warna hijau serta

tidak memiliki bau. Sementara pada pengamatan terakhir yaitu pada hari ke-18

kompos memiliki suhu 550 C berwarna hijau kecoklatan serta memiliki aroma

berbau.

Adapun perbandingan dari pengamatan suhu kompos daun kering dan

kompos daun kering yaitu terlihat bahwa suhunya berbeda dan mengala mi

peningkatan dimana pada pengamatan kompos sampah daun kering menghasilka n

suhu yaitu 52-530 C. Sedangkan pada pengamatan kompos daun basah peningkata n

suhunya lebih besar dari pada kompos daun kering yaitu 47-550 C. peningkatan yang

terjadi pada kompos sampah basah diduga berkaitan dengan keberadaan bakteri

pengurai yang bekerja dengan baik sehingga bakteri yang terdapat pada EM4

11
membuat kenaikan suhu menjadi optimal. Hal ini juga bisa dikarenakan dari

kompos yang belum terlalu matang atau belum terurai dengan baik ( Darwin, 2012).

Pada pengamatan warna kompos daun kering dan daun basah sudah

mengalami perubahan warna selama 18 hari namun warnanya belum terlalu

sempurna. Terlihat jelas pada warna kompos daun basah dimana warna pada

pengamatan terakhir masi berwarna hijau. Diketahui bahwa kompos yang benar-

benar jadi atau matang apabila warnanya sudah berwarna coklat kehitaman dan

memiliki bentuk fisik yang menyerupai tanah (Heny, 2015).

Pada pengamatan aroma kompos daun kering dan daun basah memilik i

aroma menyengat dan masih berbau. Hal ini dikarenakan tumpukan kompos yang

terlalu basah sehingga mikroba yang bermanfaat memecahkan tumpukan tidak

dapat bekerja dengan baik dan kompos akan mengeluarkan bau busuk dan juga bisa

disebabkan karena kompos belum matang sempurna apabilah kompos sudah

matang memiliki bau yang menyerupai bau tanah dan harum ( Tresnowati. 2012).

12
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : nisbah C/N, ukuran

bahan, campuran atau proporsi bahan, kelembaban dan aerasi, suhu, reaksi

mikroorganisme yang terlibat, penggunaan inikulan, pemberian kalsium fosfat

dan penghancuran organisme pathogen.

2. peningkatan suhu yang terjadi pada kompos sampah basah diduga berkaitan

dengan keberadaan bakteri pengurai yang bekerja dengan baik sehingga bakteri

yang terdapat pada EM4 membuat kenaikan suhu menjadi optimal. Hal ini juga

bisa dikarenakan dari kompos yang belum terlalu matang atau belum terurai

dengan baik.

3. Pada pengamatan warna kompos daun kering dan daun basah sudah

mengalami perubahan warna selama 18 hari namun warnanya belum terlalu

sempurna. Terlihat jelas pada warna kompos daun basah dimana warna pada

pengamatan terakhir masi berwarna hijau. Diketahui bahwa kompos yang benar-

benar jadi atau matang apabila warnanya sudah berwarna coklat kehitaman dan

memiliki bentuk fisik yang menyerupai tanah.

4. Pada pengamatan aroma kompos daun kering dan daun basah memiliki aroma

menyengat dan masih berbau. Hal ini dikarenakan tumpukan kompos yang

terlalu basah sehingga mikroba yang bermanfaat memecahkan tumpukan tidak

dapat bekerja dengan baik dan kompos akan mengeluarkan bau busuk.

13
5.2 Saran

Adapun saran yang bisa diberikan untuk menunjang praktikum lebih baik

lagi adalah saat pengecekan suhu dilakukan secara rutin serta praktikan kedepannya

atau adik-adik mahasiswa dapat menyiapkan alat dan bahan sesui dengan arahan

asisten dosen, dan datang ke tempat praktikum tepat waktu serta dapat membuat

kompos yang lebih baik dari pada sebelumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asye Rachmawaty, Sakti Muda Nasution, dan Poniah Juliawati (2019). Penerapan
Teknologi Pengomposan Pada Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
Kabupaten Garut. Jurnal Teknologi dan Komunikasi. Vol 6, No. 1.

Adhi dan Muda, 2014. Mikrobiologi Terapan, Malang, Universitas Muhammad iya h
Malang.

Aryantha, I. P. 2013. Membangun Sistem Pertanian Berkelanjutan. Bandung :


Departemen Biologi ITB.

Budiyanto, M.A.K. 2011. Tipologi pendayagunaan kotoran sapi dalam upaya


mendukung pertanian organik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang. Jurnal Gamma, 7 (1): 42-49.

Darwin, H. 2010. Laju Dekomposisi Secara Aerobik dan Kualitas Kompos dari
Berbagai Tanaman dengan Penambahan Berbagai Dekomposer.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20920. Diakses tanggal 12
Februari 2016

Djamaan, D. 2015. Pemberian bahan organik (pupuk kandang, sekam) dan pupuk
an-organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa
L.) Prosiding Peternakan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera
Barat. 286-289

Djaja,W. 2010. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan Sampah.
Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Fahruddin dan Abdullah, A. 2010. Pendayagunaan Sampah Daun Di Kampus


UNHAS sebagai Bahan Pembuatan Kompos. Jurnal Alamdan Lingkunga n.
1(1):9-17.

Firmansyah, M,.A,. 2010. Tenik Pembuatan Kompos. Pelatihan Petani Plasma


Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah.
http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/teknik-kompos.pdf.
Diakses Pada Tanggal 7 April 2015.

15
Heny, A. 2015. Isolasi Dan Uji Efektifitas Aktifator Alami Terhadap Aktivitas
Dekomposisi Dan Kualitas Kompos Kulit kakao Dengan Berbagai Imbangan
Hijauan. Skripsi S1. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiya h
Yogyakarta. 98 hal.

Indriani, Y. H., 2011, Membuat Kompos Secara Kilat, Penebar Swadaya, Jakarta.

Irvan,M. 2013. Respon bawang merah (Allium Ascalonicum L.) terhadap zat
pengatur tumbuh dan nsure hara.Jurnal Agroteknologi. 3(2) : 35-40.

Sutedjo 2012. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjuta n.


Yogyakarta : Kanisisus.

Supriyanto, A. 2010. Aplikasi Wastewater Sludge Untuk Proses Pengomposan


Serbuk Gergaji. Seminar Bioteknologi Untuk Indonesia Abad 21. Sinergy
Forum-PPI Tokyo Institute of Technology.
Tresnowati. 2012. Pengolahan sampah rumah tangga menggunakan metode
komposting. Jurnalilmia fakultas teknik LIMIT’S. 8(2):35-48.
Yuwono, 2011. Kompos dengan Cara Aerob maupun Anaerob untuk Menghasilka n
Kompos yang Berkualitas, Penebar Swadaya, Jakarta.

16
LAMPIRAN

1. komopos sampah daun basah

1. Pengamatan tanggal 30 2. Pengamatan tanggal 22 3. Pengamatan tanggal 20

4. Pengamatan tanggal 17 5. Penyiraman kompos sampah basah

2. kompos sampah daun kering

17
6. pengukuran suhu 7. Pengukuran suhu 8. Kompos daun kering

9. penyiraman sampah kering 10. Thermomete 11. Pengayakan bahan organik

12. pengadukan sampah kering 13. Bahan organik

18
14. pengukuran suhu 15. Bahan organik sebelum diayak

16. Pencampuran EM4 dengan air

19
BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Anisa Aida Vitaya Lamanda,

lahir di desa Lobu pada tanggal 27 April 2001. Penulis

merupakan anak tunggal dari pasangan suami-is tr i

bernama Ikhsan Lamanda dan Rosmiati. penulis pernah

bersekolah di SDN 1 Lobu didesa Lobu kabupaten

Banggai Sulawesi Tengah pada tahun 2007 sampai tahun

2013. Pada tahun 2013 penulis melanjukkan sekolah di Smp 2 Pagimana desa Lobu

dan berakhir pada tahun 2016. lalu penulis kemudian melanjutkan sekolah di SMA

Negeri Lobu dan lulus pada tahun 2019. Tidak hanya sampai disitu penulis ingin

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu S1 dan sekarang penulis

berkuliah di Universitas Tadulako diterimah melalui jalur SBMPTN fakultas

petanian prodi Agroteknologi dan sekarang penulis berada di semester 5

20

Anda mungkin juga menyukai