PERTANIAN ORGANIK
LAPORAN LENGKAP
LAPORAN LENGKAP
Oleh
ii
Judul : Perbandingan Pembuatan Kompos Dari Sampah
Daun Kering Dan Daun Basah Di Kebun
Akademik Fakultas Pertanian
Menyetujui,
Muhammad Iqbal
Samsu, S.P
E281 17 082
Disahkan oleh,
iii
Ringkasan
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberika n
laporan ini dengan judul “Perbandingan Pembuatan Kompos Dari Sampah Daun
Kering Dan Daun Basah Di Kebun Akademik Fakultas Pertanian”. Laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Pertanian
Organik.
praktikum dan penulisan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.
1. Dr.sc.agr. Ir. Henry Novero Barus, M.Sc selaku dosen penanggung jawab
2. Samsu, S.P Selaku koordinator asisten penanggung jawab praktikum mata kuliah
Pertanian Organik
Pertanian Organik.
imbalan yang setimpal atas kebaikan dan jasa-jasa mereka, serta tulisan ini
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum ................................................................................. 2
vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN
vii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel 1. Hasil Pengamatan Kompos Daun Kering ....................................... 10
2. Tabel 2. Hasil Pengamatan Kompos Daun Basah ........................................ 10
viii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Pengamatan Tanggal 30 ............................................................................... 17
2. Pengamatan Tanggal 22 ............................................................................... 17
3. Pengamatan Tanggal 20 ............................................................................... 17
4. Pengamatan Tanggal 17 ............................................................................... 17
5. Penyiraman Kompos Sampah Basah ............................................................ 17
6. Pengukuran Suhu .......................................................................................... 17
7. Pengukuran suhu ........................................................................................... 17
8. Kompos Daun Kering ................................................................................... 17
9. Penyiraman Sampah Kering.......................................................................... 18
10. Thermometer ................................................................................................. 18
11. Pengayakan Bahan Organik .......................................................................... 18
12. Pengadukan Sampah Kering ......................................................................... 18
13. Bahan Organik .............................................................................................. 18
14. Pengukuran Suhu .......................................................................................... 18
15. Bahan Organik Sebelum Diayak ................................................................... 18
16. Pencampuran EM4 dengan Air ..................................................................... 19
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Kompos Daun Basah....................................................................................... 17
2. Kompos Daun Kering...................................................................................... 17
x
BAB I. PENDAHULUAN
pestisida kimia dengan kata lain, pertanian organik hanya mengandalkan bahan-
barang produksi yang berkualitas tinggi. Kontrol hayati pada produk pertanian
(Djamaan, 2015).
Kompos berperan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta
menjadi humus atau bahan organik tanah. Kompos memperbaiki biologi tanah
1
1.2 Tujuan Praktikum
perbadingan pupuk kompos dari bahan sampah basah dan sampah kering.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompos
sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutris i
hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 3-5%, di
samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea,
garam amonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak
3
2.2 Proses Pengomposan
kotoran ternak, sampah daun dan sayuran menjadi kompos. Selain itu pengomposan
juga bisa diartikan sebagai proses penguraian senyawa yang terkandung dalam sisa
bahan organik dengan suatu perlakuan khusus. Tujuannya agar lebih mudah
dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal proses, oksigen dan
mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula
akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas
50-700C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada
kondisi ini adalah mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi
(Dajda, 2010)
menguraikan bahan organik menjadi CO2 uap air dan panas. Pada saat ini terjadi
pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama
Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari volume awal bahan ( Dadja, 2010).
4
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan
produk organik yang stabil, yang dapat dikontribusikan secara langsung ke tanah
dan digunakan sebagai sebagai pupuk. Produk dari pengomposan berupa kompos
apabila diberikan ke tanah akan mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologis
tanah. Secara unum pengomposan aerobic mengasilkan unsur C dalam bentuk CO2
C/N, ukuran bahan, campuran atau proporsi bahan, kelembaban dan aerasi, suhu,
dalam bentuk sel tunggal, multiseluler, maupun aseluler seperti bakteri, fungi,
Penerapannya di masa kini tidak dapat dipisahkan dengan ilmu yang lain, terutama
untuk proses tersebut adalah Trichoderma sp. yang termasuk dalam kelas
5
Fusarium sp. penyebab penyakit layu pada tanaman. Trichoderma sp. mempunya i
manfaat sebagai pengurai yang terdapat pada jamur tersebut mengakibakan proses
lama berkisar 2-3 bulan bahkan ada yang sampai 6 bulan. Namun dengan adanya
bioaktivator, proses pengomposan menjadi 2-3 minggu lebih cepat dari waktu
biologis yaitu pengembangan masa mikroba yang dapat tumbuh selama proses
terjadi. Metode ini adalah proses biologi yang mendekomposisi sampah (terutama
sampah organik yang basah) menjadi kompos karena ada interaksi kompleks dari
6
Menurut Asye dkk, (2019) berdasarkan teknologi proses, pengelola ha n
kompos dapat dibedakan sebagai beriku :
7
BAB III. METODE PRAKTIKUM
dari sampah kering dan sampah basah dilakukan di Kebun Akademik Fakultas
30 November 2021.
dari sampah kering dan sampah basah alat yang digunakan yaitu cangkul, skop,
Organik tentang pembuatan kompos dari sampah kering dan sampah basah yaitu
sampah daun kering, sampah daun basah, air, EM4, dan bahan organik.
Langkah Pertama yang harus dilakukan adalah menyiapakan alat alat dan
bahan yang akan digunakan untuk prroses pengomposan dengan bahan utama
sampah daun kering. Kemudian ayak semua bahan organik menggunakan lirang,
hal ini bertujuan untuk memisahkan bahan yang belum dan yang sudah halus.
Setelah itu masukan bahan organik dan pupuk kandang secukupnya kedalam bak
8
dimasukan lagi bahan organik dan begitu seterusnya secara berulang-ulang sampai
setengah bak pengomposan. Setelah itu campurkan larutan EM4 kemudian diaduk
dicampur dengan merata. Lakukan pengamatan setiap hari pada bahan pengamatan
terkait suhu, warna dan aroma. Pengukuran suhu menggunakan alat thermometer
Pertama-tama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk proses
pengomposan dengan bahan utama yaitu sampah daun basah. Ayak bahan organik
mengunakan lirang hal ini bertujuan mengambil bahan yang halus saja. Setelah itu
masukkan bahan organik dan pupuk kandang kedalam bak pengomposan lalu
diatasnya dimasukkan lagi bahan organik dan begitu seterusnya singgap sampak
aduk semua bahan hingga tercampur rata. Lakukan pengamatan setiap hari terkait
pengadukan.
9
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Parameter Pengamatan
Parameter Pengamatan
4.2 Pembahasan
hari pertama kompos sampah daun kering memiliki suhu 52 0 C, bewarna cokelat
kehitaman dan memiliki aroma atau bau yang menyengat. Pada pengamatan hari
10
kelima memiliki suhu yaitu 570 C dan berwarna cokelat kehitaman dan memilik i
aroma menyengat. Pada pengamatan hari ke-10 kompos memiliki suhu 540C
bewarna cokelat dan memiliki aroma yang menyengat. Pengamatan kompos pada
hari ke-15 memiliki suhu 550 C dan berwarna cokelat kehitaman dan juga memilik i
aroma yang menyengat. Dan pengamatan kompos yang terakhir yaitu pada hari ke-
18 memiliki suhu 530 C dan memiliki warna cokelat kehitaman serta aroma yang
menyengat.
kompos daun basah pada hari pertama kompos memiliki suhu 47 0 C memiliki warna
kuning kecoklatan serta memiliki aroma yang menyengat. Pada pengamatan hari
ke-10 memiliki suhu 470 C bewarna hijau kecoklatan serta memiliki aroma yang
menyengat. Pada hari ke-15 memiliki suhu 470 C dan memiliki warna hijau serta
tidak memiliki bau. Sementara pada pengamatan terakhir yaitu pada hari ke-18
kompos memiliki suhu 550 C berwarna hijau kecoklatan serta memiliki aroma
berbau.
kompos daun kering yaitu terlihat bahwa suhunya berbeda dan mengala mi
suhu yaitu 52-530 C. Sedangkan pada pengamatan kompos daun basah peningkata n
suhunya lebih besar dari pada kompos daun kering yaitu 47-550 C. peningkatan yang
terjadi pada kompos sampah basah diduga berkaitan dengan keberadaan bakteri
pengurai yang bekerja dengan baik sehingga bakteri yang terdapat pada EM4
11
membuat kenaikan suhu menjadi optimal. Hal ini juga bisa dikarenakan dari
kompos yang belum terlalu matang atau belum terurai dengan baik ( Darwin, 2012).
Pada pengamatan warna kompos daun kering dan daun basah sudah
sempurna. Terlihat jelas pada warna kompos daun basah dimana warna pada
pengamatan terakhir masi berwarna hijau. Diketahui bahwa kompos yang benar-
benar jadi atau matang apabila warnanya sudah berwarna coklat kehitaman dan
Pada pengamatan aroma kompos daun kering dan daun basah memilik i
aroma menyengat dan masih berbau. Hal ini dikarenakan tumpukan kompos yang
dapat bekerja dengan baik dan kompos akan mengeluarkan bau busuk dan juga bisa
matang memiliki bau yang menyerupai bau tanah dan harum ( Tresnowati. 2012).
12
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
bahan, campuran atau proporsi bahan, kelembaban dan aerasi, suhu, reaksi
2. peningkatan suhu yang terjadi pada kompos sampah basah diduga berkaitan
dengan keberadaan bakteri pengurai yang bekerja dengan baik sehingga bakteri
yang terdapat pada EM4 membuat kenaikan suhu menjadi optimal. Hal ini juga
bisa dikarenakan dari kompos yang belum terlalu matang atau belum terurai
dengan baik.
3. Pada pengamatan warna kompos daun kering dan daun basah sudah
sempurna. Terlihat jelas pada warna kompos daun basah dimana warna pada
pengamatan terakhir masi berwarna hijau. Diketahui bahwa kompos yang benar-
benar jadi atau matang apabila warnanya sudah berwarna coklat kehitaman dan
4. Pada pengamatan aroma kompos daun kering dan daun basah memiliki aroma
menyengat dan masih berbau. Hal ini dikarenakan tumpukan kompos yang
dapat bekerja dengan baik dan kompos akan mengeluarkan bau busuk.
13
5.2 Saran
Adapun saran yang bisa diberikan untuk menunjang praktikum lebih baik
lagi adalah saat pengecekan suhu dilakukan secara rutin serta praktikan kedepannya
atau adik-adik mahasiswa dapat menyiapkan alat dan bahan sesui dengan arahan
asisten dosen, dan datang ke tempat praktikum tepat waktu serta dapat membuat
14
DAFTAR PUSTAKA
Asye Rachmawaty, Sakti Muda Nasution, dan Poniah Juliawati (2019). Penerapan
Teknologi Pengomposan Pada Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
Kabupaten Garut. Jurnal Teknologi dan Komunikasi. Vol 6, No. 1.
Adhi dan Muda, 2014. Mikrobiologi Terapan, Malang, Universitas Muhammad iya h
Malang.
Darwin, H. 2010. Laju Dekomposisi Secara Aerobik dan Kualitas Kompos dari
Berbagai Tanaman dengan Penambahan Berbagai Dekomposer.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20920. Diakses tanggal 12
Februari 2016
Djamaan, D. 2015. Pemberian bahan organik (pupuk kandang, sekam) dan pupuk
an-organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa
L.) Prosiding Peternakan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera
Barat. 286-289
Djaja,W. 2010. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan Sampah.
Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
15
Heny, A. 2015. Isolasi Dan Uji Efektifitas Aktifator Alami Terhadap Aktivitas
Dekomposisi Dan Kualitas Kompos Kulit kakao Dengan Berbagai Imbangan
Hijauan. Skripsi S1. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiya h
Yogyakarta. 98 hal.
Indriani, Y. H., 2011, Membuat Kompos Secara Kilat, Penebar Swadaya, Jakarta.
Irvan,M. 2013. Respon bawang merah (Allium Ascalonicum L.) terhadap zat
pengatur tumbuh dan nsure hara.Jurnal Agroteknologi. 3(2) : 35-40.
16
LAMPIRAN
17
6. pengukuran suhu 7. Pengukuran suhu 8. Kompos daun kering
18
14. pengukuran suhu 15. Bahan organik sebelum diayak
19
BIODATA PENULIS
2013. Pada tahun 2013 penulis melanjukkan sekolah di Smp 2 Pagimana desa Lobu
dan berakhir pada tahun 2016. lalu penulis kemudian melanjutkan sekolah di SMA
Negeri Lobu dan lulus pada tahun 2019. Tidak hanya sampai disitu penulis ingin
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu S1 dan sekarang penulis
20