Abstrak
Sejarah merupakan mata pelajaran yang strategis dan sangat penting untuk membentuk
pribadi siswa yang cinta tanah air atau berjiwa patriotisme. Pembelajaran sejarah di sekolah
sudah dimulai dari unit sekolah dasar sampai dengan jenjang sekolah menengah atas. Tentu,
dengan materi yang kapasitasnya mengikuti perkembangan siswa. Namun, pembelajaran sejarah
di sekolah dinilai kurang menarik, sehingga mengakibatkan siswa merasa jenuh dan bosan. Hal
tersebut membuat hasil dari belajar sejarah tidak optimal. Banyak kritik yang mengatakan bahwa
pembelajaran sejarah cenderung hafalan. Oleh sebab itu, diperlukan metode pembelajaran yang
kreatif dan inovatif untuk mengajarkan sejarah kepada para siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mereformulasikan kembali pembelajaran sejarah yang inspiratif dan menyenangkan. Selain itu,
perlu digali kembali makna belajar sejarah yang dapat direfleksikan dengan kehidupan sehari-
hari. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang melalui beberapa tahapan penelitian,
antara lain pengamatan, wawancara mendalam, dan dokumenter. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam pembelajaran sejarah perlu ditekankan pada upaya pencarian makna dari sebuah
peristiwa sejarah yang dikaitkan dengan nilai-nilai kehidupan. Sejarah memiliki fungsi reflektif-
inspiratif dalam anti, belajar sejarah dapat membangun kearifan dalam hidup bermasyarakat dan
berbangsa, histories make man wise. Mereformulasikan kembali pembelajaran sejarah salah
satunya dilakukan melalui pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran sejarah menjadi lebih
menyenangkan dan inspiratif.
Abstract
History is a strategic subject and very important to form a private student who love the
homeland or spirited patriotism. Learning history in schools has started from the elementary
school unit up to high school level. Of course, with material whose capacity follows the
development of students. However, learning history in schools is considered less attractive,
resulting in students feel bored and tired. It makes the outcome of learning history not optimal.
Many critics say historical learning tends to be rote. Therefore, creative and innovative learning
methods are needed to teach history to the students. This study aims to reformulate the inspiring
and inspiring learning history. In addition, the need to explore the meaning of learning history
that can be reflected with everyday life. This research is a qualitative research through several
stages of research, including observation, in-depth interviews, and documentary. The results
show that in history learning needs to be emphasized on the search for the meaning of a
historical event associated with the values of life. History has a reflective, anti-inspirational
function in anti, historical learning can build wisdom in the life of society and nation, histories
make man wise. Reformulating one's learning history is done through renewal in historical
learning activities to be more fun and inspirational.
12
Volume 12 No 2 Maret 2017
13
Volume 12 No 2 Maret 2017
14
Volume 12 No 2 Maret 2017
15
Volume 12 No 2 Maret 2017
tua/wali bangga apabila anak-anaklpeserta dapat terjadi bias tujuan, terjadi gap antara
didik kita semua lulus ujian nasional (yang rumusan tujuan dengan pelaksanakan
hanya diwakili oleh beberapa mata pembelajaran sejarah di lapangan. Melihat
pelajaran). UN menjadi segala-galanya gap atau terjadinya bias tujuan tersebut perlu
dalam pendidikan persekolahan kita. UN segera diatasi dengan melakukan
telah lahir sebagai mitos baru di lingkungan reformulasi pembelajaran dengan cara
pendidikan persekolahan kita. Kepala berusaha mengembangkan pembelajaran
sekolah, para guru, tenaga kependidikan, sejarah yang lebih bermakna. Pembelajaran
bahkan orang tua/wali, semua perhatian sejarah harus dikembangkan tidak lagi
tertuju pada keberhasilan UN, sampai- terlalu menekankan hafalan dan
sampai terdengar ada " tim sukses" UN. mengakumulasi fakta, serta bersifat
Akibatnya, pihak manajemen sekolah dan doktriner, tetapi dikembangkan
anggota masyarakat lupa dan kurang pembelajaran sejarah yang penuh dengan
memperhatikan bahwa pendidikan latihan historis-kritis-analilitis (I Gde Widja,
semestinya tidak hanya meningkatkan 2002:3-4), bahkan bisa produktif.
kecerdasan intelektual tetapi yang sangat Dengan model ini para peserta didik
penting bagaimana membangun kepribadian dibiasakan melihat dan menerima gambaran
peserta didik dan generasi muda yang sejarah dengan logika historis kritis,
bertakwa, berakhlak mulia, memiliki sehingga tidak selalu harus dituntun oleh
kemadirian dan kualitas kedirian yang guru. Para peserta didik dilatih untuk
unggul. melakukan rekonstruksi pengetahuan
Upaya Reformulasi sejarah, sehingga peserta didik lebih
Harus diakui bahwa secara umum memahami peristiwa kesejarahan yang
pembelajaran sejarah di sekolah belum sedang dikaji, menemukan nilai-nilai di
sesuai dengan maksud dan tujuan batik peristiwa itu, untuk kemudian
pembelajaran sejarah yang sesungguhnya. dicocokkan dengan pengalaman empirik
Sekalipun sudah ada guru-guru yang hidupnya. Terjadilah proses internalisasi dan
melakukan pembaharuan, tapi kenyataannya lahirlah kesadaran sejarah pada diri warga
pembelajaran sejarah masih lebih banyak belajar. ()Leh karena itu, pembelajaran
hafalan dan bersifat kognitif (kognitif saja sejarah hams mampu membangun jembatan
kadang tingkat rendah). Akibatnya kelampauan dengan kekinian dan masa
pembelajaran sejarah tidak mampu depan. Artinya kalau pembelajaran sejarah
menjangkau kepada aspek-aspek moralitas, itu sedang membahas misalnya perang
menyangkut kecerdasan emosional dan Bubat harus dicari peristiwa-peristiwa
spiritual. Pembelajaran sejarah kita masih perang Bubat sekarang, harus mencari Gajah
jarang yang mampu memasuki wilayah Mada sekarang dan seterusnya. Pendekatan
ranah afektif seperti sikap arif, kontekstual nampaknya merupakan
menumbuhkan semangat kebangsaan, pendekatan dan model yang menarik untuk
bangga terhadap bangsa dan negerinya, dikembangkan dalam pembelajaran sejarah.
apalagi sampai memahami hakikat dirinya Pembelajaran kontekstual
sebagai manifestasi kesadaran sejarah yang merupakan konsep pembelajaran yang
paling tinggi. Pada hal nilai dan aspek-aspek membantu guru mengaitkan antara materi
itulah yang menjadi esensi dari tujuan yang dibelajarkan dengan situasi dunia nyata
pembelajaran sejarah. Kalau tidak hati-hati peserta didik dan mendorong peserta didik
16
Volume 12 No 2 Maret 2017
17
Volume 12 No 2 Maret 2017
Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa aplikasikan dalam kehidupan sekarang (kita
dalam kegiatan merekonstruksi pengetahuan harus mengusung nilai-nilai kejuangan
sejarah sebagai ciri utama dari pembelajaran Soedirman itu agar menjadi contoh dan
sejarah yang kontekstual dan memahami inspirasi bagi masyarakat sekarang). Dengan
sifat serta karakteristik materi pelajaran ilustrasi ini, dan berangkat dari konsep
sejarah bagi guru dan peserta didik, pendekatan kontekstual, dapat
merupakan hal yang sangat penting. dikembangkan model pembelajaran Value
Bagaimana penerapan pendekatan KIK Application (Aplikasi Nilai). Bagimana
tersebut dalam pembelajarannya? Dalam penerapannya? Misalnya pembelajaran
penerapan pendekatan KIK ini sudah barang dengan topik: "Sekitar Proklamasi"
tentu harus memenuhi prinsip-prinsip dalam
pendekatan kontekstual (Constructivism, Kegiatan awal :
Inquiry, Questioning, Learning community,. 1. Guru menyampaikan informasi singkat
Modeling, Reflection, dan Authentic tentang topik pembelajaran dan sekilas
assessment) (Nurhadi, 2002:10) dengan tentang ketokohan Soedirman
subtansi materi yang aktual dan dalam 2. Guru membagi peserta didik menjadi
rambu-rambu pendidikan karakter. kelompok-kelompok kecil
Bagaimana pelaksanaanya di kelas? 3. Guru memberikan tugas agar setiap
Harus disadari bahwa mengembangkan kelompok mendiskusikan dan
pendekatan kontekstual dengan KIK dalam merekonstruksi sejarah Sekitar
pembelajaran sejarah, bukan perkara mudah. Proklamasi, misalnya hal-hal yang terkait
Pasalnya subyek materi pembelajaran dengan usaha-uasaha persiapan
sejarah itu sesuatu yang sudah terjadi, seuatu kemerdekaan; perbedaan pandangan
yang sudah lampau, apalagi kalau dirangkai antara kelompok Bung Karno-Bung Hata
dengan isu aktual dan berbasis karakter, denan para pemuda; peristiwa
yang jelas-jelas terkait dengan masalah Rengasdengklok; perumusan teks
kekinian dan orientasi masa depan. Guru- proklamasi; peristiwa detik-detik
guru sejarah sering terjebak membelajarkan proklamasi; peran beberapa tokoh
masa lampau untuk masa lampau. Inilah penting. Hal yang tidak dapat dilupakan
yang menyebabkan pembelajaran sejarah guru hams juga menugasi masing-masing
tidak aktual dan tidak menarik. Oleh karena kelompok untuk mendiskusikan dan
itu, guru harus kreatif mengembangkan merrumuskan "pelajaran" dan nilai-nilai
pembelajaran sejarah yang- bersifat apa yang terkandung dalam perstiwa
kekinian, maksudnya membelajarkan masa proklamasi itu yang sekiranya sesuai dan
lampau untuk masa kini. Kita harus ingat dapat diterapkan pada kehidupan
bahwa sejarah itu merupakan dialog antara sekarang.
masa kini dengan masa lampau. Beranjak Kegiatan inti :
dari pemahaman Inilah semestinya 1. Peserta didik bekerja pada kelompok-
pembelajaran sejarah dapat dikontekskan kelompok kecil yang sudah dibentuk.
dengan realitas masa kini. Misalnya kalau Masing-masing kelompok menunjuk
para pserta didik kita sedang mengkali dan salah seorang menjadi ketua kelompok.
berusaha menemukan ketokohan Panglima 2. Di kelompok masing-masing peserta
Besar Jenderal Soedirman, maka nilai-nilai didik mulai melakukan identifikasi
kejuangan tokoh ini kita bawa, kita persoalan, membaca dan telaah teks,
18
Volume 12 No 2 Maret 2017
19
Volume 12 No 2 Maret 2017
20