Anda di halaman 1dari 9

Volume 12 No 2 Maret 2017

Reformulasi Pembelajaran Sejarah: Sebuah Tantangan


Oleh:
Sardiman AM
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: sardiman@uny.ac.id

Abstrak
Sejarah merupakan mata pelajaran yang strategis dan sangat penting untuk membentuk
pribadi siswa yang cinta tanah air atau berjiwa patriotisme. Pembelajaran sejarah di sekolah
sudah dimulai dari unit sekolah dasar sampai dengan jenjang sekolah menengah atas. Tentu,
dengan materi yang kapasitasnya mengikuti perkembangan siswa. Namun, pembelajaran sejarah
di sekolah dinilai kurang menarik, sehingga mengakibatkan siswa merasa jenuh dan bosan. Hal
tersebut membuat hasil dari belajar sejarah tidak optimal. Banyak kritik yang mengatakan bahwa
pembelajaran sejarah cenderung hafalan. Oleh sebab itu, diperlukan metode pembelajaran yang
kreatif dan inovatif untuk mengajarkan sejarah kepada para siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mereformulasikan kembali pembelajaran sejarah yang inspiratif dan menyenangkan. Selain itu,
perlu digali kembali makna belajar sejarah yang dapat direfleksikan dengan kehidupan sehari-
hari. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang melalui beberapa tahapan penelitian,
antara lain pengamatan, wawancara mendalam, dan dokumenter. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam pembelajaran sejarah perlu ditekankan pada upaya pencarian makna dari sebuah
peristiwa sejarah yang dikaitkan dengan nilai-nilai kehidupan. Sejarah memiliki fungsi reflektif-
inspiratif dalam anti, belajar sejarah dapat membangun kearifan dalam hidup bermasyarakat dan
berbangsa, histories make man wise. Mereformulasikan kembali pembelajaran sejarah salah
satunya dilakukan melalui pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran sejarah menjadi lebih
menyenangkan dan inspiratif.

Kata kunci: reformulasikan, pembelajaran sejarah, siswa

Abstract
History is a strategic subject and very important to form a private student who love the
homeland or spirited patriotism. Learning history in schools has started from the elementary
school unit up to high school level. Of course, with material whose capacity follows the
development of students. However, learning history in schools is considered less attractive,
resulting in students feel bored and tired. It makes the outcome of learning history not optimal.
Many critics say historical learning tends to be rote. Therefore, creative and innovative learning
methods are needed to teach history to the students. This study aims to reformulate the inspiring
and inspiring learning history. In addition, the need to explore the meaning of learning history
that can be reflected with everyday life. This research is a qualitative research through several
stages of research, including observation, in-depth interviews, and documentary. The results
show that in history learning needs to be emphasized on the search for the meaning of a
historical event associated with the values of life. History has a reflective, anti-inspirational
function in anti, historical learning can build wisdom in the life of society and nation, histories
make man wise. Reformulating one's learning history is done through renewal in historical
learning activities to be more fun and inspirational.

12
Volume 12 No 2 Maret 2017

Keywords: reformulate, learning history, students

Pendahuluan kendala dan tidak dapat berlangsung secara


Benarkan sejarah itu memiliki optimal. Terdengar begitu nyaring kritik
makna, dengan tegas filsuf Popper yang dilontarkan berbagai pihak bahwa
menjawab, tidak! Sejarah itu tidak punya pembelajaran sejarah cenderung hafalan
arti, karena peristiwa masa lampau adalah yang menjemukan dan akhirnya sangat
peristiwa masa lampau itu sendiri, yang melelahkan baik bagi guru maupun peserta
berarti tidak ada kaitannya dengan seseorang didik. Sekalipun harus diakui bahwa sudah
yang hidup sekarang. Pertanyaan senada ada guru-guru yang melakukan upaya
juga juga sering terlontar, dapatkan kita inovasi tetapi kondisi pembelajaran sejarah
belajar dari sejarah, karena peristiwa itu masih tetap memprihatinkan, dan belum
bersifat unik dan hanya sekali terjadi, tidak banyak peserta didik yang tertarik dengan
akan berulang (einmalig) (Sartono pelajaran sejarah. Bahkan tidak hanya
Kartodirdjo, 1992:153). Fakta itu baru peserta didik, tetapi banyak di (antara
memiliki makna bagi kita manusia yang anggota masyarakat yang memandang
hidup sekarang kalau manusia itu memang bahwa ,pelajaran sejarah itu merupakan
ingin memberi makna. Dengan kata lain pelajaran yang tidak penting, pelajaran
peristiwa yang sudah terjadi itu memiliki arti hafalan yang tidak banyak bermakna, kurang
atau tidak tergantung kita manusia yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
hidup sekarang. Semua tergantung pada kita Pandangan masyarakat ini diperkuat dengan
manusia yang hidup ini untik mempelajari sebagian praktik pembelajaran sejarah yang
atau menelitinya, baru kemudian memang kurang menarik. Pembelajaran
merumuskan makna atau artinya bagi sejarah mengarah kepada pengembangan
kehidupan kita. Kegiatan penelitian dan "ordinary memory" (S. Hamid Hasan, 2010:
pembelajaran adalah media terjadinya 51). Banyak pembelajaran sejarah yang
pertemuan antara fakta yang sudah terjadi sekedar menghafal konsep dan pengertian,
dengan manusia atau para sejarawan menghafal nama-nama kerajaan, raja dan
sekarang. Dalam konteks inilah Carr tokoh, menghafal tanggal dan angka tahun
(1982:30) pernah menegaskan bahwa dari suatu peristiwa dan kelahiran atau
sejarah merupakan proses interaksi yang meninggalnya seorang tokoh. Akibatnya
terus menerus antara sejarawan dan fakta- pelajaran sejarah menjadi tidak menarik, dan
faktanya, sebuah dialog tanpa henti antara sebaliknya para peserta didik menjadi
masa sekarang dengan masa lampau. terbebani dan merasa bosan. Para peserta
Berangkat dari uraian itu dapat didik menjadi begitu lelah untuk menghafal
dikatakan bahwa pembelajaran sejarah yang dan mengingat-ingat materi sejarah yang
dilakukan oleh manusia sekarang merupakan merupakan kumpulan fakta dan informasi.
proses mencari dan memberi makna dari Pembelajaran sejarah yang terjebak
peristiwa yang sedang dipelajari. menjadi pelajaran hafalan itu sebenarnya
Pertanyaannya adalah pembelajaran sejarah juga terkait dengan kecenderungan
yang seperti apa sehingga dapat bermakna. penyelenggaraan pendidikan kita lebih
Terus terang pembelajaran sejarah sekarang, pragmatis, yang cenderung kognitif,
apalagi di jenjang persekolahan, banyak menekakankan pada penguasaan materi,

13
Volume 12 No 2 Maret 2017

sehingga bersifat intelektualistik. Mengapa kualitatif, peneliti bahkan sebagai


terjadi pembelajaran yang demikian itu dan instrument utama, dialah yang mengadakan
mengapa banyak anggota masyarakat sendiri pengamatan, atau wawancara,
termasuk peserta didik tidak tertarik dengan seringnya menggunakan buku catatan.
pelajaran sejarah? Hal itu semua tidak Instrument lainnya adalah buku catatan, tape
terlepas dari kebijakan pembangunan yang recorder (video/audio), kamera dan
lebih berorientasi pada pembangunan sebagainya. Pada penelitian ini peneliti
ekonomi dan fisik. Kita ingat bahwa setelah menggunakan teknik triangulasi sumber.
memasuki era Orde Baru, terjadilah berbagai Triangulasi sumber berarti membandingkan
perubahan dalam tatanan kehidupan dan mengecek kembali derajat kepercayaan
bermasyarakat dan bernegara. Orde Baru suatu informasi yang diperoleh melalui
mulai menggulirkan paradigma waktu dan alat yang berbeda.
pembangunan yang lebih menitikberatkan
pada pembangunan fisik dan ekonomi. Hal- Makna Pembelajaran Sejarah
hal yang yang tidak berhubungan langsung Pembelajaran sejarah adalah suatu
dengan persoalan ekonomi, materi, dan uang proses untuk membantu pengembangan
umumnya tidak menarik, dan tidak potensi dan kepribadian peserta didik
marketable. Begitu juga penyelenggaraan melalui pesan-pesan sejarah agar menjadi
pembelajaran di sekolah, mata pelajaran warga bangsa yang arif dan bermartabat.
yang tidak terkait langsung dengan ekonomi, Sejarah secara konseptual dapat diartikan
materi dan uang juga tidak banyak dilirik sebagai ilmu yang meneliti dan mengkaji
orang, apalagi mata pelajaran yang tidak di- secara sistematis dari keseluruhan
UN-kan. Pelajaran sejarah yang tidak terkait perkembangan masyarakat dan kemanusiaan
langsung dengan produk ekonomis, uang di masa lampau dengan segala aspek
dan kebendaan, apalagi tidak di-UN-kan, kejadiannya, untuk kemudian dapat
menjadi tidak menarik bagi para peserta memberikan penilaian sebagai pedoman
didik. Oleh karena itu wajar kalau penentuan keadaan sekarang, serta cermin
masyarakat kemudian menganggap bahwa untuk masa yang akan datang. Dengan
pekijaran sejarah itu tidak penting bagi pengertian ini maka pesan-pesan terkandung
kehidupan keseharian. Sudah barang tentu dari sebuah peristiwa sejarah yang sudah
hal ini merupakan kendala besar bagi terjadi dapat dijadikan rambu-rambu dalam
pengembangan pembelajaran sejarah. Ada meniti kehidupan sekarang dan bahkan
problem mendasar dalam pembelajaran dapat dijadikan referensi untuk pere'ncanaan
sejarah. Oleh karena itu, menarik untuk masa datang. Dalam hal ini pembelajaran
diangkat tema tentang " sejarah sebenarnya dapat menumbuhkan
ReformulasiPembelajaran Sejarah" kearifan dan produktivitas untuk survive di
dalam kehidupan bermasyarakat. Pelajari
Metode Penelitian pesan-pesan masa lalu, kaji dan kritisi untuk
Penelitian ini menggunakan metode rambu-rambu masa kini dan bagaimana kira-
penelitian kualitatif. Pada hakekatnya kira ke depannya.
penelitian kualitatif merupakan satu kegiatan Dalam konteks ini dapat dikatakan
sistematis untuk menemukan teori dari bahwa sejarah memiliki fungsi reflektif-
kancah lapangan, bukan untuk menguji teori inspiratif dalam anti, belajar sejarah dapat
atau hipotesis. Dalam metode penelitian membangun kearifan dalam hidup

14
Volume 12 No 2 Maret 2017

bermasyarakat dan berbangsa, histories anggota masyarakat, dan sebagai suatu


make man wise, begitu kata-kata yang bangsa (Soedjatmoko, 1986: 7). Taufik
sangat populer dari Francis Bacon. Kiranya Abdullah (1974: 10) menegaskan bahwa
sudah menjadi keumuman bahkan menjadi kesadaran sejarah tidak lain adalah
sunatullah bagi seseorang yang berpikir bia kesadaran diri. Kesadaran diri dapat
seseorang itu berjalan ke depan, setiap kali dimaknai sadar akan keberadaan dirinya
melangkah ke depan, sadar atau tidak akan sebagai individu, sebagai makhluk sosial
mernperhitungkan segala kemungkinan yang termasuk sadar sebagai bangsa dan sadar
mungkin akan terjadi. Memperhitungkan sebagai makhluk ciptaan Tuhan (Sardiman
segala kemungkinan itu pada hakikatnya AM, 2012:61). Dalam konteks ini maka
sudah berpikir tetang sesuatu pegangan. dapat dikatakan bahwa sejarah dan
Pegangan itu adalah sesuatu yang sudah is pembelajaran sejarah merupakan remote
jalani/sudah dialamai (1 Gde Widja, 2010, controle pada diri manusia dan kehidupan
25). Mirip dengan ini Collingwood masyarakat pada umumnya.
(1973:10) mengatakan "....knowing yourself Mencermati uraian tersebut, nampak
means knowing what you can do and since jelas bahwa di samping aspek kognitif,
nobody knows what be can do until be tries, dimensi afektif menempati porsi yang cukup
the only clue to what man can do is what penting dalam arah dan tujuan pembelajaran
man has done". Sekali lagi pegangan yang sejarah. Namun dalam kenyataannya timbul
digunakan seseorang untuk melaju ke depan kritik bahwa pendidikan kita cenderung
itu adalah sesuatu yang sudah dialami, dan intelektualistik. Sekalipun sudah digaungkan
peristiwa yang sudah dialami itu tidak lain tentang pendidikan budaya dan karakter
adalah sejarah umat manusia itu sendiri. Hal bangsa, namun pendidikan kita belum
ini berarti sejarah sebenarnya dapat terlihat perubahan yang mendasar. Para
dijadikan salah satu pegangan atau peserta didik, tenaga kependidikan, bahkan
instrumen untuk mengatasi permasalahan guru lebih bersifat pragmatis-formalistik,
yang sekarang sedang terjadi (krisis sehingga menghilangkan idealisme sebagai
karakter). insan yang utuh dan bermartabat. Kalau itu
Sejarah berkait dengan persoalan terjadi maka orang akan lebih banyak
manusia dan ,kemanusiaannya. Sejarah akan berpikir sekarang bukan esok. Manusia
mendidik manusia untuk memahami Indonesia tidak sedikit yang cenderung
"sangkan paran" dan keberadaan dirinya untuk mengambil paradigma "memiliki"
(Soedjatmoko, 1986:6), sehingga dapat bukan "menjadi" (lih. Erich Fromm, 1987).
memperkuat identitas diri dan identitas Banyak praktik-praktik di dunia pendidikan
nasional, atau identitas sebagai suatu yang instan. Kalau ingin menghadapi UN,
bangsa. Dengan demikian pembelajaran pelajaran sejarah (dan pelajaran lain yang
sejarah dapat dijadikan sebagai instrumen tidak di UN-kan) "libur", selama tiga bulan
untuk memperkuat semangat kebangsaan. atau lebih, para siswa di drill untuk
Dalam konteks yang lebih umum, menghafal dan latihan menjawab soal-soal
pembelajaran sejarah berfungsi untuk yang mungkin akan keluar di UN. Secara
menumbuhkan kesadaran ,sejarah. tidak sadar kita telah merusak mekanisme
Kesadaran sejarah adalah suatu orientasi dan sistem pendidikan yang bermartabat dan
intelektual dan sikap jiwa untuk memahami manusiawi. Hal ini mulai menjadi kenyataan
keberadaan dirinya sebagai manusia, di dunia persekolahan. Masyarakat, orang

15
Volume 12 No 2 Maret 2017

tua/wali bangga apabila anak-anaklpeserta dapat terjadi bias tujuan, terjadi gap antara
didik kita semua lulus ujian nasional (yang rumusan tujuan dengan pelaksanakan
hanya diwakili oleh beberapa mata pembelajaran sejarah di lapangan. Melihat
pelajaran). UN menjadi segala-galanya gap atau terjadinya bias tujuan tersebut perlu
dalam pendidikan persekolahan kita. UN segera diatasi dengan melakukan
telah lahir sebagai mitos baru di lingkungan reformulasi pembelajaran dengan cara
pendidikan persekolahan kita. Kepala berusaha mengembangkan pembelajaran
sekolah, para guru, tenaga kependidikan, sejarah yang lebih bermakna. Pembelajaran
bahkan orang tua/wali, semua perhatian sejarah harus dikembangkan tidak lagi
tertuju pada keberhasilan UN, sampai- terlalu menekankan hafalan dan
sampai terdengar ada " tim sukses" UN. mengakumulasi fakta, serta bersifat
Akibatnya, pihak manajemen sekolah dan doktriner, tetapi dikembangkan
anggota masyarakat lupa dan kurang pembelajaran sejarah yang penuh dengan
memperhatikan bahwa pendidikan latihan historis-kritis-analilitis (I Gde Widja,
semestinya tidak hanya meningkatkan 2002:3-4), bahkan bisa produktif.
kecerdasan intelektual tetapi yang sangat Dengan model ini para peserta didik
penting bagaimana membangun kepribadian dibiasakan melihat dan menerima gambaran
peserta didik dan generasi muda yang sejarah dengan logika historis kritis,
bertakwa, berakhlak mulia, memiliki sehingga tidak selalu harus dituntun oleh
kemadirian dan kualitas kedirian yang guru. Para peserta didik dilatih untuk
unggul. melakukan rekonstruksi pengetahuan
Upaya Reformulasi sejarah, sehingga peserta didik lebih
Harus diakui bahwa secara umum memahami peristiwa kesejarahan yang
pembelajaran sejarah di sekolah belum sedang dikaji, menemukan nilai-nilai di
sesuai dengan maksud dan tujuan batik peristiwa itu, untuk kemudian
pembelajaran sejarah yang sesungguhnya. dicocokkan dengan pengalaman empirik
Sekalipun sudah ada guru-guru yang hidupnya. Terjadilah proses internalisasi dan
melakukan pembaharuan, tapi kenyataannya lahirlah kesadaran sejarah pada diri warga
pembelajaran sejarah masih lebih banyak belajar. ()Leh karena itu, pembelajaran
hafalan dan bersifat kognitif (kognitif saja sejarah hams mampu membangun jembatan
kadang tingkat rendah). Akibatnya kelampauan dengan kekinian dan masa
pembelajaran sejarah tidak mampu depan. Artinya kalau pembelajaran sejarah
menjangkau kepada aspek-aspek moralitas, itu sedang membahas misalnya perang
menyangkut kecerdasan emosional dan Bubat harus dicari peristiwa-peristiwa
spiritual. Pembelajaran sejarah kita masih perang Bubat sekarang, harus mencari Gajah
jarang yang mampu memasuki wilayah Mada sekarang dan seterusnya. Pendekatan
ranah afektif seperti sikap arif, kontekstual nampaknya merupakan
menumbuhkan semangat kebangsaan, pendekatan dan model yang menarik untuk
bangga terhadap bangsa dan negerinya, dikembangkan dalam pembelajaran sejarah.
apalagi sampai memahami hakikat dirinya Pembelajaran kontekstual
sebagai manifestasi kesadaran sejarah yang merupakan konsep pembelajaran yang
paling tinggi. Pada hal nilai dan aspek-aspek membantu guru mengaitkan antara materi
itulah yang menjadi esensi dari tujuan yang dibelajarkan dengan situasi dunia nyata
pembelajaran sejarah. Kalau tidak hati-hati peserta didik dan mendorong peserta didik

16
Volume 12 No 2 Maret 2017

itu membuat hubungan antara pengetahuan berkesinambungan, sehingga di dalam


yang diperoleh dengan penerapannya dalam sejarah dikenal ada waktu lampau, kini dan
kehidupan mereka sehari-hari (Nurhadi, yang akan datang. Pemahaman ini penting
Untuk dapat merekonstruksi dan agar di dalam merekonstruksi pengetahuan
menerapkan pengetahuan serta nilai-nilai sejarah selalu dikaitkan dengan persoalan
yang terkandung di dalamnya, sangat kekinian dan mada depan. (5) Di dalam
menarik apabila pendekatan kontekstual ini sejarah dikenal adanya prinsip sebab akibat,
berbasis isu-isu aktual dalam bingkai di mana peristiwa yang satu diakibatkan
pendidikan karakter. Lahirlah sebuah oleh peristiwa sejarah yang lain dan
kemasan pendekatan pembelajaran sejarah peristiwa sejarah yang satu akan menjadi
yang lebih bermakna, yakni pendekat KIK sebab peristiwa sejarah berikutnya. Dengan
(kontekstual, isu aktual dalam perspektif belajar prinsip ini akan memberi pelajaran
karakter). Dalam kaitan pendekatan ini perlu agar peserta didik dapat berlaku kritis
dikenali terlebih dulu karakteristik dan sifat namun juga arif. (6) Sejarah pada
bahan kajian atau subyek materi pelajaran hakikatnya adalah perkembangan dan
sejarah. Beberapa sifat dan karakteristik perubahan masyarakat yang terkait dengan
materi yang dimaksud adalah sebagai berbagai aspek kehidupan, seperti politik,
berikut (I) Sejarah terkait dengan peristiwa ekonomi, sosial, budaya, lingkungan
masa lampau. Masa lampau itu berisi geografis, norma/hukum, agama dal lain-
peristiwa, dan setiap peristiwa sejarah hanya lain. Terkait dengan dengan ini maka dalam
terjadi sekali. Tetapi bahan kajian pelajaran memahami sejarah dan merekonstruksi
sejarah akan diambil dari produk sejarah peristiwa haruslah dengan pendekatan
saat ini setelah direkonstruksi berdasarkan multidimensional. (7) Pelajaran sejarah
sumber-sumber yang ada (sejarah sebagai merupakan mata pelajaran yang mengkaji
kisah). Oleh karena itu, dalam pembelajaran permasalahan dan perkembangan
harus lebih cermat, kritis dan berdasarkan masyarakat dari masa lampau sampai kini,
sumber-sumber yang valid, dan tidak baik di Indonesia maupun manca negara.
memihak. (2) Sejarah bersifat kronologis. Oleh karena itu, dalam mengembangkan
Oleh karena itu, dalam meronstruksi dan materi sejarah harus juga melihat dan
mengorganisasi materi pelajaran harus tetap mengomparasikan dengan perkembangan
mengingat prinsip konologis. (3) Dalam bangsa lain, agar tidak terjebak kepada
sejarah mengandung tiga unsur penting, chauvinisme.. (8) Pelajaran sejarah di
yakni manusia, ruang, dan waktu. Dengan sekolah, dilihat dari sasaran dan tujuannya
demikian dalam mengembangkan materi dapat dibedakan minimal menjadi sejarah
pembelajaran perlu diingat siapa pelaku, di empiris dan sejarah normatif (lih. Djoko
mana, dan kapan terjadi peristinya. Agar Suryo, 1991:10). Berkait dengan itu maka
pembelajaran itu menjadi utuh maka perlu pengembangan materi di sekolah, paling
ditambah dan diperdalam dengan tidak mengandung dua misi, yakni sebagai
pertanyaan-pertanyaan mengapa dan pendidikan intelektual/kecerdasan, dan
bagaimana peristiwa sejarah itu terjadi. (4) pendidikan moral/nilai sebagai instrumen
Perspektif waktu merupakan dimensi dan pembinan moralitas, jati diri dan semangat
unsur sangat penting dalam sejarah. kebangsaan. Selain pembelajaran di sekolah
Sekalipun sejarah erat dan berawal dari juga perlu ditingkatkan program "Praktik
waktu lampau, tetapi waktu lampau itu terns Sejarah".

17
Volume 12 No 2 Maret 2017

Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa aplikasikan dalam kehidupan sekarang (kita
dalam kegiatan merekonstruksi pengetahuan harus mengusung nilai-nilai kejuangan
sejarah sebagai ciri utama dari pembelajaran Soedirman itu agar menjadi contoh dan
sejarah yang kontekstual dan memahami inspirasi bagi masyarakat sekarang). Dengan
sifat serta karakteristik materi pelajaran ilustrasi ini, dan berangkat dari konsep
sejarah bagi guru dan peserta didik, pendekatan kontekstual, dapat
merupakan hal yang sangat penting. dikembangkan model pembelajaran Value
Bagaimana penerapan pendekatan KIK Application (Aplikasi Nilai). Bagimana
tersebut dalam pembelajarannya? Dalam penerapannya? Misalnya pembelajaran
penerapan pendekatan KIK ini sudah barang dengan topik: "Sekitar Proklamasi"
tentu harus memenuhi prinsip-prinsip dalam
pendekatan kontekstual (Constructivism, Kegiatan awal :
Inquiry, Questioning, Learning community,. 1. Guru menyampaikan informasi singkat
Modeling, Reflection, dan Authentic tentang topik pembelajaran dan sekilas
assessment) (Nurhadi, 2002:10) dengan tentang ketokohan Soedirman
subtansi materi yang aktual dan dalam 2. Guru membagi peserta didik menjadi
rambu-rambu pendidikan karakter. kelompok-kelompok kecil
Bagaimana pelaksanaanya di kelas? 3. Guru memberikan tugas agar setiap
Harus disadari bahwa mengembangkan kelompok mendiskusikan dan
pendekatan kontekstual dengan KIK dalam merekonstruksi sejarah Sekitar
pembelajaran sejarah, bukan perkara mudah. Proklamasi, misalnya hal-hal yang terkait
Pasalnya subyek materi pembelajaran dengan usaha-uasaha persiapan
sejarah itu sesuatu yang sudah terjadi, seuatu kemerdekaan; perbedaan pandangan
yang sudah lampau, apalagi kalau dirangkai antara kelompok Bung Karno-Bung Hata
dengan isu aktual dan berbasis karakter, denan para pemuda; peristiwa
yang jelas-jelas terkait dengan masalah Rengasdengklok; perumusan teks
kekinian dan orientasi masa depan. Guru- proklamasi; peristiwa detik-detik
guru sejarah sering terjebak membelajarkan proklamasi; peran beberapa tokoh
masa lampau untuk masa lampau. Inilah penting. Hal yang tidak dapat dilupakan
yang menyebabkan pembelajaran sejarah guru hams juga menugasi masing-masing
tidak aktual dan tidak menarik. Oleh karena kelompok untuk mendiskusikan dan
itu, guru harus kreatif mengembangkan merrumuskan "pelajaran" dan nilai-nilai
pembelajaran sejarah yang- bersifat apa yang terkandung dalam perstiwa
kekinian, maksudnya membelajarkan masa proklamasi itu yang sekiranya sesuai dan
lampau untuk masa kini. Kita harus ingat dapat diterapkan pada kehidupan
bahwa sejarah itu merupakan dialog antara sekarang.
masa kini dengan masa lampau. Beranjak Kegiatan inti :
dari pemahaman Inilah semestinya 1. Peserta didik bekerja pada kelompok-
pembelajaran sejarah dapat dikontekskan kelompok kecil yang sudah dibentuk.
dengan realitas masa kini. Misalnya kalau Masing-masing kelompok menunjuk
para pserta didik kita sedang mengkali dan salah seorang menjadi ketua kelompok.
berusaha menemukan ketokohan Panglima 2. Di kelompok masing-masing peserta
Besar Jenderal Soedirman, maka nilai-nilai didik mulai melakukan identifikasi
kejuangan tokoh ini kita bawa, kita persoalan, membaca dan telaah teks,

18
Volume 12 No 2 Maret 2017

saling diskusi untuk merekonstruksi


peristiwa "Sekitar Proklamasi" sesuai Penutup
dengan apa yang ditugaskan oleh guru Seiring dengan dilaksanakannya
(lih. Kegiatan awal no. 3). pendidikan budaya dan karakter bangsa oleh
3. Setelah masing-masing kelompok selesai pemerintah, maka ,pembelajaran sejarah
melakukan kegiatan rekonstruksi, yang kontekstual dengan KIK disertai
termasuk rumusan nilai-nilai yang dapat dengan model Value Application) memiliki
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, peran yang sangat penting. Di samping
perwakilan masing-masing kelompok sebagai pendidikan intelektual,
melakukan presentasi, memaparkan hasil pembelajaran sejarah juga memiliki andil
rumusannya di depan kelas, kelompok dalam pendidikan moral, pendidikan nilai,
yang lain dapat bertanya, memberi pendidikan untuk membangun karakter
tanggapan dan masukan untuk bangsa. Oleh karena itu, berbagai model
melengkapi pekerjaan masing-masing pembelajaran perk dikaji dan model mana
kelompok. yang sekiranya tepat dan efektif diterapkan
Kegiatan akhir : untuk pembelajaran sejarah. Salah satunya
1. Guru dapat memberikan klarifikasi dan adalah model Value Application dan KIK.
masukan terhadap hasil rurnusan masing- Setiap proses pembelajaran sejarah, guru
masing kelompok. Guru dapat membuat perk terus mendorong agar para peserta
rumusan umum terkait dengan topik yang didik menemukan nilai-nilai dan atau
telah selesai didiskusikan. "pelajaran" yang dapat diterapkan dalam
2. Guru menawarkan kesepakatan kehidupannya. Tentunya ini sebuah
"pelajaran" dan nilai-nilai apa saja yang tantangan buat guru dan peserta didik. Guru
dapat diterapkan dalam kehidupan dituntut untuk kreatif dan cerdas dalam
sekarang. "Pelajaran" dan atau nilai-nilai melihat berbagai permasalahan yang terjadi.
yang disepakati itu diminta untuk Semoga pepatah atau slogan : historia
diterapkan oleh semua warga belajar. magistra vitae (Ankersmit, 1987: 374),
Minggu/pertemuan berikut, guru dapat selalu diingat oleh guru dan peserta didik,
menanyakan bukti penerapan nilai-nilai agar proses pebelajaran sejarah menjadi
itu kepada para peserta didik. efektif, produktif dan bermakna.
3. Guru dapat melakukan evaluasi, misalnya
menanyakan (1) proses perumusan teks Ucapan Terima Kasih
proklamasi, siapa saja yang merumuskan, Penulis mengucapkan terima kasih
bagaimana bunyi teks proklamasi itu bila kepada berbagai pihak yang telah membantu
dilihat dari pihak-pihak yang terlaksananya penelitian ini. Tak lupa,
merumuskan dan yang ikut penulis juga menyampaikan ucapan terima
menyempurnaan. (2) Nilai-nilai apa saja kasih kepada dewan redaksi Jurnal Istoria
yang dapat diterapkan dan bagaimana terbitan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu
penerapannya dalam kehidupan sehari- Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta atas
hari, (3) secara khusus guru harus juga kesempatan yang diberikan sehingga tulisan
melakukan monitoring dan •evaluasi ini dapat dipublikasikan pada edisi Maret
tentang penerapan nilai-nilai itu pada diri 2017.
anak didik (misalnya dengan observasi,
menayakan pada teman sebaya.) Daftar Pustaka

19
Volume 12 No 2 Maret 2017

Ankersmit, F.R (1987). Refleksi tentang Kearifan Berbangsa: Bungan


Sejarah, Pendapat-pendapat Rampai Perspektif Baru
Modern tentang Filsafat Sejarah, Pembelajaran Sejarah, Singaraja:
(alih bahasa Dick Hartoko), Jakarta Fakultas Ilmu Sosial Universitas
: PT. Gramedia. Pendidikan Ganesha.
Carr, E.H. (1972). What is History, Soedjatmoko (1986). Dimensi
Midlesex: Pinguin Books. Manusia dalam Pembangunan, Jakarta:
Collingwood, R.G. (1973). The Idea of LP3ES
History, London: Oxford Taufik Abdullah (1974). "Masalah Sejarah
University Press. Daerah dan Kesadaran Sejarah",
Djoko Suryo(1991). "Pengembangan Kajian Bulletin Yaperna No. 2 tahun I,
Sejarah dalam Kurikulum SLTA" Jakarta: hal. 10.
Makalah, disampaikan pada acara
seminar dalam rangka Dies Natalis
IKIP Semarang, 13 Maret 1991.
Fromm, Erich (1976). Memiliki dan
Menjadi: Tentang Dua Modus
Eksistensi (alih bahasa F.
Soesilohardjo), Jakarta: LP3ES
I Gde Widja, (2002). Menuju Wajah Baru
Pendidikan Sejarah, Yogyakarta:
Lapera Pustaka Utama.
, dalam I Made Pageh dan Nengah
Bawa Atmadja (2010). Sejarah dan
Kearifan
Berbangsa: Bunga Rampai Perspektif Baru
Pembelajaran Sejarah, Singaraja:
Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Pendidikan Ganesha.
Nurhadi, (2002). Pendekatan Kontekstual
(Contextual Teaching and
Learning/CTL), Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional-
Direktorat Jenderal Pendidikan
dasar dan Menengah-Direktorat
Pendidikan Lanj utan Pertama.
Sardiman AM. (2012). Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar .
Jakarta: Rajawali Pers.
Sartono Kartodirdjo, 1992. Pendekatan Ilmu
Sosial dalam Metodologi Sejarah,
Jakarta: PT. Gramedia.
S. Hamid Hasan dalam I Made Pageh
(Peny.) (2010). Sejarah dan

20

Anda mungkin juga menyukai