Anda di halaman 1dari 4

Nama: Sulastin Ahmad

Nim: 431419011
Kelas: B_Pendidikan Biologi
MataKuliah: Bioteknologi

Kultur jaringan adalah Metode atau teknik mengisolasi jaringan, organ, sel maupun
protoplasma tanaman menjadikan eksplan dan menumbuhkannya ke dalam media pertumbuhan
yang aseptik sehingga eksplan tersebut dapat tumbuh dan berkembang berorganogenesis dan
dapat beregenerasi menjadi tanaman sempurna. Sel tanaman adalah suatu unit yang otonom yang
didalamnya mengandung material genetik apabila ditumbuhkan di dalam lingkungan tumbuh
yang sesuai, dapat tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Sering juga disebut
Bioteknologi tanaman karena lebih menekankan kepada aspek rekayasa sel dan jaringan
tumbuhan Aplikasi teknik kultur jaringan yang lain diantaranya:
1. Keragaman somaklonal.
2. Somatik embriogenesis.
3. Embryo resque.
4. In vitro feritilization.
5. Flowering in vitro
6. Kultur haploid.
7. Fusi protoplast
Tujuan kultur jaringan
1. Konservasi in vitro
2. Perbanyakan benih
3. Pemuliaan
4. Regenerasi Transformn
5. Metabolit
Keunggulan In Vitro
1. Murni/Sesuai Identitas induknya
2. Karakter sesuai dengan Induknya
3. Performa seragam
4. Bebas hama dan penyakit
5. Waktu lebih cepat
6. Jumlah Massal
7. Tidak dipengaruhi Musim
Tanaman yang biasanya diperbanyak vegetatif :
1. Tanaman hasil silangan yang unik
2. Biji tanaman yang tidak memiliki endosperm atau endospermnya rusak.
3. Tanaman yang sulit dikembangkan dengan biji’
4. Hasil silangan interspesifik yang tidak dapat tumbuh menjadi biji (embrio rescue)
5. Tanaman yang memerlukan bibit bebas dari penyakit sistemik, mis. Virus.
Induksi keberagaman somaklonal, Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik yang
berasal dari sel somatik (sel tubuh), jika sel dalam jarigan termutasi dan ditumbuhkan akan
menjadi tanaman yang berbeda degan induknya Teknik keragaman somaklonal 1. Eksplan 
induksi Kalus dengan ZPT (auksin misalnya 2.4 D)  regenerasi planlet seleksi  varietas
baru, Pada teknik ini keragaman disebabkan karena pembelahan sel lebih cepat dibandingkan
dengan replikasi DNA sehinga terdapat sel yg mengalami delesi, duplikasi, translokasi sehingga
sifat tanaman berubah keragaman
Pemuliaan In Vitro,
Bioteknologi tanpa insersi (masuk) gen asing
 Kultur sel dan jaringan kultur embryo (embrio zigotik, embrio somatik) , kultur
endosferm, kultur haploid, kultur sel/jaringan kimera, fertilisasi in vitro
 Variasi somaklonal penggunaan ZPT dengan konsentrasi tinggi melalui tahap kalus
 misalnya auksin 2,4 D
 Penggunaan mutagen  fisik, radiasi, kimia, biologi (dikombinasikan dengan kultur
jaringan)
Bioteknologi dengan insersi (masuk) gen asing.
- Fusi protoplas jika spesies berbeda
- Rekayasa genetika  fisik, kimia, biologi
Somatik Embrio, Embriosomatik biasanya eksplan diinduksi membentuk kalus dengan
penambahan auksin (misalnya 2.4-D) selanjutnya kalus yang friable dipindahkan ke media baru
tanpa auksin dan membentuk embrio, Terkadang ditambahkan logam berat misalnya Ni, Cd
untuk mengiduksi embrio dan Embryo yang dihasilkan bisa dijadikan bahan baku seed synthetic
Embryo Resque, Teknik kultur jaringan yang merupakan upaya penyelamatan embryo dari
keadan abortus, gugurnya embryo terjadi karena saat fertilisasi embryo terbentuk tapi endosferm
tidak terbentuk terjadi inkompatibilitas antar genus, akibatnya embryo mengalami hambatan
distribusi makanan, sehingga embrio tidak berkembang dan gugur. Inkompabilitas  tidak
menghasilkan biji  embryo rescue alternatif pemecahan masalah untuk menumbukan embrio
menjadi tanaman utuhMeningkatkan keberhasilan persilangan interspesifik. Menambah
keragaman genetika hasil persilangan  bisa dilakuan persilangan dengan takson yang lebih
tinggi masih dari satu famili (distance hybridization). Kelemahan belum berhasil persilangan
dengan takson yang lebih tinggi dari famili yang berbeda
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Embryo rescue
• Umur embrio in vivo berbeda-beda tergantung spesies yang disilangkan, biasanya 10-
20 hari setelah polinasi untuk tanaman serealia (Sharma et all, 1996), 50-75 hari setelah
anthesis pada Carica Sp.
• Ukuran embrio kurang dari 0.5 mm gagal berkembang
• Ukuran eksplan kadang embrio harus ditanam beserta dengan ovariumnya.
Medium kultur harus disesuaikan dengan perkembangan media, kandungan gula bisa
mencapai 18 %. Sering ditambahkan glycine, thiamine, pyridoxine, ascorbic acid,adenine,
nicotinic acid, succinic acid and pantothenic acid, air kelapa, yeast estract dan kasein hydrolisat.
Tanaman dihaploid
Haploid pada tanaman dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu :
1. Monoploid, dengan jumlah kromosom setengah dari kromosom species yang diploid
2. Polihaploid, dengan jumlah kromosom setengah dari kromosom species poliploidi
• Tanaman dihaploid adalah tanaman yang dihasilkan dari regnerasi sel halploid yang
sebelumnya diberi perlakuan mutagen sehingga dihasilkan tanaman dihaploid
• Untuk mendapatkan tanaman Dihaploid/double haploid terlebih dahulu harus melakukan
kultur haploid
Kegunaan Tanaman dihaploid
1. Mendapatkan tanaman homozigot sehingga dapat menditeksi mutasi dan rekombinan
yang unik, mutasi yang resesif tidak muncul dalam keadaan diploid
2. Pada penggandaan jumlah kromosom akan diperoleh tanaman yang homozigot. Tanaman
homozigot sangat penting untuk menghasilkan hibrida terkendali, seperti pada asparagus
 dari kultur anter akan diperoleh tanaman yy disebut super male penyilangan dengan
xx akan menghasilkan progeni 100% xy (mempunyai hasil rebung yang baik)

Anda mungkin juga menyukai