Anda di halaman 1dari 8

Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG


DAN PENGUASAAN TANAH
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Audit tata ruang sudah merupakan kebutuhan dalam menyikapi pertumbuhan yang sangat
tinggi dan tidak terkendali, terutama kepada kabupaten dan kota yang telah memasuki masa
peninjauan kembali atau perda RTRWnya telah memasuki tahap pembangunan lima tahun
kedua dari masa berlakunya perda RTRW yang bersangkutan. Pertumbuhan untuk memenuhi
aktifitas ekonomi dan sosial seringkali mengabaikan rencana yang telah ditetapkan. Alih
fungsi lahan dan terkonsentrasinya pusat-pusat kegiatan ekonomi dapat menyebabkan
banyaknya penyimpangan terhadap rencana tata ruang. Pengawasan yang lemah terhadap
luasnya area pengawasan dan tenaga pengawas yang memadai, juga merupakan salah satu
banyaknya penyimpangan terhadap rencana tata ruang.

Kecepatan pertumbuhan dan permasalahan yang dihadapi dari suatu wilayah, menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan sebaran bangunan permukiman, industri, jasa dan niaga
menjadi tidak terkendali. Kasus yang sering dijumpai terutama pada kawasan bantaran
sungai, pesisir, perbukitan yang seharusnya dilindungi, menjadi tempat-tempat permukiman,
bangunan wisata, industri, perkantoran dan niaga.

Demikian halnya pada kawasan konservasi atau ruang terbuka hijau sebagai sumber air dan
penyimpan sumber air permukaan dapat berubah menjadi kawasan hunian. Desakan-

Laporan Pendahuluan
AUDIT TATA RUANG I-1
KAWASAN PERKOTAAN SARBAGITA
Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
DAN PENGUASAAN TANAH
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG

desakan terhadap alam, juga dapat menyebabkan maraknya bencana alam seperti banjir,
tanah longsor. Bahkan maraknya pertumbuhan bangunan di daerah yang mempunyai resiko
bencana alam yang sangat tinggi, seperti kawasan gunung berapi, daerah sesar, kawasan
resiko tsunami dan gempa bumi.

Melihat gejala-gejala pertumbuhan yang tidak terkendali yang dapat menyebabkan


banyaknya penyimpangan terhadap rencana tata ruang, maka audit tata ruang menjadi salah
satu upaya untuk mengungkap adanya indikasi pelanggaran. Audit tata ruang juga merupakan
alat untuk menindaklanjuti adanya hasil-hasil pengawasan dan adanya pengaduan dari
masyarakat terhadap adanya indikasi pelanggaran pemanfaatan ruang terhadap rencana tata
ruang.
Rencana tata ruang disusun guna mewujudkan lingkungan yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan. Seiring dengan perkembangan suatu wilayah, kebutuhan terhadap ruang
semakin meningkat. Ruang yang terbatas dan kebutuhan yang meningkat seringkali memicu
terjadinya ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terhadap rencana tata ruang, yang
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan dan konflik pemanfaatan ruang. Untuk mengatisipasi
permasalahan tersebut, perlu dilakukan audit tata ruang, sebagai salah satu bentuk
pengawasan khusus, sebagai upaya penanganan sejak dini atas indikasi pelanggaran
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan/atau langkah awal upaya penertiban atas
pelanggaran tata ruang yang telah terjadi.
Hasil kegiatan audit tata ruang, untuk mengetahui, membuktikan, dan menjelaskan serta
merekomendasikan penanganan tindak lanjut terhadap dugaan pelanggaran pemanfaatan
ruang. Hasil Audit Tata Ruang terhadap dugaan pelanggaran pemanfaatan ruang memerlukan
upaya tindak lanjut, yang dapat dikenakan sanksi yang bersifat administrasi dan/atau pidana.
Hasil Audit Tata Ruang yang ditindaklanjuti karena adanya dugaan terjadinya tindak pidana
penataan ruang menjadi masukan bagi Penyidik Pegawai Negeri sipil (PPNS) Penataan Ruang
untuk melakukan wasmalitri dan/atau penyidikan dalam rangka penegakan hukum.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kegiatan audit tata ruang di Wilayah Jawa dan Bali perlu
dilakukan sebagai upaya perwujudan tertib tata ruang pelalui penegakan hukum.

1.2 DASAR HUKUM


1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR)
mengamanatkan perlunya kegiatan pengawasan penataan ruang (Pasal 55 ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) serta Pasal 59 ayat (3)).

Laporan Pendahuluan
AUDIT TATA RUANG I-2
KAWASAN PERKOTAAN SARBAGITA
Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
DAN PENGUASAAN TANAH
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG

a. Pasal 55 (1): “..dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan


pelaksanaan penataan ruang.”
b. Pasal 55 ayat 2: “ ..pengawasan terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan.”
c. Pasal 59 ayat 3: “..ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan terhadap
pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang diatur dengan peraturan
Menteri.” Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (PP-PPR) mengamanatkan bahwa pengawasan penataan ruang
terdiri atas pengawasan teknis dan pengawasan khusus (Pasal 202 ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3)).

2) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan ruang


(PP-PPR) mengamanatkan bahwa pengawasan penataan ruang terdiri atas pengawasan
teknis dan pengawasan khusus (pasal 202 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
a. Pasal 202 ayat 1: " ... bentuk pengawasan penataan ruang meliputi pengawasan
teknis dan pengawasan khusus."
b. Pasal 202 ayat 2: " ... Pengawasan teknis penataan ruang merupakan pengawasan
terhadap keseluruhan proses penyelenggaraan penataan ruang yang dilakukan
secara berkala."
c. Pasal 202 ayat 3: "... pengawasan khusus penataan ruang merupakan pengawasan
terhadap permasalahan khusus dalam penyelenggaraan penataan ruang
dilaksanakan sesuai kebutuhan.

3) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17
Tahun 2017 tentang Pedoman audit tata ruang sebagai pedoman dilakukannya audit tata
ruang (Pasal5 ayat (I), ayat (2)).
a. Pasal 5 ayat 1: "Audit tata ruang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan".
b. Pasal 5 ayat 2: "Dasar audit tata ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
huruf a antara lain: laporan atau pengaduan dari masyarakat terkait adanya dugaan
pelanggaran di bidang penataan ruang; temuan indikasi pelanggaran di bidang
penataan ruang; dan bencana yang diduga disebabkan adanya indikasi
pelanggaran di bidang penataan ruang"

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk melaksanakan penertiban pelanggaran pemanfaatan
ruang sistematik dan lengkap melalui audit tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita.
Laporan Pendahuluan
AUDIT TATA RUANG I-3
KAWASAN PERKOTAAN SARBAGITA
Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
DAN PENGUASAAN TANAH
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk Tujuan pelaksanaan audit tata ruang adalah upaya untuk
menindaklanjuti adanya pengaduan masyarakat (baik melalui pengaduan langsung,laporan
melalui media daring, berita di media sosial, maupun media masa), mengevaluasi dan menilai
temuan-temuan di lapangan dan terjadinya bencana alam, terhadap adanya indikasi
pelanggaran pemanfaatan ruang.

1.4 SASARAN
Sasaran yang hendak dicapai adalah berupa pembuktian adanya indikasi pelanggaran
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang pada suatu wilayah dan
mengungkap kasus-kasus indikasi pelanggaran pemanfaatan ruang.

1.5 RUANG LINGKUP


1.5.1 LINGKUP LOKASI

Lingkup wilayah dalam kegiatan Audit Tata Ruang ini adalah Kabupaten Badung pada KSN
Sarbagita.

Laporan Pendahuluan
AUDIT TATA RUANG I-4
KAWASAN PERKOTAAN SARBAGITA
Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
DAN PENGUASAAN TANAH
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG

Gambar 1. 1
Peta Administrasi Kabupaten Badung

Laporan Pendahuluan
AUDIT TATA RUANG I-5
KAWASAN PERKOTAAN SARBAGITA
Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
DAN PENGUASAAN TANAH
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG

1.5.2 LINGKUP KEGIAT AN

1. Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan, antara lain: penyiapan jadual rencana


pelaksanaan kegiatan, penyiapan sarana dan prasarana kegiatan, penyiapan mobilisasi
tenaga ahli, penentuan deliniasi lokasi audit, penyiapan pengumpulan data dan informasi
yang diperlukan.

2. Melakukan pengumpulan data dan infomasi, meliputi: dokumen rencana tata ruang, materi
teknis rencana tata ruang, dan peta rencana tata ruang; penyediaan peta citra satelit tegak
resolusi tinggi (CSTRT); kronologis/riwayat penggunaan lahan; data status kepemilikan
lahan; dokumen lingkungan antara lain: UKL, UPL, atau AMDAL, dokumen perizinan
pemanfaatan ruang (izin prinsip; izin lokasi; izin penggunaan pemanfaatan tanah; izin
mendirikan bangunan; dan dokumen izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan); serta informasi dan keterangan pendukung lainnya.

3. Melakukan penilaian ketidaksesuaian pemanfaatan ruang terhadap:


a. Rencana tata ruang yang meliputi: RTRWN, RTR KSN Sarbagita, RTRW Provinsi Jawa
Bali, dan RTRW Kota Denpasar. Selain melakukan analisa dan penilaian kesesuaian
pemanfaatan ruang, juga melakukan analisa yang meliputi: pertampalan peta; penilaian
kesesuaian penggunaan lahan; dan verifikasi lapangan. Verifikasi lapangan
menggunakan peralatan pendukung, antara lain: Global Positioning System (GPS)
Tracker dan Aerial Photo Capturing Drone. Hasil pertampalan peta dan hasil penilaian
kesesuaian penggunaan lahan dituangkan dalam peta dan tabel yang memuat: indikasi
ketidaksesuaian penggunaan lahan eksisting; lokasi indikasi ketidaksesuaian
penggunaan lahan eksisting dalam bentuk koordinat; dan luasan dan jumlah titik lokasi
indikasi ketidaksesuaian penggunaan lahan eksisting. Hasil verifikasi lapangan
paling sedikit memuat: titik koordinat dan lokasi audit tata ruang; foto dan/atau
video; dan keterangan dan informasi yang berisi kronologis kegiatan
pemanfaatan ruang.

b. Izin pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat berwenang


Dilakukan dengan cara memeriksa: kepemilikan izin pemanfaatan ruang yang
dipersyaratkan; waktu dikeluarkan dan masa berlaku izin pemanfaatan ruang;
dan kesesuaian isi, ketentuan, dan muatan yang ditetapkan dalam izin
pemanfaatan ruang dengan pelaksanaannya. Analisis dilakukan terhadap:
kesesuaian pemanfaatan ruang dengan izin prinsip atau yang setara;
kesesuaian pemanfaatan ruang dengan izin lokasi; kesesuaian pemanfaatan
ruang dengan izin penggunaan pemanfaatan tanah; kesesuaian pemanfaatan
ruang dengan izin mendirikan bangunan; dan/atau kesesuaian pemanfaatan
ruang dengan izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

c. Persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang


Dilakukan melalui pemeriksaan kesesuaian pemanfaatan ruang terhadap hal
yang dipersyaratkan di dalam izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang. Hasil pemeriksaan kesesuaian pemanfaatan ruang
Laporan Pendahuluan
AUDIT TATA RUANG I-6
KAWASAN PERKOTAAN SARBAGITA
Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
DAN PENGUASAAN TANAH
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG

terhadap hal yang dipersyaratkan di dalam izin pemanfaatan ruang paling sedikit
memuat: gambar 3 dimensi perbandingan kondisi pemanfaatan ruang yang ada
dengan persyaratan izin pemanfaatan ruang, titik koordinat lokasi serta
dokumentasi lapangan.

d. Penutupan akses terhadap kawasan milik umum


Dilakukan melalui pemeriksaan lapangan untuk melihat suatu kegiatan menutup
atau tidak memberikan akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan
perundang-undangan sebagai milik umum.

4. Melakukan analisis dampak pemanfaatan ruang yang diduga tidak sesuai tersebut
yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, yang mengakibatkan kerugian
terhadap harta benda atau kerusakan barang, dan yang mengakibatkan kematian
orang.

5. Melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait, dengan cara:


melakukan kunjungan lapangan di wilayah kota/kabupaten terpilih dengan
pelaksanaan 4 (empat) kali survey, melaksanakan 1 (satu) kali Workshop, dan
melaksanakan 2 (dua) kali diskusi/FGD di daerah dan melaksanakan 1 (satu) kali
FGD di Jakarta yang melibatkan pihak-pihak yang terkait

6. Menyusun Laporan Hasil Audit Tata Ruang yang memuat: hasil pelaksanaan audit
tata ruang, gambaran umum lokasi, hasil analisis, rekomendasi tindak lanjut; dan
lampiran data pendukung, serta menyusun Resume Laporan Hasil Audit Tata
Ruang, berupa laporan komprehensif yang dibuat secara ringkas untuk
kepentingan para pengambil kebijakan seperti: Walikota/Gubernur/Menteri/pejabat
lainnya dan/atau untuk kepentingan publikasi kepada media massa terkait

1.6 KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
a. Laporan Hasil Audit Tata Ruang yang memuat: hasil pelaksanaan audit tata ruang,
gambaran umum lokasi, hasil analisis, rekomendasi tindak lanjut; dan lampiran data
pendukung.
b. Resume Laporan Hasil Audit Tata Ruang, berupa laporan komprehensif yang dibuat
secara ringkas untuk kepentingan para pengambil kebijakan seperti:
Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri/pejabat lainnya dan/atau untuk publikasi kepada
media massa terkait.

Laporan Pendahuluan
AUDIT TATA RUANG I-7
KAWASAN PERKOTAAN SARBAGITA
Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
DAN PENGUASAAN TANAH
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG

1.7 WAKTU PELAKSANAAN


Kegiatan ini sebagaimana yang diuraikan di atas harus diselesaikan seluruhnya dalam waktu
7 (tujuh) bulan kalender secara berturut-turut untuk tahun anggaran 2019, atau waktu yang
ditetapkan sesuai dengan hasil penjelasan umum terhitung sejak penandatanganan kontrak
kerjasama.

1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Laporan Pendahuluan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Bab 2 Tata Cara Audit Tata Ruang

 Pengertian Umum Audit


 Teknik Audit

Bab 3 Permasalahan Audit di Daerah

 Gambaran umum daerah audit


 Tinjauan RTRW daerah audit
 Identifikasi isu pemanfaatan ruang

Bab 4 Rencana Kerja dan Organisasi

 Program Kerja
 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Bab 5 Desain Survey

 Tujuan Survei
 Lingkup Survei

Laporan Pendahuluan
AUDIT TATA RUANG I-8
KAWASAN PERKOTAAN SARBAGITA

Anda mungkin juga menyukai