Anda di halaman 1dari 5

FORMAT KONTRAK BELAJAR

Periode : 2020/2021 Preceptee :

Unit : KMB Preseptor Akademik : Ns. Abdu Rahim Kamil. MSc

No Kompetensi Elemen Kompetensi Tanggal Paraf Paraf Paraf


Pencapaian Preceptee Preceptor Preceptor
Akademik Klinik
1 Memahami Pengkajian:
dan  Wawancara
menerapkan  Pemeriksaan
asuhan Fisik
keperawata  Pemeriksaan
n pasien Penunjang
dengan  Masalah
gangguan Keperawatan
hematologi  Intervensi
(SLE)

A. Pengkajian:

1. Wawancara

Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik di fokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah di alami. Seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri,
kaku, demam / panas, anoreksia efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri
pasien.

2. Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi : inspeksi kulit dilakukan untuk menemukan ruam eritematous. Plak


eritematous pada kulit dengan skuama yang melekat dapat terlihat pada kulit kepala,
muka atau leher. Inspeksi kulit kepala dilakukan untuk menemukan gejala alopesia,
dan inspeksi mulut serta tenggorok untuk ulserasi yang mencerminkan gangguan
gastrointestinal. Selain itu juga untuk melihat pembengkakan sendi.
 Auskultasi : dilakukan pada kardiovaskuler untuk mendengar friction rub perikardium
yang dapat menyertai miokarditis dan efusi pleura. Efusi pleura serta infiltrasi
mencerminkan insufisiensi respiratorius dan diperlihatkan oleh suara paru yang
abnormal.
 Palpasi : dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan, dan sendi yang
terasa hangat.
3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang
terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga bisa
ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear,
harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda.
Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak
semua penderita lupus memiliki antibodi ini. Pemeriksaan darah untuk mengukur
kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk
menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan
aktivitas dan lamanya penyakit.
2) Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein.
b. Radiology : - Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis.

Berdasarkan kriteria American College of Rheumatology (ACR) 1982,


diagnosis SLE dapat ditegakkan secara pasti jika dijumpai empat kriteria atau
lebih dari 11 kriteria, yaitu:
Kriteria Batasan
Ruam malar Eritema yang menetap, rata atau menonjol, pada daerah
malar dan cenderung tidak melibatkan lipat nasilabial
Ruam discoid Plak eritema menonjol dengan keratotik dan sumbatan
folikular. Pada SLE lanjut dapat ditemukan parut atrofik
Fotosensitivitas Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap
sinar matahari, baik dari anamnesis pasien atau yang
dilihat oleh dokter pemeriksa
Ulkus mulut Ulkus mulut atau orofaring, umumnya tidak terasa nyeri
dan dapat terlihat oleh pemeriksa
Artritis Atritis non erosif yang melibatkan dua atau lebih sendi
perifer, ditandai oleh nyeri tekan, bengkak atau efusia
Serosis
- Pleuritis a. riwayat penyakit pleuritik berdasarkan anamnesa atau
- perikarditis terdapat efusi pleura
b. dapat dilihat pada rekaman EKG atau pericardial
friction rub atau terdapat efusi pleura
Gangguan renal a. Proteinuria menetap >0,5 gram/hari atau >3+ bila tidak
dilakukan pemeriksaan kuantitatif
b. Silinder seluler: dapat berupa silinder eritrosit,
hemoglobin, granular, tubular, atau campuran
Gangguan neurologi a. Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau
gangguan metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis,
atau ketidakseimbangan elektrolit)
b. Psikosis yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau
gangguan metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis,
atau ketidakseimbangan elektrolit)
Gangguan hematologik a. Anemia hemolitik dengan retikulus
b. Lekopenia <4000/mm3 pada dua kali pemeriksaan
atau lebih, atau
c. Limfopenia <1500/mm3 pada dua kali pemeriksaan
atau lebih, atau
d. Trombositopenia <100.000/mm3 tanpa disebabkan
obat-obatan
Gangguan imunologik a. Anti-DNA: antibodi terhadap native DNA dengan titer
yang abnormal, atau
b. Anti-Sm: terdapatnya antibodi terhadap antigen
nukluear Sm, atau
c. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid yang
didasarkan atas:
- Kadar serum antibodi antikordiolipin abnormal baik
IgG atau IgM
- Tes lupus antikoagulan positif menggunakan
metode standar, atau
- Hasil tes serologi positif palsu terhadap sifilis
sekurang-kurangnya selama 6 bulan dan
dikonfirmasi dengan test imobilisasi Treponema
pallidum atau tes fluoresensi absropsi antibodi
Treponema
Antibodi antinuklear Titer abnormal dari antibodi antinuklear berdasarkan
positif (ANA) pemeriksaan imunofluoresensi atau pemeriksaan setingkat
pada kurun waktu perjalanan penyakit tanpa keterlibatan
obat yang diketahui berhubungan dnegan sindrom lupus
yang diinduksi obat

4. Masalah Keperawatan

a. Nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan.


b. Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit dan lesi.
c. Risiko infeksi b/d Imunosupresi

5. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri kronik Setelah dilakukan  Identifikasi lokasi,
berhubungan dengan tindakan selama ….x 24 karakteristik, durasi,
inflamasi atau jam maka tingkat nyeri frekuensi, kualitas,
kerusakan jaringan. menurun. intensitas nyeri
Kriteria hasil  Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri  Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
 Meringis menurun memperingan nyeri
 Gelisah menurun  Kontrol lingkungan yang
 Kesulitan menurun memperberat rasa nyeri
 Kemampuan  Jelaskan penyebab, periode
melakukan tindakan dan strategi meredakan
untuk mengurangi nyeri
gejala  Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi pemberian
analgetik

2 Gangguan integritas Setelah dilakukan  Kaji kulit setiap hari.


kulit berhubungan tindakan selama ….x 24  Catat warna, turgor,
dengan proses penyakit jam maka integritas kulit sirkulasi dan sensasi.
dan lesi. meningkat. Gambarkan lesi dan amati
Kriteria hasil perubahan
 Kerusakan lapisan  Pertahankan/intruksikan
kulit menurun dalam hygien, misalnya,
 Kemerahan menurun membasuh dan kemudian
mengeringkannya dengan
berhati-hati.
 lakukan masase dengan
menggunakan lotion atau
krim.
 Gunting kuku secara
teratur
 Tutupi luka tekan yang
terbuka dengan pembalut
yang steril atau barrier
protektif, misalnya,
duoderm, sesuai petunjuk.
3 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan  Monitor tanda dan gejala
Imunosupresi tindakan selama ….x 24 infeksi lokal dan sistemik
jam maka tingkat infeksi  Pertahankan teknik aseptik
menurun. pada pasien beresiko tinggi
Kriteria hasil  Cuci tangan sebelum dan
 Demam menurun sesudah kontak dengan
 Kemerahan menurun pasien dan lingkungan
 Nyeri menurun pasien
 Bengkak menurun  Jelaskan tanda dan gejala
 Kadar sel darah putih infeksi
menurun  Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

Daftar Pustaka

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2011). Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus


Sistemik. Perhimpunan Reumatologi Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Intervensi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai