Anda di halaman 1dari 8

ETIKA

Etika Penting bagi Tuhan


3. Masalah Adiafora dalam Alkitab

1
Diskusi Pembuka

Mari kita baca melalui 1 Korintus 8:1-13.


1. Tentang daging persembahan berhala kita tahu: “kita semua mempunyai
pengetahuan.” Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi
kasih membangun.
2. Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu “pengetahuan”, maka ia
belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya.
3. Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.
4. Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: “tidak ada berhala di
dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.”
5. Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah”, baik di sorga, maupun di bumi –
dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian –
6. namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal
segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus,
yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
7. Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang
karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging
persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka
itu dinodai olehnya.
8. “Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa,
kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.”
9. Tetapi jagalah, supaya kebiasaanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka
yang lemah.
10. Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai “pengetahuan”, sedang
duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu
dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala?
11. Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus
telah mati, menjadi binasa karena “pengetahuan”mu.
12. Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai
hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus.
13. Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk
selam-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu
sandungan bagi saudaraku.

(Tips: Baca semua pertanyaan terlebih dahulu, lalu jawab pertanyaan yang Anda rasa
nyaman.
Pertanyaan disediakan untuk memulai diskusi.
Hal yang sama berlaku untuk bagian "Poin Alkitabiah".)

2
 Bagikan pemikiran Anda tentang tema, tujuan, dan pesan bagian ini.

 Pertimbangkan bagaimana pesan ini dapat berlaku untuk tempat kerja dan
kehidupan Anda.

3
Poin Alkitabiah

Dalam bab ini, kita akan membahas arti dari istilah "adiafora" dan bagaimana konsep ini
berlaku di tempat kerja kita.

Masalah Adiafora dalam Alkitab


Seringkali, Alkitab tidak memberikan pedoman yang jelas untuk dilema yang kita hadapi
dalam kenyataan. Haruskah CEO Kristen memprioritaskan mempekerjakan seorang
Kristen daripada non-Kristen dengan kualifikasi yang sama? Haruskah orang Kristen
menghindari pekerjaan yang mengharuskan bekerja pada hari Minggu? Bahkan sebagai
orang dewasa, haruskah kita menghindari menonton film 17 tahun ke atas dengan
konten cabul? Apakah mungkin untuk menghasilkan terlalu banyak uang sampai bisa
menjadi tidak Alkitabiah, ataukah tidak ada batasan? Seberapa tingkat keintiman fisik
yang dapat diterima sebelum menikah? Apakah merokok berdosa? Alkitab tidak selalu
memberikan jawaban spesifik untuk banyak masalah ini.

Beberapa orang Kristen akan menolak untuk menjadi terlalu konservatif dalam
pandangan iman dan bahwa tidak apa-apa untuk menjadi "bebas." Orang Kristen yang
lainnya menerapkan ayat, “jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan” (TB, 1 Tes.
5:22), dan menghakimi orang lain karena kurangnya kesalehan mereka.

Jadi, bagaimana kita memandang area abu-abu yang tidak memiliki solusi hitam dan
putih? Area abu-abu yang tidak secara eksplisit dibahas dalam Alkitab disebut
adiafora, yang berarti "tak acuh" dalam bahasa Yunani (adiáforos). Istilah ini
awalnya digunakan di antara orang-orang Lutheran pada abad ke-16 untuk
mengkategorikan perselisihan mengenai ritual gereja dan pakaian ulama. Sepanjang
perselisihan, istilah tersebut didefinisikan sebagai "tidak diperintahkan maupun
dilarang dalam Firman Allah." Istilah ini juga digunakan untuk merujuk pada hal-hal
yang dianggap tidak penting bagi keselamatan seseorang atau "masalah yang tidak
penting."

Ajaran Rasul Paulus tentang Masalah Adiafora


Mari kita lihat terlebih dahulu bagaimana Rasul Paulus mengatasi masalah yang
disajikan dalam 1 Korintus 8. Pada waktu itu, menjual daging yang telah dikorbankan
kepada dewa ke pasar adalah praktik umum di Korintus. Masalah di antara orang-orang
Kristen adalah apakah diperbolehkan membeli daging tersebut dan mengkonsumsinya.
Situasi ini mewakili masalah adiafora. Ini adalah masalah yang tidak penting, tidak
terkait dengan keselamatan seseorang, tetapi masalah yang tetap memerlukan
bimbingan dari para rasul. Prinsip-prinsip yang diajarkan Paulus adalah sebagai berikut:
4
Pertama, nikmatilah kebebasan. Seperti yang tertulis di 1 Korintus, orang Kristen
tahu bahwa dewa-dewa yang digambarkan sebagai berhala tidak benar-benar ada (1
Kor. 8:4). Makanan, terlepas dari apakah itu telah dipersembahkan kepada berhala atau
tidak, hanyalah makanan dan tidak mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan. Tidak
ada salahnya jika kita memakan dagingnya, juga tidak untung apapun jika kita tidak
melakukannya (1 Kor. 8:8). Tuhan berkuasa atas segala sesuatu di bumi ini dan oleh
karena itu, makanan juga telah diberikan kepada kita oleh Allah (1 Kor. 10:26). Jika orang
yang tidak percaya menawarkan makanan, Anda bebas memakannya tanpa
mempertanyakan keraguan hati nurani (1 Kor. 10:27). Tidak masalah kalau Anda makan
makanan dari kuil atau makanan halal. Kita memiliki kebebasan untuk membuat pilihan
ini. Alasan banyak orang Kristen tidak dapat menikmati kebebasan mereka adalah
karena mereka tidak menyadari bahwa mereka memiliki kebebasan seperti itu. Tuhan
telah memberi kita wewenang dan penghakiman untuk bebas membuat pilihan
mengenai masalah-masalah seperti itu.

Kedua, jadilah saleh. Meskipun demikian, hanya memiliki pengetahuan Alkitabiah


tidak menyelesaikan seluruh masalah. Jika kita tidak berhati-hati, pengetahuan dapat
membuat kita sombong. Masalahnya terletak pada mereka yang lemah dalam iman.
Mereka yang lemah iman mungkin hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang Alkitab
dan mungkin tidak sepenuhnya memahami kebebasan yang telah diberikan oleh Allah.
Paulus memperingatkan kita untuk berhati-hati agar tidak membuat mereka yang lemah
imannya tersandung karena kebebasan kita (1 Kor. 8:9). Mereka yang memiliki iman yang
kuat kepada Allah dapat bertindak bebas. Namun, mereka yang lemah iman dan
melihat perilaku bebas seperti itu dapat mengikutinya tanpa banyak berpikir dan
merasa bersalah setelah melakukan hal yang sama, sehingga bisa menjauh dari Allah.
Paulus menjelaskan bahwa melukai orang-orang percaya yang hati nuraninya lemah
adalah dosa (1 Kor. 8:12). Dalam hal ini, Paulus mengatakan bahwa lebih baik dia tidak
makan daging lagi dan menyelamatkan saudara-saudaranya dalam Kristus (1 Kor. 8:13).

Tuhan telah memberi kita wewenang dan penghakiman untuk bebas membuat pilihan mengenai
masalah-masalah seperti itu

Dengan demikian, Paulus mengajarkan kepada kita bahwa kita harus memperhatikan
bagaimana kita menggunakan kebebasan kita. Pengkotbah 3 mengajarkan kita, ada
waktu untuk segalanya. Jika kebebasan kita berpotensi menyakiti orang lain, maka kita
harus menahan diri pada saat itu (1 Kor. 10:24), karena kita harus mencari keuntungan
bagi orang lain sebelum kita mencari keuntungan untuk diri kita sendiri (1 Kor. 10:25).
Oleh karena itu, ketika sedang makan, jika seseorang menunjukkan bahwa makanan itu
dikorbankan kepada dewa, mungkin lebih baik untuk menahan diri dari makan makanan

5
demi orang itu (1 Kor. 10:28). Di sini, niatnya adalah untuk mempertimbangkan
keuntungan orang lain sebelum kita sendiri dan juga keselamatan orang tersebut (1 Kor.
10:33). Ini berasal dari tindakan kasih dan kebajikan (1 Kor. 8:1).

Seorang biksu tua dan murid-muridnya sedang berpuasa. Salah satu murid yang lebih
muda tidak dapat menahan kelaparan dan akhirnya diam-diam makan bubur. Biksu tadi
menyaksikan muridnya memakan bubur. Sang biksu memiliki hak untuk menghukum
muridnya. Namun sebaliknya, ia mengatakan, "Saya baru saja akan makan" dan
berbagi makanan dengan muridnya. Daripada membebani muridnya dengan hati nurani
yang bersalah, sang biksu memilih untuk berbuka puasa. Murid itu mengambil pelajaran
sang biksu sampai ke dalam hati dan tidak pernah membatalkan puasanya lagi.

Paulus mengatakan, "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau
melakukan sesuatu yang lain, lakukan semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1 Kor. 10:31).
Ingatlah selalu bagaimana mereka yang lemah dalam iman dapat melihat perilaku
Anda. Keselamatan mereka jauh lebih berharga daripada kebebasan Anda.

Dua prinsip yang disampaikan di atas penting dalam mengatasi masalah adiafora. Kita
memiliki kebebasan untuk menggunakan penilaian kita dalam isu-isu yang tidak secara
khusus diperintahkan atau dilarang dalam Alkitab. Seiring kita mempelajari Alkitab lebih
dalam, kita belajar bahwa Allah telah memberi kita kebebasan. Ini mirip dengan
bagaimana kita menetapkan batasan dan peraturan keselamatan untuk anak-anak kita,
tetapi memungkinkan mereka untuk memiliki kebebasan dalam keterbatasan tersebut.

Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukan
semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

Sebagai perawat, haruskah Anda pergi bekerja pada hari Minggu? Paulus membuat poin
penting dengan mengatakan, "Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh
Allah." (1 Kor. 8:3). Terlepas dari situasi Anda di tempat kerja, Tuhan tahu pikiran dan
motivasi Anda melebihi siapapun.

When figuring out the adiaphora issues in your life, you must first ask yourself the
following questions. Who benefits from finding the answer to these questions? Are they
to justify yourself? Or are they to benefit others? The answer to these questions will
provide many solutions.

Ketika bertemu masalah adiafora dalam hidup Anda, Anda harus terlebih dahulu
bertanya pada diri sendiri: Siapa yang mendapat manfaat dari jawaban atas pertanyaan
adiafora ini? Apakah jawabannya akan membenarkan diri sendiri? Ataukah dapat

6
memberikan manfaat kepada orang lain? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut
akan memberikan banyak solusi.

 Bagikan pemikiran Anda setelah membaca teks di atas.

 Bagikan dilema adiafora apapun yang mungkin saat ini Anda hadapi dalam hidup
Anda.

7
Suara FWIA

Ringkasan

Anda dapat melihat video bab ini di beranda FWIA.


www.fwia.net

Ketahuilah bahwa Anda memiliki kebebasan dalam Tuhan dan nikmatilah kebebasan itu.

Namun, ada juga sukacita dalam menahan kebebasan itu demi keselamatan orang lain
dan untuk iman mereka.

Carilah keuntungan orang lain sebelum keuntungan Anda sendiri untuk mempraktikkan
nilai-nilai kasih dan kebajikan.

Anda mungkin juga menyukai