HAKIKAT MANUSIA
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Filsafat ilmu
Semester I
Dosen Pengampu:
Dr. Sutikno, M.Si, M.fil.l
Oleh:
Azkiyatul Bariroh
PROGRAM STUDI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTISAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TARBIYATUT THOLABAH
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
JANUARI 2021
A. PENDAHULUAN
1
B. PERSPEKTIF FILOSOFIS
2
mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak zaman
idealisme pada masa abad ke-18 dan 19, yaitu saat Jerman sedag
memilikipengaruh besar di Eropa.Tokoh-tokoh aliran ini adalah : Plato
(477-347), B. Spinoza (1632-1677 M), Liebniz (1685-1753 M), Berkeley
(1685-1753), Immanuel Kant(1724-1881 M), J. Fichte (1762-1814 M),
F.Schelling (1755-1854 M), dan G. Hegel (1770-1831 M).
C. PEMBAHASAN
3
menggunakan akal dan hikmah untuk mengatur hawa nafsudan tabiatnya,
maka manusia akan memiliki kelebihan dibanding dengan makhluk
ciptaanAllah lainnya. Dengan menggunakan akal — dan hikmah yang
bersumber dari ajaranagama — untuk menundukkan hawa nafsu dan
tabiatnya, maka manusia akan menjadikhalifah Allah di bumi, sekaligus
akan menjadi makhluk yang paling mulia. Sebaliknya, jikatabiat dan hawa
nafsu yang menguasai diri dan akalnya, maka ia akan lebih hina
daribinatang, yang memang tidak punya akal dan hikmah. Jiwa
ManusiaMenurut Fakhruddin al-Razi, jiwa manusia memiliki beberapa
tingkatan. Tingkatan tertinggiadalah tingkat yang menghadap ke alam ilahi
(al-sabiqun, al-muqarrabun). Tingkatan inidapat diraih hanya jika manusia
mau melakukan praktek spiritual (al-riyadiyah al-ruhaniah)dengan
istiqamah. Tingkatan berikutnya adalah tingkatan pertengahan (ashabal-
maymanah, al-muqtasidun).
4
(apriori) dan bisa juga dengan bukti empiris (a posteriori). Spontan, karena
ketika seorangmengatakan “aku/saya”, maka “aku/saya” merujuk kepada
satu esensi (zat) yang khusus,dan tidak banyak.Jiwa bisa juga dibuktikan
secara empiris, yang berbeda dengan tubuh dan bagian-bagiantubuh: (a)
Jiwa bukanlah himpunan bagian-bagian tubuh karena penglihatan tidak
menghimpun seluruh kerja tubuh. (b) Jiwa juga tidak identik dengan
bagian dari tubuhkarena tidak ada dari bagian tubuh yang meliputi semua
kerja tubuh. (c) Jika kita melihatsesuatu, kita mengetahuinya, setelah itu
menyukainya ataupun membencinya,mendekatinya ataupun menjauhinya.
Jika penglihatan adalah sesuatu, dan pengetahuanadalah sesuatu yang lain,
maka yang melihat tidak akan mengetahui. Padahal, ketika saya melihat,
saya mengetahui. Jadi, esensi dari penglihatan dan pengetahuan adalah
satu. (d)Semua bagian tubuh adalah alat untuk jiwa.
5
D. PENUTUP
6
7
8