Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL

Dosen Pembimbing:
Dr. Jujuk Proboningsih, SKp., M.Kes

Nama Kelompok:
1. Adella Fransisca (P27820119001)
2. Aisyah Salsa Nur R. (P27820119002)
3. Almaida Sracika Z. (P27820119003)
4. Alvina Fredlin Esta R. W (P27820119004)
5. Angga Budiansyah (P27820119005)
6. Anis Syavitri Agustin (P27820119006)
7. Ariffatul Azizah (P27820119007)
8. Arlinda Putri L. (P27820119008)

TINGKAT III REGULER A

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan rahmat dan nikmat-Nya
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan Jiwa Makalah ini berisi tentang “Asuhan Keperawatan jiwa
pasien dengan masalah isolasi sosial”. Makalah ini ditulis sebagai tugas kelompok
untuk mata kuliah Keperawatan jiwa Makalah ini kami persembahkan kepada:
1. Dr. Jujuk Proboningsih, SKp., M.Kes
2. Serta anggota kelompok yang telah mendukung menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam mengerjakan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai
pada waktunya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan
makalah ini memiliki banyak kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik, saran, petunjuk,
pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan dapat memberikan informasi
bagi pembaca. Amin

Surabaya,31 Juli 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Isolasi Sosial.............................................................................4
2.1.1 Pengertian Isolasi Sosial...........................................................4
2.1.2 Rentang Respon Neurobiologis................................................4
2.1.3 Etiologi.....................................................................................6
2.1.4 Manifestasi Klinik....................................................................8
2.1.5 Pathophysiology.......................................................................9
2.1.6 Pathway..................................................................................10
2.1.7 Komplikasi.............................................................................10
2.2 Asuhan Keperawatan Teori....................................................................10
2.2.1 Pengkajian....................................................................................10
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................15
2.2.3 Intervensi Keperawatan...............................................................16
2.2.4 Implementasi Keperawatan..........................................................18
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 Pengkajian..............................................................................................21
3.2 Analisa Data...........................................................................................30
3.3 Diagnosa Keperawatan..........................................................................31
3.4 Intervensi Keperawatan..........................................................................31
3.5 Implementasi Keperawatan....................................................................33

ii
3.6 Evaluasi Keperawatan............................................................................37
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................41
4.2 Saran .....................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang secara
signifikan di dunia, termasuk di negara indonesia. Kesehatan jiwa menurut
WHO (World Health organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa
sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidupnya serta mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (WHO 2016).
Masalah kesehatan jiwa yang di duga terjadi paling banyak saat ini adalah
skizofrenia Menurut Hawani (2016) skizofrenia adalah gangguan jiwa dimana
penderita tidak dapat menghadirkan realita (Reality Testing Ability /RTA)
dengan benar dan pemahaman diri sendiri (self-insight) yang buruk. gejala
positif dari skizofrenia meliputi waham, halusinasi, gaduh gelisah,
menganggap dirinya besar, pikiran penuh kecurigaan dan gejala negatif
meliputi sulit memahami pembicaraan, menarik diri atau mengasingkan diri,
afek tumpul, sulit berfikir abstrak, dan pasif.
Salah satu gejala negatif dari skizofrenia adalah isolasi sosial: menarik
diri. kemunduran fungsi sosial dialami seseorang di dalam diagnosa
keperawatan jiwa disebut isolasi sosial. isolasi sosial merupakan keadaan
dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitar nya (Yosep,
Sutini,2014). pasien dengan isolasi sosial 2 mengalami gangguan dalam
berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang
lain, lebih menyukai berdiam diri, dan menghindar dari orang lain.
Manusia adalah makhluk Sosial dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal yang positif. Hubungan interpersonal yang sehat
terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan. Sementara
identitas pribadi masih tetap dipertahankan juga perlu untuk membina
perasaan saling ketergantungan yang merupakan keseimbangan antara

1
ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan (Stuart and Sundeen,
2001).
Penyebab menarik diri adalah individu yang merasakan tidak berharga lagi
sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain, tidak
dapat mendapatkan kontak fisik, antara individu dengan orang lain, individu
berasal dari lingkungan yang penuh masalah individu, merasa tidak terima dan
ditolak sebelum mencoba, individu tidak mempelajari cara berhubungan
dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Isolasi Sosial ?
2. Bagaimana Rentang Respon Neurobiologis Isolasi Sosial?
3. Apa Etiologi Isolasi Sosial?
4. Apa Manifestasi Klinik Isolasi Sosial?
5. Bagaimana Pathophysiology Isolasi Sosial?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan isolasi sosial
menarik diri.?
1.3. Tujuan.
1.3.1. Tujuan Umum.
Agar mahasiswa memperoleh gambaran secara dalam
memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan isolasi Sosial.
1.3.2. Tujuan Khusus.
1. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan isolasi sosial
menarik diri.
2. Untuk mengetahui rentang respon emosi dari gangguan isolasi
sosial menarik diri.
3. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan isolasi sosial menarik
diri.
4. Untuk mengetahui manifestasi perilaku dari gangguan isolasi
sosial menarik diri.
5. Untuk mengetahui penerapan proses keperawatan pada klien
dengan gangguan isolasi sosial menarik diri.

2
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keperawatan pada klien
dengan gangguan isolasi sosial menarik diri.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Isolasi Sosial


2.1.1 Pengertian Isolasi Sosial
Menurut Kemenkes (2019), Isolasi sosial merupakan keadaan
penurunan yang dialami seseorang untuk melakukan interaksi
dengan orang lain, karena pasien merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, serta tidak mampu membangun hubungan yang berarti
dengan orang lain atau orang disekitarnya.
Isolasi sosial adalah keadaan kesendirian yang dialami
individu dan diterima oleh orang lain sebagai situasi yang negatif
atau mengancam (Wahyuni, 2017). Sedangkan menurut Dalami
(2009 : 2), Isolasi sosial merupakan proses pertahanaan diri
seseorang terhadap orang lain maupun lingkungan yang
menimbulkan kecemasan diri sendiri melalui penarikan fisik
maupun psikologis.
2.1.2 Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri Menarik Diri Manipulasi
Otonomi Kesepian Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisisme
Saling Ketergantungan

Sumber : Stuart, 2007

1. Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan


dengan cara yang dapat diterima oleh norma-norma
masyarakat. Menurut Riyardi S. dan Purwanto T. (2013) respon
ini meliputi :
a. Menyendiri merupakan respon yang dilakukan individu
untuk merenungkan apa yang telah terjadi atau dilakukan

4
dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan
rencana-rencana.
b. Otonomi merupakan kemampuan individu dalam
menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan
dalam hubungan sosial, individu mampu menetapkan untuk
interdependen dan pengaturan diri.
c. Kebersamaan merupakan kemampuan individu untuk saling
pengertian, saling memberi, dan menerima dalam hubungan
interpersonal.
d. Saling ketergantungan merupakan suatu hubungan saling
ketergantungan saling tergantung antar individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
2. Respon maladaptif adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah dengan cara yang bertentangan dengan
norma agama dan masyarakat. Menurut Riyardi S. dan
Purwanto T. (2013) respon maladaptif meliputi :
a. Manipulasi merupakan gangguan sosial dimana individu
memperlakukan orang lain sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah
laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap
kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk
berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan
individu sebagai subyek yang tidak dapat diduga, tidak
dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan tidak mampu
untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
c. Narsisme adalah respon sosial yang ditandai dengan
individu memiliki tingkah laku ogosentris, harga diri yang
rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang
lain.

5
2.1.3 Etiologi
Menurut Purba dkk (2008), terjadinya masalah isolasi sosial
dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang
mempengaruhi masalah isolasi sosial yaitu:
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas
perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi
gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas tersebut
tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan
sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.
Tabel 2.1.2 Tugas Perkembangan berhubungan dengan
pertumbuhan interpersonal
Tahap Perkembangan Tugas
Masa Bayi Menetapkan rasa percaya
Masa Bermain Mengembangkan otonomi dan awal
perilaku
Masa Prasekolah Belajar mununjukkan inisiatif, rasa
tanggung jawab, dan hati nurani
Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan
berkompromi
Masa Praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesama jenis kelamin
Masa Dewasa Muda Menjadi saling bergantung antara orang
tua dan teman, mencari pasangan,
menikah dan mempunyai anak
Masa Tengah Baya Belajar menerima hasil kehidupan yang
sudah dilalui
Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan ketertarikan
dengan budaya
(Stuart dan Sundeen, dalam Fitria,2009)
2. Faktor Komunikasi dalam Keluarga

6
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan
sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan
(double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota
keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau
lingkungan dapat menyebabkan hubungan sosial, dimana
setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut
usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan
dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis
Faktor biologis merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi gangguan dalam hubungan sosial. Organ
tubuh yang dapat mempengaruhi gangguan hubungan sosial
adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur
yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta
perubahan ukuran dan bentuk sel dalam limbic dan daerah
kortikal.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan
hubungan sosial juga dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga

7
tidak stabil, perpisahan dengan orang yang berarti (akibat
hospitalisasi).
2. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang
terjadi akibat kecemasan atau ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.
Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan
individu.
2.1.4 Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi
social menurut Dermawan D. dan Rusdi (2013) :
a. Gejala Subyektif
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh
orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Respon verbal kurang atau singkat
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan
orang lain
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat
keputusan
7. Klien merasa tidak berguna
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9. Klien merasa ditolak
b. Gejala Objektif
1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2. Tidak mengikuti kegiatan
3. Banyak berdiam diri di kamar
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan
orang yang terdekat

8
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6. Kontak mata kurang
7. Kurang spontan
8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9. Ekpresi wajah kurang berseri
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan
diri
11. Mengisolasi diri
12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13. Memasukan makanan dan minuman terganggu
14. Retensi urine dan feses
15. Aktifitas menurun
16. Kurang energi (tenaga)
17. Rendah diri
18. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin
(khusunya pada posisi tidur).
2.1.5 Patofisiologi
Individu yang mengalami isolasi sosial sering kali beranggapan
bahwa sumber/penyebab isolasi sosial itu berasal dari
lingkunganya. Padahalnya rangsangan primer adalah kebutuhan
perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik
sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut dengan orang
yang dicintai, dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat
mengancam harga diri (self estreem) dan kebutuhan keluarga
maupun perasaan tidak berharga, yang biasa dialami klien dengan
latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,
kekecewaan dan kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam
mengembangan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien
menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas
dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan
diri.Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku

9
masa lalu serta tingkah laku primitive antara lain pembicaraan yang
autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi (Ernawati Dalami
dkk,,2009: 10).
2.1.6 Pathways
Risiko Gangguan Persepsi Sensori Akibat
Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri (Core Problem)

Gangguan Konsep Harga Diri Rendah Penyebab

Sumber : Keliat, 2006


2.1.7 Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam
perjalanan dan tingkah laku masa lalu primitif antara lain
pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko
gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri,
orang lain serta lingkungan dan penurunan aktivitas sehingga dapat
menyebabkan defisit perawatan diri ( Rusdi, 2013 : 40)
2.2 Asuhan Keperawatan Teori
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data
dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan
pasien tersebut (Yosep & Sutini, 2014).
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor, sumber koping yang dimiliki klien.
Setiap melakukan pengajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal
dirawat isi pengkajian meliputi :
A. Identitas Klien Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tanggal MRS, informan, tanggal
pengkajian, no rumah klien dan alamt klien.

10
B. Keluhan Utama Keluhan biasanya berupa menyendiri
(menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada,
berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain,
tidak melakukan kegiatan sehari-hari, dependen.
C. Faktor Predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan, orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan
dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi
trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dipenjara tiba-tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan
negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
D. Faktor Fisik/Biologis
Hasil pengukuran tanda vita (TD, nadi, suhu, pernafasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
E. Aspek Psikososial
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
Untuk mengetahui apakah keluarga pasien ada yang
mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi.
b. Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c. Peran
Berubah atau terhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
d. Ideal diri

11
Mengungkapkan keputusan karena penyakitnya
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri dan kurang percaya diri.
f. Status mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mempertahankan
kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien
suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan
orang lain, adanya perasaan keputusan dan kurang
berharga dalam hidup.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan wc, membersihkan dan merapikan
pakaian.
3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien
terlihat rapi.
4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat
beraktivitas didalam dan diluar rumah.
5. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan
benar.
h. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakannya pada orang lain (lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
i. Aspek medik

12
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy
farmakologi ECT, psikomotor, therapy okopasional,
TAK, dan rehabilitas.
Format Pengkajian ini dibuat guna mendapatkan semua data
relevan tentang masalah pasien sekarang, dulu atau mendatang,
sehingga diperoleh suatu dasar yang lengkap.
Format pengkajian pasien isolasi sosial dan masalah keperawatan
(Keliat & Akemat, 2009)
a. Orang yang berarti bagi pasien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat.
c. Hambatan hubungan dengan orang lain.
Dengan masalah keperawatan :
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh
orang lain.
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang
lain.
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
f. Pasien merasa tidak berguna.
g. Pasien merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi dua
macam seperti berikut :
a. Data objektif yang ditemukan secara nyata. Data ini
didapatkan melalui observasi dan pemeriksaan langsung oleh
perawata.
1) Tidak memiliki teman dekat
2) Menarik diri
3) Tidak komunikatif
4) Tindakan berulang dan tidak bermakna
5) Asyik dengan fikirannya sendiri
6) Tidak ada kontak mata

13
7) Tampak sedik, afek tumpul.
b. Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh
pasien dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara
perawat kepada pasien dan keluarga.
1) Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang
disekitarnya (keluarga dan tetangga)?
2) Apakah pasien memiliki teman dekat?
3) Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang
terdekat dengannya?
4) Apa yang pasien inginkan dari orang-orang sekitarnya?
5) Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami pasien?
6) Apakah ada yang menghambat hubungan harmonis antara
pasien dan orang sekitanya?
7) Apakah pasien merasa bahwa waktu begitu lama berlalu?
8) Apakah pernah perasaan ragu untuk dapat melanjutkan
hidup?
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah pasien dari
kelompok data yang dikumpulkan. Kemungkinan kasimpulan
adalah sebagai berikut : (Anna & Keliat, 2009).
a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
1) Pasien dapat memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi
hanya memerlukan pemeliharaan kesehatan dan
memerlukan tindak lanjut (follow up) secara perioditik
karena tidak ada masalah, serta pasien telah mempunyai
pengetahuan untuk antisipasi masalah.
2) Pasien memerlukan peningkatan atau kesehatan berupa
upaya prepensi dan promosi, sebagai program antisipasi
terhadap masalah.
b. Ada masalah dengan kemungkinan
1) Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang
dapat menimbulkan masalah.

14
2) Aktual terjadi masalah disertai data pendukung Dari data
yang dikumpulkan dengan menggunakan format
pengkajian, perawat langsung merumuskan masalah
keperawatan pada setiap kelompok data yang terkumpul
untuk merumuskan masalah tentang diagnosis
keperawatan dan masalah kolaboratif.
Berdasarkan data-data tersebut diatas dapat dibuat pohon
masalah yaitu:
Risiko Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi
(Effect)

Isolasi Sosial
(Core problem)

Harga diri
rendah kronik
(Causa)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan interprestasi ilmiah dari
data pengkajian yang digunakan untuk mengarahkan perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan. (Damaiyanti & Iskandar,
2012). Risiko Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Effect Isolasi
Sosial Core Problem Harga Diri Rendah Kronik Causa Ada
beberapa diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
isolasi sosial (Damaiyanti & Iskandar, 2012) yaitu :
a. Isolasi sosial b.d ketidakadekuatan sumber daya
personal(pengangguran/tidak bekerja) d.d merasa ingin
sendirian, menarik diri, tidak berminat berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungan, tidak mampu memenuhi
harapan,tidak ada kontak mata (D.0121)

15
b. Harga diri rendah situasional b.d perubahan peran social d.d
menilai diri tidak berguna, bebicara pelan dan lirih, menolak
interaksi dengan orang lain, berjalan merunduk, kontak mata
kurang (D.0067)
c. Gangguan persepsi sensorik b.d gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran,(halusinasi) d.d mendengar suara
bisikan atau melihat bayangan, distorsi sensori, respon tidak
sesuai, bersikap seolah melihat, mendengar sesuatu (D.0085)

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Perencanan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang. Hal-hal ini yang akan dikerjakan dimasa
mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan,
perencanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan
tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilakukan. Perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan
mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam suatu
organisasi, perencanaan merupakan pola fikir yang dapat
menentukan keberhasilan suatu kegiatan selanjutnya dan
perencanaan keperawatan mencakup perumusan diagnosis, tujuan
umum, tujuan khusus serta rencana tindakan (Keliat & Akemat,
2009).
Menurut Damiyanti & Iskandar (2012) setelah dibuat
perumusan masalah dan diagnosis keperawatan ditegakkan dapat
melakukan rencana keperawatan untuk diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan:
1. Isolasi sosial b.d ketidakadekuatan sumber daya
personal(pengangguran/tidak bekerja) d.d merasa ingin
sendirian, menarik diri, tidak berminat berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungan, tidak mampu memenuhi
harapan,tidak ada kontak mata (D.0121)
Tujuan :

16
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap
Kriteria hasil : Slki.L.13116
1. Minat terhadap aktivitas meningkat
2. Perilaku menarik diri menurun
3. Efek murung/sedih menurun
Intervensi :Siki 1.13498
1. Mengidentifikasi kemampuan melakukan interaksi
dengan orang lain
2. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu
hubungan
3. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu
hubungan
4. Motivasi berinteraksi diluar lingkungan
5. Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
6. Latih mengekspresikan marah dengan tepat

2. Harga diri rendah situasional b.d perubahan peran social d.d


menilai diri tidak berguna, bebicara pelan dan lirih, menolak
interaksi dengan orang lain, berjalan merunduk, kontak mata
kurang (D.0067)
Tujuan :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

17
4. Klien dapat (menetapkan) kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki. 5.) Klien dapat melakukan
kegiatan sesuai kondisi sakit.
5. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Kriteria hasil : Slki.L.09070.
1. Perilaku konsisten meningkat
2. Hubungan yang efektif meningkat
3. Kebingungan dengan tujuan hidup menurun
4. Persepsi terhadap diri membaik
Intervensi : Siki 1.12463
1. Identifikasi harapan untuk mengendalikan prilaku.
2. Diskusikan tanggung jawab terhadap prilaku.
3. Jadwalkan kegiatan terstruktur.
4. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan.
5. Bicara dengan nada rendah dan tenang.
6. Hindari sikap mengancam dan berdebat.
7. Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif.
3. Gangguan persepsi sensorik b.d gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran,(halusinasi) d.d mendengar suara
bisikan atau melihat bayangan, distorsi sensori, respon tidak
sesuai, bersikap seolah melihat, mendengar sesuatu (D.0085)
Tujuan :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengenali halusinasinya.
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasi.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria hasil : Slki.L.09083
1. Verbalisasi mendengar bisikan menurun.
2. Verbalisasi melihat bayangan menurun

18
3. Perilaku halusinasi menurun
4. Menarik diri menurun
Intervensi :
1. Monitor prilaku yang mengindikasi halusinasi.
2. Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan atau
membahayakan diri).
3. Pertahankan lingkungan yang aman.
4. Hindari perdebatan tentang viliditas halusinasi.
5. Anjurkan bicara pada orang yang percaya untuk memberi
dukungan dan ympan balik korektif terhadap halusinasi.
6. Anjarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi
7. Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas,
jika perlu
2.2.4 Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan merupakan standar dari asuhan
keperawatan yang berhubungan dengan aktivitas keperawatan
profesional yang dilakukan oleh perawat, dimana implementasi
dilakukan ada pasien, keluarga dan komunitas berdasarkan
rencana keperawatan yang dibuat.
Dalam mengimplementasikan intervensi, perawat
kesehatan jiwa menggunakan intervensi yang luas yang dirancang
untuk mencegah penyakit meningkat, mempertahankan, dan
memulihkan kesehaatan fisik dan mental. Kebutuhan pasien
terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan
kebutuhannya. Melalui standar pelayanan dan asuhan
keperawatan. Pedoman yang dibuat untuk tindakan pada pasien
baik secara individual, kelompok maupun terkait dengan ADL
(Activity Daily Living).
Dengan adanya perincian kebutuhan waktu, diharapkan
setiap perawat memiliki jadwal harian masing-masing pasien
sehingga waktu kerja perawat menjadi lebih efektif dan efisien
(Keliat & Akemat, 2009).

19
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian,
diagnosis, perencanaan, dan implementasi (Rasdal & Mary, 2014).
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai afek dari
tindakan pada pasien.
Evaluasi dilakukan secara terus-menerus pada respon
pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi
dibagi menjadi dua, evaluasi proses atau formatif, yang dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif
yang dilakukan dengan membandingkan antara respon pasien dan
tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Keliat, 2006).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan :
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan.
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang telah
dilakukan
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah
baru
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak
lanjut oleh perawat.
Didalam evaluasi ada terdapat dua menurut Damaiyanti
(2014), sebagai berikut :
a. Planning perawat adalah apa tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan.
b. Planning klien adalah memotivasi klien agar klien mampu
melaksanakan kegiatan hariannya.

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

3.1 PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Ruangan : Yayasan Pemenangan Jiwa
Tanggal MRS : 01 Maret 2021
Tangggal Pengkajian : 04 Maret 2021
Inisial : Tn. Y
(L/P) : Laki – Laki
Umur : 49 tahun
RM No. : 123.xxx
Informan : Status klien dan komunikasi dengan klien
II. ALASAN MASUK
Pada tanggal 01 Maret 2021 keluargag kloen mebawa klien ke yayasan
penenang jiwa Jl Nusa Indah III, Simpang Selayang, pasien sudah pernah
dirawat 1 kali di rumah sakit tuntungan dan rumah sakit jiwa atma bima 2
kali, alasan klien masuk ke yayasan pemenangan jiwa adalah pasien
karena klien sulit mencari kerja, gagal kuliah, stress, bicara sendiri,
gelisah, merasakan sedih, dan kurang tidur.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami gangguan jiwa dan
dirawat rumah sakit tuntungan 1 kali dan rumah sakit jiwa bina atma 2
kali
2) Pengobatan sebelumnya
Klien dirawat di rumah sakit tuntungan 1 kali dan rumah sakit jiwa
bina atma 2 kali
3) Kejadian yang pernah dialami

21
a. Aniaya fisik : Klien mengatakan tidak pernah
mendapatkan aniyaya fisik
b. Aniaya seksual : Klien mengatakan tidak pernah
mendapatkan aniyaya seksual
c. Penolakan : Klien mengatakan menolak untuk
berinteraksi dengan orang diluar karena klien merasa minder
karena sudah tidak bekerja lagi dan harapan untuk memenuhi
kebahagian keluarganya hilang
d. Kekerasan dalam keluarga : Klien tidak mengalami kekerasan
dalam keluarga tetapi klien merasa dibuang oleh keluarga
e. Tindakan kriminal : Klien tidak pernah mengalami tidnakan
criminal
Masalah Keperawatan : isolasi social dan harga diri rendah
situasional
4) Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Klien mengatakan anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan klien menjadi pengangguran dan tidak bisa
memenuhi harapanya untuk membahagiakan keluarganya
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1) Tanda vital :
- TD : 120/80 mmHg
- N : 75x/menit
- S : 37ºC
- P : 20x/menit
2) Ukur :
- TB : 145 cm
- BB : 65kg
3) Keluhan fisik

22
Klien mengatakan tidak terdapat keluhan fisik
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL
1) Genogram

Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, pasien memiliki 2


orang adik perempuan dimana semua sudah berkeluarga, ayahnya dan ibu
telah meninggal dunia.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

2) Konsep diri
a. Gambaran diri : Pasien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya
dan tidak ada yang cacat.

23
b. Identitas : Pasien mengatakan hanya lulusan SMA
tetapi sempat kuliah di salah satu universitas yang berada di
medan, tetapi tidak menyelesaikannya.
c. Peran : Pasien mengatakan anak keempat dari enam
bersaudara.
d. Ideal diri : Pasien mengatakan menyadari sakitnya dan ingin
cepat sembuh.
e. Harga diri : Pasien mengatakan merasa dirinya di buang oleh
keluarga
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah situasional
3) Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Anak laki-lakinya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Klien mengikuti kegiatan kelompok di lingkungan rumah
yaitu STM (Serikat Tolong Menolong) karena kegiatan ini
sosialnya sangat baik
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain :
Klien sering tertutup dengan lingkunganya karena tidak mau
terbuka dengan keadaanya yang dialmi pasien
Masalah keperawatan: Harga diri rendah
4) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Klien beragama Katolik dan klien menyakini adanya Tuhan
Yang maha Esa
b. Kegiatan ibadah :
Klien jarang beribadah selama di yayasan pemenang jiwa
sumatera..
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
keperawatan
VI. STATUS MENTAL
1) Penampilan

24
Penampilan pasien rapi seperti berpakaian biasa pada umumnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
2) Pembicaraan
Pembicaraan dengan klien lambat dan sedikit berbelit namun tetap
dapat ditangkap maksud dari pembicaraannya
Masalah Keperawan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
3) Aktivitas Motorik
Lesu / Tegang / Gelisah / Agitasi
Tik / Grimasen / Tremor / Kompulsif
Jelaskan : Klien terlihat gelisah karena merasa banyak pikiran yang
mengganggu
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah situasional
4) Alam perasaaan
Sedih / Ketakutan / Putus asa / Khawatir / Gembira berlebihan
Jelaskan : Klien merasakan putus asa akibat hal-hal yang selalu ia
harapkan tidak ada yang terwujud atau berjalan sesuai dengan
keinginannya
Masalah Keperawatan : Keputusasaan
5) Afek
Datar / Tumpul / Labil / Tidak sesuai
Jelaskan : Perasaan dan emosi (afek) yang dirasakan klien cenderung
datar karena ia tidak merasakan kebahagiaan yang seharusnya ia
peroleh dari hal-hal yang dia inginkan contohnya yaitu mendapat
pekerjaan yang layak, serta dapat menuntaskan kuliahnya dengan baik.
Masalah Keperawatan : Keputusasaan
6) lnteraksi selama wawancara
Bermusuhan / Tidak kooperatif / Mudah tersinggung
Kontak mata (-) Defensif Curiga
Jelaskan : Klien kurang atau tidak dapat mempertahankan kontak mata
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah situasional
7) Persepsi
Pendengaran, Penglihatan, Perabaan, Pengecapan

25
Jelaskan : Klien tidak mengalami masalah persepsi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8) Proses Pikir
Sirkumtansial, tangensial, kehilangan asosiasi flight of idea blocking,
pengulangan pembicaraan/persevarasi
Jelaskan : Klien sulit untuk memulai suatu pembicaraan dan lebih
condong mengarah ke sirkumtansial, harus dipancing-pancing terlebih
dahulu baru menjawab dengan pelan dan lirih serta jawaban yang
diutarakan berbelit-belit namun makna nya dapat ditangkap
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
9) Isi Pikir
Obsesi. Fobia Hipokondria, Depersonalisasi ide yang terkait pikiran
magis, Waham, Agama Somatik Kebesaran, Curiga nihilistic sisip
pikir, Kontrol pikir
Jelaskan : Klien tidak mengalami masalah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10) Tingkat kesadaran
Bingung / sedasi / stupor / disorientasi
Jelaskan : Klien tidak mengalami masalah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11) Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya ingat jangka
pendek,gangguan daya ingat saat ini konfabulasi
Jelaskan : Klien tidak mengalami masalah pada daya ingatnya karena
ketika diminta untuk menjawab pertanyaan seputar apa yang pernah ia
jalani dan alami dulu, ia mampu menjawab
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah berali. tidak mampu konsentrasi, tidak mampu berhitung
sederhana
Jelaskan : Klien tidak mampu berkonsentrasi dengan baik karena
keluhan stress yang dirasakan

26
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah situasional
13) Kemampuan penilaian
Gangguan ringan, gangguan bermakna
Jelaskan : Klien tidak mengalami gangguan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14) Daya tarik diri
Mengingkari penyakit yang diderita, menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
Jelaskan : Klien tidak menyalahkan orang lain atau hal-hal di luar
dirinya, tapi ia lebih menyalahkan diri sendiri dan menarik diri serta
merasa kurang berharga dalam hidupnya
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah situasional
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Makan
Bantuan minimal / Bantuan total
Jelaskan : Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
dengan baik dengan bantuan miniman dari perawat
2) BAB/BAK
Bantuan minimal / Bantual total
Jelaskan : Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan wc
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
3) Mandi
Bantuan minimal / Bantuan total
Jelaskan : Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi.
4) Berpakaian/berhias
Bantuan minimal / Bantual total
Jelaskan : Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
serta klien mampu membersihkan dan merapikan pakaian.
5) Istirahat dan tidur
- Tidur siang lama : Klien jarang tidur siang
- Tidur malam lama : 5 s/d 7 jam

27
- Kegiatan sebelum / sesudah tidur
Jelaskan : Tidak ada kegiatan rutin yang dilakukan klien baik sebelum
maupun setelah tidur, klien hanya sulit tidur
6) Penggunaan obat
Bantuan minimal / Bantual total
Jelaskan : Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan baik
dan benar
7) Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan : Ya / tidak
Perawatan pendukung : Ya / tidak
8) Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan : Ya / tidak
Menjaga kerapihan rumah : Ya / tidak
Mencuci pakaian : Ya / tidak
Pengaturan keuangan : Ya / tidak
9) Kegiatan di luar rumah
Belanja : Ya / tidak
Transportasi : Ya / tidak
Lain-lain : Ya / tidak
Jelaskan : Klien kebanyakan dapat melakukan kegiatan dengan
sebagaimana mestinya, namun pada kegiatan tertentu ia cenderung
menghindar seperti contoh kegiatan yang membutuhkan kefokusan dan
kemungkinan yang berhubungan atau interaksi dengan orang lain
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif / Maladaptif
Bicara dengan orang lain, minum alkohol, mampu menyelesaikan masalah
reaksi lambat/berlebih, teknik relaksasi bekerja berlebihan, aktivitas
konstruktif menghindar, Olahraga mencederai diri
Lainnya : Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakannya pada orang lain (lebih sering menggunakan koping
menarik diri).

28
Masalah Keperawatan :Isolasi sosial
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:
1) Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Klien lebih suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan
orang lain. Orang di sekitar yang dapat memahaminya saat ini masih
hanya keluarga dan beberapa teman dekat
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Klien tidak memiliki masalah yang berhubungan dengan lingkungan
3) Masalah dengan pendidikan, spesifik
Klien gagal dalam hal perkuliahan karena ia tidak dapat menuntaskan
pendidikannya sampai lulus atau sarjana
4) Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Klien mengalami masalah dalam pekerjaannya yaitu klien sulit
mencari kerja serta menjadi pengangguran dan merasa tidak bisa
memenuhi harapanya untuk membahagiakan keluarganya
5) Masalah dengan perumahan, spesifik
Klien tidak memiliki masalah dengan perumahan
6) Masalah ekonomi, spesifik
Karena klien sulit mendapat pekerjaan sehingga dalam memenuhi
kebutuhannya klien masih harus bergantung pada keluarga
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Klien tidak memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah situasional
X. Pengetahuan Kurang Tentang:
Penyakit jiwa system pendukung
Faktor presipitasi penyakit fisik
Koping obat-obatan
Lainnya : Klien mengeluh stress namun dapat tetap menjalankan
pengobatan dengan baik
Masalah Keperawatan : Keputusasaan

XI. Aspek Medik

29
Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid episode berulang
Terapi Medik :
1. Clozapine 25 mg 2x1
2. Inj. Diazepam 1 amp/hari
3. Inj. Lodomer 1 amp/hari
4. Respridon 2mg 2x1

3.2 ANALISA DATA

N Pengelompokan Data Masalah


O
1. DS
1. Klien mengatakan jarang mengobrol Isolasi Sosial
dengan keluarga
2. Klien mengatakan lebih sering
menyendiri.
3. Klien mengatakan tidak mempunyai
teman dekat.
DO
1. Klien sering menghindari pembicaraan
2. Cara bicara klien lemah dan dengan
nada rendah
3. Klien lebih sering menyendiri
2. DS
1. Klien mengatakan merasa minder karena Harga diri rendah
sudah tidak kerja lagi/pengangguran.
2. Klien mengatakan tidak bisa memenuhi
harapannya untuk membahagiakan
keluarganya
DO
1. Kontak mata kurang
2. Tidak mau berinteraksi dengan orang
lain.

30
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan Ditemukan masalah Masalah Teratasi


Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Isolasi sosial b.d 04 Maret
ketidakadekuatan sumber daya 2021
personal(pengangguran/tidak
bekerja) d.d merasa ingin
sendirian, menarik diri, tidak
berminat berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungan,
tidak mampu memenuhi
harapan,tidak ada kontak mata
(D.0121)
2. Harga diri rendah situasional 04 Maret
b.d perubahan peran social d.d 2021
menilai diri tidak berguna,
bebicara pelan dan lirih,
menolak interaksi dengan
orang lain, berjalan merunduk,
kontak mata kurang (D.0067)

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Tindakan Rasional


. Kriteria Hasil Keperawatan
1. Isolasi sosial b.d Setelah dilakukan 1. Mengidentifikasi 1. Untuk
ketidakadekuatan sumber intervensi 3x24 kemampuan mengetahui
daya jam maka melakukan kemampuan
diharapkan
personal(pengangguran/tidak interaksi dengan perkembnag
kemampuan
bekerja) d.d merasa ingin orang lain an klien
hubungan yang
sendirian, menarik diri, tidak 2. Motivasi 2. Untuk
erat, hangat,dan
berminat berinteraksi dengan meningkatkan membantu
tebuka kepada
orang lain dan lingkungan, keterlibatan pasien

31
tidak mampu memenuhi orang lain dalam suatu meningkatka
harapan,tidak ada kontak meningkat dengan hubungan n hubungan
mata (D.0121) kriteria hasil : 3. Motivasi social
1. Minat berinteraksi 3. Untuk
terhadap diluar membantu
aktivitas lingkungan pasien agar
meningkat 4. Anjurkan bisa kembali
2. Perilaku berinteraksi berinteraksi
menarik diri dengan orang di luar
menurun lain secara lingkungan
3. Efek bertahap 4. Untuk
murung/sedi 5. Latih membiasaka
h menurun mengekspresika n kembali
n marah dengan diri pasien
tepat nerinteraski
dengan
orang lain
5. Untuk
mengatur
emosi klien
2. Harga diri rendah situasional Setelah 1. Identifikasi 1. Untuk
b.d perubahan peran social dilakukan harapan untuk mengetahui
d.d menilai diri tidak asuhan mengendalikan perkembang
berguna, bebicara pelan dan keperawatan prilaku. an klien
lirih, menolak interaksi 3x24 jam 2. Diskusikan 2. Untuk
dengan orang lain, berjalan diharapkan tanggung jawab membanu
merunduk, kontak mata kemampuan terhadap klien agar
kurang (D.0067) mempertahankan prilaku. mau
keutuhan 3. Bicara dengan meneceritak
persepsi nada rendah dan an
terhadap diri tenang. kondisinya
kline meningkat 4. Hindari sikap 3. Agar klien
dengan kriteria mengancam dan mau diajak

32
hasil : berdebat. bicara
1. Perilaku 5. Informasikan kembali
konsisten keluarga bahwa 4. Agar
meningkat keluarga sebagai kondisi
2. Hubungan dasar klien tetap
yang efektif pembentukan tenang
meningkat kognitif. 5. Agar
3. Kebingungan keluarga
dengan mengerti
tujuan hidup bahwa
menurun keluarga jug
4. Persepsi atermasuk
terhadap diri salah satu
membaik dukungan
kesembuhan
klien

3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Tanda Tangan


1. Isolasi sosial b.d Hari I : Kamis, 4 Maret 2021
ketidakadekuatan sumber Pukul 09.00 WIB
daya 1. Mengidentifikasi kemampuan
personal(pengangguran/tidak melakukan interaksi dengan
bekerja) d.d merasa ingin orang lain
sendirian, menarik diri, tidak Respon : klien masih menarik
berminat berinteraksi dengan diri dan enggan memulai
orang lain dan lingkungan, pembicaraan
tidak mampu memenuhi Pukul 09.15 WIB
harapan,tidak ada kontak 2. Motivasi meningkatkan
mata (D.0121) keterlibatan dalam suatu
hubungan
Respon : klien berusaha

33
memahami
Pukul 09.25 WIB
3. Motivasi berinteraksi diluar
lingkungan
Respon : Klien memahami dan
berusaha mencoba melakukan
Pukul 09.35 WIB
4. Anjurkan berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
Respon : Klien masih enggan
berinteraksi secara dekat dengan
orang lain
Pukul 09.45 WIB
5. Latih mengekspresikan marah
dengan tepat
Respon : Klien cenderung diam
dan merenng
Hari II : Jum’at, 5 Maret 2021
Pukul 13.00 WIB
1. Mengidentifikasi kemampuan
melakukan interaksi dengan
orang lain
Respon : Klien mulai kooperatif
Pukul 13.15 WIB
2. Motivasi berinteraksi diluar
lingkungan
Respon : Klien memahami dan
mau melakukan
Pukul 13.25 WIB
3. Anjurkan berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
Respon : Klien mulai mau
melakukan namun harus

34
dipancing atau kita yang
memulai dahulu
Pukul 03.35 WIB
4. Latih mengekspresikan marah
dengan tepat
Respon : Klien mulai mau
mendengarkan intruksi dan
mencoba melakukan
Hari III : Sabtu, 6 Maret 2021
Pukul 10.00 WIB
1. Anjurkan berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
Respon : Klien mampu
berinteraksi secara bertahap
Pukul 10.15 WIB
2. Latih mengekspresikan marah
dengan tepat
Respon : Klien mulai mampu
mengekspresikan amarahnya
dengan tepat
Harga diri rendah situasional Hari I : Kamis, 4 Maret 2021
b.d perubahan peran social Pukul 13.00 WIB
d.d menilai diri tidak 1. Identifikasi harapan untuk
berguna, bebicara pelan dan mengendalikan prilaku.
lirih, menolak interaksi Respon : Klien kooperatif
dengan orang lain, berjalan Pukul 13.10 WIB
merunduk, kontak mata 2. Diskusikan tanggung jawab
kurang (D.0067) terhadap prilaku.
Respon : Klien kooperatif
namun belum bisa memahami
penuh
Pukul 13.20 WIB
3. Bicara dengan nada rendah dan

35
tenang.
Respon : Klien dapat melakukan
Pukul 13.30 WIB
4. Hindari sikap mengancam dan
berdebat
Respon : Klien nampak diam
Pukul 13.40 WIB
5. Informasikan keluarga bahwa
keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif.
Respon : Keluarga klien
kooperatif namun klien masih
tetap menyalahkan diri sendiri
dan menghindar dari keluarga
Hari II : Jum’at, 5 Maret 2021
Pukul 10.00 WIB
1. Diskusikan tanggung jawab
terhadap prilaku.
Respon : Klien kooperatif dan
mulai bisa memahami penuh
Pukul 10.10 WIB
2. Bicara dengan nada rendah dan
tenang
Respon : Klien dapat melakukan
Pukul 10.20 WIB
3. Informasikan keluarga bahwa
keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif
Respon : Keluarga klien
kooperatif, keluarga mulai
melakukan pendekatan atau
komunikasi lebih dekat dengan
klien

36
Hari III : Sabtu, 6 Maret 2021
Pukul 10.00 WIB
1. Diskusikan tanggung jawab
terhadap prilaku.
Respon : Klien kooperatif dan
bisa memahami penuh
Pukul 10.10 WIB
2. Informasikan keluarga bahwa
keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif
Respon : Keluarga klien
kooperatif, klien mulai mau
berkomunikasi dengan keluarga

3.6 EVALUASI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Tanda Tangan


Catatan Perkembangan
1. Isolasi sosial b.d Hari I : Kamis, 4 Maret 2021
ketidakadekuatan sumber (Pukul 09.00 WIB)
daya personal  S : klien masih menarik diri
(pengangguran/tidak  O : enggan memulai
bekerja) d.d merasa ingin pembicaraan, serta
sendirian, menarik diri, tidak menghindar dari kerumunan
berminat berinteraksi dengan  A : masalah belum teratasi
orang lain dan lingkungan,  P : intervensi dilanjutkan
tidak mampu memenuhi 1. Mengidentifikasi
harapan,tidak ada kontak kemampuan melakukan
mata (D.0121) interaksi dengan orang
lain
2. Motivasi berinteraksi
diluar lingkungan
3. Anjurkan berinteraksi

37
dengan orang lain secara
bertahap
4. Latih mengekspresikan
marah dengan tepat
Hari II : Jum’at, 5 Maret 2021
(Pukul 13.00 WIB)
 S : klien mulai mencoba
berinteraksi dengan orang
lain
 O : sudah tidak menghindar
namun masih harus
dipancing berbicara/diajak
cerita terlebih dahulu
 A : masalah belum teratasi
 P : intervensi dilanjutkan
1. Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
2. Latih mengekspresikan
marah dengan tepat
Hari III : Sabtu, 6 Maret 2021
(Pukul 10.00 WIB)
 S : klien mulai terbuka dan
mulai nyaman dengan
keadaan sekitar
 O : sudah mulai mau
bercerita, merasa termotivasi
 A : masalah teratasi
 P : intervensi dihentikan
2. Harga diri rendah situasional Hari I : Kamis, 4 Maret 2021
b.d perubahan peran social Pukul 13.00 WIB
d.d menilai diri tidak  S : Klien masih menarik diri
berguna, bebicara pelan dan dari keluarga karena masih

38
lirih, menolak interaksi menyalahkan diri sendiri
dengan orang lain, berjalan  O : Klien kurang kooperatif
merunduk, kontak mata saat keluarga mengajak
kurang (D.0067) komunikasi
 A : masalah belum teratasi
 P : intervensi dilanjutkan
1. Diskusikan tanggung
jawab terhadap prilaku.
2. Bicara dengan nada
rendah dan tenang
3. Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif
Hari II : Jum’at, 5 Maret 2021
Pukul 10.00 WIB
 S : Klien masih belum bisa
nyaman dan berdamai
dengan diri sendiri
 O : klien tampak kurang
kooperatif saat diajak
komunikasi dan lebih
memilih diam
 A : masalah belum teratasi
 P : intervensi dilanjutkan
Hari III : Sabtu, 6 Maret 2021
Pukul 10.00 WIB
 S : Klien mulai nyaman dan
bisa berkomunikasi dengan
keluarga melalui pendekatan
yang dilakukan oleh keluarga
 O : klien mau berbicara dan

39
bercerita
 A : masalah teratasi
 P : intervensi dihentikan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang secara
signifikan di dunia, termasuk di negara Indonesia. Kesehatan jiwa menurut
WHO (World Health organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa

40
sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidupnya serta mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (WHO 2016).
Masalah kesehatan jiwa yang di duga terjadi paling banyak saat ini adalah
skizofrenia Menurut Hawani (2016) skizofrenia adalah gangguan jiwa dimana
penderita tidak dapat menghadirkan realita (Reality Testing Ability /RTA)
dengan benar dan pemahaman diri sendiri (self-insight) yang buruk. Salah
satu gejala negatif dari skizofrenia adalah isolasi sosial: menarik diri.
kemunduran fungsi sosial dialami seseorang di dalam diagnosa keperawatan
jiwa disebut isolasi sosial.
Menurut Kemenkes (2019), Isolasi sosial merupakan keadaan penurunan
yang dialami seseorang untuk melakukan interaksi dengan orang lain, karena
pasien merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, serta tidak mampu
membangun hubungan yang berarti dengan orang lain atau orang
disekitarnya.
Individu yang mengalami isolasi sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahalnya
rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik
terhadap kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut
dengan orang yang dicintai, dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat
mengancam harga diri (self estreem) dan kebutuhan keluarga maupun
perasaan tidak berharga, yang biasa dialami klien dengan latar belakang yang
penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.

4.2 Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal
adalah:
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap
melakukan kontrol ke RSJ.

41
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan tim
medis lainnya guna memperlancar proses keperawatan.
3. Diharapkan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ
karena dapa membantu proses penyembuhan.

42
DAFTAR PUSTAKA

Laia, D. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. Y Dengan


Masalah Isolasi Sosial di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatra.

Sumarno, K. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. FPB Dengan Isolasi


Sosial: Menarik Diri Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Naimata
Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Kupang).

Susanti, R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan


Masalah Keperawatan Isolasi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensiKeperawatan Indonesia


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. StandarLuaranKeperawatan Indonesia


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai