Anda di halaman 1dari 45

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PADA UMKM TEMPE

BAPAK ABDUL MUNIR DI KAMAL, KABUPATEN


BANGKALAN

LAPORAN PRAKTIKUM
STUDI KELAYAKAN
BISNIS

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Bella Oktaviany Erianti 160321100032
Dian Akbarani Sahira 170321100011
Ninda Permatasari 170321100023
Abu Muhammad Royhan 170321100043

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN TEKNOLOGI DAN ILMU PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO
MADURA 2019
KATA PENGANTAR

Dengan ini kami memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul: “ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PADA
UMKM TEMPE BAPAK ABDUL MUNIR DI KAMAL, KABUPATEN
BANGKALAN”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini berkat tuntunan dari
Allah SWT serta bantuan dari berbagai pihak hingga laporan ini terselesaikan
pada waktunya. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan baik cara
penulisan maupun materi yang kami yang disampaikan. Namun, kami telah
berupaya dengan segala pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki untuk
menyelesaikan laporan ini. Untuk itu dengan rendah hati kami menerima segala
masukan serta saran agar laporan ini menjadi lebih baik dan diterima oleh
pembaca.
Akhir kata kami berharap semoga laporan mini riset ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi bagi pembaca.

Bangkalan, 22 September 2019

Penyusun

i
ABSTRAK

Mini riset ini dilakukan di UMKM Tempe Abdul Munir didirikan oleh Bapak
Abdul Munir selaku pemilik UMKM tempe yang berlokasi di Kampung Sawah RT
03/RW 9, Banyuajuh Kamal. Tujuan dari mini riset ini adalah untuk mengetahui
kelayakan usaha tempe ini yang ditinjau dari beberapa aspek yaitu aspek
legalitas, aspek teknik, aspek pasar dan pemasaran, aspek finansial, aspek
manajemen organisasi, aspek sosial dan ekonomi, dan aspek lingkungan
hidup.Penentuan tempat penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa
di Kampung Sawah terdapat salah satu unit usaha yang jarang diketahui oleh
masyarakat namun memiliki cukup potensi. Data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi data primer dengan dukungan dari data sekunder. Teknik
pengumpulan data yang kami gunakan yaitu wawancara, observasi, dan
dokumen. Hasil dari miniriset ini diperoleh bahwa UMKM Tempe bapak Munir
tidak memiliki legalitas, Kebutuhan kedelai yang digunakan untuk produksi tempe
sebesar 50 kg per hari. Teknologi yang digunakan pada usaha tempe milik
Bapak Abdul Munir ini masih berupa mesin sederhana, tempe bapak Abdul Munir
ini dipasarkan di berbagai pasar yaitu pasar Kamal, pasar Socah, Pasar
Kwanyar, dan pasar Klobungan, ditinjaau dari aspek finansial pada usaha produk
tempe bapak Abdul Munir sudah tergolong layak, namun UMKM ini belum
memiliki struktur organisasi, usaha produk tempe bapak Abdul Munirini juga
mendapat respon baik dari masyarakat sekitar karena dapat memberikan
keuntungan bagi masyrakat dan lingkungan sekitar, serta pengolahan limbah
yang sudah dikelola dengan baik, maka dapat disimpulkan bahwa UMKM Tempe
Bapak Munir ini layak.

Kata Kunci: UMKM Tempe, kelayakan usaha, studi kelayakaan bisnis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
ABSTRAK.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I.................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................3
BAB II................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5
2.1 Kerangka Teoritis........................................................................................5
2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis.......................................................5
2.1.2 Aspek Teknis........................................................................................6
2.1.3 Aspek Pasar dan Pemasaran...............................................................7
2.1.4 Aspek Manajemen Organisasi............................................................10
2.1.5 Aspek Legalitas..................................................................................10
2.1.6 Aspek Finansial..................................................................................11
2.1.7 Aspek Lingkungan Hidup....................................................................13
2.2 Penelitian Terdahulu.................................................................................14
BAB III................................................................................................................ 16
METODE PENELITIAN.......................................................................................16
3.1 Lokasi Penelitian.......................................................................................16
3.2 Metode Penentuan Tempat Penelitian......................................................16
3.3 Jenis dan Sumber Data.............................................................................16
3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................16
3.4.1 Wawancara.........................................................................................16
3.4.2 Observasi............................................................................................16
3.4.3 Dokumen............................................................................................17
BAB IV................................................................................................................ 18
PEMBAHASAN...................................................................................................18
4.1 Gambaran Umum......................................................................................18
4.2 Aspek-Aspek.............................................................................................19
4.2.1 Aspek pasar dan pemasaran..............................................................19
4.2.2 Aspek manajeman dan organisasi......................................................23
4.2.3 Aspek teknis.......................................................................................23
BAB V................................................................................................................. 27
PENUTUP........................................................................................................... 32
5.1 Kesimpulan...............................................................................................32
5.2 Saran.........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
LAMPIRAN......................................................................................................... 35
KUISIONER........................................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kedelai merupakan salah satu komoditas pokok setelah padi dan
jagung. Komoditas kedelai mempunyai banyak sekali manfaat, salah satunya
sebagai bahan baku industri makanan. Kedelai dapat dijadikan sebagai
antioksidan serta dapat mencegah penyakit kanker. Oleh karena itu seiring
dengan tingkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya makanan sehat
maka diproyeksikan permintaan kedelai akan cenderung meningkat
mengingat kedelai merupakan salah satu tanaman palawija yang kaya
manfaat dengan harga terjangkau.
Kedelai dapat diolah menjadi berbagai olahan, sehingga banyak sekali
industri rumah tangga maupun pabrik-pabrik besar yang membuat produk
olahan dengan bahan baku kedelai. Menurut Suprapto (2001), kebutuhan
terhadap industri olahan yang berbahan baku kedelai seperti tahu,tempe,
tauco, kecap, susu kedelai dan bahan baku pakan ternak terus
meningkatdari tahun ke tahun. Salah satu olahan dari kedelai adalah tempe.
Tempe merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Seiring perkembangan waktu, tempe yang pada mulanya hanya
makanan tradisional, kini mulai diterima oleh masyarakat di berbagai
kalangan.
Secara teknis dalam proses pembuatan tempe terbilang cukup mudah.
Oleh karena itu perlu adanya ketekunan dan keseriusan dalam proses
membuatnya. Dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, produk tempe dapat
berpotensi menjadi suatu bisnis yang menjanjikan. Hal ini dikarenakan makin
sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi dan makanan yang sehat,
sehingga usaha tempe memiliki prospek yang terbuka luas.
Sektor pertanian mempunyai peranan yabng sangat besar dalam
pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang bercorak agraris
seperti Indonesia. Pembanguna ekonomi menitikberatkan pada bidang
pertanian atau biasa disebut agroindustri. Dalam sistem agribisnis,
agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama sama subsistem lain
membetuk agribisnis. Sistem agribisnis terdiri dari subsistem input
(agroindustri hulu), usaha tani (pertanian), sistem output (agroindustri hilir),
pemasaran dan penunjang. Dengan demikian pembangunan agroindustri

1
tidak dapat dilepaskan dari pembangunan agribisnis secara keseluruhan.
Pembangunan agroindustri akan dapat meningkatkan produksi, harga hasil
pertanian, pendapatan petani, serta dapat menghasilkan nilai tambah hasil
pertanian ( Masyhuri,2002).
Menurut sarwono (2000) tempe kedelai megandung protein sekitar
19,5% selain itu, tempe kedelai juga mengandung lemak sekitar 4%,
karbohidrat 9,4 %, vitamin B12 antara 3,9-5 mg per 100 g tempe. Adanya
kandungan vitamin B12 pada tempe, di pandang sebagai sesuatu yang unik.
Vitamin B12 diduga berasal dari kapang yag tumbuh dalam tempe, tapi ada
pula yang megatakan berasal dari unsur lain. Menurut curtis et all dalam
sarwono (2000), vitamin B12 pada tempe diproduksi oleh sejenis bakteri
yaitu klabsiella pneumoniae. Bakteri itu sebetulnya merupaka mikroba
kontaminasi. Vitamin B12 sangat berguna untuk membentuk sel-sel darah
merah dalam tubuh sehingga dapat mencegah terjadinya anemia (kurang
darah) dan tempe juga mengandung banyak mineral dan fosfor.
Bahan baku utama tempe adalah kacang kedelai. Daya tahan
tempe minim sekali, yaitu paling lama hanya 2 hari, Selain itu membusuk.
Namun, tempe yang membusuk masih dapat di olah menjadi sayuran atau
menjadi bumbu sayuran. Karena bahan baku tempe adalah kacang kedelai
maka tempe mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Tempe yang baik ialah
yang tidak ada campuran campuranya, misalkan ampas kedelai, onggok dan
sebagainya. Selain itu tempe yang baik di buat dari kacang kedelai yang
tidak busuk dan tidak banyak batu kecilnya, dan dipilah biji kedelai yang tua
serta berkilat dan agak berminyak (soedjono, 1995).
Komposisi tempe yang baik adalah sebagai berikut :
a. Kadar air : ± 66 %
b. Kadar protein : ± 20 %
c. Abu : ± 0,9 %
d. Karbohidrat : ± 3,9 %
e. Lemak : ± 9,7 %
f. Warna : putih keabu abuan
g. Bau dan rasa : normal
h. Bahan tambahan : bahan pengikat ± 1% zat warna negatif,
(Soedjono,1995).
Salah satu unit usaha yang mengelola dan memproduksi tempe adalah
Bapak Abdul Munir yang berlokasi di Kampung Karang Anyar, Kamal. Meski
usaha ini telah berdiri sejak 1998 namun masalah yang dihadapi masih
sangat konkrit, diantaranya tidak adanya label produk, masalah
ketenagakerjaan, dan masih banyak lagi. Berdasarkan uraian diatas, maka
perlu adanya suatu penelitian tentang analisis kelayakan usaha terhadap
usaha tersebut. Maka peneliti bermaksud untuk membuat laporan mini riset
yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PADA UMKM TEMPE
BAPAK ABDUL MUNIR DI KAMAL, KABUPATEN BANGKALAN”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Mengetahui aspek legalitas pada usaha produk tempe bapak Abdul
Munir?
2. Mengetahui aspek teknis pada usaha produk tempe bapak Abdul Munir?
3. Mengetahui aspek pasar dan pemasaran pada usaha produk tempe
bapak Abdul Munir?
4. Mengetahui aspek finansial pada usaha produk tempe bapak Abdul
Munir?
5. Mengetahui aspek manajemen organisasi pada usaha produk tempe
bapak Abdul Munir?
6. Mengetahui aspek sosial dan ekonomi pada usaha produk tempe bapak
Abdul Munir?
7. Mengetahui aspek lingkungan hidup pada usaha produk tempe bapak
Abdul Munir?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui aspek legalitas pada usaha produk tempe bapak Abdul Munir
2. Mengetahui aspek teknis pada usaha produk tempe bapak Abdul Munir
3. Mengetahui aspek pasar dan pemasaran pada usaha produk tempe
bapak Abdul Munir
4. Mengetahui aspek finansial pada usaha produk tempe bapak Abdul Munir
5. Mengetahui aspek manajemen organisasi pada usaha produk tempe
bapak Abdul Munir
6. Mengetahui aspek sosial dan ekonomi pada usaha produk tempe bapak
Abdul Munir
7. Mengetahui aspek lingkungan hidup pada usaha produk tempe bapak
Abdul Munir

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis


Menurut Agus Sucipto (2011) dalam bukunya Studi Kelayakan Bisnis
Analisis Integratif dan Studi Kasus, studi kelayakan bisnis dapat diartikan
dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit, studi kelayakan bisnis
adalah penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis
layak atau tidaknya suatu bisnis dibangun tetapi juga pada saat bisnis
tersebut beroperasi secara rutin dengan berhasil untuk memperoleh
keuntungan yang maksimal secara ekonomis. Sedangkan dalam arti luas,
studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang mendalam tentang dapat
tidaknya atau layak tidaknya rencana bisnis dilakukan dengan berhasil
dan menguntungkan (tidak hanya keuntungan ekonomis/finansial), akan
tetapi cenderung melihat kemanfaatan yang lebi luas (makro) bagi daerah
atau lokasi dimana bisnis tersebut dilaksanakan.
Adapun tiga manfaat yang ditimbulkan dari adanya studi
kelayakan bisnis, yaitu:
1. Manfaat finansial
Manfaat finansial diperoleh oleh pelaku bisnis jika bisnis tersebut
dirasa menguntungkan dibandingkan dengan resiko yang dihadapi.
2. Manfaat ekonomi nasional
Bisnis yang dijalankan tidak hanya menguntungkan secara
ekonomis saja tetapi juga bermanfaat bagi peningkatan ekonomi
negara secara makro. Misalnya, semakin banyak tenaga kerja yang
diserap, peningkatan devisa, membuka peluang bagi investasi yang
lain, dan lain sebagainya.
3. Manfaat sosial
Memberikan manfaat terutama bagi masyarakat di sekitar lokasi
bisnis tersebut dibangun.
Adapun tujuan pentingnya melakukan studi kelayakan bisnis
diantaranya:
1. Menghindaari resiko kerugian
Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menghindari risiko kerugian
keuangan dimasa yang akan datang yang penuh dengan
ketidakpastian. Kondisi seperti ini ada yang dapat diramalkan akan
terjadi atau terjadi tanpa diramalkan. Sehingga dalam hal ini studi
kelayakaan bisnis dilakukan untuk meminimalir resiko yang tidak
diinginkan.
2. Memudahkan perencanaan
Ramalan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang
dapat mempermudah dalam melakukan perencanaan. Dengan adanya
perencanaan yang baik, maka suatu usaha akan memiliki jadwal
pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan hingga pada waktu
yang telah ditentukan.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Berbagai rencana yang sudah disusun akan mempermudah
jalannya usaha. Rencana yang sudah disusun akan dijadikan acuan
dalam mengerjakan setiap tahap usaha, sehingga pekerjaan dapat
dilakukan secara sistematis dan dapat mecapai target sesuai
denganyang telah ditetapkan.
4. Memudahkan pengawasan
Pengawasan ini diperlukan agar tidak terjadi penyimpangan dari
rencana yang telah disusun. Disamping itu pelaksanaan usaha dapat
dilakukan secara sungguh-sungguh karena ada yang mengawasi.
5. Memudahkan pengendalian
Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk mengendalikan
pelaksanaan pekerjaan yan melenceng, sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
Studi kelayakan bisnis terdiri dari beberapa aspek, yaitu aspek
teknis, aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen organisasi, aspek
legalitas, aspek finansial, dan aspek lingkungan hidup.

2.1.2 Aspek Teknis


Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aspek
teknis diantaranya penentuan lokasi, penentuan luas produksi, penentuan
tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya
termasuk pemilihan teknologi, metode persediaan, dan sistem informasi
manajemen. Penelitian mengenai lokasi ini meliputi berbagai
pertimbangan, apakah harus dekat dengan bahan baku, tenaga kerja,
akses jalan, kemudahan listrik, kebersihan sumber air, atau pertimbangan
lainnya. Setelah ditelitinya pertimbangan tersebut, nantinya akan dipilih
lokasi terbaik yang dapat mengoptimalkan kinerja dari perusahaan serta
memaksimalkan laba yang akan didapat. Adapun beberapa pertimbangan
dalam penentuan lokasi usaha, yaitu: (Kasmir dan Jakfar, 2009)
1. Jenis usaha yang dijalankan
2. Apakah dekat dengan pasar atau konsumen
3. Apakah dekat dengan bahan baku
4. Apakah tersedia tenaga kerja
5. Tersedia sarana dan prasarana (transportasi, air, listrik)
6. Apakah dekat dengan pusat pemerintahan
7. Apakah dekat dengan lembaga keuangan
8. Apakah berada di kawasan industri
9. Kondisi adat istiadat/budaya/sikap masyarakat setempat
10. Legalitas yang berlaku di wilayah setempat

2.1.3 Aspek Pasar dan Pemasaran


Aspek pasar dan pemasaran ditinjau dari apakah perusahaan
memiliki peluang pasar yang diinginkan atau tidak. Terdapat beberapa
tahapan yang dilakukan peneliti dalam menganalisis aspek pasar dan
pemasaran ini. Seperti segmentation, targeting, positioning maupun
bauran pemasaran (marketing mix)

A. Segmentation (segmentasi pasar)


Segmentasi pasar berarti membagi pasar kedalam beberapa
kelompok pembeli yangberbeda yang mungkin memerlukan produk atau
marketing mix yang berbeda pula(Kasmir dan Jakfar, 2009). Hal ini
penting dilakukan karena pasar sangatluas serta terdapat pembeli yang
memiliki keinginan yang berbeda-beda. Perbedaaninilah yang dapat
menjadi peluang untuk menjadi pasar tersendiri.Dalam melakukan
pengelompokan segmentasi pasar ini, ada beberapa variabelyang harus
diperhatikan. Hal ini bertujuan agar segmentasi tepat sasaran.
Kesalahandalam pemilihan variabel dapat menyebabkan gagalnya
sasaran yang ingin dituju.Adapun variabel utama untuk melakukan
segmentasi pasar adalah: (Kasmir danJakfar, 2009).
1) Segmentasi berdasarkan geografis terdiri dari:
a) Bangsa
b) Provinsi
c) Kabupaten
d) Kecamatan
2) Segmentasi berdasarkan demografis terdiri dari:
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Pendapatan
d) Pekerjaan
e) Pendidikan
f) Keluarga
3) Segmentasi berdasarkan psikografis terdiri dari:
a) Kelas sosial
b) Gaya hidup
c) Karakteristik pengabdian
4) Segmentasi berdasarkan perilaku terdiri dari:
a) Pengetahuan
b) Sikap
c) Kegunaan
d) Tanggap terhadap suatu produk

B. Targetting (target pasar)


Apabila segmentasi pasar telah dilakukan, hal selanjutnya adalah
menetapkan pasar sasaran untuk mengevaluasi keaktifan setiap segmen,
kemudian memlih salah satu atau lebih dari segmen pasar untuk dilayani.
Kegiatan penetapan pasar sasaran meliputi: (Kasmir dan Jakfar, 2009)
a) Evaluasi segmen pasar
 Ukuran dan pertumbuhan segmen contohnya adalah data tentang
penjualan terakhir dan proyeksi laju pertumbuhan.
 Struktural segmen yang menarik. Kurang menarik apabila terdapat
pesaing yang kuat dan agresif.
 Sasaran dan sumber daya perusahaan, hal ini memperhatikan
energi yang tersedia pada perusahaan.
b) Memilih segmen, pemilihan satu atau lebih segmen yang
memungkinkan danmemiliki nilai tinggi bagi perusahaan.
C. Positioning (posisi pasar)
Penentuan dalam posisi pasar adalah cara untuk menentukan
posisi yang kompetitif untuk produk atau pasarnya. Kegiatan ini dapat
dilakukan setelah segmentasi telah terpilih. Tujuan penetapan posisi
pasar adalah untuk membangun dan mengomunikasikan keunggulan
dari produk yang akan kita tawarkan kedalam benak konsumen. (Kasmir
dan Jakfar, 2009)

D. Marketing Mix (BauranPemasaran)


Bauran pemasaran terdiri dari 7P, yaitu product (produk), price
(harga), place (tempat), promotion (promosi), people (orang), physical
evidence (bukti fisik), dan process (proses).
a. Product (produk)
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi
yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. (Kotler dan
Armstrong, 2010)
b. Price (harga)
Harga merupakan kesepakatan nilai yang menjadi persyaratan bagi
pertukaran dalam sebuah transaksi pembelian. Harga dapat juga
diartikan dengan sesuatu yang harus dikeluarkan pembeli untuk
menerima produk. (Harjanto, 2009)
c. Place (tempat)
Tempat atau lokasi merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia
untuk konsumen sasaran. (Kotler, 2009)
d. Promotion (promosi)
Promosi merupakan kampanye pemasaran yang dirancang untuk
menstimulasi pembelian yang lebih cepat atau lebih besar atas
produk atau jasa tertentu oleh konsumen. (Kotler dan Keller, 2012)
e. People (orang)
Orang merupakan unsur vital dalam bauran pemasaran. Bila produksi
dapat dipisahkan dengan konsumsi, sebagaimana dijumpai dalam
kebanyakan kasus pemasaran barang manufaktur, pihak manajemen
biasanya dapat mengurangi pengaruh langsung sumber daya
manusia terhadap output akhir yang diterima pelanggan. (Tjiptono,
2011)
f. Physical evidence (bukti fisik)
Bukti fisik merupakan bukti yang dimiliki oleh penyedia jasa yang
ditunjukan kepada konsumen sebagai usulan nilai tambah konsumen.
(Kotler, 2009)
g. Process (proses)
Proses merupakan mencakup bagaimana cara perusahaan melayani
permintaan tiap konsumennya. Mulai dari konsumen tersebut
memesan (order) hingga akhirnya konsumen mendapatkan apa yang
diinginkan. (Kotler, 2009)

2.1.4 Aspek Manajemen Organisasi


Hal yang dinilai pada aspek ini adalah para pengelola usaha dan
struktur organisasi yang ada. Usaha yang dijalankan akan berhasil
apabila ditangani oleh orang-orang yang profesional dalam bidangnya.
Hal ini terkait mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan
mengendalikannya apabila terjadi suatu penyimpangan yang tidak
diinginkan. Struktur organisasi juga harus dibuat sesuai dengan tujuan
usahanya. Adapun beberapa hal yang harus ditentukan dalam aspek
manajemen ini yaitu: (Kasmir dan Jakfar, 2009)
1. Pembagian kerja (tugas). Tiap organisasi harus memiliki rincian
aktifitas yang jelas, mempunyai tugas yang jelas dan beban tugas
hendaknya adil.
2. Koordinasi (tanggung jawab). Suatu organisasi harus memiliki
keselarasan antar aktivitas dan tanggung jawabnya masing-masing
agar tidak terjadi kekembaran pekerjaan, kekosongan pekerjaan, dan
perebutan sumber atau fasilitas.
3. Pelimpahan wewenang. Pelimpahan wewenang merupakan
penyerahan sebagian hak untuk mengambil keputusan yang
diperlukan agar tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan
dengan baik antara tiap bagiannya.

2.1.5 Aspek Legalitas


Pada aspek legalitas, hal yang akan dibahas adalah mengenai
masalah kelengkapan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan
usaha, sampai pada izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dan keabsahan
dokumen sangatlah penting karena hal inilah yang menjadi landasan
hukum perusahaan. Perusahaan yang didirikan pun tentunya tidak boleh
melanggar hukum yang ada dan merugikan sekitarnya.
Dalam praktiknya terdapat bermacam-macam izin. Banyaknya izin
dan jenis-jenis izin tersebut tergantung pada jenis usaha apa yang akan
dijalankan. Adapun beberapa izin yang dimaksud adalah: (Kasmir dan
Jakfar, 2009)
1) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
2) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
3) Izin-izin Usaha, contohnya: Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
4) Sertifikat Tanah atau surat-surat berharga yang dimiliki

2.1.6 Aspek Finansial


Aspek keuangan dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja
yang akan dikeluarkan dan seberapa besar biayanya. Setelah itu menilai
seberapa besar pendapatan yang akan didapatkan disaat usaha jadi
dijalankan. Penelitian ini meliputi seberapa lama investasi yang ditanam
akan kembali. Kemudian dari mana saja sumber pembiayaan bisnis
tersebut dan bagaimana tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga
apabila dinilai dengan penilaian investasi akan sangat menguntungkan.
Dilihat dari sumber dananya, modal dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Modal Asing (Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang diperoleh dari
pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh secara pinjaman.
Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh antara lain dari:
 Pinjaman dari perbankan
 Pinjaman dari lembaga keuangan, seperti perusahaan modal
ventura, asuransi, leasing, dana pensiun dan lainnya
 Pinjaman dari perusahaan nonbank, seperti obligasi, project
finance, dan lainnya.
2. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan
dengan cara mengeluarkan saham baik secara tertutup maupun
terbuka. Adapun keuntungan dari modal milik sendiri adalah tidak
adanya beban bunga, namun hanya akan membayar dividen.
Kemudian tidak ada kewajiban untuk mengembalikan modal yang
sudah dikeluarkan. Kerugian menggunakan modal sendiri adalah
jumlahnya yang terbatas dan relatif sulit untuk diperoleh.

1. Biaya, penerimaan dan keuntungan Usaha Pembuatan Tempe


Kedelai
Mengetahui biaya total yang dikeluarkan pada saat produksi
dengan menjumlahkan antara total biaya tetap(total fix cost) dan total
biaya variabel(total variable cost). Secara matematis dirumuskan
sebegai berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Biaya Total
TFC = Total biaya tetap
TVC = Total biaya variabel
2. Total penerimaan
Total penerimaan merupakan hasil kali antara total produksi yang
terjual dengan harga per satuan produk. Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut:
TR =QxP
Keterangan :
TR= Total Penerimaan
Q = Total produksi
P = Harga produksi
3. Keuntungan usaha
Keuntungan usaha dapat dihitung dengan cara menghitung
selisih antara total penerimaan dengan total biaya pada usaha
pembuatan tempe. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
p= TR – TC
p= (Q x P) – (TFC + TVC)
Keterangan :
p = Keuntungan usaha
TR= Penerimaan total
TC= Biaya total
Q = Jumlah Produk
P = Harga produk per unit
TFC = Total Biaya tetap
TVC = Total biaya variabel

4. Internal rate of return (IRR)


Mencari tingkat bunga dengan menyamakan nilai sekarang
dari arus kas yang diharapkan di masa mendatang dengan
mengeluarkan investasi awal. Secara sistematis dirumuskan sebagai
berikut :

Keterangan :
P1 = suku bunga pertama
P2 = suku bunga kedua
C1 = Nilai bersih pertama
C2 = Nilai bersih kedua
5. Payback Period (PP)
Jangka waktu yang menunjukkan berapa lama modal yang
ditanamkan dalam suatu usaha tersebut dapat kembali. Secara
sistematis dirumuskan sebagai berikut :

6. Rasio B/C
Suatu metode dimana digunakan untuk melihat seberapa keuntungan
yang diterima oleh suatu usaha jika pengeluaran sebesar satu rupiah.

2.1.7 Aspek Lingkungan Hidup


Dalam aspek ini, yang menjadi kajian adalah dampakn positif dan
negatif dari suatu rencana bisnis/proyek yang akan dipakai sebagai tolak
ukur layak atau tidaknya suatu usaha. Aspek ini merupakan aspek yang
dibutuhkan pada saat ini dikarenakan tiap usaha akan sangat besar
dampaknya terhadap lingkungannya, baik terhadap darat, air dan udara.
Pada akhirnya akan berdampak pada kehidupan manusia, binatang dan
tumbuhan disekitarnya. Sehingga aspek ini tidak dapat dikesampingkan
dikarenakan menjaga kelestarian lingkungan adalah hal yang sangat
penting.

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu dari Winanti Puspa Arum, Sudarma Widjaya dan
Lina Marlina pada Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis Volume 5 No. 2, Mei 2017
menyimpulkan bahwa UMKM Tempe mulai dari berskala besar, menengah
dan kecil di Kabupaten Pringsewu pada penelitian tersebut dinyatakan layak
karena telah melalui analisis setiap aspek yang ada dalam studi kelayakan
bisnis. Terbukti dari perhitungan pada aspek keuangan menggunakan
analisis (IRR, NPV, Gross B/C, Net B/C, dan PP) menunjukkan hasil diatas
rata-rata sehingga ketiga UMKM tempe layak untuk dikembangan. Ditinjau
dari aspek yang lain menunjukkan bahwa dalam UMKM Tempe yang
terdapat di Kabupaten tersebut dianggap layak baik untuk tempat usaha
maupun di masyarakat. Dengan analisis dari beberapa aspek tersebut dapat
menghasilkan nilai tambah industri tempe terbukti mulai dari proses produksi
tempe mendapat keuntungan sebesar 50% yang termasuk keuntungan yang
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tempe termasuk dalam usaha
yang menguntungkan.
Penelitian terdahulu dari Naelis dan Novindra pada Jurnal Agribisnis
Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015) menyimpulkan Nilai R/C rasio atas
biaya tunai dan biaya total sebelum kenaikan harga kedelai lebih besar dari
nilai R/C rasio atas biaya tunai dan total setelah terjadi kenaikan harga
kedelai, namun usaha tempe tersebut masih menguntungkan dan layak
untuk diteruskan karena nilai R/C rasio lebih besar dari 1,00. Pengusaha
tempe akan rugi dan lebih baik menghentikan usahanya ketika nilai R/C
rasio kurang dari 1,00.Analisis R/C rasio.Perkembangan rata-rata harga
kedelai yang naik sebesar 31,46 persen menyebabkan pendapatan yang
diperoleh pengusaha tempe berkurang, namun masih layak untuk diteruskan
karena nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Pengusaha tempe tidak akan
untung atau rugi (impas) jika harga kedelai naik sebesar 59,69 persen
karena besar biaya tunai yang dikeluarkan sama dengan pene-rimaan yang
didapat, sehingga pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh pengusaha
tempe adalah Rp 0,00 dan nilai R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1,00.
Hasil perhitungan analisis sensitivitas akibat peningkatan harga kedelai
sebesar 31,46 % dan 59,69 %.Adanya kenaikan harga kedelai impor telah
membuat pengusaha tempe melakukan adaptasi dengan cara mengurangi
jumlah penggunaan bahan baku kedelai, mengurangi produksi tempe, serta
melakukan diversi-fikasi atau mengurangi ukuran tempe.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian yang dipilih dalam miniriset ini adalah usaha produksi tempe
yang dikelola oleh Bapak Abdul Munir yang berlokasi di Kampung Sawah
Kelurahan Banyuajuh, Kecamatan Kamal-Bangkalan. Penelitian ini akan
dilakukan pada hari kamis, 26 September 2019.

3.2 Metode Penentuan Tempat Penelitian


Penentuan tempat penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan
bahwa di Kampung Sawah terdapat salah satu unit usaha yang jarang
diketahui oleh masyarakat namun memiliki cukup potensi. Mengingat unit
usaha tempe ini telah berdiri sejak tahun 1998 di Surabaya, dan mulai berdiri
di Kampung Sawah ini sejak tahun 2002 hingga saat ini.

3.3 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dengan
dukungan dari data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara
secara langsung kepada Bapak Abdul Munir yang merupakan pemilik
sekaligus pengelola rumah produksi tempe serta pengamatan secara
langsung di tempat penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui
studi dokumentasi dan studi literatur.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Wawancara
Teknik wawancara ini dilakukan untuk mengumpulkan data dengan
cara mengajukan beberapa pertanyaan baik kepada pemilik maupun
kepada para tenaga kerja di unit usaha tempe berdasarkan kuisioner
yang telah dipersiapkan sebelumnya, meliputi aspek teknis, aspek pasar
dan pemasaran, aspek finansial, aspek legalitas, aspek manajemen
organisasi, dan aspek lingkungan hidup.

3.4.2 Observasi
Teknik observasi ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
langsung baik terhadap pekerja, lokasi, hingga teknik yang digunakan di
unit usaha tempe. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
secara jelas tentang bagaimana cara pembuatan tempe pada lokasi
penelitian hingga sampai ke tangan konsumen.

3.4.3 Dokumen
Teknik ini dilakukan dengan cara mencari informasi yang tertulis,
dapat berupa dokumen, surat, catatan harian, arsip foto, cinderamata,
dan lain sebagainya yang ada di unit usaha tempe ini. Sehingga peneliti
dapat memperoleh data pendukung selain yang diperoleh dari hasil
wawancara dan observasi.
BAB IV
PEMBAHASA
N

4.1 Gambaran Umum


UMKM Tempe Abdul Munir berdiri sejak tahun 1997 di Surabaya. Usaha
ini dimulai sendiri oleh Bapak Abdul Munir selaku pendiri dan pemilik UMKM
tempe. Bermula dari pelatihan yang diikuti beliau pada saat SLTA, kemudian
beliau berinisiatif untuk membangun usaha tempenya sendiri yang berlokasi
di Surabaya. Bapak Munir mengganggap pada saat itu, kualitas tempe yang
ada di Surabaya masih sangat rendah, sehingga beliau terdorong untuk
membuat tempe yang higenis dan berkualitas.
Produksi tempe pertama kali hanya bermodalkan uang sebesar Rp.
300.000 yang diperoleh dari uang tabungan pribadi pak Munir. Beliau
berhasil memproduksi tempe sebesar 20 kg tanpa bantuan tenaga kerja.
Setelah usaha tempe di Surabaya sukses, maka bapak Munir mendirikan
pabrik baru yang berlokasi di Kampung Sawah RT 03/RW 9, Banyuajuh
Kamal. Pada awal berdirinya pabrik tersebut, banyak masyarakat sekitar
yang merasa terganggu karena pada saat itu pengolahan limbah dari usaha
tempe ini belum bisa dikatakan baik. Dahulu limbah yang dihasilkan oleh
pabrik tempe ini dibuang disembarang tempat, seperti sungai dan selokan
warga. Hal ini tentunya menuai protes dari masyarakat sekitar. Namun
seiring berjalannya waktu, pak Munir mulai memberikan pengertian kepada
masyarakat sekitar bahwasanya limbah tempe ini sangat baik untuk pakan
ternak. Kemudian masyarakat mulai percaya dan saat ini masyarakat
terutama peternak di lingkungan sekitar pabrik sangat merasa diuntungkan
karena adanya pabrik tersebut. Pabrik tempe yang dikelola oleh pak Munir
ini tergolong UMKM yang mengelola limbahnya dengan baik, karena semua
limbah dapat dimanfaatkan lagi oleh masyarakat sekitarnya.
Sejak pabrik baru tersebut dibangun hingga saat ini, pak Munir berhasil
memproduksi tempe sebanyak 390 buah tempe berukuran XS yang dijual
dengan harga Rp 1250, 748 buah tempe ukuran S dengan harga Rp. 1.500,
690 buah tempe ukuran M dengan harga Rp. 2000, 140 buah tempe ukuran
L dengan harga Rp. 2.500, dan 63 buah tempe ukuran XL dengan harga Rp.
22.000 dalam sehari. Namun saat ini, pak Munir hanya mengelola pabrik
tempe yang ada di Kamal saja. Sedangkan pabrik tempe pertama yang
berlokasi di Surabaya telah diambil alih oleh adik kandung Pak Munir.
4.2 Aspek-Aspek
4.2.1 Aspek pasar dan pemasaran
Pemasaran merupakan faktor penting yang harus diperhatikan
suatu perusahaan. Aspek pasar dan pemasaran digunakan untuk menguji
apakah perusahaan memiliki peluang pasar dan pengembangan usaha.
Hal tersebut telah dilakukan pada usaha tempe milik Bapak Abdul Munir.
Berikut ini indikator dalam aspek pasar dan pemasaran usaha tempe milik
Bapak Abdul Munir:
1. Permintaan
Tempe yang diproduksi oleh Bapak Abdul Munir dipasarkan di
wilayah pasar Kamal, Socah, Kwanyar dan Klobungan Bangkalan.
Selain memproduksi tempe pada usahanya pemilik usaha juga
menjadi distributor kedelai bagi pengrajin tempe di daerah
Bangkalan. Permintaan tempe mengalami peningkatan karena
masyarakat memilih untuk mengonsumsi makanan yang bergizi serta
harganya murah. Selain itu tempe merupakan makanan yang mampu
bertahan selama beberapa minggu apabila disimpan dalam lemari
pendingin. Hal tersebut menjadi faktor meningkatnya permintaan
produk tempe milik Bapak Abdul Munir.
2. Struktur pasar
Struktur pasar merupakan penggolongan produsen terhadap
beberapa bentuk pasar. Bapak Abdul Munir merupakan salah satu
pengrajin tempe yang berada di wilayah Kamal Bangkalan sehingga
termasuk ke dalam pasar monopolistik. Pengertian dari pasar
monopolistik adalah suatu interaksi antara permintaan dan
penawaran dimana sebagian besar penjual menawarkan produk yang
sama. Ciri-ciri dari pasar monopolistik adalah terdapat banyak penjual
atau produsen di pasar serta produk yang diperjualbelikan sama.
3. Rantai pemasaran
Rantai pemasaran adalah jalur yang dilalui oleh arus barang dari
produsen hingga mencapai ke tangan konsumen. Berikut ini rantai
pemasaran pada usaha milik Bapak Abdul Munir
A. Saluran 1

Pada saluran 1 pihak yang terlibat adalah Bapak Abdul


Munir sebagai pemilik usaha langsung disalurkan kepada
konsumen. Marjin pemasaran tergolong pendek karena produsen
berinterkasi secara langsung kepada konsumen. Pada saluran ini
konsumen mendatangi secara langsung ke tempat produksi.
B. Saluran 2

Pada saluran 2 Bapak Abdul Munir menyalurkan ke


pedagang sayur yang berada di pasar Kamal, Socah, Kwanyar
dan Klobungan Bangkalan. Marjin pemasarannya terlampau besar
namun konsumen memilih untuk membeli produk pada pedagang
sayur. Hal tersebut tergolong menguntungkan karena konsumen
tidak perlu mendatangi langsung tempat produksi. Dengan adanya
produk di pedagang sayur konsumen mampu menjangkau untuk
melakukan pembelian produk.
4. Segmenting, Targetting, Positioning
Pemasaran tempe dibedakan berdasarkan segmen dan target
yang dilakukan oleh Bapak Abdul Munir. Berdasarkan segmentasi
dan penentuan target tersebut dapat diketahui posisi dan sistem
pemasaran pada usaha tempe milik Bapak Abdul Munir. Berikut ini
segmentasi, target dan posisi pasar pada usaha tempe Bapak Abdul
Munir.
A. Segmenting (Segmentasi Pasar)
Penetapan segmentasi pasar pada usaha tempe milik Bapak
Abdul Munir termasuk kedalam segmentasi berdasarkan
demografi. Segmentasi tersebut terdiri dari umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan dan keluarga. Tempe merupakan produk
yang dapat dikonsumsi oleh berbagai kalangan dikarenakan
dalam pembuatannya dilakukan secara alami serta dapat dapat
diperoleh secara mudah oleh konsumen.
B. Targetting (Target Pasar)
Target pemasaran pada usaha tempe Bapak Abdul Munir adalah
semua kalangan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan produk
tempe mampu dijangkau oleh masyarakat dari segi harga. Bapak
Abdul Munir menetapkan target khusus untuk produknya yaitu
ibu rumah tangga, pedagang sayur dan pedagang makanan.
Usaha tempe Bapak Abdul Munir telah memiliki kosumen tetap
dimana mereka memasarkan kembali tempe tersebut kepada
pedagang sayur yang terdapat di pasar.
C. Positioning (Posisi Pasar)
Usaha tempe milik Bapak Abdul Munir termasuk dalam posisi
dimana banyaknya pesaing dengan produk sejenis yang terdapat
di Wilayah Kamal. Namun terdapat perbedaan antara tempe milik
Bapak Abdul Munir dengan tempe yang ada di pasar yaitu bahan
yang digunakan oleh Bapak Abdul Munir adalah alami tanpa
penggunaan bahan pengawet. Selain itu cita rasa tempe milik
Bapak Abdul Munir lebih diminati oleh konsumen.
5. Bauran Pemasaran
a. Product
Produk dari usaha milik Bapak Abdul Munir adalah tempe
yang diolah secara alami. Bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan tempe merupakan bahan baku pilihan yang dipilih
langsung oleh Bapak Abdul Munir. Pada produk yang dimilki oleh
Bapak Abdul Munir tidak menggunakan bahan pengawet
maupun pewarna dikarenakan tempe merupakan produk
makanan yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan usia mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa.
b. Price
Harga untuk produk tempe milik Bapak Abdul Munir memiliki
variasi berdasarkan ukuran. Penentuan harga disesuaikan
dengan kondisi perekonomian konsumen dan hasil perhitungan
proses produksi. Harga yang ditawarkan antara lain Rp 22.000
untuk tempe berukuran besar, Rp 2.500 untuk kemasan tempe
penyetan, Rp 2.000 untuk tempe potongan, Rp 1.500 dan Rp
1.250 untuk tempe ukuran kecil.
c. Place
Tempat produksi tempe milik Bapak Abdul Munir terletak di
Kelurahan Banyuajuh Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan.
Daerah pemasaran tempe milik Bapak Abdul Munir tersebar di
pasar Kamal, Socah, Kwanyar dan Klobungan Bangkalan yang
dijual oleh pedagang sayur di wilayah tersebut.
d. Promotion
Promosi merupakan cara untuk menarik minat konsumen
agar membeli suatu produk. Promosi yang dilakukan oleh Bapak
Abdul Munir adalah mendatangi pasar secara langsung untuk
menarik minat konsumen. Cara lain yang dilakukan oleh Bapak
Abdul Munir adalah memasarkan produk kepada konsumnen
pada momen yang terjadi di setiap tahun misalnya hari raya Idul
Fitri. Hal tersebut dilakukan karena permintaan tempe yang
meningkat serta penjual tempe rata-rata memilih libur pada hari
tersebut. Sehingga secara tidak langsung produk dapat dikenal
oleh masyarakat luas.
e. People
Usaha yang dijalankan oleh Bapak Abdul Munir dibantu oleh
tenaga kerja sebanyak 6 orang. Tenaga kerja tersebut dibagi
berdasarkan proses produksi awal hingga produk siap
dipasarkan ke konsumen. Pada proses pengemasan semua
tenaga kerja turun tangan agar proses cepat selesai.
f. Physical evidence
Bukti fisik dari usaha tempe milik Bapak Abdul Munir adalah
tempat produksi yang dapat dijangkau oleh konsumen. Terdapat
lahan parkir bagi konsumen yang ingin membeli secara langsung
di tempat produksi. Konsumen dapat melihat proses pembuatan
tempe secara langsung karena tempatnya terbuka bagi
konsumen.
g. Process
Pelayanan yang dilakukan oleh Bapak Abdul Munir untuk
menarik minat pembelian tempe dengan cara mendatangi
langsung ke konsumen. Adapun konsumen yang memilih untuk
datang secara langsung ke tempat produksi untuk memilih tempe
yang diinginkan. Konsumen dapat membeli tempe di pedagang
sayur yang menjual produk tempe milik Bapak Abdul Munir.

4.2.2 Aspek manajeman dan organisasi


Aspek manajemen organisasi menilai segi pengelolaan suatu
usaha dari segi sumber daya manusia dan struktur organisasi yang
diterapkan pada suatu usaha. Hal tersebut dibutuhkan untuk mencapai
tujuan suatu usaha. Pada usaha tempe milik Bapak Abdul Munir tidak
adanya struktur organisasi dikarenakan sumber daya manusia hanya
dibutuhkan pada proses produksi. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada
proses produksi sebanyak 6 orang dengan pembagian tugas antara lain
bagian perebusan hanya 1 orang, bagian pencucian sebanyak 3 orang
dan bagian pengemasan sebanyak 6 orang. Pada proses pengemasan
semua tenaga kerja turun tangan walaupun sudah terbagi di bagian yang
lain. Hal tersebut dilakukan karena pada proses pengemasan
membutuhkan waktu yang lama dan tempe yang dikemas tergolong
banyak. Tenaga kerja diperoleh dari lingkungan keluarga dan lingkungan
diluar keluarga misalnya tetangga dari Bapak Abdul Munir. Jam kerja
yang diterapkan oleh Bapak Abdul Munir sekitar 8 jam hingga 10 jam
tergantung pada permintaan konsumen terhadap tempe. Dalam
perekrutan sumber daya manusia Bapak Abdul Munir tidak menentukan
persyaratan untuk tenaga kerjanya karena usaha yang dijalankan tidak
membutuhkan spesifikasi khusus pada bagian produksi. Upah yang
diberikan oleh Bapak Abdul Munir sebesar Rp 90.000 – Rp 100.000 per
hari. Manajemen pada usaha tempe ini dilakukan oleh Bapak Abdul Munir
sendiri dengan turun secara langsung untuk pengadaan sumber daya
manusia yang dibutuhkan.

4.2.3 Aspek teknis


Aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan awal suatu
usaha hingga pengoperasian setelah usaha berdiri. Tujuan dari aspek
teknis adalah untuk menilai kesiapan dalam menjalankan usaha. Aspek
teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Hal yang perlu
diperhatikan adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak
(layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksi serta
pemilihan teknologi yang digunakan.
Usaha tempe milik Bapak Abdul Munir terletak di Kelurahan
Banyuajuh Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan. Pemilihan letak di
Kamal karena Bapak Abdul Munir bertempat tinggal di Kamal. Letak
usaha produksi tempe Bapak Abdul Munir termasuk dekat dengan
sumber air maupun listrik. Bahan baku untuk pembuatan tempe dibeli
secara langsung di Surabaya karena kualitasnya bagus serta harganya
lebih terjangkau. Kebutuhan kedelai yang digunakan untuk produksi
tempe sebesar 50 kg per hari. Sarana dan prasarana dalam mengangkut
bahan baku termasuk lancar karena bahan baku akan dikirim secara
langsung dari Surabaya menuju Kamal. Kendala dalam pengadaan bahan
baku adalah faktor alam seperti kendala musim hujan yang terjadi setiap
tahun. Apabila terdapat kenaikan harga bahan baku yang dilakukan
Bapak Abdul Munir agar penjualan tetap berjalan yaitu dengan
mengurangi ukuran dengan harga yang sama dan menaikkan harga
apabila ukuran telah mencapai batasnya. Produksi tempe milik Bapak
Abdul Munir mampu memproduksi sebanyak 63 bungkus untuk harga Rp
22.000, 140 bungkus untuk harga Rp 2.500, 690 bungkus untuk harga Rp
2.000, 748 bungkus untuk harga Rp 1.500 dan 390 bungkus untuk harga
Rp 1.250. Selain bahan baku utama yaitu kedelai Amerika terdapat bahan
penunjang antara lain ragi, air, plastik, elpiji 3 kg, kompor dan drum untuk
perebusan kedelai. Proses produksi pembuatan tempe Bapak Abdul
Munir terdapat beberapa tahapan. Pertama kedelai dibersihkan dengan
cara direndam dan diayak untuk diambil kotorannya setelah bersih kedelai
direbus sekitar 1-2 jam kemudian ditiriskan dan direndam pada air biasa
selama 1 sehari semalam. Proses selanjutnya yaitu kedelai digiling untuk
memisahkan antara biji kedelai dengan kulit luar kemudian dicuci hinggan
bersih dan dibilas dengan air. Kedelai yang telah digiling diberi ragi
secara langsung atau dengan campuran air kemudian ditunggu selama 2
jam sebelum proses pengemasan. Setelah proses pengemasan akan
melalui proses fermentasi selama 2 hari sebelum produk dipasarkan ke
konsumen. Teknologi yang digunakan pada usaha tempe milik Bapak
Abdul Munir berupa mesin gilingan pecah kulit untuk memisahkan biji
kedelai dengan kulit ari. Penggunaan mesin tergolong efisien karena
dapat menghemat waktu serta proses produksi berjalan dengan cepat.

4.2.4 Aspek Sosial Dan Ekonomi


Pabrik tempe Bapak Munir sebelum membuka cabang di Kamal,
beliau mendirikan pabrik tempe di Surabaya, karena menurutnya di
Surabaya merupakan kota besar dan mudah untuk membuka usaha
disana tetapi kurangnya selokan air. Pada saat di Surabaya, pabrik tempe
Bapak Munir mendapat respon yang tidak enak dari masyarakat sekitar
yaitu ampas dari tempe yang dibuang di sungai sehingga pak Munir jika
ingin membuang ampas tersebut ke tempat sampah atau sungai harus
hati – hati. Namun, Bapak Munir juga menyakinkan masyarakat Surabaya
bahwa ampas tempe tersebut baik untuk hewan ternak, dengan cara
Bapak Munir mendatangi setiap rumah yang memiliki hewan ternak dan
memberikan makan kepada hewan ternak tersebut. Sekarang Bapak
Munir membuka cabang di Madura yaitu di Kamal dan usaha yang di
Surabaya dijalankan oleh adik pak Munir. Di kamal, pabrik tempe pak
Munir mendapat respon baik dari masyarakat sekitar Karena dapat
memberikan keuntungan bagi mereka seperti mempekerjakan para
masyarakat sekitar, ampas tersebut untuk masyarakat yang mempunyai
hewan ternak.
4.2.5 Aspek Hukum
Pabrik tempe Bapak Munir termasuk bentuk usaha perseorangan.
Usaha tempe ini tidak memiliki izin karena menurut beliau usaha pabrik
tempe tersebut termasuk usaha rumahan dan tidak memiliki merk yang
menjadi identitas untuk tempe pak munir tersebut.

4.2.6 Aspek Lingkungan Hidup


Pada usaha rumahan tempe pak Munir, sudah menerapkan aspek
lingkungan hidup ( AMDAL ) sejak awal usaha. Dalam proses produksi
yang dilakukan pak Munir sudah mempertimbangkan akan dampak
limbah dari proses pembuatan tempe tersebut. Letak pabrik juga pada
kawasan yang tidak terlalu padat penduduk dan untuk saluran dari
pembuangan limbah ini tidak ada hambatan, jadi tidak berdampak
terhdap warga sekitar. Untuk limbah air dan ampas atau kulit dari kedelai
digunakan sebagai pakan dan minum ternak warga sekitar pabrik yang
diberikan secara gratis. Di dalam pabriknya sendiri terdapat cukup banyak
fentilasi udara untuk menjaga suhu ruangan tetap stabil, untuk air dari
sumber air bersih (bor) digunakan untuk membersihkan kedelai.

4.2.7 Aspek Finansial


1. Biaya Investasi Awal
No Komponen Jumlah Harga Beli Total

1 Gilingan 1 Rp 3,500,000 Rp 3,500,000

2 Baskom besar 4 Rp 35,000 Rp 140,000

3 Drum 4 Rp 250,000 Rp 1,000,000

4 Mesin pompa air 1 Rp 1,350,000 Rp 1,350,000

5 Dandang (25 kg) 2 Rp 190,000 Rp 380,000

6 Ember 4 Rp 10,000 Rp 40,000

7 Tong air 1 Rp 1,685,000 Rp 1,685,000

8 Rak fermentasi 3 Rp 25,000 Rp 75,000

Total Biaya Tetap Rp 8,170,000

Investasi Rp 8,170,000
2. Biaya Tetap

Umur Umur
Ekonomis Ekonomis Penyusutan Penyusutan
No Komponen Jumlah Harga Beli Total / tahun / bulan /tahun / bulan

1 Gilingan 1 Rp 3,500,000 Rp 3,500,000 11 132 Rp 318,182 Rp 26,515

2 Baskom besar 4 Rp 35,000 Rp 140,000 6 72 Rp 23,333 Rp 1,944

3 Drum 4 Rp 250,000 Rp 1,000,000 8 96 Rp 125,000 Rp 10,417

4 Mesin pompa air 1 Rp 1,350,000 Rp 1,350,000 15 180 Rp 90,000 Rp 7,500

5 Dandang (25 kg) 2 Rp 190,000 Rp 380,000 5 60 Rp 76,000 Rp 6,333

6 Ember 4 Rp 10,000 Rp 40,000 5 60 Rp 8,000 Rp 667

7 Tong air 1 Rp 1,685,000 Rp 1,685,000 11 132 Rp 153,182 Rp 12,765

8 Rak fermentasi 3 Rp 25,000 Rp 75,000 8 96 Rp 9,375 Rp 781

Total Biaya Tetap Rp 8,170,000 Rp 803,072 Rp 66,923

Investi Rp 8,170,000

3. Biaya Variabel

No Komponen Jumlah Harga Beli Total


1 Kedelai 50 Rp 6,600 Rp 330,000
2 Ragi 1.5 Rp 7,500 Rp 11,250
3 Gas elpiji (3 kg) 5 Rp 20 Rp 100
4 Lilin 5 Rp 2,000 Rp 10,000
5 Plastik 4 Rp 17,000 Rp 68,000
6 Biaya Transformasi 1 Rp 90,000 Rp 90,000
Total Biaya Variabel Rp 509,350
Biaya Variabel / Tahun Rp 6,112,200

4. Cash Flow

Proyeksi Aliran Kas Masuk Bersih 2014

Pendapatan Rp 18,500,000
Total Biaya
Biaya Operasional Rp 6,112,200
Biaya Penyusutan Rp 803,072
Rp 6,915,272
Laba sebelum EBT Rp 11,584,728
Pajak 0% Rp -
Laba setelah pajak EAT Rp 11,584,728

Kas Bersih Rp 12,387,800

Proyeksi Aliran Kas Masuk Bersih 2015

Pendapatan Rp 18,750,000
Total Biaya
Biaya Operasional Rp 6,112,200
Biaya Penyusutan Rp 803,072
Rp 6,915,272
Laba sebelum EBT Rp 11,834,728
Pajak 0% Rp -
Laba setelah pajak EAT Rp 11,834,728

Kas Bersih Rp 12,637,800

Proyeksi Aliran Kas Masuk Bersih 2016

Pendapatan Rp 19,250,000
Total Biaya
Biaya Operasional Rp 6,112,200
Biaya Penyusutan Rp 803,072
Rp 6,915,272
Laba sebelum EBT Rp 12,334,728
Pajak 0% Rp -
Laba setelah pajak EAT Rp 12,334,728

Kas Bersih Rp 13,137,800

Proyeksi Aliran Kas Masuk Bersih 2017

Pendapatan Rp 19,500,000
Total Biaya
Biaya Operasional Rp 6,112,200
Biaya Penyusutan Rp 803,072
Rp 6,915,272
Laba sebelum EBT Rp 12,584,728
Pajak 0% Rp -
Laba setelah pajak EAT Rp 12,584,728

Kas Bersih Rp 13,387,800


Proyeksi Aliran Kas Masuk Bersih 2018

Pendapatan Rp 19,750,000
Total Biaya
Biaya Operasional Rp 6,112,200
Biaya Penyusutan Rp 803,072
Rp 6,915,272
Laba sebelum EBT Rp 12,834,728
Pajak 0% Rp -
Laba setelah pajak EAT Rp 12,834,728

Kas Bersih Rp 13,637,800

Proyeksi Aliran Kas Masuk Bersih 2019

Pendapatan Rp 20,000,000
Total Biaya
Biaya Operasional Rp 6,112,200
Biaya Penyusutan Rp 803,072
Rp 6,915,272
Laba sebelum EBT Rp 13,084,728
Pajak 0% Rp -
Laba setelah pajak EAT Rp 13,084,728

Kas Bersih Rp 13,887,800

Aliran Cash Flow Selama Umur Ekonomis

Discount Factor
No Tahun EAT Penyusutan Kas Bersih PV Kas Bersih
(10%)
1 2014 Rp 11,584,728 Rp 803,072 Rp 12,387,800 0.909090909 Rp 11,261,636
2 2015 Rp 11,834,728 Rp 803,072 Rp 12,637,800 0.826446281 Rp 10,444,463
3 2016 Rp 12,334,728 Rp 803,072 Rp 13,137,800 0.751314801 Rp 9,870,624
4 2017 Rp 12,584,728 Rp 803,072 Rp 13,387,800 0.683013455 Rp 9,144,048
5 2018 Rp 12,834,728 Rp 803,072 Rp 13,637,800 0.620921323 Rp 8,468,001
6 2019 Rp 13,084,728 Rp 803,072 Rp 13,887,800 0.56447393 Rp 7,839,301
Total Rp 74,258,368 Rp 79,076,800 Rp 57,028,072
Rata-Rata Rp 12,376,395 Rp 13,179,467 Rp 9,504,679

5. Payback Period

Payback Period (PP)

Investasi Rp 8,170,000
Kas Bersih Th 1 Rp 12,387,800

Rp 4,217,800

Jadi PP usaha ini sebesar 1 tahun 4


bulan

6. Average Rate of Return

Discount Factor
No Tahun EAT Penyusutan Kas Bersih PV Kas Bersih
(10%)
1 2014 Rp 11,584,728 Rp 803,072 Rp 12,387,800 0.909090909 Rp 11,261,636
2 2015 Rp 11,834,728 Rp 803,072 Rp 12,637,800 0.826446281 Rp 10,444,463
3 2016 Rp 12,334,728 Rp 803,072 Rp 13,137,800 0.751314801 Rp 9,870,624
4 2017 Rp 12,584,728 Rp 803,072 Rp 13,387,800 0.683013455 Rp 9,144,048
5 2018 Rp 12,834,728 Rp 803,072 Rp 13,637,800 0.620921323 Rp 8,468,001
6 2019 Rp 13,084,728 Rp 803,072 Rp 13,887,800 0.56447393 Rp 7,839,301
Total Rp 74,258,368 Rp 79,076,800 Rp 57,028,072
Rata-Rata Rp 12,376,395 Rp 13,179,467 Rp 9,504,679

ARR
Rata-Rata EAT 12,376,394.70
Rata-Rata Investasi Rp 4,085,000
ARR 0.33
33%

7. Net Present Value

Tahun Kas Bersih DF (50%) PV Kas Bersih


2014 Rp 12,387,800 0.67 8,258,533
2015 Rp 12,637,800 0.44 5,616,800
2016 Rp 13,137,800 0.30 3,892,681
2017 Rp 13,387,800 0.20 2,644,504
2018 Rp 13,637,800 0.13 1,795,924
2019 Rp 13,887,800 0.09 1,219,231
Total PV Kas Bersih 23,427,674
NPV Positif Rp 15,257,674

Tahun Kas Bersih DF (55%) PV Kas Bersih


2014 Rp 12,387,800 0.65 7992129
2015 Rp 12,637,800 0.42 5260271
2016 Rp 13,137,800 0.27 3527992
2017 Rp 13,387,800 0.17 2319436
2018 Rp 13,637,800 0.11 1524354
2019 Rp 13,887,800 0.07 1001482
Total PV Kas Bersih 21625664
NPV Positif Rp (13,455,664)
NPV 1 Rp 15,257,674
NPV 2 Rp (13,455,664)
NPV 1 - NPV 2 Rp 28,713,337
pers.
IRR 54.09%
Selisih PV = 45,053,337

Invest = Rp 8,170,000

Jadi, selisih pv – invest = 36,883,337

8. Internal Rate of Return

IRR
Rata-Rata Kas Bersih 13,179,467
PP 0.620
10% (0,621)

9. Profitability Index

= 6.98
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Aspek legalitas pada usaha produk tempe bapak Abdul Munirtidak
memiliki izin karena menurut beliau usaha pabrik tempe tersebut
termasuk usaha rumahan dan tidak memiliki merk yang menjadi identitas
untuk tempe pak munir tersebut.
2. Aspek teknis pada UMKM Tempe pak munir iniUsaha tempe milik Bapak
Abdul Munir terletak di Kelurahan Banyuajuh Kecamatan Kamal
Kabupaten Bangkalan. Kebutuhan kedelai yang digunakan untuk produksi
tempe sebesar 50 kg per hari. Teknologi yang digunakan pada usaha
tempe milik Bapak Abdul Munir berupa mesin gilingan pecah kulit untuk
memisahkan biji kedelai dengan kulit ari.
3. Aspek pasar dan pemasaran pada usaha produk tempe bapak Abdul
Munir ini dipasarkan di berbagai pasar yaitu pasar Kamal, pasar Socah,
Pasar Kwanyar, pasar Klobungan dan bisa melalui beberapa saluran
yaitu yang pertama langsung kepada konsumen akhir dan saluran ke dua
melalui pedagang sayur sebagai tengkulak lalu ke konsumen akhir. Harga
yang ditawarkan berkisar dari Rp 1.250 untuk ukuran kecil sampai Rp
22.000 untuk tempe berukuran besar.
4. Aspek finansial pada usaha produk tempe bapak Abdul Munir untuk
mengetahui pendapatan, kas bersih serta keuntungan didapat selama
sebulan dan juga usaha tersebut dikatakan layak.
5. Aspek manajemen organisasi pada usaha produk tempe bapak Abdul
Munirtidak adanya struktur organisasi dikarenakan sumber daya manusia
hanya dibutuhkan pada proses produksi. Tenaga kerja yang dibutuhkan
pada proses produksi sebanyak 6 orang dengan pembagian tugas antara
lain bagian perebusan hanya 1 orang, bagian pencucian sebanyak 3
orang dan bagian pengemasan sebanyak 6 orang.
6. Aspek sosial ekonomi pada usaha produk tempe bapak Abdul
Munirmendapat respon baik dari masyarakat sekitar, karena dapat
memberikan keuntungan bagi mereka seperti mempekerjakan para
masyarakat sekitar, serta limbah tempe tersebut untuk masyarakat yang
mempunyai hewan ternak.
7. Aspek lingkungan hidup pada usaha produk tempe bapak Abdul Munir
sudah bisa dikatakan baik. Hal ini dikarenakan pengolahan limbah yang
sudah dikelola dengan baik. Untuk limbah air dan ampas atau kulit dari
kedelai digunakan sebagai pakan dan minum ternak warga sekitar pabrik
yang diberikan secara gratis. Di dalam pabriknya sendiri terdapat cukup
banyak fentilasi udara untuk menjaga suhu ruangan tetap stabil, untuk air
dari sumber air bersih (bor) digunakan untuk membersihkan kedelai.

5.2 Saran
Berdasarkan survei yang telah dilakukan, diharapkan agar produk dari
usaha tempe Bapak Munir ini memiliki merk sebagai identitas produk
sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas dan bisa dibedakan dengan
tempe lainnya. Serta perlu adanya legalitas usaha agar dapat
mengembangkan usahanya menjadi lebih luas dan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Arum, Winasti Puspa, dkk. 2017. Kelayakan Bisnis Usaha Dan Nilai Tambah
Agroindustri Tempe. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, Vol. 5 No. 2

Harjanto, J.O. 2009. Inovasi Produk dan Ekspetasi Inovasi Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen.

Kasmir,dan Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 2. Jakarta: Prenada


Media Group.

Kotler, dan Keller. 2012. Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2010. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 1 dan 2.
Edisi 12. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, B. 2000. Membuat Tempe Dan Oncom. Jakarta: Swadaya.

Sucipto, Agus. 2011. Studi Kelayakan Bisnis Ananlisis Intrgratif dan Studi Kasus.
Malang: Aditya Media.

Suprapto. 2001. Pengaruh Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Renika


Cipata.

Tjiptono, Fandy. 2011. Strategi Pemasaran. Edisi 3. Jakarta: ANDI.


LAMPIRAN
KUISIONER

Kuisioner Studi Kelayakan Bisnis UMKM TEMPE

1. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis kelamin : L/P
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Alamat :

6. Usaha utama yang dijalani :


7. Pendapatan perbulan :
8. Usaha lain yang dijalani :
9. Jumlah tanggungan keluarga :
10. Kemitraan usaha :
2. GAMBARAN UMUM
1. Bagaimana latar belakang keluarga Bapak ? Apakah usaha Bapak
merupakan usaha turun temurun dari keluarga atau Bapak memulai
sendiri dari awal ?
2. Bagaimana sejarah dari usaha yang Bapak miliki ?
3. Mengapa Bapak memilih untuk mendirikan usaha tempe ?
4. Berapa pendapatan usaha Bapak dalam jangka waktu satu bulan ?
5. Bagaimana menurut Bapak perkembangan usaha tempe saat ini ?

3. ASPEK DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS


A. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
1. Apakah terdapat kesulitan dalam membeli kedelai?
2. Berapa harga saat Anda membeli kedelai?
3. Bagaimana cara Anda untuk menjual produk tempe ?
4. Daerah mana saja yang menjadi tempat Anda menjual produk tempe?
5. Siapa sasaran Anda untuk menjual produk tempe?
6. Apakah terdapat standar mutu produk Anda (ukuran, berat, bentuk,
dll)?
7. Apakah terdapat promosi yang Anda lakukan?
8. Apakah terdapat persaingan usaha di lingkungan tempat usaha produk
tempe?
9. Bagaimana saluran distribusi untuk produk tempe Anda?
10. Apakah terdapat produk lain yang Anda produksi selain tempe?
11. Berapa pendapatan Anda dalam sehari?
B. ASPEK TEKNIS
1. Dimana lokasi usaha Anda?
2. Apakah lokasi mudah dijangkau?
3. Apakah lokasi dekat dengan sumber air maupun listrik?
4. Apakah lokasi dekat dengan tempat ketersediaan bahan baku?
5. Darimana sumber bahan baku yang Anda gunakan?
6. Apakah Anda memilki kendala saat pengadaan bahan baku?
7. Dimana Anda membeli kedelai?
8. Berapa kebutuhan kedelai yang digunakan untuk setiap produksi tempe?
9. Apabila terdapat kenaikan harga kedelai, apa yang akan Anda lakukan
untuk menyikapi masalah tersebut?
10. Berapa jumlah produksi tempe dalam sehari?
11. Berapa bahan baku yang Anda butuhkan untuk setiap produksi?
12. Apa jenis kedelai yang Anda gunakan?
13. Berapa kapasitas produksi tempe yang dihasilkan dalam satu kali
produksi?
14. Bagaimana proses produksi tempe mulai awal hingga akhir?
15. Teknologi apa yang Anda gunakan dalam proses produksi?
16. Apa saja alat yang digunakan dalam proses produksi?
17. Bagaimana cara Anda untuk meningkatkan jumlah dan mutu produksi?
18. Bagaimana tata letak (layout) dari tempat usaha Anda (tata letak
peralatan dan mesin)?
C. ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI
1. Bagaimana struktur organisasi yang diterapkan di tempat usaha Anda?
2. Bagaimana cara pembagian setiap kerjanya?
3. Berapa jumlah tenaga kerja yang Anda miliki?
4. Berapa tenaga kerja yang dibutuhkan untuk satu proses? Bagaimana
cara Anda membagi tenaga kerja untuk setiap prosesnya?
5. Darimana sumber tenaga kerja yang Anda gunakan?
6. Berapa jam kerja dalam per hari?
7. Apakah terdapat persyaratan untuk menjadi salah satu tenaga kerja
Anda?
8. Berapa gaji/upah yanga Anda berikan per hari?
D. ASPEK HUKUM
1. Apa bentuk dari usaha Anda? Perseorangan?
2. Apakah usaha Anda sudah memiliki legalitas hukum? Jika tidak,
mengapa?
3. Apa saja izin usaha yang sudah Anda miliki?
4. Bagaimana cara Anda memproses izin usaha untuk tempat usaha
Anda?
5. Apakah terdapat kendala dalam memproses izin usaha?
E. ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI
1. Apakah masyarakat di lingkungan usaha Anda mendukung usaha
yanga Anda lakukan?
2. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap usaha Anda?
3. Bagaimana Anda mengelola limbah (ampas) produksi agar tidak
menganggu masyarakat?
4. Apakah terdapat kritikan dari masyarakat mengenai usaha Anda?
5. Bagaimana cara Anda untuk meyakinkan masyarakat saat pertama
usaha ini dibuka?
6. Bagaimana dampak adanya UMKM ini terhadap ekonomi sekitar?
F. ASPEK FINANSIAL
1. Apakah tempat yang Anda gunakan milik sendiri atau sewa?
2. Berapa modal yang Anda gunakan? Darimana sumber modal yang
Anda gunakan?
3. Apabila tempat yang Anda gunakan adalah sewa, berapa biaya sewa
yang Anda keluarkan?
4. Berapa biaya listrik atau air yanga Anda keluarkan?
5. Berapa biaya perawatan dari peralatan yang digunakan?
6. Berapa biaya transportasi yang Anda keluarkan?
7. Berapa biaya variabel yang Anda keluarkan? (plastik, wadah, pengaduk
dll)?
8. Apakah Anda pernah bekerjasama dengan lembaga keuangan? (bank,
koperasi dll)
9. Bagaimana mekanisme dalam kerjasama tersebut?
10. Bagaimana sistem upah karyawan?
11. Berapa biaya pajak yang Anda keluarkan?

Biaya-Biaya dan Penerimaan


a. Biaya Investasi
No Uraian Umur Jumlah Harga Per Total
Ekonomis Unit (Rp) (Rp)
1 Bangunan
2 Biaya peralatan
produksi
3 Biaya administrasi

Total Biaya

b. Biaya tetap
No Uraian Umur Jumlah Harga Per Total
Ekonomis Unit (Rp) (Rp)
1 Gaji Karyawan
2 Biaya Listrik
3 PBB (Pajak Bumi &
Bangunan)
4 Pemeliharaan Alat
5 Biaya air
6 Telepon
Total Biaya

c. Biaya Variabel
No Uraian Umur Jumlah Harga Per Total (Rp)
Ekonomis Unit (Rp)
1 Kedelai
2 Ragi tempe
3 Kemasan:
Plastik
Daun pisang
4 Biaya Transportasi
5 Gas LPG
Total Biaya

G. ASPEK LINGKUNGAN HIDUP


1. Bagaimana persepsi dan penilaian pengusaha terhadap kondisi
lingkungan sekitar? Dan sebaliknya.
2. Apa jenis limbah yang dihasilkan (padat, cair, gas dan bau)?
3. Apa dampak perubahan lingkungan yang ditimbulkan oleh UMKM ini?
4. Bagaimana cara dan upaya penanganan untuk menekan dan
mencegah dampak yang ditimbulkan usaha?

Anda mungkin juga menyukai