Anda di halaman 1dari 9

ISSN 2088 – 5369

EFEK BLANCHING DAN METODE PENGERINGAN TERHADAP SIFAT


FISIKOKIMIA TEPUNG UBI JALAR ORANGE (Ipomoea batatas L.)

EFFECT OF BLANCHING AND DRYING METHODS ON PHYSICOCHEMICAL


PROPERTIES OF ORANGE SWEET POTATO FLOUR (Ipomoea batatas L.)

Zulman Efendi*, Fitri Electrika Dewi Surawan dan Winarto


Jurusan Teknologi Pertanian, Faultas Pertanian Universitas Bengkulu
*E-mail: ezulman@gmail.com

ABSTRACT

Orange sweet potato is one of many tubers as raw materials for food processing diversify. However,
problems in flour processing such as color change, degradation of the material, especially in the
use of 100oC for a long time blanching. This study aims to find the physicochemical properties of
orange sweet potato flour. The study was conducted with a CRD by factorial. The first factor were
without blanching, blanching 60°C, and 80°C, while the second factor were sun and oven drying.
The results showed that value of yield from 28.69% up to 21.23%, but bulk density from 0.55 up to
0.70, water absorption index from 0.20 up to 0.64 (w/w), significantly. Meanwhile, water content
and water solubility index in the range 4.99-7.40% and 0.022-0.064 (w/v), not significantly. L value
has decreased until 65.87 while the value of a and b have increased with increasing of blanching
temperature and drying oven method, significantly. a+ and b+ value were in the range of 9.47 to
11.13 and from 21.60 to 28.67. Effect of blanching 80oC and drying oven method have proved to be
better production of orange sweet potato flour
Keywords : orange sweet potato, blanching, drying

ABSTRAK

Ubi jalar orange adalah salah satu bahan penepungan untuk diversifikasi olahan pangan. Namun,
saat pengolahan menjadi tepung muncul permasalahan perubahan warna, degradasi bahan, terutama
pada penggunaan blanching mencapai 100°C dalam waktu lama. Penelitian ini bertujuan untuk
menemukan pengaruh faktor blanching di bawah 100°C yang masih memberikan manfaat
khususnya mempertahankan warna tepung dan memperbaiki sifat fisikokimia tepung. Penelitian
dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor pertama adalah tanpa blanching,
blanching 60°C dan 80°C, sedangkan faktor kedua adalah metode pengeringan yakni menggunakan
matahari dan oven. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suhu blanching hingga 80°C
dengan metode pengeringan oven berpengaruh nyata menurunkan rendemen dari 28,69% hingga
21,23%, namun, meningkatkan densitas kamba dari 0,55 hingga 0,70, indeks penyerapan air dari
0,20 hingga 0,64 (b/b). Sedangkan kadar air tidak tidak berbeda nyata pada rentang 4,99-7,40%,
begitu pula nilai indeks kelarutan air berada pada rentang 0,022-0,064 (b/v). Nilai L mengalami
penurunan signifikan mencapai 65,87, sedangkan nilai a dan b mengalami peningkatan secara
signifikan seiring peningkatan suhu blanching dengan pengeringan metode oven. Nilai a+ dan b+
berada dalam rentang 9,47-11,13 dan 21,60-28,67 blanching 80°C dan metode pengeringan oven
menghasilkan sifat fisik tepung ubi jalar orange yang lebih baik.
Kata kunci: ubi jalar orange, blanching, pengeringan

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No. 2, November 2015 : 109 – 117 | 109


Z. Efendi, F.E.D. Surawan dan Winarto

PENDAHULUAN atau penyawutan, perendaman dengan


larutan natrium metabisulfit, ditiriskan, di-
Ubi jalar (Ipomoea batas L.) me- bilas, penjemuran dan pengeringan suhu
rupakan tanaman ubi yang mudah tumbuh 50°C hingga kadar air 7%, lalu pene-
dan berkembang di seluruh Indonesia. Se- pungan hingga lolos ayakan 80 mesh
cara umum masyarakat mengenal ubi jalar (Lesmayati dan Qomariah, 2014). Namun,
putih, ungu, merah, orange dan kuning. adanya isu keamanan pangan bebas residu
Ubi jalar memberikan sumbangan karbo- kimia sehingga produsen tepung perlu
hidrat yang tinggi setelah padi, jagung, dan mempertimbangkan cara pengolahan yang
ubi kayu. Ubi jalar dikenal sebagai sumber lebih baik. Selain itu, hasil tepung ubi jalar
pati dan serta pangan yang tinggi, selain itu masih memiliki kekurangan yang tidak
mengandung vitamin dan mineral khusus- dikehendaki seperti permasalahan yang
nya kalium dan fosfor, dan β-karoten yang timbul saat ubi jalar dikupas, getah dan
cukup tinggi pada ubi jalar orange sehing- kulit sebagai sumber enzim phenolase
ga menunjang program diversifikasi pa- menyebabkan reaksi browning (Suprapto,
ngan berbasis tepung. Namun, bentuk kon- 2004), kurang mengembang dan berwarna
sumsi yang paling umum pada masyarakat kecoklat-coklatan sehingga perlu diper-
adalah ubi jalar rebus, goreng, getuk, ke- baiki karakteristik tepung ubi jalar agar
ripik bahkan ubi jalar dianggap sebagai berkualitas dengan memodifikasi sifat-sifat
pangan darurat yang hanya dikonsumsi fungsional (Hidayati, 2014). Beberapa tek-
oleh masyarkat kelas bawah. Pengolahan nik yang dilakukan peneliti dalam memo-
ubi jalar menjadi tepung ubi jalar meru- difikasi tepung antara lain fermentasi
pakan salah satu alternatif upaya penga- (Hidayati, 2014; Anggraeni dan Yuwono,
wetan dan penghematan ruang penyim- 2014).
panan. Selain itu bentuk tepung memiliki Menurut Winarno (2009), reaksi
masa simpan relatif lama, akan lebih mu- pencoklatan non enzimatis merupakan
dah untuk dimanfaatkan sebagai bahan reaksi yang melibatkan gugus karbonil dan
baku industri pangan maupun non pangan gugus amina. Salah satu upaya pence-
bahkan dapat mensubstitusi penggunaan gahan adalah menghambat reaksi gugus
tepung terigu atau olahan pangan berbasis karbonil dan gugus amina. Metode lainnya
tepung ubi jalar. adalah modifikasi kimia dengan garam
Ubi jalar memiliki prospek pe- sodium tripolifosfat (Aulia dan Putri, 2015)
ngembangan yang cukup besar dilihat dari yang menghasilkan sifat fungsional tepung
potensi ubi jalar daerah Bengkulu. Ber- yang lebih stabil, peningkatan viskositas
dasarkan informasi statistik BPS Provinsi dan pencegahan retrogradasi pada patinya.
Bengkulu (2015) bahwa perkembangan Blanching adalah proses pemanas-
produksi ubi jalar selama periode 2011- an cepat untuk menginaktivasi enzim yang
2014 mengalami peningkatan yang signifi- umum dilakukan dengan suhu mencapai
kan dan pada tahun 2014 mencapai 52.521 100°C. Blanching dapat dilakukan dengan
ton dibanding tahun 2011 hanya mencapai air, uap dan energi microwave. Namun,
26.445 ton. Salah satu ubi jalar yang gemar penggunaan panas yang berlebihan tidak
dikonsumsi masyarkat adalah ubi jalar disarankan pada pengolahan ubi jalar sebab
orange. Ubi jalar orange atau kuning me- Aulia dan Putri (2015), ubi jalar memiliki
miliki potensi unggulan β-karoten (pro- kecendrungan untuk bersifat lembek sete-
vitamin A) yang tinggi (Juanda dan lah dikenai proses pemanasan, hal ini juga
Cahyono, 2000) dapat mempengaruhi penurunan komponen
Proses pembuatan tepung ubi jalar penting β-karoten yang termasuk golongan
prinsipnya adalah pengupasan, pengirisan antioksidan dan sifat antioksidan tidak sta-

110 | Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No. 2, November 2015 : 109 – 117


EFEK BLANCHING DAN METODE PENGERINGAN

bil suhu tinggi. Menurut Erawati (2006) ching (air pada suhu kamar sebagai kon-
bahwa blanching 70°C selama 10 menit trol), blanching 60°C dan 80°C, dengan
menurunkan kadar β-karoten hingga 15,03 waktu masing-masing 5 menit, 5) Peniris-
- 20,47%. Selain itu, informasi penggunaan an, 6) Pengeringan sesuai perlakuan yakni
blanching pada suhu dibawah 100oC belum dengan oven 8 jam dan matahari hingga
banyak diungkap pada ubi jalar orange mencapai getas seperti hasil pengeringan
berikut sifat fisiknya, perubahan warna oven 8 jam, 7) Pengecilan ukuran hingga
kuning, karena warna kuning merupakan lolos ayakan 80 mesh, 8) Pengemasan dan
manifestasi keberadaan β-karoten pada ubi sampel siap dilakukan pengamatan. II. Ta-
jalar orange. hap Uji sifat fisiko-kimia meliputi : ren-
demen, kadar air, densitas kamba, indeks
METODE PENELITIAN penyerapan air, indeks kelarutan air, dan
warna L,a, b.
Bahan utama penelitian adalah ubi Indeks penyerapan air (IPA) dan
jalar orange lokal dari Kabupaten Kepa- indeks kelarutan air (IKA) dilakukan
hiang, Bengkulu, dan aquadest. Penggu- dengan sampel 1 gram, dimasukkan dalam
naan alat di Lab TIP dan Lab Agrotek tabung sentrifuge, ditambah 10 ml aquades,
diantaranya adalah slicer, thermometer, divorteks, disentrifugasi pada 2000 rpm
oven (Froilabo, France), centrifuge (Wifug kondisi suhu ruang selama 15 menit, dipi-
labor 50M, England), timbangan analitik sahkan supernatan dan residu, kemudian
(Sartorius Bp 6100, German), vibrator residu dipanaskan hingga berat konstan,
(Fisions scientific equipment, UK). Camera sehingga diketahui berat air yang menguap,
(Kodak 14 MP type C195). Adobe photo- sedangkan pada supernatan, diambil 2 ml
shop (CS5 Extended Version 12.03x32) dan dimasukkan dalam cawan timbang,
Rancangan penelitian mengguna- dioven hingga berat konstan (Muchtadi,
kan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dkk., 1988).
faktorial terdiri dari dua faktor yaitu peren- Pengamatan warna dilakukan de-
daman air pada (tanpa blanching, 60°C dan ngan pengambilan foto sampel dengan ka-
80°C), dan metode pengeringan (oven dan mera 14MP type Kodak C195, kemudian
matahari), percobaan dilakukan sebanyak mentranformasi kedalam bentuk digital dan
tiga kali ulangan sehingga diperoleh dianalisa dengan software Adobe photo-
kombinasi 3x2x3=18 unit percobaan. shop CS5 pada dengan spesifikasi mode
Tahapan penelitian meliputi I. Ta- Lab, resolusi 300 pixels/inchi, 16 bit depth.
hap pembuatan tepung yakni: 1) Pemi- Analisis data dilakukan dengan
lihan bahan baku yang segar dan tidak ca- analysis of varian (ANOVA) dan apabila
cat, 2) Pencucian hingga bersih dan pengu- terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji
pasan kulit, kemudian pencucian kembali, lanjut Duncan’s Multiple Range Test
3) Pengecilan ukuran mencapai +2 mem- (DMRT) pada taraf 5%.
bentuk chips, 4) Perlakuan tanpa blan-

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No. 2, November 2015 : 109 – 117 | 111


Z. Efendi, F.E.D. Surawan dan Winarto

HASIL DAN PEMBAHASAN pada serealia dan umbi-umbian. Menurut


Winarno (2002), granula pati terdiri dari
1. Rendemen dua fraksi yakni amilosa dan amilopektin
Berdasarkan analisis statistik ano- yang dapat dipisahkan dengan air panas,
va, diketahui bahwa faktor blanching mem- dan pada suhu antara 55 - 65°C granula
berikan pengaruh yang nyata terhadap rata- pati mengalami peningkatan volume bah-
rata rendemen tepung ubi jalar orange kan jika mencapai suhu gelatinasi, maka
namun faktor metode pengeringan seba- granula pati pecah, dimana fraksi amilosa
liknya. Pengaruh blanching 80°C berbeda adalah fraksi yang mudah larut dalam air
nyata dengan blanching 60°C. Adapun (Winarno, 2002), kelarutan pati 15-35%,
pengaruh blanching 60°C tidak berbeda dan tergelatinasi pada suhu 75 - 88°C un-
nyata dengan perlakuan tanpa blanching. tuk granula berukuran kecil (Moorthy,
Analisis antara nilai rendemen se- 2000). Hal ini dapat menjadi sumber ke-
tiap tepung sepeti Gambar 1, menun- hilangan massa selama penirisan berlang-
jukkan rendemen tepung tertinggi sebesar sung, sehingga rendemen menjadi lebih
29,01% pada perlakuan tanpa blanching rendah.
metode pengeringan matahari, sedangkan
rendemen terendah sebesar 21,23% pada 2. Kadar Air
perlakuan blanching 80°C metode penge- Hasil analisis statistik anova me-
ringan oven. Penurunan rendemen secara nunjukkan bahwa faktor blanching dan
nyata pada perlakuan blanching 80°C me- metode pengeringan tidak berpengaruh
nunjukkan bahwa terdapat bagian ubi jalar nyata terhadap peningkatan rata-rata kadar
bentuk chip yang larut dalam media pen- air tepung ubi jalar orange. Hal ini dapat
dispersi selama proses blanching. Pati disebabkan kondisi bahan dalam bentuk
adalah bagian yang dominan dari karbohid- chip memperluas kontak bahan dengan fak-
rat, salah satu yang memiliki berat molekul tor perlakuan sehingga memiliki kekuatan
yang tinggi dan umumnya banyak terdapat penguapan air yang sama.

35
28,69bc 29,01c
30 26,95bc 25,8abc
23,65ab
25
Rendemen (%)

21,23a
20
15 Matahari

10 Oven

5
0
Tanpa 60°C 80°C
Blanching

Gambar 1. Efek Blanching dan Metode Pengeringan terhadap Rendemen


Tepung Ubi Jalar Orange

112 | Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No. 2, November 2015 : 109 – 117


EFEK BLANCHING DAN METODE PENGERINGAN

8 6,88a 7,4a 7a
7 6,07a
5,67a
6
Kadar Air (%)

4,99a
5
4 Matahari
3 Oven
2
1
0
Tanpa 60°C 80°C
Blanching

Gambar 2. Efek Blanching dan Metode Pengeringan terhadap Kadar Air


Tepung Ubi Jalar Orange

0.8 0,69cd 0,68cd 0,71d 0,66c


Densitas Kamba (g/ml)

0.7 0,61b
0.6 0,55a
0.5
0.4 Matahari
0.3 Oven
0.2
0.1
0
Tanpa 60°C 80°C
Blanching

Gambar 3. Efek Blanching dan Metode Pengeringan terhadap Kadar Air


Tepung Ubi Jalar Orange

Kadar air tepung ubi jalar orange bersaing bahkan berada di bawah kadar air
hasil penelitian seperti Gambar 2, berva- produk tepung komersial.
riasi pada rentang 4,99 - 7,00%. Sedangkan Kadar air tepung hasil penelitian
kadar air tepung umbi lainnya seperti kadar sudah cukup menunjang masa simpan pro-
air tepung ubi kuning 6,77% (Ambarsari, duk tepung ubi jalar orange. Bahan yang
dkk, 2009) dan tepung ubi jalar orange fer- telah dihilangkan airnya hingga kadar air
mentasi 6,37 - 6,86% (Aulia, dkk, 2015). berada dalam rentang 3 - 7% akan men-
Apabila dibandingkan dengan tepung ko- capai kestabilan optimum bahan sebab da-
mersial seperti tepung terigu ditetapkan pat menghambat partumbuhan mikroba dan
kadar air maksimal 14,5% (BSN, 2009) reaksi-reaksi kimia yang bersifat merusak
dan kadar air tepung singkong maksimal bahan makanan seperti browning, hidrolisis
12% (DSN, 1992) maka kadar air tepung atau oksidasi lemak Winarno (2002). Salah
ubi jalar orange hasil penelitian mampu satu keunggulan produk hasil penelitian ini
adalah berkadar air rendah.

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No. 2, November 2015 : 109 – 117 | 113


Z. Efendi, F.E.D. Surawan dan Winarto

3. Densitas Kamba densitas yang relatif besar yaitu 0,71 g/ml


Densitas kamba merupakan indika- dan 0,66 g/ml. Efek metode oven mampu
tor kemampuan bahan memenuhi suatu menyediakan sumber udara panas yang
ruangan. Pengukuran densitas kamba diha- stabil dari awal hingga akhir pemanasan.
silkan dari perbandingan antara berat bahan Kelebihan produk dengan densitas kamba
dengan volume bahan itu sendiri dengan lebih tinggi adalah produk semakin ringkas
satuan g/ml. Berdasarkan hasil penelitian atau lebih padat sehingga dalam suatu
seperti Gambar 3, bahwa densitas kamba volume tertentu dapat ditempatkan bahan
mengalami peningkatan seiring peningkat- tersebut dalam bobot yang lebih banyak,
an suhu blanching pada rentang 0,55 - 0,71 sehingga menghemat ruang penyimpanan.
g/ml. Peningkatan densitas kamba juga di-
pengaruhi metode pengeringan. Menurut 4. Indeks Penyerapan Air (IPA)
analisis statistik anova bahwa faktor blan- Indeks Penyerapan Air (IPA) atau
ching dan metode pengeringan member- disebut juga water absorption adalah
kan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata kemampuan tepung dalam menyerap air
densitas kamba tepung ubi jalar orange (b/b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yakni blanching suhu 80°C relatif lebih nilai IPA berada dalam rentang 0,20 - 0,64
tinggi densitasnya dibanding blanching seperti pada Gambar 4. Berdasarkan ana-
suhu 60°C atau tanpa blanching. lisis statistik anova, bahwa faktor blan-
Selain itu, densitas kamba juga ching dan metode pengeringan berpenga-
dipengaruhi bobot kadar air bahan, karena ruh nyata terhadap Indeks Penyerapan Air
secara faktual terjadi kenaikan kadar air (IPA) tepung ubi jalar orange, Nilai rata-
pada produk tepung yang mengalami blan- rata IPA akibat pengaruh blanching 80°C
ching 80°C. Dengan demikian berat te- lebih tinggi dan secara statistik berbeda
pung yang terukur diperoleh lebih besar nyata dengan nilai rata-rata IPA tanpa
dibanding perlakuan lainnya. Tepung ubi blanching sedangkan metode oven meng-
jalar orange akibat perlakuan blanching hasilkan IPA lebih tinggi dan secara statis-
80°C dengan pengeringan matahari dan tik berbeda nyata dengan perlakuan penge-
80°C dengan pengeringan oven memiliki ringan matahari.

0.7 0,64d
Indeks Penyerapan Air (b/b)

0,62d
0.6 0,53cd
0.5
0,34bc
0.4 0,31ab
0.3 0,2a Matahari
0.2
Oven
0.1
6E-16
-0.1 Tanpa 60°C 80°C
Blanching

Gambar 4. Efek Blanching dan Metode Pengeringan terhadap IPA


Tepung Ubi Jalar Orange

114 | Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No. 2, November 2015 : 109 – 117


EFEK BLANCHING DAN METODE PENGERINGAN

Peningkatan nilai IPA pada saat 0,022-0,064. Nilai IKA pada tepung ubi
granula mengalami pembengkakan teruta- jalar orange sangat bervariasi dengan
ma periode gelatinasi tercapai menyebab- kecenderungan nilai IKA meningkat se-
kan gugus hidroksil fraksi pati mampu iring peningkatan suhu Peningkatan nilai
mengikat air sekitarnya dalam jumlah yang IPA dapat dijelaskan yaitu pada saat
lebih banyak sehingga terperangkap dalam granula mengalami pembengkakan teruta-
matrik dalam chip ubi jalar. Kondisi ini ma periode gelatinasi tercapai menyebab-
dapat disebut pati pregelatinasi yaitu pati kan gugus hidroksil fraksi pati mampu
telah mengalami gelatinasi dengan cara mengikat air sekitarnya dalam jumlah yang
pemasakan dengan air panas di atas suhu lebih banyak sehingga terperangkap dalam
gelatinasinya. Kemudian, chip ubi jalar matrik dalam chip ubi jalar. Kondisi ini
orange yang dikeringkan memiliki kesem- dapat disebut pati pregelatinasi yaitu pati
patan memperoleh panas yang stabil dari telah mengalami gelatinasi dengan cara
awal hingga akhir pemanasan dibanding- pemasakan dengan air panas di atas suhu
kan pengeringan matahari yang sangat gelatinasinya. Kemudian, chip ubi jalar
tergantung posisi matahari dan cuaca. Ada orange yang dikeringkan memiliki kesem-
kemungkinan panas dengan metode penge- patan memperoleh panas yang stabil dari
ringan oven lebih banyak energi panas awal hingga akhir pemanasan diban-
yang menyebabkan komponen pati berong- dingkan pengeringan matahari yang sangat
ga terutama pati pregelatinasi, sehingga ke- tergantung posisi matahari dan cuaca. Ada
mampuan fraksi ini lebih besar dalam kemungkinan panas dengan metode penge-
penyerapan air serta berkontribusi mening- ringan oven lebih banyak energi panas
katkan nilai IPA. Nilai IPA berbeda-beda yang menyebabkan komponen pati berong-
tergantung jenis ubinya. ga terutama pati pregelatinasi, sehingga
kemampuan fraksi ini lebih besar dalam
5. Indeks Kelarutan Air (IKA) penyerapan air serta berkontribusi mening-
Indeks kelarutan air (IKA) me- katkan nilai IPA. Secara umun, nilai IKA
nunjukkan keberadaan fraksi tepung yang memiliki kecendrungan menurun pada me-
dapat terlarut dalam air (b/v). Berdasarkan tode pengeringan oven. Walaupun demi-
Gambar 5, bahwa nilai IKA tepung ubi kian, hasil analisis anova menunjukkan
jalar orange yang diproduksi dengan per- bahwa faktor blanching dan metode penge-
lakuan blanching dan metode pengeringan ringan tidak berpengaruh nyata terhadap
matahari atau oven berada pada rentang nilai rata-rata IKA.

0.07 0,064a
Indek Kelarutan Air

0.06 0,053a
0.05 0,043a Matahari
(b/v)

0.04 0,031a Oven


0.03 0,024a 0,022a
0.02
0.01
0
Tanpa 60°C 80°C
Blanching
Gambar 5. Efek Blanching dan Metode Pengeringan terhadap IKA
Tepung Ubi Jalar Orange

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No. 2, November 2015 : 109 – 117 | 115


Z. Efendi, F.E.D. Surawan dan Winarto

6. Warna 11,13. Secara umum hasil penelitian


Perbandingan nilai L (kecerahan) menunjukkan bahwa nilai a+ tidak berbeda
seperti dalam Tabel 1, menunjukkan nilai nyata hampir pada semua sampel tepung,
kecerahan atau nilai L berada pada rentang artinya warna merah hampir ditemukan
65,87-75,65. Jika nilai cerah tertingggi secara merata pada tepung ubi jalar orange.
adalah 100 identik warna putih, maka Namun, Secara statistik dengan anova,
warna tepung ubi jalar orange akibat pengaruh faktor blanching 80°C menye-
perlakuan faktor blanching menyebabkan babkan nilai a+ lebih besar dan berbeda
nilai L menjadi lebih rendah begitu pula nyata dibanding perlakuan tanpa blan-
pengaruh oven. Hal ini sesuai dengan hasil ching.
statistik anova, bahwa pengaruh faktor Adapun nilai b+ merupakan perwa-
blanching dan metode pengeringan ber- kilan warna kuning pada bahan. Nilai b+
pengaruh nyata terhadap nilai rata-rata L. tepung ubi jalar orange berada pada
Pengaruh blanching 80°C cendrung menu- rentang 21,60-28,67. Berdasarkan analisis
runkan nilai L dibandingkan tanpa blan- statistik anova bahwa faktor blanching
ching. Sedangkan pengaruh metode penge- 80°C menunjukkan nilai b+ lebih besar
ringan oven cenderung menurunkan nilai L yakni 28,67 dan berbeda nyata dengan
dibandingkan metode pengeringan mata- blanching 60°C dan perlakuan tanpa blan-
hari. Hal ini menggambarkan bahwa ching. Keberadaan warna merah dan
pengurangan warna orange ubi jalar lebih kuning meupakan implikasi dari warna
sedikit apabila dalam pembuatan tepung orange dari bahan ubi jalar. Warna orange
ubi jalar orange dikondisikan sebelumnya tersebut mungkin mampu memberikan
dengan blanching terutama suhu blanching indikasi masih terdapatnya komponen β
80°C dan metode pengeringan oven. karoten sehingga perlakuan yang dapat
Nilai a+ menunjukkan perwakilan mempertahankan nilai a+ dan b+ lebih besar
warna merah pada bahan. Nilai a tepung adalah perlakuan yang terbaik untuk
ubi jalar orange berada pada rentang 9,47- pembuatan tepung ubi jalar orange.
Tabel 1. Nilai L, a, b pada tepung ubi jalar orange
Perlakuan
L a+ b+
(Blanching-Metode Pengeringan)
c a ab
Tanpa Blanching-Matahari 75,65 9,69 23.94
bc a ab
Tanpa Blanching-Oven 72,52 9,47 24,53
c a a
60°C -Matahari 74,11 9,78 21,6
ab ab ab
60°C -Oven 67,87 9,87 22,53
bc ab b
80°C -Matahari 71,66 10,28 24,95
a b c
80°C -Oven 65,87 11,13 28,67
Ket : Notasi yang sama dalam kolom yang sama menunjukkan beda nilai yang beda nyata hasil
anova dilanjutkan uji Duncan pada taraf 5%

KESIMPULAN nyerapan air (IPA) dari 0,20 hingga 0,64


(b/b) secara signifikan. Peningkatan para-
Perlakuan blanching hingga 80°C meter densitas kamba dan IPA menunjuk-
dengan metode pengeringan oven ber- kan bahwa tepung yang diperoleh berpo-
pengaruh nyata menurunkan rendemen dari tensi digunakan sebagai pangan olahan
28,69% hingga 21,23%. Sedangkan pe- dengan kemudian penyimpanan dan pe-
ningkatan terjadi pada parameter densitas ngembangan adonan berbahan tepung ubi
kamba dari 0,55 hingga 0,70, indeks pe-

116 | Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No. 2, November 2015 : 109 – 117


EFEK BLANCHING DAN METODE PENGERINGAN

jalar orange. Kemudian, kadar air tidak duksi Tepung Ubi Jalar (Ipomoea
berbeda nyata berada pada rentang 4,99- bata-tas L.). [Tesis]. Sekolah
7,40, namun memiliki keunggulan berada Pascasarjana IPB. Bogor.
di bawah kadar air produk komersial yakni Hidayati, N.R. 2014. Pengaruh Variasi
tepung singkong dan tepung terigu. Begitu Konsentrasi dan Lama Perendam-
pula nilai indeks kelarutan air tiak berbeda an Asam Laktat terhadap Kadar
nyata, berada pada rentang 0,022-0,064 Glukosa dan Uji Organoleptik Te-
(b/v). Nilai L mengalami penurunan signi- pung Ubi Jalar (Ipomoea batatas).
fikan mencapai 65,87. Hal ini mengindika- Jurnal Florea. 1 (2) : 37 – 41.
sikan bahwa warna orange masih dominan Honestin, T. 2007. Karakterisasi Fisiko-
dibanding warna putih seperti yang dike- kimia Tepung Ubi Jalar (Ipomoea
hendaki pada tepung mendekati warna batatas L.) Varietas Sukuh. 9?
bahannya. Adapun nilai a dan b mengalami [Diakses Agustus 2016]
peningkatan secara signifikan seiring pe- Juanda, D. dan B. Cahyono. 2000. Ubi
ningkatan suhu blanching dengan penge- Jalar: Budidaya dan Analisis
ringan metode oven. Nilai a+ (merah) dan Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta
b+ (kuning) berada dalam rentang 9,47- Lesmayati, S. dan R. Qomariah. 2014.
11,13 dan 21,60-28,67. Dengan demikian, Teknologi Pengolahan Komoditas
blanching 80°C dan metode pengeringan Ubi-ubian Mendukung Pengem-
oven menghasilkan sifat fisik tepung ubi bangan Agroindustri Di Kawasan
jalar orange yang lebih baik. Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Prosiding Seminar Nasional “Ino-
DAFTAR PUSTAKA vasi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru, 6-7 Agustus 2014:
Anggraeni, Y. P. dan S.S. Yuwono. 2014. 619 - 627
Pengaruh Fermentasi Alami pada Moorthy, S.N. 2000. Tropical Sources of
Chips Ubi Jalar (Ipomoea batatas) Starch. Di dalam : A.C.Eliasson
terhadap Sifat Fisik Tepung Ubi (ed). Starch In Foods. Structure,
Jalar Terfermentasi. Jurnal Pangan function and applications. CRC
dan Agroindustri. 2(2) : 56 - 59 Press LLC. USA
Aulia, R.E dan D.R. Putri. 2015. Muchtadi, T.R., P. Haryadi, A.B. Ahza.
Karakteristik Sifat Fisikokimia 1988. Teknologi Pemasakan
Te-pung Ubi Jalar Orange Hasil Ekstru-si. PAU Pangan dan Gizi.
Modifi-kasi Kimia Dengan STPP. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jurnal Pangan dan Industri. 3(2) : Sequence=1&isAllowed=y.
476 - 482 [Diakses Agustus 2016]
BPS Provinsi. 2015. Bengkulu dalam Ang- Suprapto. 2004. Pengaruh Lama Blanching
ka. Badan Pusat Statistik Provinsi Terhadap Kualitas Stik Ubi Jalar
Bengkulu (Ipomoea batatas L.) dari Tiga
BSN, 2005. Tepung Terigu sebagai Bahan Varietas. Prosiding Temu Teknis
Makanan SNI 3751:2009. Badan Nasional Tenaga Fungsional Per-
Standarisasi Nasional. Jakarta tanian Tahun 2004. 220-228
DSN, 2002. Tepung Singkong SNI 01- Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan Dan
2997-1992. Dewan Standarisasi Gizi. PT Gramedia Pustaka Uta-
Nasional. Jakarta ma. Cetakan ke-9. Jakarta
Erawati, C.M. 2006. Kendali Stabilitas
Beta Karoten selama Proses Pro-

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No. 2, November 2015 : 91 – 99 | 117

Anda mungkin juga menyukai