3886 7064 1 PB
3886 7064 1 PB
ABSTRACT
Orange sweet potato is one of many tubers as raw materials for food processing diversify. However,
problems in flour processing such as color change, degradation of the material, especially in the
use of 100oC for a long time blanching. This study aims to find the physicochemical properties of
orange sweet potato flour. The study was conducted with a CRD by factorial. The first factor were
without blanching, blanching 60°C, and 80°C, while the second factor were sun and oven drying.
The results showed that value of yield from 28.69% up to 21.23%, but bulk density from 0.55 up to
0.70, water absorption index from 0.20 up to 0.64 (w/w), significantly. Meanwhile, water content
and water solubility index in the range 4.99-7.40% and 0.022-0.064 (w/v), not significantly. L value
has decreased until 65.87 while the value of a and b have increased with increasing of blanching
temperature and drying oven method, significantly. a+ and b+ value were in the range of 9.47 to
11.13 and from 21.60 to 28.67. Effect of blanching 80oC and drying oven method have proved to be
better production of orange sweet potato flour
Keywords : orange sweet potato, blanching, drying
ABSTRAK
Ubi jalar orange adalah salah satu bahan penepungan untuk diversifikasi olahan pangan. Namun,
saat pengolahan menjadi tepung muncul permasalahan perubahan warna, degradasi bahan, terutama
pada penggunaan blanching mencapai 100°C dalam waktu lama. Penelitian ini bertujuan untuk
menemukan pengaruh faktor blanching di bawah 100°C yang masih memberikan manfaat
khususnya mempertahankan warna tepung dan memperbaiki sifat fisikokimia tepung. Penelitian
dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor pertama adalah tanpa blanching,
blanching 60°C dan 80°C, sedangkan faktor kedua adalah metode pengeringan yakni menggunakan
matahari dan oven. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suhu blanching hingga 80°C
dengan metode pengeringan oven berpengaruh nyata menurunkan rendemen dari 28,69% hingga
21,23%, namun, meningkatkan densitas kamba dari 0,55 hingga 0,70, indeks penyerapan air dari
0,20 hingga 0,64 (b/b). Sedangkan kadar air tidak tidak berbeda nyata pada rentang 4,99-7,40%,
begitu pula nilai indeks kelarutan air berada pada rentang 0,022-0,064 (b/v). Nilai L mengalami
penurunan signifikan mencapai 65,87, sedangkan nilai a dan b mengalami peningkatan secara
signifikan seiring peningkatan suhu blanching dengan pengeringan metode oven. Nilai a+ dan b+
berada dalam rentang 9,47-11,13 dan 21,60-28,67 blanching 80°C dan metode pengeringan oven
menghasilkan sifat fisik tepung ubi jalar orange yang lebih baik.
Kata kunci: ubi jalar orange, blanching, pengeringan
bil suhu tinggi. Menurut Erawati (2006) ching (air pada suhu kamar sebagai kon-
bahwa blanching 70°C selama 10 menit trol), blanching 60°C dan 80°C, dengan
menurunkan kadar β-karoten hingga 15,03 waktu masing-masing 5 menit, 5) Peniris-
- 20,47%. Selain itu, informasi penggunaan an, 6) Pengeringan sesuai perlakuan yakni
blanching pada suhu dibawah 100oC belum dengan oven 8 jam dan matahari hingga
banyak diungkap pada ubi jalar orange mencapai getas seperti hasil pengeringan
berikut sifat fisiknya, perubahan warna oven 8 jam, 7) Pengecilan ukuran hingga
kuning, karena warna kuning merupakan lolos ayakan 80 mesh, 8) Pengemasan dan
manifestasi keberadaan β-karoten pada ubi sampel siap dilakukan pengamatan. II. Ta-
jalar orange. hap Uji sifat fisiko-kimia meliputi : ren-
demen, kadar air, densitas kamba, indeks
METODE PENELITIAN penyerapan air, indeks kelarutan air, dan
warna L,a, b.
Bahan utama penelitian adalah ubi Indeks penyerapan air (IPA) dan
jalar orange lokal dari Kabupaten Kepa- indeks kelarutan air (IKA) dilakukan
hiang, Bengkulu, dan aquadest. Penggu- dengan sampel 1 gram, dimasukkan dalam
naan alat di Lab TIP dan Lab Agrotek tabung sentrifuge, ditambah 10 ml aquades,
diantaranya adalah slicer, thermometer, divorteks, disentrifugasi pada 2000 rpm
oven (Froilabo, France), centrifuge (Wifug kondisi suhu ruang selama 15 menit, dipi-
labor 50M, England), timbangan analitik sahkan supernatan dan residu, kemudian
(Sartorius Bp 6100, German), vibrator residu dipanaskan hingga berat konstan,
(Fisions scientific equipment, UK). Camera sehingga diketahui berat air yang menguap,
(Kodak 14 MP type C195). Adobe photo- sedangkan pada supernatan, diambil 2 ml
shop (CS5 Extended Version 12.03x32) dan dimasukkan dalam cawan timbang,
Rancangan penelitian mengguna- dioven hingga berat konstan (Muchtadi,
kan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dkk., 1988).
faktorial terdiri dari dua faktor yaitu peren- Pengamatan warna dilakukan de-
daman air pada (tanpa blanching, 60°C dan ngan pengambilan foto sampel dengan ka-
80°C), dan metode pengeringan (oven dan mera 14MP type Kodak C195, kemudian
matahari), percobaan dilakukan sebanyak mentranformasi kedalam bentuk digital dan
tiga kali ulangan sehingga diperoleh dianalisa dengan software Adobe photo-
kombinasi 3x2x3=18 unit percobaan. shop CS5 pada dengan spesifikasi mode
Tahapan penelitian meliputi I. Ta- Lab, resolusi 300 pixels/inchi, 16 bit depth.
hap pembuatan tepung yakni: 1) Pemi- Analisis data dilakukan dengan
lihan bahan baku yang segar dan tidak ca- analysis of varian (ANOVA) dan apabila
cat, 2) Pencucian hingga bersih dan pengu- terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji
pasan kulit, kemudian pencucian kembali, lanjut Duncan’s Multiple Range Test
3) Pengecilan ukuran mencapai +2 mem- (DMRT) pada taraf 5%.
bentuk chips, 4) Perlakuan tanpa blan-
35
28,69bc 29,01c
30 26,95bc 25,8abc
23,65ab
25
Rendemen (%)
21,23a
20
15 Matahari
10 Oven
5
0
Tanpa 60°C 80°C
Blanching
8 6,88a 7,4a 7a
7 6,07a
5,67a
6
Kadar Air (%)
4,99a
5
4 Matahari
3 Oven
2
1
0
Tanpa 60°C 80°C
Blanching
0.7 0,61b
0.6 0,55a
0.5
0.4 Matahari
0.3 Oven
0.2
0.1
0
Tanpa 60°C 80°C
Blanching
Kadar air tepung ubi jalar orange bersaing bahkan berada di bawah kadar air
hasil penelitian seperti Gambar 2, berva- produk tepung komersial.
riasi pada rentang 4,99 - 7,00%. Sedangkan Kadar air tepung hasil penelitian
kadar air tepung umbi lainnya seperti kadar sudah cukup menunjang masa simpan pro-
air tepung ubi kuning 6,77% (Ambarsari, duk tepung ubi jalar orange. Bahan yang
dkk, 2009) dan tepung ubi jalar orange fer- telah dihilangkan airnya hingga kadar air
mentasi 6,37 - 6,86% (Aulia, dkk, 2015). berada dalam rentang 3 - 7% akan men-
Apabila dibandingkan dengan tepung ko- capai kestabilan optimum bahan sebab da-
mersial seperti tepung terigu ditetapkan pat menghambat partumbuhan mikroba dan
kadar air maksimal 14,5% (BSN, 2009) reaksi-reaksi kimia yang bersifat merusak
dan kadar air tepung singkong maksimal bahan makanan seperti browning, hidrolisis
12% (DSN, 1992) maka kadar air tepung atau oksidasi lemak Winarno (2002). Salah
ubi jalar orange hasil penelitian mampu satu keunggulan produk hasil penelitian ini
adalah berkadar air rendah.
0.7 0,64d
Indeks Penyerapan Air (b/b)
0,62d
0.6 0,53cd
0.5
0,34bc
0.4 0,31ab
0.3 0,2a Matahari
0.2
Oven
0.1
6E-16
-0.1 Tanpa 60°C 80°C
Blanching
Peningkatan nilai IPA pada saat 0,022-0,064. Nilai IKA pada tepung ubi
granula mengalami pembengkakan teruta- jalar orange sangat bervariasi dengan
ma periode gelatinasi tercapai menyebab- kecenderungan nilai IKA meningkat se-
kan gugus hidroksil fraksi pati mampu iring peningkatan suhu Peningkatan nilai
mengikat air sekitarnya dalam jumlah yang IPA dapat dijelaskan yaitu pada saat
lebih banyak sehingga terperangkap dalam granula mengalami pembengkakan teruta-
matrik dalam chip ubi jalar. Kondisi ini ma periode gelatinasi tercapai menyebab-
dapat disebut pati pregelatinasi yaitu pati kan gugus hidroksil fraksi pati mampu
telah mengalami gelatinasi dengan cara mengikat air sekitarnya dalam jumlah yang
pemasakan dengan air panas di atas suhu lebih banyak sehingga terperangkap dalam
gelatinasinya. Kemudian, chip ubi jalar matrik dalam chip ubi jalar. Kondisi ini
orange yang dikeringkan memiliki kesem- dapat disebut pati pregelatinasi yaitu pati
patan memperoleh panas yang stabil dari telah mengalami gelatinasi dengan cara
awal hingga akhir pemanasan dibanding- pemasakan dengan air panas di atas suhu
kan pengeringan matahari yang sangat gelatinasinya. Kemudian, chip ubi jalar
tergantung posisi matahari dan cuaca. Ada orange yang dikeringkan memiliki kesem-
kemungkinan panas dengan metode penge- patan memperoleh panas yang stabil dari
ringan oven lebih banyak energi panas awal hingga akhir pemanasan diban-
yang menyebabkan komponen pati berong- dingkan pengeringan matahari yang sangat
ga terutama pati pregelatinasi, sehingga ke- tergantung posisi matahari dan cuaca. Ada
mampuan fraksi ini lebih besar dalam kemungkinan panas dengan metode penge-
penyerapan air serta berkontribusi mening- ringan oven lebih banyak energi panas
katkan nilai IPA. Nilai IPA berbeda-beda yang menyebabkan komponen pati berong-
tergantung jenis ubinya. ga terutama pati pregelatinasi, sehingga
kemampuan fraksi ini lebih besar dalam
5. Indeks Kelarutan Air (IKA) penyerapan air serta berkontribusi mening-
Indeks kelarutan air (IKA) me- katkan nilai IPA. Secara umun, nilai IKA
nunjukkan keberadaan fraksi tepung yang memiliki kecendrungan menurun pada me-
dapat terlarut dalam air (b/v). Berdasarkan tode pengeringan oven. Walaupun demi-
Gambar 5, bahwa nilai IKA tepung ubi kian, hasil analisis anova menunjukkan
jalar orange yang diproduksi dengan per- bahwa faktor blanching dan metode penge-
lakuan blanching dan metode pengeringan ringan tidak berpengaruh nyata terhadap
matahari atau oven berada pada rentang nilai rata-rata IKA.
0.07 0,064a
Indek Kelarutan Air
0.06 0,053a
0.05 0,043a Matahari
(b/v)
jalar orange. Kemudian, kadar air tidak duksi Tepung Ubi Jalar (Ipomoea
berbeda nyata berada pada rentang 4,99- bata-tas L.). [Tesis]. Sekolah
7,40, namun memiliki keunggulan berada Pascasarjana IPB. Bogor.
di bawah kadar air produk komersial yakni Hidayati, N.R. 2014. Pengaruh Variasi
tepung singkong dan tepung terigu. Begitu Konsentrasi dan Lama Perendam-
pula nilai indeks kelarutan air tiak berbeda an Asam Laktat terhadap Kadar
nyata, berada pada rentang 0,022-0,064 Glukosa dan Uji Organoleptik Te-
(b/v). Nilai L mengalami penurunan signi- pung Ubi Jalar (Ipomoea batatas).
fikan mencapai 65,87. Hal ini mengindika- Jurnal Florea. 1 (2) : 37 – 41.
sikan bahwa warna orange masih dominan Honestin, T. 2007. Karakterisasi Fisiko-
dibanding warna putih seperti yang dike- kimia Tepung Ubi Jalar (Ipomoea
hendaki pada tepung mendekati warna batatas L.) Varietas Sukuh. 9?
bahannya. Adapun nilai a dan b mengalami [Diakses Agustus 2016]
peningkatan secara signifikan seiring pe- Juanda, D. dan B. Cahyono. 2000. Ubi
ningkatan suhu blanching dengan penge- Jalar: Budidaya dan Analisis
ringan metode oven. Nilai a+ (merah) dan Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta
b+ (kuning) berada dalam rentang 9,47- Lesmayati, S. dan R. Qomariah. 2014.
11,13 dan 21,60-28,67. Dengan demikian, Teknologi Pengolahan Komoditas
blanching 80°C dan metode pengeringan Ubi-ubian Mendukung Pengem-
oven menghasilkan sifat fisik tepung ubi bangan Agroindustri Di Kawasan
jalar orange yang lebih baik. Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Prosiding Seminar Nasional “Ino-
DAFTAR PUSTAKA vasi Pertanian Spesifik Lokasi”,
Banjarbaru, 6-7 Agustus 2014:
Anggraeni, Y. P. dan S.S. Yuwono. 2014. 619 - 627
Pengaruh Fermentasi Alami pada Moorthy, S.N. 2000. Tropical Sources of
Chips Ubi Jalar (Ipomoea batatas) Starch. Di dalam : A.C.Eliasson
terhadap Sifat Fisik Tepung Ubi (ed). Starch In Foods. Structure,
Jalar Terfermentasi. Jurnal Pangan function and applications. CRC
dan Agroindustri. 2(2) : 56 - 59 Press LLC. USA
Aulia, R.E dan D.R. Putri. 2015. Muchtadi, T.R., P. Haryadi, A.B. Ahza.
Karakteristik Sifat Fisikokimia 1988. Teknologi Pemasakan
Te-pung Ubi Jalar Orange Hasil Ekstru-si. PAU Pangan dan Gizi.
Modifi-kasi Kimia Dengan STPP. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jurnal Pangan dan Industri. 3(2) : Sequence=1&isAllowed=y.
476 - 482 [Diakses Agustus 2016]
BPS Provinsi. 2015. Bengkulu dalam Ang- Suprapto. 2004. Pengaruh Lama Blanching
ka. Badan Pusat Statistik Provinsi Terhadap Kualitas Stik Ubi Jalar
Bengkulu (Ipomoea batatas L.) dari Tiga
BSN, 2005. Tepung Terigu sebagai Bahan Varietas. Prosiding Temu Teknis
Makanan SNI 3751:2009. Badan Nasional Tenaga Fungsional Per-
Standarisasi Nasional. Jakarta tanian Tahun 2004. 220-228
DSN, 2002. Tepung Singkong SNI 01- Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan Dan
2997-1992. Dewan Standarisasi Gizi. PT Gramedia Pustaka Uta-
Nasional. Jakarta ma. Cetakan ke-9. Jakarta
Erawati, C.M. 2006. Kendali Stabilitas
Beta Karoten selama Proses Pro-