TUGAS AKHIR
RIAN FADILLA
2012310055
Pas Photo
Warna
4x6
RIAN FADILLA
2012310055
Di Ketahui Oleh
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Disusun Oleh :
RIAN FADILLA
2012310055
(DASMAN,MT)
Anggota
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir (TA) yang telah saya
buat ini merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan duplikasi serta tidak
mengutip sebagian atau seluruhnya karya orang lain, kecuali yang telah di sebutkan
sumbernya.
Padang,
(Rian Fadilla)
Abstrak
Petir merupakan salah satu peristiwa di alam ini, yang pada umumnya terjadi
pada musim hujan. Apabila sambaran petir ini mengenai saluran udara maka
menimbulkan tegangan lebih yang dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan di
saluran dan peralatan elektronik rumah tangga. Untuk mengatasi terjadinya gangguan
tersebut maka pada saluran udara tegangan menengah (SUTM) tersebut dipasang kawat
tanah. Bertolak dari perlindungan yang di gunakan, maka perlu di ketahui probabilitas
sambaran petir terhadap SUTM. Berdasarkan dari masalah di atas, pada penulisan Tugas
Akhir ini penulis ingin mengkaji tentang bagaimana menganalisa dan menentukan
probabilitas jumlah sambaran petir yang terjadi pada SUTM Feeder Padang Panjang GH
Sicincin dengan panjang saluran 174 km dengan mengasumsikan sambaran yang terjadi
adalah sambaran langsung dan sambaran induksi. Dari hasil analisa didapat jumlah
gangguan kilat langsung untuk saluran tanpa kawat tanah adalah 22,22 kali per 96 km/th,
dan saluran pakai kawat tanah adalah 18,75 kali per 96 km/th. Dan jumlah gangguan
kilat induksi untuk saluran tanpa kawat tanah adalah 39,76 kali per 96 km/th, dan saluran
pakai kawat tanah adalah 23,47 kali per 96 km/th. Kemudian jumlah gangguan kilat total
yang terjadi pada saluran tanpa kawat tanah sebesar 61,98 kali per 96 km/th, dan untuk
jumlah gangguan kilat total yang terjadi pada saluran pakai kawat tanah sebesar 43,95
kali per 96 km/th.
Lightning is one of the events in nature, which generally occurs during the rainy
season. If lightning is about air channel then generate over voltages which can cause
damage to equipment in the channel and home electronics. To overcome such interference
then on Medium Voltage Air Channel (MVAC) is attached the ground wire. Starting from
the protection that is in use, it needs to know the probability of lightning strikes against
MVAC. Based on the above issues, the writing of this final review of how the author wants
to analyze and determine the probability of a lightning strike that occurred on the MVAC
feeder Simpang Benteng GH Payakumbuh with channel length of 96 km assuming a bolt of
lightning that occur are the direct and induced lightning. From the results of analysis
shows the number of direct lightning disturbance to the channel without the ground wire is
22.22 times per 96 km/yr, and the channels use the ground wire is 18.75 times per 96
km/yr. And the number of lightning induced disturbances to the channel without the
ground wire is 39.76 times per 96 km/yr, and the channels use the ground wire is 23.47
times per 96 km/yr. Then the number of total lightning disturbances that occurred in the
channel without the ground wire of 61.98 times per 96 km/yr, and to express the total
amount of disruption that occurred in the channel to use the ground wire of 43.95 times
per 96 km/yr.
Assamualaikum,wr wb
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat, nikmat dan
karunia-Nya akhirnya penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul
“Analisa Probabilitas Gangguan Akibat Sambaran Petir Pada Saluran Udara
Tegangan Menengah (SUTM) 20 kV” dengan aplikasi Feeder Padang Panjang GH
Sicincin. Shalawat beriringan salam penulis haturkan kepada tauladan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah berhasil melakukan reformasi kultural dan reformasi
ketauhitan dalam tempo waktu yang relative singkat, serta peletak peradaban ilmu dan
teknologi bagi umat manusia. Tugas Akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
dalam memperoleh gelar sarjana teknik di Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik
Elektro /S1 Institut Teknologi Padang.
Tugas akhir ini tidak akan mungkin dapat terlaksana tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Maka pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan dan ketulusan hati penulis
sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Institut Teknologi Padang.
2. Dekan Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Padang
3. Ketua Program Studi Teknik Elektro Institut Teknologi Padang
4. Ibu Ir. Erhaneli, MT. Selaku Dosen Pembimbing
5. Kepada bapak/ibu dosen di Institut Teknologi Padang
6. Kepada kedua Orang Tua dan keluargaku yang Tercinta yang selalu memberi
dukungan moril maupun materil.
7. Buat semua teman Angkatan 20012 jurusan Teknik Elektro dan Teknik Informatika
tanpa terkecuali.
8. Buat semuanya yang telah membantu dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini tanpa
bisa disebutkan satu per satu.
Segala usaha telah penulis lakukan untuk penyelesain Tugas Akhir ini dengan
sebaik-baiknya, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah
SWT hendaknya...Amin.
Semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan
menimbulkan sikap kritis kepada penulis dan pembaca umumnya untuk senantiasa terus
memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang teknologi. Penulis menyadari bahwa
dalam pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis membutuhkan bimbingan, kritik, saran dan pengarahan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan Tugas Akhir ini untuk masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam tugas
Akhir ini, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca dan penulis sendiri. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum…
Padang,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAT KULIT
HALAMAT JUDUL
HALANGAN PENGESAHAN
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………. vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah....................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Untuk dapat menghitung dan menganalisa probabilitas gangguan yang terjadi akibat
sambaran petir pada SUTM 20 kV secara umum dapat dilakukan berdasarkan jenis tiang
yang digunakan apakah tiang beton, tiang besi ataupun tiang kayu. Kemudian dapat juga
dilakukan berdasarkan ada tidaknya kawat tanah yang terpasang pada saluran tersebut.
Perhitungan dan analisa yang akan penulis lakukan akan disesuaikan dengan kondisi
saluran tegangan menengah dilapangan yakni Feeder Padang Panjang GH Sicincin..
4
3
3 Keterangan :
1. Trafo
1 3
distribusi
5
2 2. PHB
AP Tegangan
P 6 Rendah
3. SUTR
4. Sambungan
Pelayanan
5. Saluran
kabel
6. Instalasi
Pelanggan
Gambar 2.2 Diagram segaris sistem distribusi skunder
Bagian-bagian terpenting pada sistem distribusi tenaga listrik adalah : 1) Jaringan
Subtransmisi, 2) Gardu Hubung ( GH ), 3) Jaringan Primer, 4) Gardu Distribusi (GD), 5)
Jaringan Skunder dan 6)Jaringan Pelanggan
Jaringan Subtransmisi merupakan saluran yang menghubungkan sumber daya besar
atau Gardu Induk ke satu atau lebih Gardu Hubung (GH) yang berada didaerah beban.
Jaringan ini dapat berupa jaringan kabel udara maupun kabel bawah tanah. Gardu Hubung
dalam suatu Sistem Distribusi berfungsi untuk menyalurkan dan membagi-bagi tenaga
listrik ke gardu–gardu distribusi yang tersebar didaerah beban yang dilayani tanpa merubah
tegangan. Tegangan yang masuk ke gardu hubung sama dengan tegangan keluaran dari GI
begitupun tenaga listrik yang disalurkan dari gardu hubung tegangannya tidak berubah.
Pada gardu hubung tenaga listrik disalurkan ke pusat beban melalui Feeder-feeder sesuai
dengan daerah pelayanan.
Jaringan Primer merupakan saluran distribusi 20 kV yang menghubungkan antara
gardu Hubung ke Gardu Distribusi, penyalurannya dapat dilakukan memalui Saluran
Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
yakni saluran melalui kabel tanah. Gardu Distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan
primer ke tegangan skunder atau menurunkan Tegangan Menengah 20 KV menjadi
Tegangan Rendah 380/220 Volt. Gardu distribusi biasanya terletak di pusat beban.
Petir Dari Awan ke Tanah (cloud to ground)bukan merupakan petir yang sering
terjadi, tetapi petir jenis ini mempunyai informasi yang lebih banyak. Jenis lain sulit
diamati oleh peneliti, karena biasanya terjadi di dalam awan atau di antara awan, dengan
berbagai cara dapat diperkirakan bahwa kilat dari awan ke tanah tercatat dari 10 sampai
50% dari keseluruhan kilat petir. Tidak semua kilat dari awan ke tanah sama modelnya.
Tipe yang sering terjadi dimulai dengan sambaran yang menjalar kebawah didekat pusat
muatan negative di bawah, kemudian mengalir muatan negative ke bumi, dan ada beberapa
tipe yang membawa muatan positif ke bumi. Pelepasan muatan antara daerah kecil muatan
positif bagian bawah dengan muatan positif menuju bumi. Di bawah awan positif arus
sambaran perintis berkisar antara 1000-3000 A, dibawah awan negative berkisar antara 50-
3000 A tetapisambaran balik di bawah awan positif sampai 300 kV.
Petir Dalam Awan (intra cloud lightning)adalah tipe pelepasan muatan yang sering
terjadi, diantara dua pusat muatan yang berlawanan yang berada dalam sebuah awan dan
dapat di amati dalam luar sebagian sinar terang yang bias tersebar dan kadang-kadang
berkedip. Namun ada kalanya kilat petir tersebut keluar dari perbatasan awan,
menampakkan suatu sinar terang yang sama dengan kilatan dari awan ke tanah. Pada petir
dalam awan ini pelepasan muatan yang sering terjadi pada dasarnya tegak lurus, yaitu
antara pusat muatan positif bagian atas dengan pusat muatan negative bagian bawah.
Petir Dari Awan ke Awan (cloud to cloud) , pusat muatan yang terlibat dalam petir
jenis ini adalah dua jenis awan yang berbeda. Pelepasan muatan yang sering terjadi
menjembatani celah-celah udara diantara kedua awan tersebut. Medan-medan yang berada
diantara awan-awan lebih cepat mencapai potensial gangguan dari pada medan-medan
yang berada pada area ke bumi atau sebelum daerah muatan lain pada awan yang sama.
Pada ketinggian dimana kepadatan udara lebih rendah, tegangan menjadi lebih rendah, dan
gangguan terjadi lebih cepat.
Petir Dari Awan ke Udara (cloud to air lightning), petir jenis ini keluar dari awan
dan berakhir pada udara bebas. Jenis ini biasanya punya banyak cabang, dan pada setiap
cabang berakhir pada daerah yang mengandung muatan di udara bebas. Petir tipe ini sering
terjadi pada daerah gersang.
Dalam bidang meteorology, jumlah sambaran petir pada suatu daerah di dalam satu
tahun di tentukan dengan menghitung jumlah sambaran atau Iso Keraunic Level yang
merupakan ukuran keseringan sambaran petir pada suatu daerah. Garis yang
menghubungkan daerah-daerah dengan jumlah hari guruh yang sama disebut Iso Keraunic
Level (IKL). Di dalam hal ini jika ada minimum suatu hari guruh terdengar oleh pengamat
di dalam suatu hari, maka disebut suatu hari guruh (thunderstorm day).
Zk
I =I 0
Zp ( 2.1 )
Zk +
2
di mana :
I = besar arus kilat pada tempat sambaran
Io = besar arus kilat bila kilat menyambar sesuatu obyek dengan tahanan
nol (zero resistance ground)
Zk = impedansi surja kanal kilat
Zp = impedansi surja kawat
Oleh karena itu pada tiap sisi dari titik sambaran besar arus adalah Io/4 dan besar
Io
Vp = 4 Zp (2.3)
I0
Z ≥ V 50 % ( 2.4 )
4 p
Probabilitas arus sama atau melebihi Io, atau probabilitas terjadinya lompatan api,
P FL=e
− ( 34I )
0
V 50%
¿e
−
( 8,5 Z p )
Menurut Whitehead, lebar bayang-bayang listrik (W) adalah :
W =(b +4 h¿¿ 1,09)¿ meter
Jika di ambil panjang saluran transmisi 100 km, maka luas bayang-bayang untuk 100 km
panjang saluran transmisi tersebut adalah :
A=100 ( km ) x (b+ 4 h¿¿ 1,09)x 10−3 (km)¿
Atau
A=0,1(b+ 4 h¿¿ 1,09) km2 per 100 kmsaluran ¿
Jumlah sambaran yang mengenai saluran transmisi adalah dengan memakai rumus sebagai
berikut :
Untuk daerah indonesia, disarankan untuk menghitung jumlah sambaran kilat kebumi
dapat di pakai rumus :
Untuk wilayah indonesia
N=0,15 IKL
Dimana :
N = Jumlah sambaran petir per km2 pertahun
IKL(Iso Keraunik Level) = jumlah hari guruh per tahun
Jadi jumlah sambaran pada saluran sepanjang 100 km adalah :
NL = N x A
A = 0,1(b+ 4 h 1,09 ¿
Atau
NL = 0,15 IKL x 0,1(b + 4h1,09 ¿
= 0,015 IKL (b+ 4 h 1,09 ¿ sambaran per 100 km per tahun
Dimana
b = jarak pemisah antara kedua kawat tanah
h = tinggi rata-rata kawat tanah diatas tanah
Jumlah lompatan api (flashover) adalah jumlah sambaran dikali probabilitas arus sama atau
melebihi arus Io yang dapat menimbulkan lompatan api,
NFL = NL PFL
atau
V 50%
Selanjutnya bila probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api (power arc atau
powar follow) η, maka jumlah gangguan adalah,
Nt = NFL x η = NL PFL η
atau
V 50 %
Probabilitas beralihnya lompatan api menjadi busur api tergantung dari sejumlah
factor termasuk daya sumber. Tetapi yang paling berpengaruh ialah intensitas medan yang
ditimbulkan oleh tegangan kerja dalam kanal pelepasan impuls (impuls discharge).
Besarnya probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini :
Dalam hal tiang kayu, lompatan api yang terjadi lebih mungkin dari fasa yang
disambar kilat ke fasa yang berada di dekatnya atau disebut lompatan api samping (side
flashover).
Pengaruh tiang beton menambah tingkat ketahanan isolasi beberapa puluh kV, dan
ini dapat ditambahkan pada V50% isolator saluran. Dari hasil-hasil pengujian diperoleh
tegangan tembus beton kira-kira 23 kV/cm untuk beton kering dan 20 kV/cm untuk beton
basah. Dalam perhitungan-perhitungan diambil tegangan tembus beton 20 kV/cm.
Pada sistem-sistem yang tidak diketanahkan atau pada sistem-sistem yang
diketanahkan dengan kumparan Petersen dengan derajat tala sempurna, maka dalam hal ini
lompatan api pada satu fasa tidak dapat mengakibatkan gangguan saluran. Hal tersebut
disebabkan kumparan Petersen itu telah memadamkan bunga api arus kapasitif. Jadi
probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api dapat dianggap nol. Gangguan yang
terjadi adalah gangguan fasa ke fasa atau gangguan tiga fasa.
Pada saluran konfigurasi horisontal sambaran hampir seluruhnya terjadi pada kawat
yang paling pinggir, sedang pada konigurasi vertikal pada kawat yang paling atas.
Bila terjadi pelepasan kilat pada kawat dekat tiang, arus kilat penuh sebesar yang
diperoleh pada obyek yang diketanahkan secara sempurna, atau tahanan R = 0, mulai
mengalir melalui tahanan pengetanahan R dan tiang memperoleh tegangan hampir sama
dengan I0 R. Tegangan kawat yang disambar kilat juga mengalami tegangan sama dengan
I0 R dan tegangan induksi pada kawat disebelahnya menjadi,
K I0 R
di mana : K = faktor gandeng anatara kawat luar dan kawat di tengah.
Dalam keadaan ini tegangan yang bekerja pada isolator adalah,
I0 R ( 1 – K ) ( 2.6 )
Lompatan api pada isolator itu akan terjadi bila,
I0 R ( 1 – K ) ≥ V50%
atau
V 50 %
I 0≥
R (1−K )
Jadi jumlah gangguan, yaitu gangguan fasa ke fasa :
xη ( 2.7 )
a V a50 %
I =
0 ( 2.8 )
(Z /4)
b V b50%
I =
0 ( 2.9 )
(Z /4)(1−K)
Kedua jalan lompatan api terdiri dari udara, isolator dan kayu. Pada umumnya.
I0a > I0b
dan kemungkinan terjadinya lompatan api melalui jalan a sangat kecil. Jadi kemungkinan
terjadinya lompatan api selalu dimulai antara fasa dengan fasa, dan bila arus kilat cukup
besar, maka lompatan api ketanah melalui jalan a akan terjadi.
Zg Zt
V t= ( 2.10 )
Z g +2 Zt
di mana :
Zg = impedansi surja kawat tanah,
Zt = impedansi surja tiang.
di mana :
ht = tinggi tiang
rt = jari-jari tiang.
Jari-jari tiang rt dalam Persamaan ( 2.11 ) di atas adalah :
(a) Pada tiang besi : jari-jari luar pipa besi.
(b) Pada tiang beton dan tiang kayu yang diketanahkan adalah jari-jari dari
konduktor pengetanahan.
(c) Pada tiang beton yang diketanahkan dan setelah terjadi lompatan api pada tutup
beton atas dan bawah (Gambar 2.6), adalah jari-jari dari sistem besi
penulangan yang berbentuk silinder.
Setelah kilat menyambar tiang, gelombang merambat pada tiang ke dasar tiang.
Pada dasar tiang terjadi pantulan, dan gelombang pantulan ini merambat ke puncak tiang
dimana ia mengalami pantulan kembali. Jadi pada tiang terjadi pantulan ulang.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, besar tahanan kontak tiang yang
diketanahkan diambil 20 ohm dan tahanan kontak tiang yang diketanahkan sangat besar,
beberapa ratus sampai ribuan ohm. Sebagai harga rata-rata disarankan menggunakan 100
ohm untuk tiang besi dan 500 ohm untuk tiang beton.
Karena gangguan pada SUTM akiabat kilat relatif tinggi dan juga tidak dibutuhkan
perhitungan-perhitungan yang sangat teliti, maka rumus yang diusulkan oleh Razevig 24
dibawah ini sudah cukup memadai.
V 50 %
I 0= ( 2.12 )
R +δ h t
di mana:
Io = besar arus kilat minimum yang mengakibatkan lompatan api, kA
V50% = kekuatan isolasi minimum, kV.
R = tahanan kontak tiang, ohm.
δ = koefisien yang mana ditentukan pada dasar perbandingan dengan
hasil-hasil perhitungan menurut rumus yang lebih teliti.
= 0,3 untuk satu kawat tanah
= 0,15 untuk dua kawat tanah
ht = tinggi kawat tanah diatas tanah, meter.
Gambar 2.6: Konstruksi tiang beton untuk SUTM
Dengan mengetahui besar arus minimum yang dapat menimbulkan lompatan api balik
(back flashover), kemudian dapat dicari probabilitas terjadinya lompatan api,
I0
−( )
34
P FL=e
Jadi jumlah gangguan karena sambaran kilat langsung pada kawat tanah,
Nt = NL PFL η
I
xη ( 2.13 )
dimana η probabilitas peralihan dari lompatan api menjadi busur api yang menyebabkan
gangguan.
Seperti disebutkan dimuka jumlah sambaran ke tiang yang di ketanahkan 50% dan
tiang yang tidak di ketanahkan 50%. Tahanan tiang yang di ketanahkan umumnya diambil
20 ohm, tetapi tiang-tiang yang tidak diketanahkan mempunyai tahanan kontak sebesar 100
ohm untuk tiang besi dan 500 ohm untuk tiang beton.
Besar probabilitas lompatan api balik pada sambaran ke tiang yang diketanahkan
tergantung dari tahanan kontak tiang. Pada tiang-tiang yang tidak diketanahkan, karena
tahanan kontak tiang sangat besar maka hampir semua sambaran kilat pada tiang yang
tidak diketanahkan itu akan menyebabkan lompatan api balik.
di mana :
I0 = harga puncak arus kilat selama sambaran balik,
c= kecepatan merambat sambaran balik,
q0 = muatan listrik pada lintasan kilat persatuan panjang.
= 30 ohm.
h = tinggi kawat di atas tanah
co = kecepatan merambat sinar
c = kecepatan merambat sambaran balik
L = panjang total jalan kilat
ro = jarak antara kawat dengan sambaran kilat
t = waktu
Juga telah diturunkannya besar potensial vektor penginduksi,
∂ A ind 2 Z I ( c /c ) h 1
h = 0 0 0 ( 2.17 )
∂t ( ct )2+ [ 1+(c /c 0 )2 ] r 0
√
Dari persamaan ( 2.15 ) dan ( 2.17 ) diperoleh harga gelombang tegangan induksi untuk
masing-masing komponen, yaitu :
∂ Aind
V 1=V ind ( x )+ ½ h
∂t
∂ Aind
V 2=V ind (−x )+ ½ h ( 2.18 )
∂t
Atau,
V 1=Z 0 I 0 h ( c /c 0 ) ¿
x¿ V 2=V 1 (−x )
( 2.19)
Jadi jumlah gelombang tegangan induksi akibat sambaran kilat tidak langsung adalah,
V =V 1+V 2 (2.20)
Pada titik x = 0, yaitu titik terdekat ke sambaran, maka setelah subsitusi dalam
persamaan ( 2.19 ) dan ( 2.20 ), dan mengingat c /c 0 kecil, diperoleh harga maksimum,
Z0 I 0 h 1 c 1
V 0 , maks=
y (1+ . .
√ 2 c 0 (1−½ (c /c 0)2 )½ ) ( 2.21 )
Zo I oh
V o , maks= (1,07−1,38)
y
Dari persamaan ( 2.21 ) nyata kelihatan bahwa tegangan induksi itu tidak bagitu
tergantung pada kecepatan merambat dari sambaran balik kilat. Tegangan induksi pada
saluran di titik yang jauh dari sambaran, yaitu bila diisikan x = ± ∞
Bila harga ini diisikan dalam Persamaan ( 2.19 ) dan kemudian dihitung tegangan induksi
maksimum pada titik terjauh itu diperoleh,
Z o I o h 30 I o h
V i=V ∞ ,maks= = ( 2.22 )
y y
Selanjutnya dalam perhitungan-perhitungan, sebagai tegangan induksi akibat
gambaran induksi digunakan tegangan induksi yang diberikan oleh persamaan ( 2.22 ).
Dari persamaan ( 2.22 ) terlihat bahwa harga maksimum tegangan induksi tidak tergantung
lagi pada kecepatan merambat dari sambaran balik kilat.
Diasumsikan bahwa tidak terjadi pantulan pada ujung saluran. Bila gelombang
tegangan yang timbul pada kawat 2 (kawat fasa) sebelum diketanahkan adalah V2, maka
arus yang melalui impedansi setelah diketanahkan dengan tahanan R adalah,
V2
I 2= ( 2.23)
R+(Z 22/ 2)
di mana :
V2 = tegangan induksi pada kawat 2 sebelum diketanahkan,
Z22 = impedansi surja kawat 2,
R = tahanan kontak ketanah,
I2 = arus yang mengalir pada hubungan ketanah.
Arus ini memberikan kenaikan pada gelombang tegangan pada kawat fasa 1 sebesar Δ V2,
yaitu :
∆ V 2 =Z 12 (−I2 )= 2 R+−ZZ
2 12
22 V2
( 2.24 )
di mana :
Z12 = impedansi surja bersama kawat tanah dengan kawat fasa.
Jadi besar tegangan pada kawat fasa 1 setelah kawat tanah 2 diketanahkan,
V '1=V 1 + ∆ F 2
atau
' Z 12
V 1=V 1 − ( 2.25 )
2 R+ Z22 V 1
atau
V y
P I =e
− (1020
50%
. )
h ( 2.31)
0
Jadi jumlah sambaran pada bidang Δy yang dapat menimbulkan tegangan melebihi V50%
adalah,
V y
∆ N FL=0,015 IKL e
−( 1020 x )
50%
h
∆y ( 2.32 )
Bila Δy dibuat kecil sekali, Δy berobah menjadi dy dan ΔNFL berobah menjadi dNFL,
dan setelah dilakukan integrasi dari ymin (= 2h1,09) sampai ymaks (= tak terhingga) untuk kedua
sisi saluran diperoleh,
∞ V
∫ 1,09
2h
V 50% V 50%
){
−( ∞) − (
= 0,03 IKL −1020 h e 1020 h e 1020 h
2h 1 ,09
)}
V 50 % (
atau
e
− ( V510 h )
50% 0,09
e
( −
510 FP
h )
50% 0,09
Sebagaimana dijelaskan pada sebelumnya, tidak semua lompatan api dapat beralih
menjadi busur api atau gangguan, dan besarnya gangguan itu tergantung dari besar
probabilitas η. Dengan demikian jumlah gangguan karena sambaran induksi adalah :
a. Tanpa kawat tanah :
e
− ( V510 h )
50% 0,09
e
(
−
510 FP
h )
50 % 0,09
Setelah membicarakan sambaran induksi dan sambaran langsung pada kawat fasa
atau kawat tanah pada pasal-pasal yang lalu, sekarang kita telah siap untuk menghitung
jumlah gangguan pada saluran udara tegangan menengah akibat sambaran kilat,
N0 = Ni + Nt (2.37)
di mana :
N0 = jumlah gangguan kilat
Ni = jumlah gangguan akibat sambaran induksi
Nt = jumlah gangguan akibat sambaran langsung.
e
− ( V510 h )
50% 0,09
N i=30,6 IKL h xη
V 50 %
b). Dengan satu kawat tanah, Persamaan ( 2.36 )
e
− (510V FP h )
50 % 0,09
N i=30,6 IKL . FP . h xη
V 50 %
Gangguan kilat akibat sambaran langsung telah telah diberikan oleh persamaan-
persamaan ( 2.5 ), ( 2.7 ), ( 2.8 ), ( 2.9 ) dan ( 2.13 ).
xη
Yaitu untuk gangguan satu fasa ke tanah dan untuk gangguan fasa ke fasa,
Persamaan ( 2.7 ),
I
xη
)e
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Pengumpulan data
Data teknis
Data konfigurasi saluran TM
Data hari guruh di Sumatra Barat
Data dari buku referensi
Pengolahan data
1. Menghitung gangguan kilat akibat sambaran langsung
a. Tanpa kawat tanah N t =N L × PFL × η
b. Pakai kawat tanah
- Tiang yang diketanahkan, R, 20 ohm
- Tiang yang tidak diketanahkan, R, 100 ohm
2. Menghitung gangguan kilat akibat sambaran induksi
a. Tanpa kawat tanah
N −(
V 50 % 0,09
h )
510
e
i=¿30,6 IKL h × η¿
V 50%
YES NO
b. Pakai kawat tanah
N −(
V 50% 0,09
h )
510 FP
e
i=¿30,6 IKL FP h × η¿
V 50%
3. Menghitung jumlah gangguan kilat pada SUTM
N o =N i+ N t
Analisa
hasil data NO
YES
Hasil
Selesai
Gambar 3.1 : Jalannya penelitian
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis membahas tentang probabilitas
gangguan akibat sambaran petir pada saluran distribusi 20 kV. Untuk melengkapi data-data
lapangan yang digunakan dalam perhitungan dan analisa, penulis mengambil tempat atau
aplikasi penelitian yakni Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 kV Feeder
Padang Panjang GH Sicincin dengan panjang saluran 165 km dan jenis tiang yang
digunakan adalah tiang besi. Data-data yang digunakan dalam analisa dan perhitungan
adalah data sesuai dengan kondisi lapangan dan data asumsi (pemisalan) seperti yang
diuraikan dibawah ini
1. Menghitung jumlah gangguan petir akibat sambaran langsung pada saluran tanpa kawat
tanah dengan menggunakan persamaan (2.5)
2. Menghitung jumlah gangguan petir akibat sambaran langsung pada saluran pakai kawat
tanah dengan menggunakan persamaan (2.13)
3. Menghitung jumlah gangguan petir akibat sambaran tidak langsung (induksi) pada
saluran tanpa kawat tanah dengan menggunakan persamaan (2.35)
4. Menghitung jumlah gangguan petir akibat sambaran tidak langsung (induksi) pada
saluran pakai kawat tanah dengan menggunakan persamaan (2.36)
5. Menghitung jumlah total gangguan kilta yangbterjadi pada saluran dengan
menggunakan persamaan (2.37)
Probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api ( η ) = 0.25. Nilai tersebut
diambil berdasarkan ketetapan atau standar dari buku referensi Tabel 2.1. Jadi jumlah
gangguan yang terjadi akibat sambaran langsung pada kawat fasa (karena saluran tanpa
kawat tanah) adalah :
N t =N L × PFL × η
= 102,5 × 0,96 × 0,25
= 24,6 gangguan per 100 km per tahun
Atau untuk 165 km :
165 km
N t =¿ x 24,6
100 km
= 40,59 gangguan per 165 km per tahun
P FL=e
− ( 34I )
0
− ( 6,95
34 )
P FL=e
= e−0,2
= 0,82
Jadi probabilitas gangguan,
Nt = NL PFL η
= 102,5 x 0,82 x 0,25
= 21,0125 gangguan per 100 km per tahun
P FL=e
− ( 34I )
0
− ( 1,55
34 )
P FL=e
= e−0,05
= 0,95
Jadi probabilitas gangguan,
Nt = NL PFL η
= 102,5 x 0,95 x 0,25
= 24,344 gangguan per 100 km per tahun
Jadi jumlah gangguan karena sambaran kilat langsung pada kawat tanah,
21,0125+ 24,344
Nt=
2
¿ 22,68 gangguan per 100 km per tahun
Atau untuk 165 km :
165 km
N t =¿ x 22,68
100 km
= 37,422 gangguan per 165 km per tahun
0,82+0,95
P FL=
2
= 0,89
N i=N FL x η
V 50% 0,09
−( h )
510
e
N FL=30,6 IKL h
V 50%
160 0,09
−( 9,25 )
510
e
¿ 30,6 ×145,7 × 9,25
160
¿ 41240,385 x 0,00426
= 175,69
Di atas telah dijelaskan bahwa probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api
( η ) = 0.25.
Jadi :
N i=N FL x η
= 175,69 x 0,25
= 43,92 gangguan per 100 km per tahun
Atau untuk 165 km :
165 km
N i=¿ x 43,92
100 km
= 72,468 gangguan per 165 km per tahun
Z 12 ht
FP = ( 1 - )
2 R+ Z 22 h
50 10.04
=(1- )
2× 20+500 9,25
= ( 1 – 0,101 )
= 0,899
Jadi lompatan api dengan kawat tanah adalah :
N i=N FL x η
N −(
V 50 % 0,09
h )
510 FP
e
FL=¿30,6 IKL FP h ¿
V 50%
160 0,09
−( 9,25 )
510× 0,899
= 30,6 × 145,7 × 0,899× 9,25 e
160
= 37075,10612 x 0,00408
= 151,27
Ka
wa
t
0, 0 ta 0
6 , na ,
5 6 h 4
0 5
h h
t
4.4 Pembahasan
Setelah dilakukan perhitungan untuk menentukan jumlah gangguan kilat
pada SUTM 20 kV pada Feeder Padang Panjang GH Sicincin. baik sambaran kilat
langsung maupun tidak langsung mengenai saluran, dan untuk lebih mudahnya melihat
hasil perhitungan diatas maka hasil perhitungan tersebut dirangkum dalam Tabel 4.1
tentang hasil perhitungan sambaran kilat langsung, Tabel 4.2. hasil perhitungan samabaran
kilat tidak langsung (sambaran induksi), Tabel 4.3 Jumlah total Gangguan kilat yang
terjadi pada saluran untuk tanpa kawat tanah dan Tabel 4.4 Jumlah total Gangguan kilat
yang terjadi pada saluran yang menggunakan kawat tanah.
Tabel 4.1 Hasil perhitungan gangguan kilat langsung pada SUTM 20 kV Feeder
Padang Panjang GH Sicincin.
Dari hasil analisa dan perhitungan yang dilakukan terhadap gangguan kilat
langsung pada SUTM 20 kV Feeder Padang Panjang GH Sicincin dengan panjang saluran
165 km seperti yang ditunjukkan pad Tabel 4.1 untuk saluran tanpa kawat tanah dan pakai
kawat tanah. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah gangguan kilat yang terjadi
pada saluran yang tidak menggunakan kawat tanah adalah 40,59 kali per 165 km/tahun,
sedangkan pada saluran yang menggunakan kawat tanah / perisai jumlah gangguan kilat
yang terjadi 37,422 kali per 165 km/tahun. Dapat disimpulkan bahwa jumlah gangguan
kilat langsung lebih besar pada saluran yang tidak menggunakan kawat tanah dibandingkan
dengan saluran pakai kawat tanah. Hal ini dkarenakan pemasangan kawat tanah pada
saluran udara dapat mengurangi jumlah gangguan kilat, karena jika terjadi sambaran
langsung pada saluran yang memasang kawat tanah pada salurannya maka arus gangguan
akan disalurkan ke tanah sehingga kawat fasa terhindar dari sambaran petir. Tetapi untuk
saluran udara yang tidak menggunakan kawat tanah/perisai, maka sambaran kilat akan
langsung mengenai kawat fasa yang merupakan gangguan pada saluran tersebut. Sehingga
disarankan untuk saluran udara menggunakan kawat perisai/ kawat tanah agar jumlah
gangguan akibat sambaran petir dapat dikurangi.
Tabel 4.2 Hasil perhitungan gangguan kilat tidak langsung (induksi) pada SUTM
20 kV Feeder Padang Panjang GH Sicincin.
Probabilitas Jumlah Jumlah
terjadinya gangguan gangguan
No. Jenis saluran
lompatan api induksi ( Ni) induksi ( Ni)
(NFL) per 100 km/th per 165 km/th
1. Tanpa kawat tanah 175,69 43,92 72,468
2. Pakai kawat tanah 151,27 37,8175 62,399
Hasil analisa dan perhitungan yang dilakukan terhadap gangguan kilat tidak
langsung (sambaran induksi) pada SUTM 20 kV Feeder Simpang Benteng GH Sicincin
dengan panjang saluran 165 km ditunjukkan pad Tabel 4.2, untuk saluran tanpa kawat
tanah dan pakai kawat tanah. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah gangguan
kilat langsung yang terjadi pada saluran yang tidak menggunakan kawat tanah adalah
72,468 kali per 165 km/tahun, sedangkan pada saluran yang menggunakan kawat tanah /
perisai jumlah gangguan kilat yang terjadi 62,399 kali per 165 km/tahun. Dapat
disimpulkan bahwa jumlah gangguan kilat tidak langsung (sambaran induksi) lebih besar
pada saluran yang tidak menggunakan kawat tanah dibandingkan dengan saluran pakai
kawat tanah. Hal ini dikarenakan pengaruh kawat tanah tehadap tegangan induksi
diperkenalkan dengan Faktor Perisaian yakni hasil bagi tegangan induksi dengan kawat
tanah dan dengan tanpa kawat tanah seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.35 dan
persmaan 2.36.
Tabel 4.3 Hasil perhitungan gangguan kilat total pada SUTM 20 kV Feeder Simpang
Benteng GH Sicincin untuk saluran tanpa kawat tanah
Jumlah Jumlah
No gangguan kilat gangguan kilat
Jenis Sambaran
. total (N0) total (N0)
per 100 km/th per 165 km/th
1. Tanpa kawat tanah 68,267 112,641
2. Pakai kawat tanah 78,053 128,787
Tabel 4.3 adalah hasil perhitungan gangguan kilat total yang terjadi pada saluran
udara tegangan menegah (SUTM) 20 kV di Feeder Simpang Benteng GH Sicincin dengan
panjang saluran 165 km untuk saluran tanpa kawat tanah. Dimana jumlah gangguan kilat
merupakan penjumlahan dari gangguan kilat langsung dan gangguan tidak langsung
(sambaran induksi) yang terjadi pada saluran yakni sebesar 112,641 kali per 165 km/th.
Sedangkan saluran 165 km dengan kawat tanah, jumlah gangguan kilat yang terjadi pada
saluran yakni sebesar 128,787 kali per 165 km/th.
Perhitungan yang sama selanjutnya dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh
panjang saluran terhadap jumlah gangguan yang terjadi pada saluran udara tegangan
menengah (SUTM).
Dalam hal ini dilakukan perhitungan dengan menvariasikan atau menvariabelkan
panjang saluran mulai dari 20,40,60,80,100,120,140,160,180 dan 200 km. Data asumsi ini
bertujuan agar hasil dari perhitungan nantik bisa digambarkan grafiknya supaya lebih
mudah untuk memahaminya. Perhitungan dilakukan terhadap saluran tanpa kawat tanah
dan untuk saluran yang mengguanakan kawat tanah. Hasil perhitungan ini ditunjukkan
pada tabel 4.4 yang merupakan hasil perhitungan jumlah gangguan kilat untuk saluran
tanpa kawat tanah dan tabel 4.5 adalah hasil perhitungan jumlah gangguan kilat untuk
saluran yang mengguanakan kawat tanah.
Table 4.4 : Hasil perhitungan jumlah gangguan pada saluran tanpa kawat tanah dengan
panjang saluran 20,40,60,80,100,120,140,160,180 dan 200 km
Jumlah
Panjang saluran
No gangguan kilat
(km)
total (No)
1 20 13,65
2 40 27,31
3 60 40,96
4 80 54,61
5 100 68,267
6 120 81,92
7 140 95,57
8 160 109,23
9 180 122,88
10 200 136,53
Untuk lebih jelasnya pembahasan maka tabel 4.4 dapat dibuatkan grafik seperti
yang ditunjukkan pada gambar 4.3.
grafik jumlah gangguan kilat total (No)
140
jumlah gangguan kilat total (No) 120
100
80
jumlah gangguan kilat total
60 (No)
40
20
0
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
panjang saluran (km)
Gambar 4.3 : Grafik perbandingan antara panjang saluran terhadap jumlah gangguan untuk
saluran tanpa kawat tanah
Table 4.5 : Hasil perhitungan jumlah gangguan pada saluran yang menggunakan kawat
tanah dengan panjang saluran 20,40,60,80,100,120,140,160,180 dan 200 km
Jumlah
Panjang saluran
No gangguan kilat
(km)
total (No)
1 20 15,61
2 40 31,22
3 60 46,83
4 80 62,44
5 100 78,053
6 120 93,66
7 140 109,27
8 160 124,88
9 180 140,495
10 200 156,106
Maka dari tabel 4.6 dapat digambarkan grafiknya seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.4.
grafik jumlah gangguan kilat total (No)
100
jumlah gangguan kilat total (No) 90
80
70
60
50 jumlah gangguan kilat total
(No)
40
30
20
10
0
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
panjang saluran (km)
Gambar 4.4 : Grafik perbandingan antara panjang saluran terhadap jumlah gangguan untuk
saluran yang menggunakan kawat tanah
Dari gambar 4.3 dan 4.4 dapat dijelaskan bahwa semakin panjang saluran maka
semakin besar jumlah gangguan yang terjadi pada saluran tersebut. Untuk saluran tanpa
kawat tanah lebih besar jumlah gangguan yang terjadi pada saluran dibandingkan dengan
saluran yang menggunakan kawat tanah, hal ini disebabkan karena disaat terjadi gangguan
(sambaran petir) pada saluran tanpa kawat tanah sambaran kilat langsung menyambar
saluran (kawat fasa), sedangkan untuk saluran yang menggunakan kawat tanah apabila
terjadi gangguan (sambaran petir) maka kawat tanah melindungi tersambarnya kawat fasa,
karena letak kawat tanah lebih tinggi dari kawat fasa.
Efek yang ditimbulkan kalau terjadi gangguan kilat adalah terganggunya sistim
kelistrikan seperti pada peralatan. Untuk melindungi peralatan dari tegangan lebih
digunakan arrester. Peralatan dapat dilindungi dengan menempatkan arrester sedekat
mungkin pada peralatan terutama transformator.
Gangguan kilat yang terjadi juga bisa mengakibatkan kerugian pada konsumen,
karena apabila terjadi gangguan (sambran petir) pada saluran maka bisa merusak peralatan
elektronik rumah tangga.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah dilakukan terhadap jumlah
gangguan kilat yang terjadi pada SUTM 20 kV Feeder Simpang Benteng GH Sicincin baik
sambaran kilat langsung maupun tidak langsung, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Jumlah gangguan kilat langsung pada SUTM 20 kV di Feeder Simpang Benteng
GH Sicincin untuk saluran yang tidak menggunakan kawat tanah adalah 40,59 kali
per 165 km/tahun, dan salaruran yang menggunakan kawat tanah adalah 37,422
kali per 165 km/tahun.
2. Dari hasil analisa dan perhitungan yang dilakukan terhadap gangguan kilat tidak
langsung (sambaran induksi) pada SUTM 20 kV Feeder Simpang Benteng GH
Sicincin bahwa jumlah gangguan kilat langsung yang terjadi pada saluran yang
tidak menggunakan kawat tanah adalah 72,468 kali per 165 km/tahun, sedangkan
pada saluran yang menggunakan kawat tanah / perisai jumlah gangguan kilat yang
terjadi 62,399 kali per 165 km/tahun.
3. Jumlah gangguan kilat total yang terjadi pada saluran udara tegangan menengah
(SUTM) 20 kV di Feeder Simpang Benteng GH Sicincin untuk saluran tanpa kawat
tanah merupakan penjumlahan dari gangguan kilat langsung dan gangguan tidak
langsung (sambaran induksi) yang terjadi pada saluran yakni sebesar 112,641 kali
per 165 km/tahun sedangkan jumlah gangguan kilat total saluran yang
menggunakan kawat tanah yakni sebesar 128,787 kali per 165 km/tahun.
5.2 Saran
Besarnya jumlah gangguan yang terjadi akibat probabilitas sambaran kilat pada
saluran udara tegangan menengah tanpa kawat tanah, maka disarankan kepada pihak
penyedia listrik yang berwenang dalam hal ini PT.PLN (persero), jika dilakukan
perencanaan atau penambahan jaringan saluran udara tegangan menengah, pemasangan
kawat perisai / kawat tanah sangatlah penting. Karena dengan pemasangan kawat tanah
pada saluran maka jumlah gangguan kilat akibat sambaran langsung maupun tidak
langsung dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alex Fitriady, Study Probabilitas Sambaran Petir Pada Saluran Udara Tegangan
Tinggi, ITP, Padang, 2006
2. Http:www.elektroindonesia.com.
3. K.T Sirait, Zoro R, “Perlindungan Terhadap Tegangan Lebih Pada Sistim Tenaga
Listrik, ITB, Bandung, 1986.
4. S. Rusck, Induced Lightning Overvoltages on Power Transmission Lines with
Special Reference to the Over Voltage Protection of Low Voltage Networks,
Trans. Of Chalmers University of Technology, Stockholm, Sweden, 1958.
5. T.S. Hutauruk, “Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja” , Erlangga, Jakarta,
1991.
6. www.google.com
LAMPIRAN
Jarak Konduktor ke
Panjang Jarak Tanam
No Jenis Tiang Tanah
(meter) (meter)
(meter)
1 Tiang Besi 11 1,75 9,25
3 Tiang Konstruksi 12 0 12
KETERANGAN :
P = Curah hujan rata-rata pertahun (mm/th)
IKL = Hari guruh rata-rata pertahun (hari/tahun)
Li = Letang lintang geografis (derajad)
Hd = Ketinggian daerah (m)