Laporan Resmi 6 FarToks - Rafika Primadona.1041911117
Laporan Resmi 6 FarToks - Rafika Primadona.1041911117
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari rendahnya sekresi
insulin, gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes mellitus bukan merupakan patogen
melainkan secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan metabolisme. Gejala umum
diabetes adalah hiperglikemia, poliuria, polidipsia, kekurangan berat badan, pandangan mata
kabur, dan kekurangan insulin sampai pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat
menyebabkan sindrom hiperosmolar dan kekurangan insulin dan ketoasidosis. Hiperglikemia
kronik menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan metabolisme sel,
jaringan dan organ. Komplikasi jangka panjang diabetes adalah macroangiopathy,
microangiopathy, neuropathy, katarak, diabetes kaki dan diabetes jantung (Reinauer et al,
2002)
Diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI atau IDDM) merupakan istilah yang
digunakan untuk kelompok pasien diabetes mellitus yang tidak dapat bertahan hidup tanpa
pengobatan insulin. Penyebab yang paling umum dari IDDM ini adalah terjadinya kerusakan
otoimun sel-sel beta (β) dari pulau-pulau Langerhans (Katzung, 2002).
Kebanyakan penderita IDDM berusia masih muda, dan usia puncak terjadinya
serangan adalah 12 tahun. Namun demikian, 10% pasien diabetes diatas 65 tahun merupakan
pengidap IDDM (Katzung, 2002).
IDDM dapat juga disebabkan adanya interaksi antara faktor-faktor lingkungan dengan
kecenderungan sebagai pewaris penyakit diabetes mellitus. Hal ini menunjukkan bahwa
IDDM dapat timbul karena adanya hubungan dengan gen-gen pasien dan dapat pula dipicu
oleh faktor lingkungan yang ada, termasuk bermacam-macam virus (Jones and Gill, 1998;
Tunbridge and Home, 1991).
Obat Antidiabetes
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel β pulau Langerhans dalam pankreas.
Berbagai stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam sel β, tetapi stimulus
yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma (hiperglikemia). Insulin terikat pada
reseptor spesifik dalam membran sel dan memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan
ambilan glukosa oleh hati, otot, dan jaringan adipose (Katzung, 2002).
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua
rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor, yang disebut
proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk membentuk insulin dan peptida C
residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang mengandung zink dan insulin.
Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel β pulau
Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu makan. Sel-sel
β memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat (ATP) intraselular. Saat glukosa
darah meningkat, lebih banyak glukosa memasuki sel β dan metabolismenya menyebabkan
peningkatan ATP intraselular yang menutup kanal ATP. Depolarisasi sel Depolarisasi sel β
yang diakibatkannya mengawali influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan
dan ini memicu pelepasan insulin (Katzung, 2002).
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari dua subunit
α dan dua subunit β yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida. Setelah insulin terikat
pada subunit α, kompleks insulin-reseptor memasuki sel, dimana insulin dihancurkan oleh
enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin-reseptor mendasari down-regulation
reseptor yang dihasilkan olh kadar insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin
pada reseptor mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit β dan memulai suatu rantai
kompleks reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin (Neal, 2006).
C). ALAT DAN BAHAN
ALAT:
1. Alat tes gula darah
2. Stik tes gula darah
3. Scalpel
4. Spuit 1 ml
BAHAN:
1. Aloksan
2. Glukosa
3. Glibenklamid
4. Simplisia
5. Hewan uji : tikus putih jantan
D). SKEMA KERJA
3 110 210 86
3 116 195 93
Ekstrak 1 90 174 96
Bunga Pepaya 2 117 205 108
3 95 142 103
F). PERHITUNGAN
Count 3 3 3 9
Sum 133,2154813 117,3730518 119,6094481 370,1979812
Average 44,40516044 39,12435059 39,86981604 41,13310902
Variance 166,2200047 136,4380433 116,9629132 111,0317428
Total
Count 3 3 3
Sum 133,2154813 117,3730518 119,6094481
Average 44,40516044 39,12435059 39,86981604
Variance 166,2200047 136,4380433 116,9629132
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Sample 0 0 65535 65535 #NUM! #NUM!
Columns 49,01202017 2 24,50601008 0,175201043 0,843432008 5,14325285
Interaction 0 0 65535 65535 #NUM! #NUM!
Within 839,2419224 6 139,8736537
Total 888,2539426 8
Kesimpulan:
F hitung (0,175201043) < Fcritis (5,1432528) maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
PEMBEBANAN GLUKOSA
Anova: Two-Factor With Replication Pembebanan Glukosa
Count 3 3 3 9
Sum 99,88976964 120,6998664 105,170697 325,7603
Average 33,29658988 40,2332888 35,056899 36,19559
Variance 395,3438352 88,26059054 129,9883754 163,1496
Total
Count 3 3 3
Sum 99,88976964 120,6998664 105,170697
Average 33,29658988 40,2332888 35,056899
Variance 395,3438352 88,26059054 129,9883754
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Sample 0 0 65535 65535 #NUM! #NUM!
Columns 78,01149134 2 39,00574567 0,190708 0,831194 5,143253
Interaction 0 0 65535 65535 #NUM! #NUM!
Within 1227,185602 6 204,5309337
Total 1305,197093 8
Kesimpulan:
F hitung (0,190708) < F critis (5,143253), maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
G). PEMBAHASAN
Diabetes mellitus adalah golongan gangguan metabolisme yang secara genetic dan
klinik termasuk jenis heterogen yang akhirnya di manifestasikan oleh kehilangan toleransi
karbohidrat. Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes
mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 1 adalah diabetes mellitus yang tergantung insulin
(DMTI) sedangkan diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes mellitus yang tidak tergantung
(DMTTI). Diabetes mellitus tipe 1 pengobatannya menggunakan insulin yang dipakai secara
parenteral (biasanya subcutan). Diabetes mellitus tipe 2 pengobatannya menggunakan ADO
(anti diabetic oral) contohnya: glibenklamid, metformin, gliquidone, glimepiride, ddl.
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh difisiensi insulin yang dapat disebabkan oleh
proses autoimun, kerja pancreas yang berlebihan, dan herediter. Insulin yang menurun
mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas
dengan kadar glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan
glucagon sehingga terjadi proses gluconeogenesis. Selain itu, tubuh akan menurunkan
penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi glukosa oleh hati
dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel. Hiperglikemia dapat meniingkatkan jumlah
urin yang mengakibatkan dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polidipsi).
Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton yang dapat
mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton dan mual (nausea) hingga
terjadi asidosis.
Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat sebagai
akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula
darah yang tinngi dapat menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah
yang membentuk plak, sehingga pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis) dan bila plak
itu terlepas akan menyebabkan terjadinya thrombus.
Thrombus dapat menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
lain (tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke, dapat
menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark, mata dapat
menyebabkan retinopati) bahkan kematian.
Mengacu pada tipe Diabetes Melitus yakni adanya tipe I dan tipe II, maka pada
praktikum ini dilakukan dua macam metode yakni induksi aloksan dan pembebanan
glukosa.
1) Induksi Aloksan
Induksi aloksan menggambarkan Diabetes Melitus tipe I (Diabetes Melitus
Tergantung Insulin) yakni keadaan dimana sel-sel beta pankreas yang merupakan
tempat produksi hormon insulin telah rusak. Padahal hormon insulin ini sangat
penting dalam memetabolisme glukosa. Penyakit ini ditandai dengan defisiensi
insulin absolute yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel beta pankreas.
Hilangnya fungsi sel beta mungkin disebabkan oleh invasi virus, kerja toksin
kimia, atau umumnya melalui kerja antibodi autoimun yang ditunjukkan untuk
melawan sel beta. Akibat dari destruksi sel beta, pankreas gagal berespon
terhadap masukkan glukosa, dan diabetes tipe I menunjukkan gejala klasik
defisiensi insulin (polidipsia, polifagia, dan poliuria). Diabetes tipe I memerlukan
insulin eksogen untuk menghindari hiperglikemia dan ketoasidosis yang
mengancam kehidupan. Biasanya tipe I ini akibat pengaruh genetik yang
umumnya diderita semenjak usia anak-anak sampai remaja sehingga seumur
hidupnya harus tergantung pada pemasukan insulin dari luar. Untuk
menggambarkan keadaan ini maka dilakukan induksi dengan aloksan dimana
aloksan adalah senyawa yang dapat merusakkan sel beta pankreas sehingga
terjadi hiperglikemia. Pada praktikum digunakan dosis 150 mg/ kg BB tikus.
Dosis ini merupakan hasil rata-rata dari orientasi kakak tingkat yang telah
melakukan penelitian mengenai antihiperglikemia. Sebenarnya banyak bahan
yang dapat digunakan untuk merusakkan sel beta pankreas, diantaranya
streptozotocin. Namun karena yang sering digunakan adalah aloksan maka pada
praktikum digunakan aloksan sebagai perusak sel beta pancreas
2) Pembebanan Glukosa
Pembebanan glukosa merupakan perwujudan dari Diabetes Tipe II (Diabetes
Tidak Tergantung Insulin) dimana diabetes tipe II ini disebabkan oleh gaya hidup
yang tidak sehat seperti terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat, atau
terjadinya resistensi insulin. Pada diabetes tipe II, sel beta pankreas masih dapat
berfungsi akan tetapi insulin yang dihasilkan tidak cukup untuk memelihara
homeostatis glukosa. Pasien dengan Diabetes tipe II awalnya gemuk, namun lama
kelamaan akan kurus. Hal ini disebabkan tubuhnya tidak mampu memetabolisme
glukosa yang masuk menjadi energi akibat kurangnya hormone insulin.
Akibatnya setiap glukosa yang masuk akan terbuang bersama dengan urine
sehingga lama kelamaan cadangan glukosa didalam tubuh akan habis dan
menyebabkan pengurangan berat badan yang drastis. Selain itu juga, pasien
diabetes mellitus tipe II akan mengalami ketoasidosis, yakni keasaman pada
darah akibat metabolisme lemak yang berlebihan karena glukosa yang masuk
tidak dapat dimetabolisme sehingga satu-satunya cadangan energy yang mampu
menggantikan glukosa adalah lemak. Metabolisme lemak yang berlebihan akan
menimbulkan ketoasidosis, yakni terbentuknya badan-badan keton akibat oksidasi
asam lemak. Keadaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kematian.
H). KESIMPULAN
a. Almatsier, S. 2004. Karbohidrat dalam Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
b. Jones, D.B. and Gill, G.V. 1998. Insulin-Dependent Diabetes Mellitus : An
Overview . In J. Pickup and G. Williams (Eds): Textbook of Diabetes. Vol.1.
second Edition. Blackwell Science. United Kingdom.
c. Katzung, Betram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.
d. Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan.
Alih Bahasa : Dr. Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta .
e. Neal, M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
f. Reinauer, H., P. D. Home, A. S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck. 2002. Laboratory
Diagnosis and Monitoring of Diabetes Mellitus. World Health Organization.
Geneva.
g. Susianto,dkk. Diet Enak Ala Vegetarian. 2007. Jakarta: Penebar Swadaya.8. Tjay,
T.H. dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi-5. Jakarta: Penerbit
PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
h. Tunbridge, W. M. and Home, P.D. 1991. Diabetes and Endocrinology: In
Clinical Practice. Edward Arnold a Division of Hadder and Stoughton. Great
Britain, London.
Semarang, 24 Maret 2021
Dosen Pembimbing Praktikan