86-Article Text-402-2-10-20210302
86-Article Text-402-2-10-20210302
p-ISSN : 2614-5421
Abstrak
Latar belakang: Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan kolon dan
menjadi penyebab kematian kedua di seluruh dunia. Laparatomi merupakan salah jenis operasi
yang paling sering dilakukan. Rasa nyeri dapat muncul pasca tindakan laparatomi akibat
terputusnya jaringan tubuh..
Tujuan: Penulisan studi kasus ini untuk mengidentifikasi penggunaan terapi musik dalam
intervensi menurunkan rasa nyeri pasca operasi laparatomi pada kasus Tn.S.
Metode: Penilaian skala nyeri menggunakan NRS (Numeric Rate Scale) sedangkan kondisi pasien
melalui observasi dan pemberian intervensi.
Hasil: Hasil observasi ditemukan data jika Tn.S mengatakan nyeri saat beraktifitas pada bagian
bekas sayatan operasi laparatomi di abdomen dengan skala NRS 6. Diagnosa keperawatan utama
pada kasus Tn.S adalah nyeri. Pemberian intervensi yang diberikan menggunakan pendekatan
berdasarkan teori keperawatan Katharine Kolbaca yaitu teori comfort. Manajemen untuk mengatasi
nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi non farmakologi
yang diberikan padaTn.S berupa terapi musik yang dipilih secara mandiri oleh Tn.S dan dilakukan
sebanyak 4 sesi dalam 2 hari.
Simpulan: Temuan dari penelitian ini adalah pemberian terapi musik memiliki efek menurunkan
skala nyeri dibandingkan pada awal pengkajian.
ringan hingga berat yang berlangsung kurang mengganggu kualitas hidup pasien (Dueñas,
dari 3 bulan. Penyebab nyeri akut antara lain Ojeda, Salazar, Mico, & Failde2, 2016).
terjadinya cidera fisiologis (adanya proses
inflamasi, iskemi dan neoplasma) cidera Pembahasan
kimiawi (terkena bahan kimiawi) dan cidera Asuhan keperawatan yang dilakukan
fisik (proses pembedahan, ansees dan pada kasus Tn.S dalam penulisan ini
trauma) (Tim Pokja SDKI PPNI,2017). menggunakan pendekatan teori keperawatan
yang dikembangkan oleh Katharine Kolbaca
Intervensi yaitu teori comfort. Teori comfort memiliki
Intervensi keperawatan yang dibuat konsep utama yaitu menilai kenyamanan
berdasarkan dignosa utama yaitu nyeri, dengan membuat struktur taksonomi yang
berdasarkan teori NIC dan NOC. bersumber pada tiga tipe kenyamanan dan
Berdasarkan NIC dan NOC, intervensi menghubungkan ketiga tiper kenyamanan
keperawatan yang dilakukan berfungsi untuk tersebut dengan empat pengalaman
menghilangkan, mengurangi dan mencegah kenyamanan (Smith & Parker, 2015).
munculnya masalah baru pada pasien kriteria Keluhan nyeri pada pasien kanker kolon
hasil yang diharapkan setelah dilakukan pasca operasi laparatomi merupakan masalah
intervensi manajemen nyeri pasien keperawatan yang sering ditemukan. Rasa
menyatakan nyeri berkurang, tidak tampak nyeri yang dialami Tn.S merupakan suatu
kesakitan atau menahan nyeri dan pasien bentuk pengalaman sensori dan emosional
nyeri menyatakan jika nyeri yang tidak menyenangkan akibat adanya
terkontrol(Butcher, Bulechek, Dochterman, kerusakan jaringan pada bagian abdomen
& Wagner, 2018). pasca tindakan operasi laparatomi.
Rencana tindakan yang dapat dilakukan Mekanisme nyeri dimulai dengan adanya
pada manajemen nyeri akut dapat berupa kerusakan jaringan yang terus berkembang
tindakan mandiri, kolaborasi, penggunaaan akan memicu pelepasan zat-zat kimia seperti
terapi farmakologi dan non farmakologi. prostaglandin E, bradikinin, serotinin dan
Tindakan mandiri diantaranya berupa histamin. Zat kima tersebut akan merangsang
pengkajian nyeri secara komprehensif reseptor nyeri dan mentransmisikan medula
(lokasi, karakteristik, onset, frekuensi, spinalis dan selanjutnya menuju talamus,
kualitas, intensitas dan faktor pemicu). kemudian di kortek serebri nyeri tersebut
Penanganan nyeri melalui kolaborasi dengan dipersepsikan (Petel, 2010).
dokter yaitu dengan pemberian terapi Dalam mengatasi nyeri pada Tn.S,
farmakologi berupa analgetik untuk intervensi keperawatan yang dilakukan
mengurangi nyeri. Terapi non farmakologi adalah pain management yang mengacu pada
yang dapat dilakukan pada pasien nyeri pasca NIC. Dengan melakukan intervensi pain
operasi laparatomi diantaranya pemberian management diharapkan Tn.S dapat
terapi musik, akupresure pada titik-titik mengontrol nyeri pada skala 4 dengan
tertentu, penggunaan jarum akupuntur, guide kriteria hasil mampu mengenal penyebab
imagery dan aromaterapi. nyeri, gejala nyeri yang dirasakan dan waktu
Penanganan nyeri yang tidak optimal timbulnya nyeri, tanda vital dalam batas
akan menyebabkan berbagai permasalahan normal, mampu menggunakan terapi
pada pasien biologis, psikologi, sosial dan farmakologi serta non farmakologi dan
kualitas hidup. Injuri, trauma, infeksi dan melaporkan terjadinya penurunan skala nyeri
kerusakan saraf hingga masalah psikologis (Butcher et al., 2018).
seperti cemas, gangguan tidur dan depresi Manajemen nyeri yang baik setelah
terjadi saat nyeri tidak tertangani. Kualitas operasi menurut program Enhanced Recovery
hidup dalam melakukan aktivitas harian, After Surgery (ERAS) dianjurkan agar pasien
kesehatan mental serta fungsi keluarga dan dapat melakukan mobilisasi sesegera
sosial menjadi faktor kesehatan yang dapat mungkin, menurunkan resiko komplikasi,
memperpendek lama rawat dan mengurangi untuk menurukan intensitas dan nyeri.
terjadinya angka kematian. Penatalaksanaan Penelitian tentang pemberian terapi musik
manajemen nyeri yang tidak adekuat dapat pada kasus pasien pasca operasi abdomen
menyebabkan lamanya proses penyembuhan memiliki hasil penggunaan menurunkan
luka, tromboemboli vena dan infeksi sistemik intensitas dan distress nyeri pada hari kedua
(Scott, Nygren, & Francis, 2019). Hal ini (Vaajoki, Pietilä, Kankkunen, &
tentu juga pada kasus pasien pasca Vehviläinen-Julkunen, 2013).
pembedahan laparatomi. Tn.S setelah diberikan kombinasi terapi
Manajemen untuk mengurangi rasa nyeri farmakologi dan non farmakologi berupa
dapat menggunakan metode farmakologi dan terapi musik sebanyak empat kali selama 2
non farmakologi. Kolaborasi dalam hari terdapat penurunan skala nyeri secara
pemberian analgesik umum diberikan sejak bertahap. Penurunan skala nyeri pada pasien
pasien pasien menyelesaikan tindakan Tn.S dirasakan mulai pada pemberian terapi
operasi. Perawat memiliki peran untuk musik dipertemuan kedua. Pada pertemuan
mengkaji nyeri secara komprehensif dan pertama setelah diberikan terapi musik
memantau efektivitas pemberian terapi memiliki skala nyeri Tn.S berdasarkan NRS
analgetik. Pengunaan obat-obatan analgetik bernilai 6, pemberian terapi belum
yang diberikan berasal dari golongan opoid menunjukkan terjadinya penurunan skala
untuk nyeri dengan skala tinggi dan dan nyeri karena pasien belum dapat
golongan non opid untuk rasa nyeri ringan memfokuskan dirinya pada terapi musik yang
hingga sedang. diberikan. Penelitian yaitu dalam pemberian
Terapi komplementer dapat diberikan terapi musik dapat menurunkan tingkat nyeri
untuk mengurangi nyeri tanpa mengganggu di hari kedua pada pasien pasca pasien
terapi lainnya. Terapi musik salah satu jenis operasi abdomen. Saat dilakukan evaluasi
terapi komplementer yang banyak digunakan sesi ke 4, diketahui jika skala nyeri Tn.S
untuk menangani masalah nyeri. Terapi berada pada nilai NRS 3.
musik bertujuan untuk menenangkan pasien Hasil pemberian intervensi berdasarkan
secara emosional sehingga sekresi adrenalin teori comfort dari Katherine Kolbaca
akan terhambat dan sebaliknya sekresi diketahui jika terapi non farmakologi berupa
kortisol akan meningkat sehingga efek nyeri terapi musik dapat menurunkan rasa nyeri
menjadi berkurang. Pemberian terapi musik pada kasus kanker kolon pasca operasi
juga dapat mempengaruhi hormon stres dan laparatomi. Penggunaan terapi musik
meningkatkan aktivitas dopamin pada mendukung efektifitas terapi farmakologi dan
mesolimbik otak (Singh & Chaturvedi, mudah dilakukan dalam manajemen nyeri
2015). Terapi musik merupakan intervensi sehingga kenyamanan didapatkan oleh
non farmakologi yang aman, mudah pasien.
dilakukan dalam praktik keperawatan.
Pemberian terapi musik merupakan 4. Simpulan
bentuk dari rangsang yang diterima oleh Perawat penting untuk melakukan
indera pendengaran yang mempengaruhi pengkajian nyeri pasca tindakan operasi
kebutuhan secara fisik, psikologi, keognitif, laparatomi. Pengkajian nyeri yang efektif
sosial dan spiritual pendengarnya (Lindquist, harus dilakukan secara komprehensif untuk
Ruth; Tracy, Mary Fran; Snyder, 2018 ; menentukan intervensi yang perlu dilakukan.
Sykes, Nigel; Michael Bennet, 2008). Musik Penggunaan terapi non farmakologis dapat
memiliki berbagai faktor yang mampu digunakan sebagai terapi tambahan atau
mengaktifkan otak secara bilateral didalam pendamping dari pemberian terapi
ritme, melodi, harmoni, timbre, akord serta farmakologis. Dalam beberapa penelitian,
dinamika musik (Singh & Chaturvedi, 2015). penggunaan terapi musik diketahui memiliki
Pemberian terapi musik pada beberapa efek bukan hanya untuk menurunkan tingkat
penelitian menunjukkan memiliki efektifitas nyeri tetapi juga menurunkan distresss pasien
Abstrak
Latar belakang: Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan kolon dan
menjadi penyebab kematian kedua di seluruh dunia. Laparatomi merupakan salah jenis operasi
yang paling sering dilakukan. Rasa nyeri dapat muncul pasca tindakan laparatomi akibat
terputusnya jaringan tubuh..
Tujuan: Penulisan studi kasus ini untuk mengidentifikasi penggunaan terapi musik dalam
intervensi menurunkan rasa nyeri pasca operasi laparatomi pada kasus Tn.S.
Metode: Penilaian skala nyeri menggunakan NRS (Numeric Rate Scale) sedangkan kondisi pasien
melalui observasi dan pemberian intervensi.
Hasil: Hasil observasi ditemukan data jika Tn.S mengatakan nyeri saat beraktifitas pada bagian
bekas sayatan operasi laparatomi di abdomen dengan skala NRS 6. Diagnosa keperawatan utama
pada kasus Tn.S adalah nyeri. Pemberian intervensi yang diberikan menggunakan pendekatan
berdasarkan teori keperawatan Katharine Kolbaca yaitu teori comfort. Manajemen untuk mengatasi
nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi non farmakologi
yang diberikan padaTn.S berupa terapi musik yang dipilih secara mandiri oleh Tn.S dan dilakukan
sebanyak 4 sesi dalam 2 hari.
Simpulan: Temuan dari penelitian ini adalah pemberian terapi musik memiliki efek menurunkan
skala nyeri dibandingkan pada awal pengkajian.
ringan hingga berat yang berlangsung kurang mengganggu kualitas hidup pasien (Dueñas,
dari 3 bulan. Penyebab nyeri akut antara lain Ojeda, Salazar, Mico, & Failde2, 2016).
terjadinya cidera fisiologis (adanya proses
inflamasi, iskemi dan neoplasma) cidera Pembahasan
kimiawi (terkena bahan kimiawi) dan cidera Asuhan keperawatan yang dilakukan
fisik (proses pembedahan, ansees dan pada kasus Tn.S dalam penulisan ini
trauma) (Tim Pokja SDKI PPNI,2017). menggunakan pendekatan teori keperawatan
yang dikembangkan oleh Katharine Kolbaca
Intervensi yaitu teori comfort. Teori comfort memiliki
Intervensi keperawatan yang dibuat konsep utama yaitu menilai kenyamanan
berdasarkan dignosa utama yaitu nyeri, dengan membuat struktur taksonomi yang
berdasarkan teori NIC dan NOC. bersumber pada tiga tipe kenyamanan dan
Berdasarkan NIC dan NOC, intervensi menghubungkan ketiga tiper kenyamanan
keperawatan yang dilakukan berfungsi untuk tersebut dengan empat pengalaman
menghilangkan, mengurangi dan mencegah kenyamanan (Smith & Parker, 2015).
munculnya masalah baru pada pasien kriteria Keluhan nyeri pada pasien kanker kolon
hasil yang diharapkan setelah dilakukan pasca operasi laparatomi merupakan masalah
intervensi manajemen nyeri pasien keperawatan yang sering ditemukan. Rasa
menyatakan nyeri berkurang, tidak tampak nyeri yang dialami Tn.S merupakan suatu
kesakitan atau menahan nyeri dan pasien bentuk pengalaman sensori dan emosional
nyeri menyatakan jika nyeri yang tidak menyenangkan akibat adanya
terkontrol(Butcher, Bulechek, Dochterman, kerusakan jaringan pada bagian abdomen
& Wagner, 2018). pasca tindakan operasi laparatomi.
Rencana tindakan yang dapat dilakukan Mekanisme nyeri dimulai dengan adanya
pada manajemen nyeri akut dapat berupa kerusakan jaringan yang terus berkembang
tindakan mandiri, kolaborasi, penggunaaan akan memicu pelepasan zat-zat kimia seperti
terapi farmakologi dan non farmakologi. prostaglandin E, bradikinin, serotinin dan
Tindakan mandiri diantaranya berupa histamin. Zat kima tersebut akan merangsang
pengkajian nyeri secara komprehensif reseptor nyeri dan mentransmisikan medula
(lokasi, karakteristik, onset, frekuensi, spinalis dan selanjutnya menuju talamus,
kualitas, intensitas dan faktor pemicu). kemudian di kortek serebri nyeri tersebut
Penanganan nyeri melalui kolaborasi dengan dipersepsikan (Petel, 2010).
dokter yaitu dengan pemberian terapi Dalam mengatasi nyeri pada Tn.S,
farmakologi berupa analgetik untuk intervensi keperawatan yang dilakukan
mengurangi nyeri. Terapi non farmakologi adalah pain management yang mengacu pada
yang dapat dilakukan pada pasien nyeri pasca NIC. Dengan melakukan intervensi pain
operasi laparatomi diantaranya pemberian management diharapkan Tn.S dapat
terapi musik, akupresure pada titik-titik mengontrol nyeri pada skala 4 dengan
tertentu, penggunaan jarum akupuntur, guide kriteria hasil mampu mengenal penyebab
imagery dan aromaterapi. nyeri, gejala nyeri yang dirasakan dan waktu
Penanganan nyeri yang tidak optimal timbulnya nyeri, tanda vital dalam batas
akan menyebabkan berbagai permasalahan normal, mampu menggunakan terapi
pada pasien biologis, psikologi, sosial dan farmakologi serta non farmakologi dan
kualitas hidup. Injuri, trauma, infeksi dan melaporkan terjadinya penurunan skala nyeri
kerusakan saraf hingga masalah psikologis (Butcher et al., 2018).
seperti cemas, gangguan tidur dan depresi Manajemen nyeri yang baik setelah
terjadi saat nyeri tidak tertangani. Kualitas operasi menurut program Enhanced Recovery
hidup dalam melakukan aktivitas harian, After Surgery (ERAS) dianjurkan agar pasien
kesehatan mental serta fungsi keluarga dan dapat melakukan mobilisasi sesegera
sosial menjadi faktor kesehatan yang dapat mungkin, menurunkan resiko komplikasi,
memperpendek lama rawat dan mengurangi untuk menurukan intensitas dan nyeri.
terjadinya angka kematian. Penatalaksanaan Penelitian tentang pemberian terapi musik
manajemen nyeri yang tidak adekuat dapat pada kasus pasien pasca operasi abdomen
menyebabkan lamanya proses penyembuhan memiliki hasil penggunaan menurunkan
luka, tromboemboli vena dan infeksi sistemik intensitas dan distress nyeri pada hari kedua
(Scott, Nygren, & Francis, 2019). Hal ini (Vaajoki, Pietilä, Kankkunen, &
tentu juga pada kasus pasien pasca Vehviläinen-Julkunen, 2013).
pembedahan laparatomi. Tn.S setelah diberikan kombinasi terapi
Manajemen untuk mengurangi rasa nyeri farmakologi dan non farmakologi berupa
dapat menggunakan metode farmakologi dan terapi musik sebanyak empat kali selama 2
non farmakologi. Kolaborasi dalam hari terdapat penurunan skala nyeri secara
pemberian analgesik umum diberikan sejak bertahap. Penurunan skala nyeri pada pasien
pasien pasien menyelesaikan tindakan Tn.S dirasakan mulai pada pemberian terapi
operasi. Perawat memiliki peran untuk musik dipertemuan kedua. Pada pertemuan
mengkaji nyeri secara komprehensif dan pertama setelah diberikan terapi musik
memantau efektivitas pemberian terapi memiliki skala nyeri Tn.S berdasarkan NRS
analgetik. Pengunaan obat-obatan analgetik bernilai 6, pemberian terapi belum
yang diberikan berasal dari golongan opoid menunjukkan terjadinya penurunan skala
untuk nyeri dengan skala tinggi dan dan nyeri karena pasien belum dapat
golongan non opid untuk rasa nyeri ringan memfokuskan dirinya pada terapi musik yang
hingga sedang. diberikan. Penelitian yaitu dalam pemberian
Terapi komplementer dapat diberikan terapi musik dapat menurunkan tingkat nyeri
untuk mengurangi nyeri tanpa mengganggu di hari kedua pada pasien pasca pasien
terapi lainnya. Terapi musik salah satu jenis operasi abdomen. Saat dilakukan evaluasi
terapi komplementer yang banyak digunakan sesi ke 4, diketahui jika skala nyeri Tn.S
untuk menangani masalah nyeri. Terapi berada pada nilai NRS 3.
musik bertujuan untuk menenangkan pasien Hasil pemberian intervensi berdasarkan
secara emosional sehingga sekresi adrenalin teori comfort dari Katherine Kolbaca
akan terhambat dan sebaliknya sekresi diketahui jika terapi non farmakologi berupa
kortisol akan meningkat sehingga efek nyeri terapi musik dapat menurunkan rasa nyeri
menjadi berkurang. Pemberian terapi musik pada kasus kanker kolon pasca operasi
juga dapat mempengaruhi hormon stres dan laparatomi. Penggunaan terapi musik
meningkatkan aktivitas dopamin pada mendukung efektifitas terapi farmakologi dan
mesolimbik otak (Singh & Chaturvedi, mudah dilakukan dalam manajemen nyeri
2015). Terapi musik merupakan intervensi sehingga kenyamanan didapatkan oleh
non farmakologi yang aman, mudah pasien.
dilakukan dalam praktik keperawatan.
Pemberian terapi musik merupakan 4. Simpulan
bentuk dari rangsang yang diterima oleh Perawat penting untuk melakukan
indera pendengaran yang mempengaruhi pengkajian nyeri pasca tindakan operasi
kebutuhan secara fisik, psikologi, keognitif, laparatomi. Pengkajian nyeri yang efektif
sosial dan spiritual pendengarnya (Lindquist, harus dilakukan secara komprehensif untuk
Ruth; Tracy, Mary Fran; Snyder, 2018 ; menentukan intervensi yang perlu dilakukan.
Sykes, Nigel; Michael Bennet, 2008). Musik Penggunaan terapi non farmakologis dapat
memiliki berbagai faktor yang mampu digunakan sebagai terapi tambahan atau
mengaktifkan otak secara bilateral didalam pendamping dari pemberian terapi
ritme, melodi, harmoni, timbre, akord serta farmakologis. Dalam beberapa penelitian,
dinamika musik (Singh & Chaturvedi, 2015). penggunaan terapi musik diketahui memiliki
Pemberian terapi musik pada beberapa efek bukan hanya untuk menurunkan tingkat
penelitian menunjukkan memiliki efektifitas nyeri tetapi juga menurunkan distresss pasien