Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

METODE PENGUMPULAN DATA

Disusun Oleh
Kelompok 9 :
1. Ichsan Setiadi (B.131.18.0199)
2. Intan Agustina (B.131.17.0530)
3. Dewi Diya Pramudiyar (B.131.18.0097)
4. Stevanie Gizella (B.131.17.0423)

UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI
S-1 MANAJEMEN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari berbagai penelitian kuantitatif, bahan-bahan pustakamerupakan sumber sekunder


dari penelitian. Pentingnyapengumpulan data dalam penelitian merupakan langkah-langkahyang
diatur dalam penelitian. Selain pada penelitian pengumpulandata, juga dalam menyusun dan
merumuskan landasan teoritis dankerangka konseptual. Menurut Lofland sumber data utama
adalahdata tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya.Berkaitan dengan hal itu makalah ini
akan menjelaskantentang jenis data dibagi kepada, angket questioner, waancara,observasi,
analisis data dan lainnya

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan dari setiap variable dibtentukan oleh definisi
operasional variabel yang bersangkutan.
Metode pengumpulan data yang umum digunakan dalam suatu penelitian adalah: observasi,
wawancara dokumentasi dan triangulasi/gabungan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari metode pemgumpulan data ?


2. Apa sajakah metode pengumpulan data ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu metode pengumpulan data


2. Untuk mengetahui beberapa keuntungan metode pengumpulan data
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan
sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan
menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu,
tahap ini tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-
ciri penelitian kualitatif (sebagaimana telah dibahas pada materi sebelumnya). Sebab,
kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat fatal,
yakni berupa data yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian demikian sangat berbahaya, lebih-lebih jika
dipakai sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan publik.
Misalnya, jika peneliti ingin memperoleh informasi mengenai persepsi guru terhadap
kurikulum yang baru, maka teknik yang dipakai ialah wawancara, bukan observasi.
Sedangkan jika peneliti ingin mengetahui bagaimana guru menciptakan suasana kelas
yang hidup, maka teknik yang dipakai adalah observasi. Begitu juga jika, ingin diketahui
mengenai kompetensi siswa dalam matapelajaran tertentu, maka teknik yang dipakai
adalah tes, atau bisa juga dokumen berupa hasil ujian.
  Dengan demikian, informasi yang ingin diperoleh menentukan jenis teknik yang
dipakai (materials determine a means). Itu pun masih ditambah dengan kecakapan
peneliti menggunakan teknik-teknik tersebut. Bisa saja terjadi karena belum
berpegalaman atau belum memiliki pengetahuan yang memadai, peneliti tidak berhasil
menggali informasi yang dalam, sebagaimana karakteristik data dalam penelitian
kualitatif, karena kurang cakap menggunakan teknik tersebut, walaupun teknik yang
dipilih sudah tepat. Solusinya terus belajar dan membaca hasil-hasil penelitian
sebelumnya yang sejenis akan sangat membantu menambah kecakapan peneliti.
2.2 Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi,
gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh
dari majalah, dan lain sebagainya.

2.3 Metode/jenis Pengumpulan Data


Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data,
siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh
dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data
sekunder). Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui observasi, wawancara, pengamatan, tes, dokoumentasi dan
sebagainya.

Adapun teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah


Observasi
Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja beradasarkan dta, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,
sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang
sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Lewat observasi, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan,
bagaimana teori digunakan langsung, dan sudut pandang responden teori yang
mungkin tidak tercungkil lewat wawancara atau survei.
Sanafiah Faisal (1990) mengklarifikasikan observasi menjadi observasi
berpartisipasi (participant obsevation), observasi yang secara terang-terangan dan
tersamar (overt observation and covert observation). Selanjutnya Spradley, dalam
Susan Stainback (1998) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu
pasive participation, moderate participation, active participation, dan  complete
partipation. Di bawah ini penjelasan macam-macam observasi sebagai berikut,
Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka
dukanya. Dengan observasi pertisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang tampak.
Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa, dalam observasi partisipatif
peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka
ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Seperti telah dikemukakan
bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif,
partisipasi moderat, partisipasi aktif, dan partisipasi lengkap.
Observasi Terus Terang atau Tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus
terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi, mereka
yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi
dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi
yang ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang
masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka
peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan obervasi.
Observasi Tak Berstruktur
Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur,
karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama
kegiatan observasi berlangsung. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
Adapun tahapan dalam observasi merurut Spradley, yaitu sebagai berikut
Observasi deskriptif, pada tahap ini peneliti memasuki situasi sosial tertentu
sebagai obyek penelitian secara menyeluruh dengan membawa masalah yang
akan diteliti serta melakukan dieskripsi terhadap semua yang didengar, dilihat,
dan dirasakan.
Observasi terfokus, pada tahap ini peneliti sudah melakukan suatu observasi yang
telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu.
Observasi terseleksi, pada tahap ini peneliti telah menguraikan fokus yang
ditemukan sehingga datanya lebih rinci serta diharapkan peneliti telah dapat
menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis.

2.4 Wawancara/Interview
Peneliti biasanya melakukan 20-30 wawancara berdasarkan beberapa pertemuan di
lapangan untuk mengumpulkan data. Wawancara dilakukan untuk menyerap informasi
yang kontinu untuk menambah hingga tidak ada lagi yang dapat ditemukan kategori.
Suatu kategori mewakili unit informasi yang tersusun dari peristiwa, kejadian, dan
instansi.
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau
setidaktidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Jadi dengan wawancara,
maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa
ditemukan melalui observasi.

Macam-macam Interview/wawancara
Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh.oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul
data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur
ini  setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data
mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat
menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap
pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training
kepada calon pewawancara.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai
pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat
bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan  wawancara menjadi lancar. Peneliti bidang pembangunan
misalnya, bila akan melakukan penelitian untuk mengetahui respon masyarakat
terhadap berbagai pembangunan yang telah diarahkan unutk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, maka perlu membawa foto-foto atau brosur tentang
berbagai jenis pembangunan yang telah dilakukan. Misalnya pembangunan
gedung sekolah, bendungan untuk pengairan sawah-sawah, pembangunan
pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.
Wawancara semiterstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in- depth interview,
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan dengan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dima pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
Wawancara tak berstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dipertanyakan.
Wawancara tidak terstruktur, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan
atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang diteliti. Pada
penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang
berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat
menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti
perlu melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang mewakili berbagai
tingkatan yang ada dalam obyek. Misalnya akan melakukan penelitian tentang
iklim kerja perusahaan, maka dapat dilakukan wawancara dengan pekerja tingkat
bawah, supervisor, dan manajer.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti
data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa
yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban
dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan
berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara
peneliti dapat menggunakan cara “berputar-putar baru menukik” artinya pada
awal wawancara, yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan
tujuan, dan bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang
menjadi tujuan, maka segera ditanyakan.
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah
menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut
subyektif dan tidak akurat. Kebiasaan data ini akan tergantung pada
pewawancara, yang diwawancarai, dan kondisi pada saat wawancara.
Pewawancara yang tidak dalam posisi netral, misalnya ada maksud tertentu,
diberi sponsor akan memberikan interpretasi data yang berbeda dengan apa yang
disampaikan oleh responden. Responden akan memberi data yang bias, bila
responden tidak dapat menangkap dengan jelas apa yang ditanyakan peneliti atau
pewawancara. Oleh karena itu peneliti jangan memberikan pertanyaan yang bias.
Selanjutnya situasi dan kondisi seperti yang juga telah dikemukakan diatas, sangat
mempengaruhi proses wawancara, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi
validitas data.

Langkah-langkah wawancara
Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah
dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian
kualitatif, yaitu:
 Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
 Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan.
 Mengawali atau membuka alur wawancara.
 Melangsungkan alur wawancara.
 Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
 Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan.
 Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Creswell (1998) menjelaskan bahwa prosedur wawancara seperti tahapan


berikut ini:

 Identifikasi para partisipan berdasarkan prosedur sampling yang dipilih.


 Tentukan jenis wawancara yang akan dilakukan dan informasi apa yang
relevan dalam menjawab pertanyaan penelitian.
 Siapkan alat perekam yang sesuai, misalnya mike untuk pewawancara
maupun partisipan. Mike harus cukup sensitif merekam pembicaraan
terutama bila ruangan tidak memiliki struktur akustik yang baik dan ada
banyak pihak yang harus direkam.
 Cek kondisi alat perekam, misalnya batereinya. Kaset harus kosong dan
tepat pada pita hitam bila mulai merekam. Jika perekaman dimulai, tombol
perekam sudah ditekan dengan benar.
 Susun protokol wawancara, panjangnya kurang lebih empat sampai lima
halaman dengan kira-kira lima pertanyaan terbuka dan sediakan ruang
yang cukup di antara pertanyaan untuk mencatat respon terhadap
komentar partisipan.
 Tentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jika mungkin ruangan
cukup tenang, tidak ada distraksi dan nyaman bagi partisipan. Idealnya
peneliti dan partisipan duduk berhadapan dengan perekam berada di
antaranya, sehingga suara suara keduanya dapat terekam baik. Posisi ini
juga membuat peneliti mudah mencatat ungkapan non verbal
partisipan,seperti tertawa, menepuk kening, dsb.
 Berikan inform consent pada calon partisipan.
 Selama wawancara, sesuaikan dengan pertanyaan, lengkapi pada waktu
tersebut (jika mungkin), hargai partisipan dan selalu bersikap sopan
santun.

Pewawancara yang baik adalah yang lebih banyak mendengarkan daripada


berbicara. Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai
metode pengumpulan data, peneliti harus menentukan apakah pertanyaan
penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh partisipan. 

Kelemahan interview/wawancara

Kelemahan interview/wawancara adalah responden bisa saja tidak jujur atau


enggan berterus terang untuk menjawab sesuatu yang sensitif atau mengancam
dirinya. Dalam hal ini, responden akan cenderung berkesimpulan bahwa peneliti
menginginkan responden menjawab sesuai dengan keinginan peneliti.
Kelemahan-kelemahan interview ini seyogyanya dinetralisasi oleh metode lain.

2.5 Teknik Pengumpulan data dengan Dokumen


Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.
Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian,
cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu . dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan, serta biografi. Dokumen berbentuk gambar misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain. Serta dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,
yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat
dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di
tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua
dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak
mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian
juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri sering subjektif.
Dokumen adalah barang yang tertulis atau terfilmkan selain record yang tidak
disiapkan khusus atas permintaan peneliti. Termasuk bukti cacatan atau records adalah
manifest penerbangan, catatan akuntan, surat nikah, akte kelahiran, sertifikat kematian,
catatan militer, catatan bisnis, bukti sumbangan, bukti setoran pajak, berbagai direktori,
dan lain sebagainya. Sementara itu yang termasuk dokumen antara lain adalah surat,
diari, jurnal, buku teks, surat wasiat, makalah, pidato, artikel Koran, catatan medis,
pamlet propaganda, publikasi pemerinth, foto, dan lain sebagainya.
Baik dokumen maupun bukti-bukti catatan seperti dirinci di atas seringkali diperlukan
oleh peneliti sebagai bukti pendukung untuk meneliti efektivitas metode pengajaran
menulis kolaboratif pada mahasiswa S1, misalnya, peneliti memerlukan dokumen-
dokumen dan bukti-bukti berikut ini:
 kurikulum secara keseluruhan untuk melihat porsi waktu mata kuliah itu dalam
kurikulum  secara keseluruhan.
 Silabus perkuliahan yang disiapkan dosen
 Buku latihan atau tugas mahasiswa
 Catatan harian mahasiswa ihwal perkuliahan
 Soal-soal ujian dan tugas lainnya
 Hasil penelitian terdahulu ihwal perkuliahan menulis di fakultas itu.
 Artikel Koran tulisan mahasiswah. Brosur, atau pengumuman ihwal lomba tulis
yang diikuti mahasiswa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari paparan diatas adalah bahwa metode
pengumpulan data yaitu, suatu teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data menunjuk suatu cara sehingga
dapat diperlihatkan penggunaannya melalui observasi, wawancara,  dokoumentasi dan
sebagainya.

B. Kritik dan Saran

Hendaknya para peneliti memperhatikan cara-cara mereka dalam mengambil metode


yang akan digunakan dalam penelitian mereka karena pemilihan metode yang tepat
dalam penelitian akan menentukan hasil dari penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah,Chaedar. 2017. Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan


Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya.
Emzir.2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuanitatif, Kualitatif, dan R&D .
Bandung: ALFABETA.
Rachmawati, Imami Nur. Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif:wawancara. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Vol. 11, No. 1, Maret 2007.
 Rahmat, Pupu Saeful.  Penelitian Kualitatif.  Jurnal Equilibrium, Vol. 5, No. 9, Januari 2009.

Anda mungkin juga menyukai