Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PROJEK

PERALATAN TEGANGAN TINGGI

“Analisis Pengujian Pemutus Tenaga (PMT) Bay Namorambe 1 Dalam


Pemeliharaan Dua Tahunan Di Gardu Induk Titikuning”

Disusun Oleh :

Reza Hermawan (5183230006)

PROGRAM STUDI TEKNIK

ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI

MEDAN 2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Bidang Ilmu

Teknik Elektro Konsentrasi Ketenagalistrikan

1.2 Latar Belakang

Instalasi sistem tenaga listrik di sebuah Gardu Induk mempunyai beberapa


peralatan sebagai pendukung kinerjanya. Untuk menjaga keandalan dan keamanan
peralatan tersebut, perlu adanya pemeliharaan secara berkala atau rutin.
Pemeliharaan merupakan salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan dalam
pengoperasian sistem transmisi tenaga listrik. Karena dengan adanya
pemeliharaan yang baik secara berkala, maka peralatan pada sistem tenaga listrik
tetap terjaga keandalannya. Dengan demikian kebutuhan energi listrik untuk
konsumen atau pelanggan dapat terlayani dengan baik, selain itu harga peralatan
sistem tenaga listrik yang mahal mendorong perlunya pemeliharaan secara
berkala. Salah satu peralatan yang dilakukan pemeliharaan rutin yaitu pemutus
tenaga (PMT).

Pemutus tenaga (PMT) merupakan suatu peralatan saklar atau switching


mekanis, yang mampu menutup atau mengalirkan dan memutus arus beban dalam
kondisi normal sesuai dengan ratingnya serta mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal atau gangguan sesuai
dengan ratingnya (IEEE C37.100:1992). Apabila pemutus tenaga (PMT) tidak
bekerja saat terjadi gangguan, maka akan berdapak terhadap rusaknya peralatan
lainnya. Pemeliharaan pemutus tenaga (PMT) dilakukan dengan melakukan
pengujian terhadap tahanan pentanahan, tahanan isolasi, tahanan kontak, dan
keserempakan kontak PMT.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana keandalan dan


kelayakan pemutus tenaga (PMT) bay Namorambe 1 di Gardu Induk Titikuning
setelah dilakukan pemeliharaan dua tahunan. Dengan ini diharapkan dapat
mengetahui 3 pengaruh pemeliharaan secara berkala terhadap keandalan pemutus
tenaga (PMT) dengan membandingkan hasil pengujian beberapa tahun yang lalu.

1.3 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana prinsip kerja dari pemutus tenaga (PMT) bay Namorambe 1?


2) Apa saja pengujian yang dilakukan terhadap pemutus tenaga (PMT) bay
Namorambe 1 pada saat pemeliharaan berkala?
3) Bagaimana keandalan dan kelayakan pemutus tenaga (PMT) bay
Namorambe 1 setelah dilakukan pemeliharaan berkala?

1.4 Tujuan

Tujuan penulisan penelitian ini adalah:

1) Mengetahui prinsip kerja pemutus tenaga (PMT) bay Namorambe 1


2) Mengetahui pengujian yang dilakukan terhadap PMT saat adanya
pemeliharaan berkala.
3) Mengetahui dan memahami keandalan dan kelayakan pemutus tenaga
(PMT) bay Namorambe 1 di Gardu Induk Titikuning setelah dilakukan
pengujian dalam pemeliharaan rutin dua tahunan.

1.5 Manfaat

Dengan adanya penelitian ini dapat diketahui apakah pemeliharaan


pemutus tenaga (PMT) bay Namorambe 1 di Gardu Induk Titikuning yang
dilakukan secara berkala atau rutin tersebut dapat berdampak positif terhadap
keandalan PMT tersebut.
1.6 Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang dari permasalahan yang akan diselesaikan maka


pembahasan masalah dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya dilakuan pada pemutus tenaga (PMT) bay


Namorambe 1 di Gardu Induk Titikuning.
2. Pengujian yang dilakukan hanya meliputi: pengujian tahanan pentanahan,
pengujian tahanan isolasi, pengujian tahanan kontak dan pengujian
keserempakan kontak PMT.

1.7 Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran penulisan penelitian ini, penulis membuat sistematika


penulisan terbagi atas lima bab yang isinya diuraikan sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan, memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,


batasan masalah, tujuan yang hendak dicapai, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Dasar Teori, pada bab dua ini memuat tentang pengertian
pemutus tenaga (PMT), penjelasan mengenai klasifikasi pemutus tenaga
(PMT), komponen dan fungsi pemutus tenaga (PMT) dan pemeliharaan
pemutus tenaga (PMT), in service atau visual inspection, in service
measurement atau on line monitoring, shutdown measurement atau
shutdown function check, conditional (pasca relokasi, pasca gangguan
dan bencana alam) dan overhaul.
3. BAB III Metode Penelitian, menguraikan tentang metode penelitian,
kapan dilakukan penelitian, waktu dan tempat penelitian, rangcangan
penelitian meliputi: study literature, pengumpulan data, kordinasi terkait
hasil pemeliharaan 2 tahunan khususnya pada pemutus tenaga (PMT) bay
Namorambe 1 di Gardu Induk Titikuning dan yang terakhir analisis data
pemeliharaan. Selanjutnya ada flowchart penelitian dimana mulai dari
awal penyusunan penelitian hingga hasil akhir atau kesimpulan.
4. BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian, Pada bab empat yaitu
menjelaskan pembahasan dan hasil penelitian yang telah dicapai,
meliputi: Subsistem Gardu Induk Titikuning, Prinsip kerja dari pemutus
tenaga (PMT) bay Namorambe 1, Analisis hasil pemeliharaan seperti :
Pengujian tahanan pentanahan, tahanan isolasi, tahanan kontak dan
keserempakan pemutus tenaga (PMT).
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Analisis pengujian pemutus tenaga (PMT) di Gardu Induk telah banyak


dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa teknik elektro berbagai perguruan tinggi di
Indonesia. Pada umumnya analisis yang dilakukan hanya mengambil data hasil
pengujian pada periode 1 sampai 5 tahun, sedangkan peralatan di Gardu Induk
kebanyakan telah berusia lebih dari 5 tahun operasi. Serta banyak Gardu Induk
yang beroprasi lebih dari 20 tahun.

Irwan Pramono (2019), pada tugas akhirnya yang berjudul “Analisis


pengujian pemutus tenaga bay Gondangrejo 2 dalam pemeliharaan dua tahunan di
Gardu Induk Palur”. Pada kesimpulanya menyaktakan secara keseluruhan
pemutus tenaga (PMT) bay Gondangrejo 2 di Gardu Induk Palur masih layak
digunakan dan dapat bekerja dengan baik, serta nilai dari tahanan isolasi, tahanan
pentanahan, tahanan kontak dan keserempakan kontak pemutus tenaga (PMT)
berdasarkan hasil pemeliharaan 3 periode pemeliharaan terakhir masih di bawah
batas ketentuan atau buku standar PLN (O&M P3B PMT/001.01 Tahun 2009).

Nuryanto (2018), pada tugas akhirnya yang berjudul “Analisa Hasil


Overhaul Pemutus Tenaga (PMT) 70 kV Pada Bay Arjawinangun 2 di PT PLN
Persero APP Cirebon GI Kadipaten”. Dalam kutipanya menyatakan bahwa PMT
bay Arjawinangun 2 dalam keadaan baik dan aman untuk di operasikan, hal ini
dinyatakan berdasarkan data overhaul PMT 70 kV bay Arjawinangun 2 pada saat
setelah terjadi gangguan pada PMT tersebut. Data tersebut diambil pada saat
setelah terjadi gangguan dan menggunakan buku acuan standar PLN (O&M P3B
PMT/001.01 Tahun 2009) sebagai data analisis tersebut.

Arief Georitno (2015), pada skripsinya yang berjudul “Kelayakan Operasi


Pemutus Tenaga (PMT) Tegangan Ekstra Tinggi Bermedia Gas SF6 Berdasarkan
Kualitas Gas, Keserempakan Titik Titik Kontak dan Parameter Resistans”. Dalam
hasil penelitiannya menyatakan bahwa PMT bemedia gas SF6 masih sangat layak
dioperasikan karena karakteristik terukur masih memenuhi syarat atau sesuai
standar PLN berdasarkan buku petunjuk batasan operasi dan pemeliharaan
peralatan penyaluran tenaga listrik dengan SK 114 no 7-22/Harlur-PST/2009.

Yulistiawan dkk (2012), pada jurnalnya yang berjudul “Analisa


Penggunaan Gas SF6 Pada Pemutus Tenaga (PMT) di Gardu Induk Cigereleng
Bandung”. Dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa PMT bemedia gas SF6
masih sangat layak dioperasikan karena karakteristik terukur masih memenuhi
syarat atau sesuai standar PLN berdasarkan buku petunjuk batasan operasi dan
pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik dengan SK 114 no 7-
22/HarlurPST/2009.

Dengan berkaca pada problematika tersebut, maka analisis pengujian


pemutus tenaga (PMT) bay Namorambe 1 dalam pemeliharaan dua tahunan di
Gardu Induk Titikuning menggunakan perbandingan hasil uji pemeliharaan
dengan nilai standar terbaru sesuai Surat Keputusan Direksi No 520 tahun 2014
tentang pemeliharaan pemutus tenaga yang di keluarkan oleh PT. PLN (Persero).
Serta data pengujian pemutus tenaga (PMT) yang diambil lebih banyak yaitu 7
periode pemeliharaan dua tahunan. Dengan demikan akan diperoleh data yang
sangat signifikan untuk di analisis dan dapat mengetahui kelayakan dari pemutus
tenaga tersebut. Pada metodologi penelitian juga menggunakan flowchart atau
diagram alir tindak lanjut dari hasil pengujian tahanan pentanahan, tahanan
isolasi, tahanan kontak, dan keserempakan kontak PMT. Serta menganalisis hasil
dari tindak lanjut pengujian yang nilainya di atas standar ketentuan yang telah
ditetapkan oleh PT. PLN (Persero).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di kota Medan, tepatnya di PT. PLN


Gardu Induk Titikuning.

3.2 Model Penelitian

Dalam penyampaian penulisan ini, penulis menggunakan metode deskripsi


analisis. Adapun pengertian dari metode deskripsi analisis adalah suatu cara yang
berfungsi untuk menjelaskan atau gambaran terhadap objek yang akan diteliti
melalui data yang telah terkumpul dan terstruktur sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis secara umum.
BAB IV
PEMBAHASA
N

1.1 Pengujian Tahanan Isolasi

Pengujian tahanan isolasi merupakan proses pengukuran menggunakan


suatu alat ukur untuk memperoleh nilai tahanan isolasi pemutus tenaga pada
bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap tanah maupun antara terminal atas
dengan terminal bawah. Semakin besar nilai tahanan isolasinya maka akan
semakin baik. Jika nilai tahanan isolasinya rendah ditakutkan akan adanya
kegagalan isolasi pada pemutus tenaga. Proses pengukuran tahanan isolasi
dilakukan sesuai prosedur yang sudah ada, yang pertama adalah pemasangan
pentanahan lokal (local grounding) kemudian pembersihan permukaan porselin
bushing setelah itu baru dilakukan pengukuran tahanan isolasi dalam kondisi
terbuka (open) dan kondisi tertutup (close). Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat ukur megger dengan tegangan uji 5 kV.

Pengukuran yang dilakukan dalam kondisi PMT menutup (close) rata rata
memiliki kemampuan isolasi yang lebih baik dibandingkan pada saat pengukuran
dilakukan dalam posisi membuka (open). Secara keseluruhan dalam setiap periode
pemeliharaan nilai kemampuan isolasi selalu mengalami kenaikan, hal tersebut
membuktikan bahwa dengan adanya pemeliharaan secara berkala membuat
kemampuan isolasi pemutus tenaga (PMT) tetap terjaga keandalanya sehingga
adanya gangguan yang disebabkan kegagalan isolasi pada PMT dapat dihindari.

1.2 Pengujian Tahanan Kontak

Pengujian tahanan kontak dilakukan untuk mengetahui nilai resistansi


pada pemutus tenaga (PMT) yang diakibatkan adanya titik-titik sambungan yang
menyebabkan timbulnya rugi-rugi daya. Semakin besar nilai tahanan kontak maka
akan semakin besar rugi daya yang ditimbulkan.

Nilai tahanan kontak pada pemutus tenaga diusahakan sekecil mungkin,


hal tersebut akan membuat rugi daya yang disebabkan oleh tahanan kontak akan
lebih
kecil juga. Besarnya rugi daya yang ditimbulkan akibat tahanan kontak dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Ploss = I2 x R

Dengan :

Ploss = Rugi daya (watt)

I = Arus (ampere)

R = Resistansi (ohm)

Semakin besar nilai tahanan kontaknya maka akan semakin besar pula rugi
daya yang ditimbulkan. Selain itu, arus yang mengalir pada kontak PMT juga
mempengaruhi besarnya rugi daya. Semakin besar arus yang mengalir maka rugi
daya juga akan semakin besar.

Pengujian tahanan kontak sangat diperlukan agar dalam setiap periode


pemeliharaan nilai tahanan kontaknya dapat diketahui, sehingga apabila nilainya
tidak sesuai dengan standard yang diijinkan bisa dilakukan perbaikan terhadap
kontak PMT. Perbaikan dilakukan dengan melakukan pengecekan secara
menyeluruh terhadap kontak PMT kemudian dilakukan uji ulang. Apabila nilai
tahanan kontaknya masih diatas standar yang diijinkan maka perlu dilakukan
pergantian PMT baru.

1.3 Pengujian Tahanan Pentanahan

Titik netral peralatan dalam sistem tenaga listrik akan dihubungkan ke


tanah pada sistem pentanahan yang ada di gardu induk. Sistem pentanahan yang
ada di gardu induk Palur dibuat dalam tanah dengan struktur berbentuk mesh.
Nilai tahanan pentanahan di gardu induk sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah.
Semakin kecil nilai pentanahannya maka akan semakin baik.

Berdasarkan standar IEEE std 80: 2000 (guide for safety in ac substation -
grounding), nilai pentanahan yang diijinkan pada sistem tenaga listrik di gardu
induk adalah ≤ 1 Ohm.
Apabila konduktor pentanahan dalam keadaan baik dan tidak ada
sambungan yang terputus maka nilai tahanan pentanahannya akan lebih seimbang.
Hal tersebut membuktikan bahwa sistem pentahanan yang ada di gardu induk
Palur berfungsi dengan baik. Sistem pentanahan yang tidak baik atau memiliki
nilai di atas standar yang diijinkan akan membahayakan manusia yang berada di
sekitarnya. Nilai tahanan pentanahan yang tinggi akan menyebabkan gradien
tegangan di permukaan tanah juga tinggi. Hal tersebut dapat membuat arus
gangguan mengalir ke tubuh manusia yang berada di sekitar titik pentanahan pada
peralatan tersebut. Pengujian tahanan pentanahan pada peralatan harus dilakukan
secara berkala agar peralatan dapat mengalirkan arus ke tanah apabila ada
gangguan dan aman bagi manusia yang ada di sekitarnya.

1.4 Pengujian keserempakan kontak

Pengujian keserempakan kontak pemutus tenaga (PMT) dilakukan untuk


mengetahui waktu kerja PMT secara individu serta untuk mengetahui
keserempakan kontak saat membuka maupun menutup. Apabila PMT tidak dapat
trip secara serentak akan menyebabkan gangguan pada sistem yang ada di gardu
induk.Berdasarkan standar SPLN No 52-1 1984 waktu maksimum membuka dan
menutup kontak PMT untuk sistem 150 kV selama 120 mili detik.

Waktu kerja kontak PMT pada saat close lebih lama daripada waktu kerja
PMT pada saat open. Kemudian untuk keserempakan kotak dapat dihitung dengan
membandingkan selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah. Berdasarkan standar
yang telah ditetapkan selisih waktu yang diijinkan adalah < 10 mili detik.

Δt = t maks – t min

Dengan :

Δt = Selisih waktu

t maks = Waktu tertinggi

t min = Waktu terendah


Perbaikan dapat dilakukan dengan melakukan beberapa pemeriksaan,
diantaranya adalah pemeriksaan tegangan kerja, pemeriksaan koil, pemeriksaan
auxillary contact/kontaktor, penggantian part mekanik yang rusak, pemeriksaan
roda penggerak dan perbaikan mekanik penggerak. Perbedaan selisih waktu yang
terlalu lama akan mengakibatkan adanya lonjakan arus maupun tegangan pada
fasa lainnya yang akan menyebabkan rusaknya peralatan lain yang terhubung pada
PMT tersebut. Pemeliharaan secara berkala dengan melakukan pengujian
keserempakan kontak PMT sangat diperlukan agar PMT dapat bekerja secara
serempak dan dalam waktu yang cepat, sehingga kerusakan peralatan yang
disebabkan tidak serempaknya PMT saat menutup (close) maupun membuka
(open) dapan diminimlaisir.
BAB V

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada analisis dan hasil perhitungan data yang diperoleh dari
hasil pemeliharaan 2 tahunan bay Namorambe 1 di Gardu Induk Titikuning dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemutus tenaga (PMT) bay Namorambe 1 berfungsi untuk membuka


atau memutus serta menyalurkan daya listrik secara normal atau
abnormal (gangguan) dengan bantuan mekanis penggerak berupa
pegas (spring).
2. Pengujian yang dilakukan dalam pemeliharaan 2 tahunan PMT bay
Namorambe 1 antara lain yaitu: pengujian tahanan pentanahan,
tahanan isolasi, tahanan kontak dan keserempakan kontak PMT.
3. Nilai tahanan isolasi pada pemutus tenaga bay Namorambe 1 memiliki
nilai yang bervariasi dalam setiap periode pemeliharaan, nilai tahanan
isolasi antar fasa juga berbeda-beda.
4. Secara keseluruhan pemutus tenaga (PMT) bay Namorambe 1 di
Gardu Induk Titikuning masih layak digunakan dan dapat bekerja
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai