PENDAHULUAN
diterapkan ibu ataupun pengasuh anak. Rendahnya konsumsi pangan atau tidak
dan perkembangan otak anak terganggu. Hal ini menyebabkan mereka menjadi
generasi yang hilang dan Negara kehilangan sumber daya yang berkualitas.
Indonesia Sehat dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
yang sehat, cerdas, terampil, produktif dan kreatif yang akan meneruskan
sehingga dalam jangka panjang tercipta kesehatan bangsa Indonesia secara nyata
Dua tahun pertama anak, gizi yang optimal mendorong pertumbuhan dan
risiko terjadinya berat badan lebih atau obesitas dan perkembangan penyakit
menular di kemudian hari (WHO, 2015). Kasus anak usia bawah 5 tahun yang
mengalami gizi kurang di dunia pada tahun 2015 sebanyak 50 juta, anak dengan
stunting sekitar 156 juta. Sedangkan anak dengan kelebihan berat badan sebanyak
balita (BB/U<-2SD) mempunyai gambaran fluktuatif yakni dari 18,4% (2007) dan
kemudian menurun menjadi 17,9% (2010), serta meningkat lagi menjadi 19,6%
(2013) (Kemenkes RI, 2013). Data tersebut menunjukkan bahwa masalah gizi
kurang, sulit untuk di cegah bahkan dihilangkan. Melalui penerapan gizi seimbang
cukup berat. Pada hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan
terbatasnya pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan. Pola makan merupakan
perilaku paling penting yang dapat memengaruhi keadaan gizi. Agar tubuh tetap
sehat dan terhindar dari berbagai penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, maka
pola makan masyarakat perlu ditingkatkan ke arah konsumsi gizi seimbang. Gizi
yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik
Perilaku suatu individu dapat dilihat dari pengetahuan, sikap dan tindakan
nyata. Pengetahuan tentang gizi baik secara langsung maupun tidak langsung
Friedman yang dikutip oleh Nurharlinah (2006), Keluarga sebagai tempat yang
balita. Pengetahuan dan sikap ibu akan memengaruhi asupan makanan yang ada di
penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita (Frost & Michelle, 2005).
dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, petugas
kesehatan, keluarga dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan ini
seimbang yang lebih baik. Seorang ibu rumah tangga yang sehari-harinya
pengetahuan dan keterampilan tentang menu sehat dan seimbang. Hasil penelitian
pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Rendahnya tingkat pengetahuan ibu
dapat memengaruhi rendahnya tingkat konsumsi energi dan protein pada balita.
Ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik cenderung memilih makanan yang lebih
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Seorang ibu yang memiliki peran
penting untuk memberikan gizi seimbang untuk anaknya, hal ini berhubungan
ibu tentang gizi seimbang didapat sekitar 51,3% pengetahuan ibu termasuk dalam
kategori kurang.
adanya Survei Diet Total (SDT) 2014 mendapatkan bahwa 55,7% balita
mendapatkan asupan energi yang kurang dari Angka Kecukupan Energi (AKE)
dan 17,1% balita mendapatkan asupan energi melebihi Angka Kecukupan Gizi
(AKG) yang dianjurkan, yaitu ≥130% AKE. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Hermina, 2011) menunjukkan bahwa tidak semua anak balita
pada anak yang normal maupun pada anak yang pendek. Buah termasuk makanan
yang sedikit sekali dikonsumsi oleh anak, yaitu hanya 13,7% anak normal yang
makan buah, dan hampir sama dengan anak pendek (12,4%). Padahal sayuran dan
(reinforcing factor), jika ibu memiliki pengetahuan tentang gizi balita diharapkan
ibu akan mempunyai sikap dan keterampilan yang baik dalam memberikan asupan
Data detil untuk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013, ditemukan fakta
bahwa prevalensi balita gizi buruk dan kurang sebesar 22,4% yang terdiri dari
8,3% gizi buruk dan 14,1% gizi kurang. Angka ini lebih tinggi 2,8% dengan angka
prevalensi gizi berat kurang nasional yaitu 19,6%. Jika dibandingkan angka
provinsi tahun 2007 (22,7%) dan tahun 2010 (21,3%) tidak ada penurunan yang
signifikan. Meskipun ada penurunan sebesar 0,6% dari tahun 2007 ke tahun 2010
namun terjadi kenaikan kembali sebesar 0,5% (gizi buruk) dan 0,6% untuk gizi
kurang pada tahun 2013. Dengan angka sebesar 22,4% prevalensi gizi kurang dan
gizi buruk di Sumatera Utara masih termasuk dalam kategori tinggi (standar
WHO; 5-9% rendah, 10-19% medium, 20-39% tinggi, >40% sangat tinggi)
kurang. Sekitar 70% Ibu hanya memberikan susu ketika anaknya tidak mau makan
nasi. Kurangnya pengetahuan ibu ini membuat tidak tercukupinya kebutuhan gizi
anak. Selain itu, mengenai sikap ibu dalam memberi makanan seimbang pada
anak, terlihat kurang yaitu sebanyak 50%, ibu memberikan sarapan di atas jam 9
memberikan makanan pokok saja pada anaknya dan sangat jarang diberikan buah
dan sayur. Sekitar 60% ibu memberikan makan anaknya dalam jumah yang
sedikit, karena ibu takut makanan anaknya bersisa. Mereka juga tidak mengenal
PGS sebagai pedoman gizi seimbang dan lebih mengetahui 4 sehat 5 sempurna.
yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu
tentang gizi seimbang pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cakra Negara tahun
penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap ibu terhadap
Tujuan penelitian terbagi dalam dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi seimbang pada balita di wilayah kerja
tahun 2019.
2019.
pegetahuan dan sikap ibu terhadap gizi seimbang pada balita di wilayah kerja
sikap oarang tua terhadap gizi seimbang pada balita. Memberikan gambaran
keterampilan ibu tentang cara memilih dan mengolah berbagai jenis makanan
Fungsi zat gizi secara umum adalah sebagai sumber energi, zat
pembangun dan pengatur. Fungsi tersebut dapat berasal dari makanan yang kita
2.1.1. Karbohidrat
Sebaiknya karbohidrat yang dimakan bervariasi dari berbagai jenis bahan pangan
seperti, jagung, ubi, kentang, roti, mi dan lain sebagainya (Irianto, 2014).
2.1.2. Lemak
Lemak merupakan sumber energi dan vitamin yang sangat besar bagi
anak-anak dan juga sumber asam lemak esensial. Asam lemak ini tidak dapat
dibuat oleh tubuh, sehingga harus didapatkan dari luar melalui makanan. Sumber
lemak yang paling baik didapat anak dari makanan seperti susu berlemak tinggi
atau keju, yang juga mengandung zat gizi penting lainnya. Makanan
seperti keripik dan biskuit, kaya akan lemak tetapi miskin zat gizi lainnya. Jadi,
Asam lemak yang penting bagi manusia adalah linoleat dan linolenat, yang
merupakan asam lemak esensial. Sekitar 90% asupan diet lemak tubuh terdiri dari
berbagai asam lemak seperti asam palmitat, asam stearat, asam oleat dan asam
linoleat. Asam linoleat ditemukan dalam minyak nabati, khususnya jagung dan
minyak biji bunga matahari. Ikan megandung asam lemak omega-3 yang dapat
2.1.3. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada di
dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam
kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Kebutuhan protein
dari 14,6% menjadi 18-19 % pada umur empat tahun, yang sama dengan kadar
protein orang dewasa. Makanan yang banyak mengandung protein dari hewani
terdapat pada daging, ikan dan hasil olahannya, susu, telur, udang, hati dan dari
nabati sumbernya seperti tempe, tahu dan kacang tanah. Ikan mengandung protein
tinggi yang terdiri atas asam amino esensial yang tidak rusak pada waktu
2.1.4. Mineral
manusia. Mineral esensial adalah mineral yang harus diperoleh dari diet karena
tubuh tidak dapat membuat atau mendapatkan sendiri. Mineral terbagi menjadi 2
1. Mineral makro
2. Mineral mikro
Mineral mikro yang terdapat dalam tubuh dalam jumlah sedikit
Sumber zat besi terdapat pada hati, daging sapi, kuning telur, dan buah-buahan.
Seng (Zn) juga berfungsi dalam proses pembentukan sel dan membantu otak
kerusakan saraf secara permanen. Sumber Seng bisa didapat dari daging sapi,
2.1.5. Vitamin
sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu
vitamin harus dikonsumsi dari makanan. Vitamin yang ada dalam makanan terdiri
atas vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, K dan juga vitamin larut dalam
air seperti vitamin B dan C. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pada proses
Anak balita usia 2-5 tahun sering mengalami kekurangan Vitamin A,B,
dan C, untuk itu anak-anak perlu mendapat 1-1 ½ mangkuk atau 100-150 g sayur
buahan seperti pepaya, pisang, mangga, nanas dan jeruk. Berikan 1-2 potong
pepaya sehari (100-200 g) atau 1-2 buah jeruk atau buah lain (Muchtadi, 2009).
2.1.6. Air
Asupan air pada anak berkisar antara 10-15 persen dari berat badan. Selain
untuk mengganti air yang keluar melalui pernapasan, keringat dan urin, air pada
anak juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
dan keluaran air. Kekurangan air menyebabkan sembelit atau konstipasi pada anak
(Mitayani, 2010).
pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan
kebutuhan, maka ia akan lebih rentan terkena penyakit dan kurang produktif.
Sebaliknya, jika memiliki kelebihan gizi akibat asupan gizi yang melebihi
tekanan darah tinggi dan penyakit jantung (SCCP, 2013). Berdasarkan penelitian
kelurahan Pegirian secara umum telah memahami jenis ragam makanan yang
mengandung gizi, namun dalam hal praktik belum sesuai pada pemilihan dan
pengolahan yg sehat.
Pemilihan makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, kebutuhan asupan
gizi divisualisasikan dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yang terdiri
atas kelompok zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Semakin ke atas
ukuran tumpeng semakin kecil berarti pangan pada lapis paling atas yaitu gula,
garam dan lemak dibutuhkan sedikit sekali atau perlu dibatasi. Setiap kelompok
pangan dituliskan berapa jumlah porsi setiap kelompok pangan yang dianjurkan.
Misalnya pada kelompok sayuran 3-4 porsi sehari, artinya sayuran dianjurkan
dikonsumsi oleh remaja atau dewasa sejumlah 3-4 mangkuk sehari. Satu mangkuk
sayuran beratnya sekitar 75 gram, sehingga perlu makan sayur sekitar 300 gram
sehari. Sebelah kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti dengan visual segelas
air putih dan tulisan 8 gelas, artinya dalam sehari setiap orang remaja atau dewasa
dianjurkan untuk minum air putih sekitar 8 gelas sehari. Dalam Pedoman Gizi
6. Biasakan sarapan
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal
anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan memantau berat
badan balita secara teratur untuk mencegah masalah gizi (Kemenkes RI, 2014):
hari yang beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan
dilengkapi oleh jenis makanan yang lain sehingga diperoleh masukan zat gizi
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi
kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6
bulan. Contoh: nasi merupakan sumber kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral;
sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat,
tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi
sedikit kalori (Kemenkes RI, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan Fauziah
(2009) menunjukkan pola konsumsi pangan sumber protein anak balita terkategori
beranekaragam, yaitu terdiri dari ikan (ikan asin dan ikan segar),
tidak baik yaitu 90,90% dan yang dikategorikan baik hanya 9,10%.
Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih
berada pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi. Disamping itu anak
pada usia ini sering keluar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan
Perilaku hidup bersih merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat
perhatian dalam prinsip gizi seimbang. Salah satu indikator perilaku hidup bersih
yang berkaitan erat dengan makanan adalah perilaku mencuci tangan. Mencuci
tangan adalah kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari
agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang
Hal ini sangat penting dilakukan agar terhindar dari diare dan penyakit lainnya.
makan anak, sesudah membersihkan kotoran bayi atau setelah ke toilet dan
mencuci tangan harus dengan sabun dan air mengalir (UNICEF, 2014).
54,1% ibu yang memiliki bayi atau balita tidak mencuci tangan dengan
sabun setelah buang air besar atau setelah pembuangan kotoran bayi.
dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik
aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan yang
dengan lingkungan sehingga tak sulit bagi ibu untuk mengajaknya berolahraga
minimal 15 menit sehari. Aktivitas luar ruang yang terpapar sinar matahari juga
bersama balita diantaranya lempar bola, loncat tali, berenang, bermain bola kaki,
balita, untuk mengetahui ada tidaknya penurunan atau kenaikan berat badan,
kegemukan dan gizi buruk. Menurut WHO, berat badan ideal untuk anak laki-laki
usia 2 tahun adalah 12,2 kg dan anak perempuan 11,5 kg. Untuk seterusnya,
setelah usia 2 tahun sampai 5 tahun pertambahan berat badan rata-rata 2-2,5 kg
Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu
perhatian yang serius. Pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang
sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan
sosial. Stimulasi psikososial harus dilakukan sejak dini dan tepat waktu untuk
Pesan Gizi Seimbang untuk anak usia 2 – 5 tahun, yaitu sebagai berikut:
1. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama keluarga
Pola makan yang tidak teratur membuat hilangnya rangkaian porsi makan
sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama sehari dianjurkan agar
anak makan secara teratur 3 kali sehari dimulai dengan sarapan, makan siang dan
makanan yang tidak sehat dan tidak bergizi dianjurkan agar selalu makan bersama
keluarga. Sarapan setiap hari penting terutama bagi anak-anak oleh karena mereka
sedang tumbuh dan mengalami perkembangan otak yang sangat tergantung pada
Pengaturan makanan yang sehat untuk balita tidak sama dengan orang dewasa.
Kebutuhan sehari-hari balita akan energi (kalori) dan zat gizi lainnya sangat
tinggi. Di masa ini ia menjadi lebih aktif dan tumbuh dengan pesat. Namun,
karena perut mereka masih kecil, balita tidak dapat makan dalam jumlah besar
dalam sekali makan. Karenanya, mereka juga butuh makanan selingan yang
sumber lemak kaya akan Omega 3, DHA, EPA yang banyak terkandung dalam
ikan. Anak-anak dianjurkan banyak mengkonsumsi ikan dan telur karena kedua
jenis pangan tersebut mempunyai kualitas protein yang bagus. Tempe dan tahu
tubuh, artinya apabila berat badan balita adalah 15 Kg maka protein yang
dibutuhkan adalah sekitar 15-26 gram protein per hari (Mitayani, 2010). Setelah
anak berusia 2 tahun sebenarnya kehadiran susu bukan hal yang wajib dalam
Sayuran dan buah-buahan adalah pangan sumber vitamin, mineral dan serat.
antioksidan, yang mempunyai fungsi antara lain untuk mencegah kerusakan sel.
menghambat perkembangan sel kanker usus besar (Kemenkes RI, 2014). Sumber
zat gizi, termasuk senyawa fitokimia. Fitokimia ini mempunyai mekanisme aksi
saling melengkapi dengan zat gizi lain, termasuk di dalamnya untuk menstimulasi
sistem kekebalan tubuh (Lampe, 1999). Selain itu, sumber karoten berasal dari
sayuran berwarna hijau tua serta sayuran dan buah-buahan berwarna kuning
jingga, yang sangat mudah didapat seperti bayam, daun singkong, kangkung,
wortel, tomat dan papaya (Almatsier, 2001). Hasil penelitian menyatakan bahwa
gambaran konsumsi buah dan sayur di Indonesia cenderung kurang (<5 porsi/
Rasa keingintahuan anak yang tinggi menjadi kesempatan bagi ibu untuk
dan buah kepada anak sejak dini. Sejalan dengan hasil penelitian Febriana (2014)
menyatakan terdapat hubungan yang signifikan bahwa semakin lama usia anak
diperkenalkan dengan buah, maka anak semakin kurang suka dengan buah
yang negatif yang artinya semakin lama anak diperkenalkan dengan sayur maka
anak cenderung tidak menyukai sayuran tersebut. Bahkan sejak anak dalam
kandungan, ibu sudah bisa memperkenalkan buah dan sayur dengan rajin
mengkonsumsinya.
sayuran dan buah-buahan 300-400 gram per orang per hari. Sekitar dua pertiga
dari jumlah anjuran konsumsi tersebut adalah porsi sayur (Kemenkes RI, 2017).
4. Batasi mengkonsumsi makanan selingan yang terlalu manis, asin dan berlemak
dini anak sudah mengkonsumsi makanan siap saji bukan makanan olahan rumah.
Jajanan yang lewat ataupun di warung-warung telah menjadi menu makan sehari-
hari. Disamping itu, jenis makanan kemasan untuk anak-anak yang mengandung
karena banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, gula dan karbohidrat.
Sejalan dengan hasil penelitian Wilson dkk (2009) konsumsi gula mempunyai
hubungan yang positif dengan masalah karies gigi dan meningkatkan risiko
obesitas pada anak. Penelitian yang dilakukan oleh Gibson dan Boyd (2009)
menunjukkan bahwa kosumsi natrium yang tinggi selama enam bulan mempunyai
hubungan positif dengan peningkatan tekanan darah. Menurut Febri (2008) bahwa
yang mungkin belum terpenuhi lewat menu makan utama. Oleh karena itu, bukan
kandungan kalorinya yang harus ditambah melainkan zat gizi lain seperti vitamin
dan mineral. Pemberian susu dengan kadar gula juga akan membuat selera anak
terpaku pada kadar kemanisan yang tinggi. Begitu pula pada saat memberikan
minuman manis atau soda, lebih baik berikan jus buah tanpa gula (Kemenkes RI,
2014).
5. Minumlah air putih sesuai kebutuhan
Air merupakan kebutuhan vital bagi setiap manusia, terutama pada balita
yang sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Jika tubuh tidak cukup
mendapatkan air atau kehilangan air hanya sekitar 5% dari berat badan pada balita
maka keadaan ini telah membahayakan kehidupan seseorang atau dikenal sebagai
dehidrasi. Berbagai penelitian membuktikan bahwa kurang air pada tubuh anak
Minum yang cukup tidak hanya mengoptimalkan konsentrasi belajar anak tetapi
Kehilangan air melalui kulit dan ginjal pada anak lebih besar daripada
orang dewasa. Anak akan lebih mudah terserang penyakit yang menyebabkan
kehilangan air dalam jumlah banyak. Kebutuhan cairan sehari hari dianjurkan agar
Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya. Air minum harus bersih
dan bebas kuman. Sehingga metabolisme tubuh anak berjalan lancar mengingat
ini akan mendukung tumbuh kembang dan kecerdasan anak (Kemenkes RI, 2014).
Aktifitas fisik sangat bermanfaat bagi tubuh. Tujuannya agar tubuh bugar,
lebih bersemangat dan optimal dalam belajar. Perilaku sedentary adalah perilaku
santai antara lain duduk, berbaring, kerja di depan komputer, membaca, menonton
televisi, bermain game, tetapi tidak termasuk waktu tidur. Perilaku sedentary
pembuluh darah dan bahkan mempengaruhi umur harapan hidup (Kemenkes RI,
2016).
kurus (wasting) anak balita dari 13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%.
Masalah gizi dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah gizi kurang (under
nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik berupa masalah gizi makro
ataupun gizi mikro. Adapun beberapa masalah gizi yang dapat mengganggu
yang dibutuhkan, terutama konsumsi lemak yang tinggi dan makanan dari gula
murni (Azmi, 2012). Berat badan berlebih pada balita terjadi karena banyak faktor
dengan tidak adanya aktivitas fisik yang dilakukan balita yang akan memperburuk
Anak yang biasa meminum susu dalam botol, biasanya tidak dapat
dibutuhkan anak. Berat badan lebih dan obesitas yang tidak ditangani secara tepat
akan meningkatkan penyakit degeneratif seperti diabetes melitus tipe 2 yang
timbul pada masa dewasa, dan penyakit degeneratif lainnya (Adriani, 2013).
Pola makan itu dibentuk sejak masa kanak-kanak yang akan terbawa
hingga dewasa. Oleh karena itu, membentuk pola makan yang seimbang penting
dilakukan oleh ibu ataupun pengasuh agar peertumbuhan balita berjalan optimal.
dan perkembangan fisik dan mental (Arisman, 2014). Jika masalah berat badan
kurang tidak diatasi sedini mungkin, maka akan berakibat semakin berat tingkat
usia 1-5 tahun. Sedangkan marasmus adalah kekurangan energi dan protein secara
keseluruhan (kelaparan) yang biasanya disertai dengan penyakit lain seperti diare,
kekurangan zat besi dalam jumlah yang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
daya tahan fisik. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas dan
sering tidak jelas seperti pucat, mudah lelah, pusing, berdebar dan sesak napas.
Kepucatan pada balita bisa diperiksa dari telapak tangan, kuku, dan konjungtiva
dalam usus terutama cacing tambang dan penyakit infeksi lain yang memperkuat
menyantap aneka ragam makanan yang mengandung zat besi. Sementara itu,
sebagian susu dapat diganti dengan air jeruk yang dapat membantu dalam proses
4. Kekurangan Vitamin A
Kekurangan Vitamin A (KVA) terutama terdapat pada balita. Ditandai dengan
kurangnya pasokan Vitamin A dalam tubuh. Kurang vitamin A dapat terjadi bila
buta senja yang bila tidak ditangani sedini mungkin akan menyebabkan xerosis
menderita kebutaan. Selain itu berdampak pada hilangnya nafsu makan pada
balita yang berakibat terjadinya gangguan pertumbuhan dan hal ini berdampak
pada menurunnya daya tahan tubuh. Jika daya tahan tubuh menurun, balita mudah
pada tumbuh kembang balita. Semakin berat kekurangan yodium yang dialami,
kekurangan zat yodium yang terdapat dalam garam ini menyebabkan penurunan
Selanjutnya akan menyulitkan dalam proses belajar di sekolah karena akan banyak
anak yang drop out dari sekolah sebelum waktunya. Dampak sosial lain akibat
Yodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang diperlukan tubuh
dalam jumlah kecil. Namun, jika diabaikan akan berdampak buruk bagi
kelangsungan dan kualitas hidup balita. Penderita GAKY akan menjadi beban
semua orang yang ada di sekitar kehidupannya. Oleh karena itu, penting untuk
mengkonsumsi makanan.
seseorang terdiri dari dua bagian yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor
internal terdiri dari a) status kesehatan, b) nilai cerna, c) umur, d) jenis kelamin, e)
kegiatan dan aktivitas. Status kesehatan akan menentukan kebutuhan zat gizi
seseorang, misalnya kebutuhan orang yang baru sembuh dari sakit bebeda
dengan kebutuhan orang yang sehat, hal ini disebabkan karena sel - sel tubuh yang
baru sembu perlu dganti sehingga akan membutuhkan zat gizi lebih banyak.
diantaranya umur bahan makanan, komposisi asam amino suatu bahan makanan,
lamanya pernasakan dan pemakaian bahan pelarut dalam pemasakan. Bahan makanan
yang diambil pada umur mudah akan memiliki nilai cerna yang lebih tinggi,
bahan makanan bersumber dari hewani mempunyai nilai cerna yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan makanan sumber nabati, pemasakan dengan waktu
singkat dan suhu yang rendah mempunyai nilai cerna yang lebih tinggi serta
pemakaian bahan pelarut (cuka atau asam) akan mempunyai nilai cerna yang rendah
dalam bahan makanan karena terjadi pengerasan dinding sel makanan dan
penggumpalan protein.
dilihat pada anak usia balita yang berada dalam masa pertumbuhan memerlukan
makanan yang bergizi relatif lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa.
Kebutuhan zat gizi pada pria akan lebih besar dari pada wanita karena
energi dan protein yang lebih banyak. Sebaliknya wanita akan mernerlukan zat besi
kecilnya kebutuhan zat gizi, misalnya seseorang dengan pekerjaan yang berat akan
memerlukan energi dan zat - zat gizi yang lebih besar dibandingkan dengan
orang mempunyai pekerjaan sedang atau ringan. Khusus pada anak balita juga
seseorang, antara lain: a) tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, b) latar belakang
tidak menjamin apakah dia mampu atau tidak dalam menyusun makanan yang
mendapat porsi makanan lebih banyak dan lebih baik dengan alasan bapak adalah
pencari nafkah dan sebagai kepala keluarga, hal ini bisa merugikan anggota keluarga
lain karena tidak mendapatkan makanan yang sesuai terutama pada anak balita.
yang dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung zat gizi yang baik.
kecilnya tingkat pendapatan keluarga karena jika tingkat pendapatan rendah relatif
jenis makanan yang beraneka ragam. Kebersihan lingkungan secara tidak lansung
berpengaruh terhadap status gizi seseorang, namun faktor lingkungan yang kurang
bersih dapat menyebabkan meningkatnya penyakit pada anak seperti penyakit infeksi
dan kecacingan.
seseorang menurut jumlah, jenis dan frekuensi yang dimakan setiap hari dan
Pemberian makan harus teratur waktunya, yaitu selama 3 kali dalam sehari, bila
perlu diberikan makanan selingan. Maka perlu perhatian dari orangtua untuk
membentuk pola makan yang baik yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh
salah. Dan kini, banyak orang mengkonsumsi makanan tanpa pertimbangan dan
kesadaran tinggi untuk menganut pola makan sehat. Pola makan sehat merupakan
cara atau usaha seseorang dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan. Akibat
pola konsumsi makan yang salah ini cenderung meningkat, seperti kelebihan
makan atau makan yang kurang seimbang (Kemenkes RI, 2016). Kebiasaan
makan yang baik hendaknya dilaksanakan sedini mungkin, hal tersebut akan
Ibu harus menanamkan pola makan balita seperti pola makan keluarga,
yakni sarapan, makan siang, makan malam dan diberikan makanan selingan
sebanyak dua kali. Hal yang harus dipikirkan adalah jika sarapan tidak
(Adriani, 2013).
Pola makan yang seimbang yaitu yang sesuai dengan kebutuhan disertai
dengan pemilihan bahan makanan yang tepat akan melahirkan status gizi yang
baik. Pola makan yang seimbang itu paling tidak ada 3 kriteria yang harus kita
1. Jumlah makanan
Pada masa ini anak menjadi lebih aktif dan tumbuh dengan pesat. Namun,
karena perut mereka masih kecil, balita tidak dapat makan dalam jumlah besar
dalam sekali makan. Porsi makan untuk balita biasanya sepertiga sampai setengah
dari porsi orang dewasa (Adriani, 2013). Setiap anak adalah unik, banyak
sedikitnya jumlah makanan per porsi bisa disesuaikan dengan kemampuan makan
anak. Porsi yang dianjurkan perhari untuk sayuran 3 porsi, buah 2 porsi, makanan
pokok 3 porsi, makanan tinggi kalsium 3 porsi dan makanan kaya protein 2 porsi
(Arifin, 2015).
kecukupan zat gizi individu. Untuk mengetahui kecukupan gizi anak balita
digunakan AKG tahun 2013, yang disajikan pada Tabel 2.1 Kecukupan gizi
tersebut dianjurkan untuk dipenuhi dari konsumsi pangan anak balita setiap
harinya.
Tabel 2.1 Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) Rata-Rata Per Hari
Jenis Zat Gizi Kelompok Umur
1-3 tahun 4-6 tahun
Karbohidrat (gr) 155 220
Protein (gr) 26 35
Lemak (gr) 44 62
Vitamin A(mcg) 400 450
Besi (mg) 8 9
Seng (mg) 4 5
Sumber : Kementerian Kesehtan RI, 2013
kenyataan makanan yang dimakan oleh anak. Berikut jumlah bahan makanan
cukup mengkonsumsi porsinya dari makanan utamanya yaitu menu makan pagi,
siang dan malam. Makanan selingan diberikan hanya pada waktu antara makan
pagi dan makan siang (jam 9:00-10:00), atau jam makan siang dan makan malam
jenis bahan makanan untuk melengkapi kebutuhan gizi anak (Damanik, 2015).
Berikut adalah contoh pola menu makanan balita dalam satu hari:
hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan
satu jenis untuk setiap kelompok makanan makanan pokok, lauk pauk, sayuran
dan buah-buahan setiap kali makan akan lebih baik (Kemenkes RI, 2014).
yang lebih tinggi, ibu akan mampu merawat anak dengan baik, mampu memilih
gizi yang seimbang dalam jumlah dan jenis yang cukup. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Aidina (2015) pada balita keluarga miskin menunjukkan
bahwa 56,9% pola makan yang tidak lengkap dan konsumsi zat gizi pada kategori
kurang sebagian besar pada umur 37-60 bulan. Pada penelitian ini dikatakan
mudah tubuh memperoleh berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan
kurang disukai akan melatih balita untuk memakan makanan yang bervariasi.
Penanaman pola makan yang beraneka ragam harus dilakukan sejak dini. Hasil
sayur dan buah ≥5 hari dalam seminggu sebanyak 17,5%. Dari hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kurang dari 20% responden pada semua kelompok
Pemberian makan pada anak usia 24-59 bulan merupakan kelanjutan dari
masa bayi dengan sedikit penyesuaian, menjadi sebagai berikut: 3 kali makan
utama (pagi, siang, dan malam/sore), di antaranya diberikan makanan kecil atau
susu. Dengan memperkenalkan anak pada jam-jam makan yang teratur dan variasi
jenis makanan, diharapkan anak akan memiliki disiplin makan yang baik
(Marimbi, 2010).
kali/minggu) dan jarang (1 kali dalam sebulan). Menurut damanik (2015), dengan
frekuensi makan yang kurang dari 3 kali akan menimbulkan kekurangan zat gizi
dalam tubuh, sehingga berat badan akan menurun dan tidak sesuai dengan
umurnya.
Metode Food Recall 24 jam adalah cara pengumpulan data individu yang
dikonsumsi selama sehari kemarin. Teknik metode recall yang digunakan adalah
5 Step Multiple Pass Method (Kemenkes RI, 2014). Lima langkah dalam
list), daftar hidangan tidak harus berurutan. Hidangan yang sama hanya ditulis
satu kali.
2. Mereview kembali kelengkapan Quick List bersama responden agar tidak ada
4. Tanyakan rincian hidangan menurut jenis bahan makanan, jumlah, berat dan
lembar penilaian yang berfungsi untuk menilai frekuensi setiap makanan atau
yang sederhana terdiri dari daftar makanan yang disertai dengan kategori
Masa balita adalah the point of no return. Perkembangan otak tidak bisa
diperbaiki bila mereka kekurangan gizi pada masa ini. Dalam perkembangan anak
potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian dari ibu dan keluarga
Anak usia 2-5 tahun sudah mulai bisa meminta sesuatu, termasuk meminta
makanan yang dia inginkan. Maka dalam membiasakan pola makan yang baik dan
benar pada anak balita, sebaiknya mendapat perhatian utama dari orangtuanya,
agar anak tidak mengalami defisit energi dan protein (Hermina, 2011). Gizi anak
usia preschool (2-5 tahun) sangat penting, tidak hanya dalam hal kebutuhan
gizinya dalam tahap ini terjadi perkembangan dan pertumbuhan yang dianggap
memiliki dampak besar yang berlanjut pada perkembangan fisik, mental, status
Usia antara 2-5 tahun sering disebut tahun prasekolah. Selama tahun ini,
mereka berubah dari bayi menjadi balita yang suka bereksplorasi di dunia mereka.
1. Perkembangan kognitif
anekaragam rasa, warna dan bentuk makanan. Selain itu mereka mulai belajar
perasaannya. Misalnya pada saat ini anak hanya menyukai satu jenis makanan
tertentu. Sehingga ibu harus memabanntu mengatur perasaan mereka agar mau
makan makanan yang beragam. Anak juga sudah mulai keluar rumah dan
bersosialisasi dengan teman sebaya, penting bagi ibu untuk menjaga kebersihan
3. Perkembangan Fisik
rata pertahunnya adalah 2 kg. Pada pertumbuhan khususnya untuk tinggi badan
anak akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 cm tiap bulannya (Rusilanti dkk, 2015).
Masa prasekolah adalah masa peralihan antara masa bayi dan masa anak
sekolah (Almatsier dkk, 2011). Berdasarkan pertumbuhan bayi dan anak menurut
Yuliati (2008) yang mengutip pendapat Hurlock, usia anak prasekolah atau early
childhood adalah anak yang berusia 2-6 tahun. Pada masa ini juga merupakan
periode penyapihan. Dimana anak tidak lagi diberi ASI sehingga jumlah dan
terhadap objek atau stimulus tersebut bagi dirinya. Trail yaitu subjek mulai
bersifat evaluatif dan berakhir pada nilai yang dianut dan terbentuk kaitannya
dengan suatu objek. Sikap merupakan perasaan positif atau negatif atau
terhadap objek, orang dan keadaan. Sikap merupakan reaksi yang masih
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas , akan tetapi adalah
suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan suatu kesiapan
terhadap obyek. Allport (cit Notoatmodjo, 2003) membagi sikap dalam tiga
2003).
dapat bersifat langsung maupun melalui perantara sikap. Suatu sikap belum
tentang suatu penyakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya) maupun
seseorang yang meliputi norma - norma yang ada, kebiasaan, nilai budaya dan
meliputi manfaat yang akan didapat, hambatan yang ada, kerugian dan
kepercayaan bahwa seseorang dapat terserang penyakit, c) Sarana : tersedia
yang baik dan bertempat tinggal dekat dengan sarana kesehatan, bisa saja
bertambah usia ibu maka semakin banyak pengalaman yang ia dapat khususnya
Faktor usia muda juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih
kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih
berumur cenderung akan menerima dengan senang hati tugasnya sebagai ibu
hari di luar faktor pendidikannya karena sebagian besar ibu yang masih
muda memiliki sedikit sekali pengetahuan tentang gizi dan pengalaman dalam
mengasuh anak.
2.10.2 Pendidikan Ibu
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orangtua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
mengenai sumber gizi dan jenis makanan yang baik untuk konsumsi
informasi yang baru. Jika di nilai informasi tersebut bermanfaat maka akan
Hermina (2011) menyebut bahwa Anak balita pendek lebih banyak ditemukan
pada rumah tangga dengan pendidikan kepala keluarga yang rendah yaitu
tamat SD (25,0%).
membuat ibu rumah tangga dari tingkat ekonomi lemah untuk bekerja.
ekonomi rumah tangga dapat dilihat dari pekerjaan yang dilakukan oleh
kepala rumah tangga maupun anggota rumah tangga yang lain. Salah
satu penyebab terjadinya gizi kurang adalah karena status pekerjaan ibu. Ibu
yang bekerja di luar rumah cenderung menelantarkan pola makan
keluarganya.
2.10.4.Pendapatan Keluarga
Menurut Soetjiningsih yang dikutip oleh Adriani (2014), Faktor
biasanya terjadi pada anak balita dari keluarga berpenghasilan rendah. Hasil
lauk hewani, sayur dan buah adalah karena daya beli yang rendah. Bagi
kualitas pangan.
stunting pada Balita dari keluarga dengan jumlah anggota rumah tangga
balita dari keluarga dengan jumlah anggota rumah tangga cukup. Hasil
balita.
paling banyak jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yaitu
5-7 anggota keluarga, bahkan ada yang berjumlah > 7 anggota keluarga.
Keluarga yang sangat miskin dengan anak yang banyak, pemenuhan
kebutuhan makanan akan lebih mudah jika yang harus diberi makan dalam
keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk
anak sedikit. Lebih lanjut dikatakan bahwa keluarga dengan konsumsi pangan
yang kurang, anak balitanya lebih sering menderita gizi kurang. Hal ini sejalan
status gizi normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga
manusia ke dalam tiga wilayah yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tapi
Sedangkan dari hasil penelitian Andini (2015) menunjukkan bahwa pada ibu
balita dengan pengetahuan baik, terdapat 45,5% balita dengan status gizi
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
sekedar menyiapkan nasi dan lauk pauk saja, tetapi juga harus
mampu memberikan makanan yang seimbang, artinya tidak hanya
nasi dan lauk pauk saja tetapi dilengkapi dengan sayur dan buah.
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis)
yang mengandung zat besi sekaligus teh yang mengandung zat tanin
anak.
5.Sintesis (synthesis)
meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal- hal yang
6. Evaluasi (evaluation)
bahwa praktik gizi ibu paling tinggi pada kategori kurang yaitu sebesar
50,0%, hanya 10.0% yang praktik gizinya baik, dan sisanya sebesar
yaitu:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat
dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap informasi apapun
tentang gizi.
b. Merespon (responding)
tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah
informasi dari majalah mengenai menu seimbang untuk balita, maka ibu
c. Menghargai (valuing)
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang
suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap
gizi anak.
Dipengaruhi
- Umur ibu
- Pendidikan ibu
Penyakit - Pekerjaan ibu
Gizi Balita - Pendapatan
infeksi
keluarga
- Jumlah
anggota
keluarga
- Budaya
Pola Makan :
- Jumlah makanan
- Jenis makanan
- Frekuensi makan
Keterangan :
a. : yang diteliti
ibu tentang gizi seimbang akan berhubungan dengan tindakan ibu dalam
memberikan pola makan pada balita mencakup jumlah, jenis dan frekuensi
makan.
Pengetahuan ibu
mengenai gizi seimbang
Gizi seimbang balita