Laporan Pendahuluan STEMI Fitri
Laporan Pendahuluan STEMI Fitri
SISTEM KARDIOVASKULER
STEMI
NAMA : FITRIANI
NIM : 2004003
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
A. PENDAHULUAN
Infark Miokard adalah kerusakan jaringan miokard akibat iskemia hebat yang terjadi
secara tiba –tiba.Keadaan ini biasanya disebabkan oleh ruptur plak yang diikuti dengan
proses pembentukan trombus oleh trombosit (Hastuti dkk, 2013).ST Elevasi Miokard
Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat insufisiensi
aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor
yang ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada
pemeriksaan EKG (Doengos, 2003).Berdasarkan laporan World Health Organization
(WHO) pada tahun 2008, infark miokard merupakan penyebab kematian utama di dunia.
Terhitung sebanyak 7,25 juta (12,8%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh
dunia. Menurut data statistik National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) 2007 –2010, prevalensi infark miokard lebih banyak diderita laki –laki
dibandingkan perempuan. Kejadian ini mulai meningkat pada laki –laki saat berusia ≥ 45
tahun dan perempuan ≥55 tahun(Hastuti dkk, 2013).Penyakit infark miokard juga
merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Laporan Riskesdas tahun 2007
memperlihatkan bahwa penyakit infarkmiokard termasuk 10 penyebab kematian
terbanyak dengan proporsi kematian sebesar 5,1%.Menurut data Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) tahun2010, penyakit infark miokard menduduki peringkat 10besar Penyakit
Tidak Menular (PTM) yang menyebabkan rawat jalan (1.88%) dan rawat inap(2,29%)
rumah sakit di Indonesia(Hastuti dkk, 2013).Berdasarkan data yang didapatkan dari
ruangan ICCU RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes, angka kejadian STEMI di RSUD Prof.
Dr. W. Z. Johannes di Ruang ICCU dari bulan januari sampai juni sebanyak 44 kasus,
dengan laki-laki sebanyak 35 kasus dan perempuan sebanyak 9 kasus. Penatalaksanaan
Infark Miokard Akut Elevasi ST dimulai sejak kontak medis pertama, baik untuk
diagnosis dan perawatan. Diagnosis kerjainfark miokard harus dibuat berdasarkan
riwayat nyeri dada yang berlangsung selama 20 menit atau lebih, yang tidak membaik
dengan pemberian nitrogliserin. Adanya riwayat penyakit jantung dan penjalaran nyeri ke
leher, rahang bawah, atau lengan kanan memperkuat dugaan ini
Pengawasan EKG perlu dilakukan pada setiap pasien dengan dugaan STEMI.
Diagnosis STEMI perlu dibuat sesegera mungkin melalui perekaman dan interpretasi
EKG 12 sadapan, selambat-lambatnya 10 menit saat pasien tiba untuk mendukung
keberhasilan tata laksana (PERKI,2018).Tatalaksana pasien di ruangan ICCU adalah
pembatasan aktifitas pasien selama 12 jam pertama, pasien harus puasa atau hanya
minum dalam 4-12 jam karena resiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard,
istirahat ditempat tidur dan efek menggunakan narkotik untuk menghilangkan rasa nyeri
sering mengakibatkan konstipasi, sehingga dianjurkan penggunaan kursi komo di
samping tempat tidur, diet tinggi serat, dan penggunaan obat pencahar secara rutin seperti
laxadine syrup 1-2 sendok teh (Farissa, 2012).Penanganan STEMI farmakologi pada
prinsipnya ditujukan untuk mengatasi nyeri angina dengan cepat, intensif dan mencegah
berlanjutnya iskemia serta terjadinya infark miokard akut atau kematian mendadak.
Pasien diberikan terapianti-iskemik seperti nitrat, penyekat, antagonis kalsium, morfin,
terapi antitrombotik, aspirin/asam asetil salisilat (ASA), terapi antikoagulan seperti
heparin. Adapun penanganan STEMI non-farmakologi yaitu dengan tindakan
revaskularisasi, rehabilitasi medik, modifikasi faktor risiko.Peran perawat dalam
pelayanan di ruangan ICCU ada 3 yaitu independent (mandiri), dependent, serta
interdependen. Peran perawat sebagai independen dimana perawat dapat melakukan
perannya secara mandiri. Peran perawat sebagai dependen dimana perawat melakukan
tindakan berdasarkan instruksi dari dokter ketika dokter tidak ada di tempat. Peran
perawat kolaborasi yaitu tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim
perawatan atau tim kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI FISIOLOGI
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga
dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.
Jantung terdiri dari otot jantung, (miokardium) yang berperan penting dalam
sirkulasi darah, miokardium mempunyai ketebalan yang bervariasi, paling tebal pada
ventrikel kiri, lebih tipis pada ventrikel kanan, dan paling tipis pada atrium.
Atrium dan ventrikel dilapisi oleh suatu lapisan tipis, licin dan mengkilat yang
disebut endokardium, yang terdiri dari selapis sel, endotelia yang berkesinambungan,
dengan katup jantung dan dengan lapisan endotel pembuluh darah.
Perikardium melapisi jantung dan akar pembuluh darah besar dan mempunyai dua
lapisan.Lapisan luar atau pericardium fibrosa, tertanam kokoh pada diafragma. Pada
selubung luar pembuluh darah besar, dan pada permukaan posterior sternum, dengan
demikian jantung dipertahan kan posisinya di dalam rongga dada. Lapisan luar juga
mencegah terjadinya peregangan jantung yang berlebihan (overdistensi).Lapisan dalam
atau pericardium serosa.Melapisi pericardium fibrosa dan mengalami invaginasi pada
permukaan jantung.
Sisi kiri jantung memompa darah ke sirkulasi sistemik, yang menjangkau seluruh
sel tubuh, kecuali sel – sel yang berperan dalam pertukaran gas di paru, sisi kanan
jantung memompa darah ke sirkulasi paru (pulmonalis), yang mengalir hanya ke paru
untuk mendapat oksigen.
Jantung merupakan sebuah organ yang sangat berperan pentin untuk menunjang
kehidupan manusia. Jantung bekerja memompakan darah ke seluruh tubuh dan bahkan
ke organ jantung itu sendiri. System inilah yang disebut dengan system koroner
jantung. Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi maupun oksigen untuk menjalankan
fungsinya sehari-hari, jantung dibantu oleh pembuluh darah-pembuluh darah yang
memperdarahi jantung. Pembuluh darah ini disebut dengan pembuluh darah koroner.
a. Arteri koroner jantung
Pembuluh darah arteri jantung atau arteri koroner jantung dibagi menjadi dua
bagian yaitu arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Arteri-arteri koroner ini
merupakan percabangan langsung dari aorta dan arteri ini terletak diatas sulkus
koroner.
1) Arteri koroner kiri jantung memperdarahi bagian belakang jantung. Arteri
koroner kiri jantung bercabang lagi menjadi bebedapa arteri, diantaranya
adalah :
a) Cabang dari arteri koroner kiri yang pertama adalah arteri
interventrikuler adalah cabang dari arteri koroner kiri jantung yang
menyuplai darah ke bagian anterior (depan) ventrikel kanan dan ventrikel
kiri serta membentuk satu cabang lagi yang disebut dengan arteri
marginalis kiri yang khusus menyuplai darah ke ventrikel kiri.
b) Cabang arteri koroner kiri yang kedua adalah arteri sirkumfleksa yang
menyuplai darah ke bagian atrium kiri dan ventrikel kiri. Dibagian
posterior, arteri sirkumfleksa kemudian menyatu dengan arteri koroner
kanan jantung.
2) Arteri koroner kanan jantung pada umumnya memperdarahi bagian depan
jantung. Arteri ini juga memiliki cabang-cabang yang menyuplai darah ke
masing-masing tempat. Berikut adalah cabang-cabang arteri koroner kanan.
a) Cabang pertama arteri koroner kanan jantung adalah arteri interventrikuler
posterior yang menyuplai darah untuk kedua dinding ventrikel baik
ventrikel kanan maupun ventrikel kiri.
b) Cabang dari arteri koroner kanan yang kedua adalah arteri marginalis
kanan yang menyuplai darah untuk atrium kanan dan ventrikel kanan.
Arteri-arteri koroner jantung ini berperan untuk mengalirkan darah dari
jantung dan untuk jantung itu sendiri. Selain pembuluh darha arteri yang
berfungsi sebagai penyalur darah dari jantung, jantung juga
memiliki pembuluh darah vena yang disebut dengan vena koroner jantung.
b. Vena koroner jantung
Vena koroner jantung berfungsi membawa darah yang berasal dari otot-otot
jantung atau miokardium yang tidak mengandung oksigen dan kemudian dibawa
menuju sinus koroner jantung dan selanjutnya akan bermuara langsung di atrium
kanan.
Darah yang mengalir didalam pembuluh darah koroner akan berjalan pada saat
jantung berdilatasi atau berelaksasi karena pada saat inilah jantung mengecil dan
pembuluh darah tidak tertekan oleh kontraksi otot-otot jantung.
Pada tubuh manusia ada beragam sekali sirkulasi koroner yang dapat terjadi.
Sebagian orang memiliki sirkulasi koroner seimbang dan ada juga yang memiliki
sirkulasi koroner dominan seperti sirkulasi koroner kanan atau kiri. Berikut adalah
perjalanan system koroner jantung mulai dari jantung dan kembali ke jantung.
Darah yang berasal dari ventrikel kiri di salurkan ke aorta, setelah itu di aorta
ascenden terdapat percabangan (arteri koroner) dan darah akan mengalir ke arteri
koroner, selanjutnya darah akan disalurkan ke masing-masing cabang arteri koroner
dan di distribusikan ke otot-otot jantung tujuan, setelah darah sudah digunakan otot-
otot jantung selanjutnya akan dialirkan ke pembuluh darah vena koroner dan setelah
itu dialirkan ke sinus koroner jantung dan dan selanjutnya akan masuk kembali ke
atrium kanan jantung
2. PENGERTIAN
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik
yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok,
hipertensi, dan akumulasi lipid (Sudoyo, 2010).
3. KLASIFIKASI
1. Infark anterior
Infark inferior dan posterior diakibatkan oleh oklusi right coronary artery
(RCA) pada 80-90% pasien sedangkan 1020% pasien diakibatkan oleh oklusi arteri
left circumflex (LCX). Pada infark inferior dijumpai adanya perubahan EKG ST
elevasi pada lead II, III, aVF sedangkan infark posterior dijumpai adanya ST segmen
depresi di V1 - V4 (Underhill, 2005; Libby, 2008).
3. Infark lateral
Infark miokardial lateral terjadi bila dijumpai adanya perubahan ST elevasi pada
EKG di lead I, aVL, V5, V6. Infark ini diakibatkan oleh cabang-cabang arteri yang
mensuplai darah pada dinding lateral ventrikel kiri yaitu cabang left circumflex
(LCx), diagonal LAD dan cabang terminal dari right coronary artery (RCA). Karena
LCx mensuplai AV junction, bundle his, dan anterior dan posterior muscle papillary
pada 10% populasi, oklusi arteri ini berkaitan dengan abnormalitas konduksi jantung
atau insufisiensi katup mitral yang berkaitan dengan dysfungsi muscle papillary
(Underhill, 2005; Libby, 2008; Lily, 2008).
4. Infark ventrikel kanan
Infark ventrikel kanan biasa terjadi pada infark inferior dengan trias
karakteristik yaitu hipotensi, peningkatan tekanan vena jugularis dengan tanda
kusmaul’s, serta area paru bersih. Infark inferior di diagnosis bila dijumpai elevasi
segmen ST pada sadapan EKG sisi kanan V3R dan V4R serta adanya abnormalitas
gerakan dinding ventrikel kanan. Penatalaksanaan dilakukan dengan volume loading
untuk mempertahankan PCWP 1820 mmHg, menghindari penggunaan nitrat serta
pemberian dobutamin untuk mengatasi hipotensi (Underhill, 2005, Lewis, 2004,
Libby, 2008).
4. ETIOLOGI
Terdapat dua faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit arteri koroner
serta memicu STEMI yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor risiko modifiable
dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup dan kebiasaan pribadi, sedangkan
faktor risiko yang nonmodifiable merupakan konsekuensi genetic yang tidak dapat
dikontrol (Smeltzer, 2002).
Menurut Muttaqin (2009) ada lima faktor risiko yang dapat diubah (modifiable)
yaitu merokok, tekanan darah tinggi, hiperglikemia, kolesterol darah tinggi, dan pola
tingkah laku.
1) Merokok
Tekanan darah tinggi merupakan juga faktor risiko yang dapat menyebabkan
penyakit arteri koroner. Tekanan darah yang tinggi akan dapat meningkatkan gradien
tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi
yang terus menerus menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
3) Kolesterol darah tinggi
4) Hiperglikemia
5) Pola perilaku
Pola hidup yang kurang aktivitas serta stressor psikososial juga ikut berperan
dalam menimbulkan masalah pada jantung. Rosenman dan Friedman telah
mempopulerkan hubungan antara apa yang dikenal sebagai pola tingkah laku tipe A
dengan cepatnya proses aterogenesis. Hal yang termasuk dalam kepribadian tipe A
adalah mereka yang memperlihatkan persaingan yang kuat, ambisius, agresif, dan
merasa diburu waktu. Stres menyebabkan pelepasan katekolamin, tetapi masih
dipertanyakan apakah stres memang bersifat aterogenik atau hanya mempercepat
serangan.
5. PATOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak
memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI
terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur,
rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis,
sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri
koroner. Penelitian histology menunjukkan plak koroner cenderung mengalami
rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai
endokardium sampai epikardium disebut infark transmural.namun bisa juga hanya
mengenai daerah subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit
terjadinya sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila
berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmural.Kerusakan
miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam
3-4 jam.Meskipun nekrosis miokard sudah komplit,proses remodeling miokard yang
mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah
infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi.
3. kesulitan bernafas
4. cemas
5. mual
7. PEMERIKSAAN DIGNOSTIK
1) EKG
CPK –MB (isoenzim yang ditemukan pada otot jantung) meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12 – 24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam : LDH meningkat dalam
12-24 jam, memuncak dalam 24-48 jam, dan memakan waktu lama untuk kembali
normal. AST ( aspartat amonitransfarase) meningkat (kurang nyata / khusus) terjadi
dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3-4 hari.
3) Elektrolit
5) Kecepatan sedimentasi
6) Kimia
7) GDA/oksimetri nadi
Dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
9) Foto dada
Normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
10) Ekokardiogram
Thalium : mengevaluasi aliran darah miokardia dan status miokardia, contoh lokasi /
luasnya IM akut atau sebelumnya. Technium : terkumpul dalam sel iskemi disekitar area
nekrostik.
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional, fraksi
ejeksi (aliran darah).
Memungkinkan visualisasi aliran darah , serambi jantung atau katup ventrikel, lesi
ventrikel, pembentukan plak, area nekrosis / infark, dan bekuan darah.
8. PENATALAKSANAAN
1) Pemberian Oksigen
Hipoksemia dapat terjadi akibat dari abnormalitas ventilasi dan perfusi akibat
gangguan ventrikel kiri. Oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen
arteri < 90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen
selama 6 jam pertama. Pemberian oksigen harus diberikan bersama dengan terapi medis
untuk mengurangi nyeri secara maksimal (Antman et al, 2004).
2) Nitrogliserin
Nitogliserin (NTG) sublingual dapat diberikan dengan dosis 0,4 mg dan dapat
diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. NTG selain untuk mengurangi nyeri
dada juga untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan preload
dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang
terkena infark atau pembuluh kolateral. NTG harus dihindari pada pasien dengan tekanan
darah sistolik < 90 mmHg atau pasien yang dicurigai mengalami infark ventrikel kanan
(Antman, 2004; Opie & Gersh, 2005).
3) Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan
dalam tata laksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2 - 4 mg
dapat tingkatkan 2 - 8 mg IV serta dapat di ulang dengan interval 5 - 15 menit. Efek
samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi vena dan
arteriol melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi
curah jantung dan tekanan arteri (Antman, 2004, Opie & Gersh, 2005).
4) Aspirin
Aspirin merupakan tata laksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI. Inhibisi
cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan dengan reduksi kadar tromboksan A2
dicapai dengan absorpsi aspirin bukal dengan dosis 162 mg - 325 mg di ruang emergensi
dengan daily dose 75 162 mg.
5) Beta blocker
Beta‐blocker mulai diberikan segera setelah keadaan pasien stabil. Jika tidak ada
kontraindikasi, pasien diberi beta‐blocker kardioselektif misalnya metoprolol atau
atenolol. Heart rate dan tekanan darah harus terus rutin di.monitor setelah keluar dari
rumah sakit. Kontraindikasi terapi beta‐blocker adalah: hipotensi dengan tekanan darah
sistolik <100 mmHg, bradikardi <50 denyut/menit, adanya heart block, riwayat penyakit
saluran nafas yang reversible, Beta‐blocker harus dititrasi sampai dosis maksimum yang
dapat ditoleransi. (Antman, 2004; Black & Hawk, 2005; Libby, 2008)
6) ACE Inhibitor
ACE inhibitor mulai diberikan dalam 24‐48 jam pasca‐MI pada pasien yang telah
stabil, dengan atau tanpa gejala gagal jantung. ACE inhibitor menurunkan afterload
ventrikel kiri karena inhibisi. sistem renin‐angiotensin, menurunkan dilasi ventrikel. ACE
inhibitor harus dimulai dengan dosis rendah dan dititrasi naik sampai dosis tertinggi yang
dapat ditoleransi. Kontraindikasinya hipotensi, gangguan ginjal, stenosis arteri ginjal
bilateral, dan alergi ACE inhibitor. Elektrolit serum, fungsi ginjal dan tekanan darah
harus dicek sebelum mulai terapi dan setelah 2 minggu (Opie & Gersh, 2005; Libby,
2008).
Manfaat HMG Co‐A reductase inhibitor (statin) selain berfungsi sebagai penurun
kolesterol juga mempunyai efek pleiotropic yang dapat berperan sebagai anti inflamasi,
anti trombolitik. Target penurunan LDL < 100 mg/dl, sedangkan pada pasien dengan
risiko tinggi, DM, penyakit jantung koroner, target penurunan LDL kolesterol adalah <
70 mg/dl (Opie & Gersh, 2005;Sukandar et al, 2008; Libby, 2008)
8) Anti koagulan
9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Keluhan utama: nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan perasaan lemah
Provoking incident: nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat.
Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien, sifat
keluhan nyeri seperti tertekan.
Region, radiation, relief : lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas
pericardium. Penyebaran dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri serta
ketidakmampuan bahu dan tangan.
Severity (scale) of pain : klien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-5 dan klien
akan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat angina skala
nyeri berkisar antara 4-5 skala (0-5).
Time: sifat mulanya muncul (onset), gejala timbul mendadak. Lama timbulnya (durasi)
nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh infark miokardium dapat timbul
pada waktu istirahat, biasanya lebih parah dan berlangsung lebih lama. Gejala-gejala
yang menyertai infark miokardium meliputi dispnea, berkeringat, amsietas, dan pingsan.
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan
hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
yang masih relevan. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan
alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul.
d) Riwayat keluarga
Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada anggota
keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik
pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko utama untuk
penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
e) Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, riwayat pola hidup menetap, jadual
olahraga tak teratur. Tanda: takikardia, dispnea pada istirahat/kerja.
f) Sirkulasi
Gejala: riwayat Infark Miokard sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung
koroner, masalah TD, DM. Tanda:
1. TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri
2. Nadi dapat normal: penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian
kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
4. Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
j) Neurosensori. Gejala: pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk/istirahat) Tanda: perubahan mental dan kelemahan
Pengkajian fisik Penting untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup hal-hal
berikut:
1. Tingkat kesadaran
3. Frekwensi dan irama jantung: Disritmia dapat menunjukkan tidak mencukupinya oksigen
ke dalam miokard
5. Tekanan darah: Diukur untuk menentukan respons nyeri dan pengobatan, perhatian
tekanan nadi, yang mungkin akan menyempit setelah serangan miokard infark,
menandakan ketidakefektifan kontraksi ventrikel
8. Paru-paru: Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur terhadap tanda-tanda gagal
ventrikel (bunyi krakles pada dasar paru)
10. Status volume cairan: Amati haluaran urine, periksa adanya edema, adanya tanda dini
syok kardiogenik merupakan hipotensi dengan oliguria
Alwi,I., 2009. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. Dalam: Sudoyo A.W., et al, ed. Buku
Ajar ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, 1741-1756
Antman, E.M., Braunwald, E., 2005. ST-Segment Elevation Myocardial Infarction. In: Kasper,
D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J. L., eds.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 th ed. USA: McGraw-Hill 1449-1450.
Aru W, Sudoyo. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta : Interna
Publishing.
Black, J. M., & Hawk, J. H. 2005. Medical surgical nursing clinical management for positive
outcomes (7th Ed.). St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
Libby P. 2008. Molecular Basis of The Acute Coronary Syndromes. Circulation. 91:2844-2850.
Lily Ismudiati Rilantono, 2008. Buku Ajar Kardiologi, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Price, S.A. & Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi, vol.1, ed.6. EGC: Jakarta.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku ajar keperawatan medikal-bedah, vol. 2. EGC: Jakarta.
Thygesen, K., et al. 2012. The Writing Group on behalf of the Joint ESC/ACCF/AHA/WHF
Task Force for the Universal Definition of Myocardial Infarction. European Heart
Journal, 33: 2551-2567.