DISUSUN OLEH :
NIM : 2019061034031
KELAS :A
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASI
JAYAPURA
LEMBARAN PENGESAHAN
1
Laporan Akhir Praktikum Metalurgi Fisik Pada Program Studi S1 Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Cenderawasi ini, telah di teliti dan dinilai oleh Assisten dan dosen
pembimbing. Praktikum ini Telah dilaksanakan di Laboratorium Metalurgi Fisik Jurusan
Teknik Mesin Universitas Cenderawasi dan hasilnya telah memenuhi syarata sebagai laporan
akhir praktikum pada semester ganjil tahun akademik 2021/2022 yang digunakan sebagai
syarat kelulusan mata kulia Praktikum Metalurgi Fisik
Catatan :
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasi dan penyertaan-Nya yang
dilimpakan pada kita semua dan khusus-Nya penulisan Dalam penyelesaian Makalah
Praktikum Metalurgi Fisik Mencari Patahan dan Ketebalan benda pada alat Uji tarik .
2
Makalah ini disusun demi memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Metalurgi Fisik . Atas
selesainya makalah ini saya mengucapkan terimakasi kepada Dosen pengampu Bapak Enos
Tambing ,ST.,MT. dan teman-teman satu kelompok yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini. kami mengharapkan adanya perbaikan dan penyempurnaan pada makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Oleh kerena
itu, kami mengharapkan adanya perbaikan dan penyempurnaan pada saat perkuliahan
berikutnya Semoga makalah ini bermanfaat bagi saya dan pembaca.
DAFTAR ISI
3
DAFTAR ISTILAH : …………………………………………………………………….. 5
DAFTAR GAMBAR : …………………………………………………………………… 6
DAFTAR TABEL : ……………………………………………………………………….. 7
LAMPIRAN : ……………………………………………………………………………... 22
DAFTAR ISITILAH
4
(C). = zat arang
DAFTAR GAMBAR
5
Gambar 3 Spesimen baja karbon renda 19
Gambar 4 Grafik tegangan regangan 20
DAFTAR TABEL
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
berteknologi tinggi didapat dari suatu logam yang sudah diketahui sifat-sifatnya secara jelas.
Sifat-sifat logam tersebut meliputi sifat mekanik, sifat fisik dan sebagainya. Sifat mekanik
meliputi: kekuatan, kekerasan, keuletan, kekuatan impak, dan keliatan. Sifat fisik logam
meliputi: struktur logam, ukuran, massa jenis dan sebagainya. Untuk mengetahui sifat-sifat
logam ersebut, maka dilakukanlah uji coba seperti yang dilakukan di Laboratorium Metalurgi
Institut Teknologi Nasional Malang. Setelah diketahui sifat yang dimiliki oleh logam, maka
akan mudah diketahui kegunaan dan bagaimana logam tersebut dimodifikasi agar dapat
berguna secara optimal. Ilmu logam adalah ilmu yang mempelajari bahan-bahan dan sifatsifat
logam. Dimana ilmu logam ini berkembang bukan atas teori saja, melainkan atas dasar
pengamatan, penelitian dan pengujian. Initisari dari ilmu ini adalah mempelajari hubungan
antara struktur suatu paduan dena sifat-sifatnya dan kemudian diketahui untuk mengubah
sifat mekanisnya dipengaruhi struktur tersebut melalui modifikasi struktur. Dengan cara
memodifikasi struktur akan didapat bahan dengan struktur yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan teknologi modern, khususnya didunia yang mengalami perkambangan pesat.
Untuk memenuhi kwalitas suatu logam perlu dilakukan suatu pengujian material (testing
material). Pengujian erat kaitannya dengan pemilihan bahan yang akan digunakan untuk
menentukan benar atau tidaknya suatu teori yang telah ada.
Langkah selanjutnya dalam perencanaan dapat ditentukan jenis bahan maupun
dimensi sehingga apabila tidak sesuai maka akan dengan mudah diberi substitusinya yang
tepat guna dan disamping itu faktor biaya juga harus diperhatikan. Untuk memenuhi bahwa
pengujian logam dititik beratkan pada pengamatan perubahan sifat logam setelah heat
treatment. Pengujian dilakukan terhadap benda atau logam yang telah dipersiapkan dalam
bentuk dan ukuran yang standart.
BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Uji tarik rekayasa banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar
kekuatan suatu bahan dan sebagai data penduduk bagi spesifikasi bahan (Dieter, 1987). Pada
uji tarik, benda diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinyu, bersama
9
dengan itu dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji (Davis,
Troxell dan Wiskocil, 1955). Kurva tegangan regangan rekayasa diperoleh dari pengukuran
perpanjangan benda uji.
.......................................................................................................... 1
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan regangan rekayasa adalah regangan
linier rata-rata, yang diperoleh dengan membagi perpanjangan panjang ukur (gage length)
benda uji, ∆L, dengan panjang awalnya, L0 .
................................................................................................ 2
- Pada baja lunak sebelum patah terjadi pengerutan (pengecilan penampang) yang besar.
- Regangan terbesar terjadi pada tempa patahan tersebut, sedangkan pada kedua ujung
bendan uji paling sedikit meregang
10
Gambar 2. Kurva tegangan regangan hasil uji tarik.
Kurva tegangan regangan hasil pengujian tarik umumnya tampak seperti pada
gambar 5. Dari gambar tersebut dapat dilihat:
1. AR garis lurus. Pada bagian ini pertambahan panjang sebanding dengan pertambahan
beban yang diberikan. Pada bagian ini, berlaku hukum Hooke:
................................................................................................... 3
Dari persamaan (1) dan (2), bila disubstitusikan ke persamaan (3), maka akan
diperoleh:
........................................................................................................ 4
11
2. Y disebut titik luluh (yield point) atas.
3. Y’ disebut titik luluh bawah.
4. Pada daerah YY’ benda kerja seolah-olah mencair dan beban naik turun disebut
daerah luluh.
5. Pada titik B beban mencapai maksimum dan titik ini biasa disebut tegangan tarik
maksimum atau kekuatan tarik bahan ( B). Pada titik ini terlihat jelas benda
kerja mengalami pengecilan penampang (necking).
6. Setelah titik B, beban mulai turun dan akhirnya patah di titik F (failure)
7. Titik R disebut batas proporsional, yaitu batas daerah elastis dan daerah AR
disebut daerah elastis. Regangan yang diperoleh pada daerah ini disebut regangan
elastis.
8. Melewati batas proporsional sampai dengan benda kerja putus, biasa dikenal
dengan daerah plastis dan regangannya disebut regangan plastis.
9. Jika setelah benda kerja putus dan disambungkan lagi (dijajarkan) kemudian diukur
pertambahan panjangnya (∆L), maka regangan yang diperoleh dari hasil pengukuran
ini adalah regangan plastis (AF’)
Asumsi hasil pengujian kekuatan bahan teknik yang mengarah pada sifatnya dapat
dengan mudah dilihat melalui mikroskop, bahwa bahan tersebut tidaklah homogen dan
isotropis. Sebahagian bahan
Pada dasarnya biji besi dapat digolongkan atas tiga golongan besar yang sangat
berperan dalam hal pengolahannya, yaitu :
1. Biji Besi Oksid ;
a) Batu besi Magnet, Magnetit (Fe2 O4) dengan
kandungan Fe sebesar 60 - 70 %
b) Batu besi Merah (Hematit), (Fe2 O3) dengan kandungan Fe sebesar 40 - 60 %
2. Biji Besi Hidroksida ;
Batu besi Coklat (Limonit), (2 Fe2 O3 + 3 H2O) dengan
kandungan Fe sebesar 20 - 50 %
Biji Besi Karbonat ;
Batu besi Spatik (Siderit), (Fe2 CO3) dengan kandungan Fe sebesar 30% - 40 %
13
BAB III
1. Alat :
Universal Testing Machine beserta kelengkapannya
Jangka sorong
Mistar palu.
Modul, lembar kerja alat tulis.
2. Bahan : Baja karbon rendah
1. Siapkan dan periksalah benda kerja yang akan diuji. Catatlah ukuran benda kerja
(panjang, panjang ukur, Lebar, dan Tebal mula-mula) serat jenis bahannya
2. Periksalah keadaan mesin serta peralatan yang digunakan
3. Putar switch utama pada posisi “1”,switch terletak pada bagian belakang mesin dan
switch gear cabinet.
4. Hidupkan mesin dengan tekan tombol “ON”
5. Aturlah posisi katub pada kedudukan closed
6. Putarlah kran pengatur pada posisi menutup (putar kekanan agak kencang) atau pada
posisi “1”.
7. Aturlah kedudukan kopling atau lever dalam keadaan netral (nol) dengan cara
memutar micro controller.
8. Tentukan piringan beban/load sesuai dengan bahan benda kerja yang akan diuji.
9. Jepit ujung benda kerja bagian atas pada grip chuck. Aturlah skala perpanjangan pada
posisi nol (dengan kopling lever). Jepit ujung benda kerja bagian bawah (tentukan
14
ukuran panjangnya ) dengan cara mengatur kedudukan chuck bagian bawa. Setel
jarum indicator pada posisi nol (dengan catatan tidak ada beban ).
10. Mulailah pengujian dengan perlahan-lahan sambil memutar micro controller ke kanan
(dapat dilihat di skala dial).
11. Baca dan catatlah pertambahan gaya pada skala indicator untuk setiap pertambahan
panjang 2 mm
12. Setelah benda kerja patah, ukurlah panjang ukur benda kerja setelah patah, tebal dan
lebar pada patahan.
13. Susunlah table pengujian dan gambarlah grafik hubungan tegangan dan regangan
15
BAB IV
P ΔL
No (kg) (mm) ε (%) C (kg/mm²
1 0 0 0 0
2 2700 0.25 0.005 22.01272988
3 2800 0.5 0.01 22.82801617
4 2875 0.75 0.015 23.43948089
5 2900 1 0.02 23.64330246
6 2900 1.25 0.025 23.64330246
7 2900 1.5 0.03 23.64330246
8 2950 1.75 0.035 24.05094561
9 2950 2 0.04 24.05094561
10 3050 2.25 0.045 24.8662319
11 3100 2.5 0.05 25.27387505
12 3150 2.75 0.055 25.68151819
13 3200 3 0.06 26.08916134
14 3250 3.25 0.065 26.49680449
15 3300 3.5 0.07 26.90444763
16 3325 3.75 0.075 27.1082692
17 3350 4 0.08 27.31209078
18 3350 4.25 0.085 27.31209078
19 3400 4.5 0.09 27.71973392
20 3400 4.75 0.095 27.71973392
21 3425 5 0.1 27.9235555
22 3450 5.25 0.105 28.12737707
23 3475 5.5 0.11 28.33119864
24 3500 5.75 0.115 28.53502022
25 3500 6 0.12 28.53502022
26 3525 6.25 0.125 28.73884179
27 3550 6.5 0.13 28.94266336
28 3550 6.75 0.135 28.94266336
29 3575 7 0.14 29.14648493
30 3575 7.25 0.145 29.14648493
31 3575 7.5 0.15 29.14648493
32 3600 7.75 0.155 29.35030651
33 3600 8 0.16 29.35030651
34 3625 8.25 0.165 29.55412808
35 3625 8.5 0.17 29.55412808
36 3625 8.75 0.175 29.55412808
16
37 3650 9 0.18 29.75794965
38 3650 9.25 0.185 29.75794965
39 3650 9.5 0.19 29.75794965
40 3650 9.75 0.195 29.75794965
41 3650 10 0.2 29.75794965
42 3650 10.25 0.205 29.75794965
43 3650 10.5 0.21 29.75794965
44 3650 10.75 0.215 29.75794965
45 3650 11 0.22 29.75794965
46 3625 11.25 0.225 29.55412808
47 3600 11.5 0.23 29.35030651
48 3550 11.75 0.235 28.94266336
49 3500 12 0.24 28.53502022
50 3450 12.25 0.245 28.12737707
51 3400 12.5 0.25 27.71973392
52 3350 12.75 0.255 27.31209078
53 3325 13 0.26 27.1082692
54 3250 13.25 0.265 26.49680449
55 3150 13.5 0.27 25.68151819
17
4.2. Contoh Perhitungan
Perhitungan regangan (ε)
ε=
ε=
= 0.5 %
Dimana : A₀ =
= 22.01272988 kg/mm2
4.3. Pembahasan
35
30
25
20
Series1
15
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Tegangan tarik maksimum atau kekuatan tarik bahan, terlihat jelas benda kerja
mengalami pengecilan penampang (necking) benda semakin melewati batas proporsional
sampai dengan benda kerja putus karena sudah melewati daerah elastis dan biasa dikenal
dengan daerah plastis dan regangannya disebut regangan plastis jika setelah benda kerja putus
dan disambungkan lagi (dijajarkan) kemudian diukur pertambahan panjangnya .
18
Titik o hingga 5 dinamakan daerah proporsional limit pada, pada area ini regangan yang
terbentuk proporsional tegangan yang bekerja.
Definisi: tegangan yang membentuk kurva tegangan regangan mulai terdeviasi dari garis
lurus.
Titik 0,5 hingga 0.2 dinamakan daerah elastis limit. Pada area ini material akan kembali
berbentuk semula ketika tegangan dihilangkan.
Titik 0.25 dinamakan titik ultimate stres, yaitu titik dimana tegangan maksimum terjadi yang
didefinisikan sebagai beban besar bagi degan luas areah mula-mula (orginal) dari bahan .
Sesuai yang kita peneliti suda mendapat tegangan sampai regangan dan data grafik kami
melakukan perhitugan sebagaimana kami melakukan pratikum ini, maka kami telah
menghitung titik pembahasan ini.
19
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan Pada praktikum metalurgi fisik pada uji tarik, dapat diambil beberapa
kesimpulan, dalam melakukan pengujian kami mahasiswa perlu dibimbing agar dan
mendapatkan hasil tegangan tarik maksimum dan tegangan patah
1. Pengukuran spesimen harus dilakukan minimal 3 kali agar hasil yang didapatkan
lebih presisi.
2. Tegangan tarik maksimum 29.14648493
3. Tegangan patah 25.68151819
5.2. Saran-saran
Dari hasil selama saya melalaukan kegiatan pengukuran saya memberikan saran agar
kegiatan Pengukuran spesimen harus dilakukan minimal 3 kali dan yang lainya agar hasil
yang didapatkan lebih presisi.
Memahami tujuan praktikum dan dapat dilaksanakan dengan lancer dan baik kedepannya
serta saya berharap :
Kepada para teman-teman adik-adik agar mempersiapkan diri dengan menguasi pelajaran
yang akan di terapkan dalam mata kulia Teknik Pengukuran dan Instrumen, agar
memudahkan dalam melakukan praktek dimata Kulia Teknik Pengukuran dan Instrumen.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
35
30
25
20
Series1
15
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
22