Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepatuhan

Kepatuhan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua

peraturan dan norma-norma social yang berlaku. Kepatuhan yang baik

mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas

yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan

terwujudnya tujuan masyarakat, maka setiap orang harus berusaha agar

mempunyai kepatuhan yang baik (Hasibuan,2003)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto,2007), patuh adalah

suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku

sesuai aturan dan berdisiplin.

Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku. Perilaku manusia berasal

dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha

untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Heri P,1999).

Kepatuhan juga dapat diartikan mengikuti suatu spesifikasi, standar atau hukum

yang telah diatur dengan jelas yang biasanya diterbitkan oleh lembaga atau

organisasi yang berwenang dalam suatu bidang tertentu lingkup suatu aturan dapat

bersifat internasional maupun nasional. Misalnya, seperti standar internasional

yang diterbitkan oleh ISO serta aturan-aturan nasional yang ditetapkan oleh

Pemerintah Indonesia. Negara hukum didirikan berdasarkan ide kedaulatan

hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu

1
8

kepatuhan penuh (total compliance) dimana pada kondisi ini seseorang harus

patuh secara sungguh-sungguh terhadap sesuatu hal dan penderita yang tidak

patuh (non compliance) dimana pada keadaan ini seseorang tidak melakukan

sesuatu hal (Tondok,2013).

Faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan:

1. Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika dirinya salah paham tentang

instruksi yang diberikan padanya. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh

kegagalan professional kesalahan dalam memberikan informasi lengkap,

penggunaan istilah-istilah yang tidak mudah dipahami dan memberikan banyak

instruksi yang harus diingat oleh seseorang (Brunner & Suddart, 2005).

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang

bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh

secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu. Hal ini menunjang dengan adanya

tingkat pendidikan yang rendah (Brunner & Suddarth, 2005).

3. Kepribadian

Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal berbeda.

Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, sangat

memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan

memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan perhatian kepada dirinya

sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap
9

lingkunganya. Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan

ketidak patuhan (Brunner & Suddarth, 2005).

4. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai individu sertamenentukan program

pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan

membuat keputusan mengenai perawatan anggota keluarga. Derajat dimana

seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara

negatif berhubungan dengan kepatuhan (Brunner & Suddarth, 2005).

5. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota

keluarga teman, waktu, dan uang merupakan faktor penting dalam. Keluarga

dan teman dapat membantu mengurangi ansietas, mereka dapat

menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat

menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. Dukungan

sosialnampaknya efektif di negara seperti Indonesia yang memiliki status

sosial lebih kuat, dibandingkan dengan negara-negara barat (Brunner &

Suddarth, 2005).

2.2 Keselamatan Berkendara (Safety Riding)

Safety Riding adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir

tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi

menciptakan suatu kondisi, yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan
10

pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar

kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya.

2.2.1 Penerapan Safety Riding

Menurut Motorcycle Safety Riding Foundation (2005) terdapat beberapa

komponen safety riding yang perlu diterapkan, yaitu :

1. Kondisi Berkendara

Sebelum berkendara atau berpergian dalam jarak yang cukup jauh setiap calon

pengendara disarankan untuk melakukan peregangan atau pemanasan. Hal ini

dilakukan agar tubuh dan mental berada dalam kondisi sehingga keseimbangan

pada waktu mengendarai sepeda motor tetap terjaga.

2. Alat Pelindung Diri (APD) atau Perlengkapan Berkendara (SafetyGear)

Untuk mengantisipasi dan juga mengurangi keparahan dari bahaya yang

ditimbulkan karena kecelakaan saat mengendarai sepeda motor maka diperlukan

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) atau perlengkapan saat mengendarai

sepeda motor (safety gear).

Pengertian APD sendiri adalah alat yang berkemampuan untuk melindungi

seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dalam hal ini adalah mengendarai

sepeda motor. Setiap APD yang dikenakan harus memenuhi syarat, yaitu nyaman

dikenakan, tidak mengganggu aktivitas yang dikerjakan, dan memberikan

perlindungan yang efektif terhadap bahaya. (Departemen Perhubungan

Darat,2008) Alat pelindung diri yang penting dikenakan terdiri dari :


11

a. Sarung Tangan

Sarung tangan senya memiliki lapisan yang dapat menutupi kedua belah

tangan dan bahan yang dapat menyerap keringat serta tidak licin saat memegang

grip/handle sepeda motor.

Sarung tangan berfungsi untuk melindungi telapak tangan yang biasanya

langsung menyentuh aspal atau permukaan jalan dan menahan tubuh pada saat

terjadi kecelakaan.

b. Pakaian

Pengendara sepeda motor cenderung terserang berbagai macam kondisi

cuaca. Pakaian yang tepat akan membantu melindungi pengendara dari cidera,

membantu agar mudah dilihat oleh pengguna jalan lain, membantu kenyamanan

selama berkendara. Dalam hal ini yang di maksud pakaian terdiri dari dua bagian

yaitu pelapis atas dan pelapis bawah.

Untuk pelapis atas menggunakan jaket tebal yang berfungsi untuk menahan

benturan di lima titik, yaitu dua titik pundak, dua titik siku, dan satu titik

punggung. Sedangkan untuk pelapis bawah menggunakan celana panjang di

lapisi dengan penahan benturan di kedua di titik pada area lutut. Dilarang keras

penggunaan celana pendek.

c. Helm

Helm wajib dikenakan agar melindungi kepala yang merupakan bagian

terpenting dari tubuh. Helm adalah bagian dari perlengkapan dalam mengendarai

sepeda motor berbentuk topi pelindung kepala yang berfungsi melindungi kepala

pemakainya apabila terjadi benturan. Pemilihan dan penggunaan helm harus

benar dan sesuai, minimal menggunakan helm tipe half face, serta tali pengikat
12

helm harus dipasang dan dikencangkan secara benar untuk mencegah

terlepasnya helm ketika terjatuh.

d. Sepatu

Sepatu harus mampu memberikan kenyamanan serta keamanan bagi seluruh

lapisan kaki. Sepatu yang direkomendasikan adalah safety shoes.

Penggunaan sepatu bertujuan untuk mengurangi dampak yang diterima apabila

terjatuh atau telapak kaki terlindas mobil pada saat sepeda motor berhenti.

Tidak dianjurkan menggunakan sandal, terlebih bertelanjang kaki ketika

mengendarai sepeda motor. Hal ini dikarenakan ketika kendaraan berhenti maka

pengendara harus bertumpu pada kaki mereka untuk menjaga keseimbangan,

jika pengendara tidak menggunakan sepatu maka pengendara cenderung

kehilangan kestabilannya yang akhirnya dapat mengakibatkan cedera.

Penggunaan sandal juga mempersulit melakukan pengereman dan pemindahan

gigi secara benar. Sepatu bertujuan untuk mengurangi dampak yang diterima

apabila terjatuh atau telapak kaki terlindas mobil pada saat sepeda motor

berhenti.

3. Persiapan Kendaraan (Pengecekan)

Sebelum memulai perjalanan dengan menggunakan sepeda motor, pengendara

memeriksa kondisi fisik sepeda motor yang akan di gunakan. Hal tersebut

dilakukan karena hanya hanya diri sendiri yang mengetahui kondisi layak dan

tidak layaknya sepeda motor tersebut untuk dijalankan dan agar permasalahan

pada saat berkendara dapat dihindari. Peralatan yang dianjurkan diperiksa ialah:

(Departemen Perhubunngan Darat, 2008) :


13

a. Rem

Memeriksa apakah rem depan dan belakang berfungsi dengan , khususnya

rem depan yang lebih efektif dalam pengereman. Periksa juga tinggi permukaan

minyak rem dan jarak tuas rem.

b. Ban/Roda

Ban yang aus dan tekanan yang tidak sesuai akan menyebabkan jarak

pengereman semakin panjang dan pengendalian menjadi tidak stabil saat

menikung. Selain itu, tekanan angin yang sesuai menghasilkan pemakaian

bahanbakar yang ekonomis. Oleh sebab itu periksa ban dari pemakaian dan

keretakan.

c. Instrumen Lampu

Pastikan lampu sein, lampu rem, dan lampu depan semua menyala dengan .

Lampu sein dan lampu rem berguna untuk memberikan tanda kepada pengguna

jalan lain (seperti pengemudi mobil dan pejalan kaki) mengenai tujuan yang akan

dilakukan oleh pengendara sepeda motor.

d. Kaca Spion

Posisi kaca spion yang benar akan memberikan jarak pandang yang lebih luas.

Melihat kaca spion pada saat berkendara sangat penting guna memeriksa langsung

kondisi di sekitar pengendara.

4. Posisi Berkendara

Untuk menjaga keseimbangan saat mengendarai sepeda motor, perlu

diperhatikan tujuh poin utama postur berkendara yang dan benar, yaitu sebagai

berikut:
14

a. Pandangan/mata melihat jauh ke depan (ke arah yang hendak dituju) agar

jarak pandang untuk mendapatkan informasi sekitar menjadi luas.

b. Pundak santai.

c. Tangan memegang bagian tengah dari gas tangan dimana anda dapat

dengan mudah untuk mengoperasikan handle atau saklar

d. Sikut sedikit menekuk tangan dan santai.

e. Pinggul/duduk pada posisi dimana dapat dengan mudah mengoperasikan

stang kemudi danrem

f. Lutut secara ringan menekan tangki bahan bakar di antara paha

g. Telapak kaki diletakkan pada sandaran kaki, jari kaki menghadap ke

depan, jempol kaki secara ringan berada di atas pedal rem dan pedal gigi.

5. Saat Perjalanan

Selama dalam Perjalanan, pengendara sepeda motor harus memperhatikan

hal- hal sebagai berikut agar senantiasa aman dan menghindari kecelakaan

(Departemen Perhubungan Darat, 2008):

a. Membiasakan melakukan pengereman dengan menggunakan rem depan

dan belakang secara bersamaan, dengan penekanan 75% rem depan dan

25% rem belakang. Pada saat menekan tuas rem depan gunakan 3 atau 4

jari tangan, dan posisi tuas kopling tidak tertekan.

b. Berada di jalur sebelah kiri (kecuali menyalip/mendahului). Jangan

berkendara sepanjang sisi kanan jalan walau tidak ada kendaraan lain dari

arah yang berlawanan. Selalu waspada dengan kemunculan mendadak

dari kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan.


15

c. Memberikan lampu sein sebagai tanda arah yang akan dituju kepada

pengemudi lain (±3 detik sebelumnya) dan perhatikan kaca spion,

terutama memeriksa kendaraan di belakang sebelum berpindah jalur.

Jangan menikung atau menyalip kendaraan lain, jika tidak bisa melihat

kondisi didepan.

d. Menyalakan lampu sein 30 meter sebelum mendekati persimpangan

untuk memberikan tanda arah yang hendak dituju kepada pengguna jalan

yang lain. Dianjurkan untuk memastikan keamanan keadaan jalan

dan tidak hanya mengandalkan kaca spion untuk memastikan kondisi

lalu lintas karena kaca spion memiliki keterbatasan pandangan.

e. Waspada terhadap rintangan di jalan seperti batu kerikil, tanah, lumpur,

oli, dan pasir yang dapat membuat permukaan jalan sangat licin sehingga

menyebabkan sepeda motor tergelincir dan jatuh. Untuk menghindarinya,

kurangi kecepatan pada permukaan jalan yang dan hindari belok terlalu

patah dan pengereman terlalu keras saat melalui kondisi jalan seperti ini.

Pengendara juga diharapkan berhati-hati terhadap permukaan jalan di

depan, lubang di jalan dan perbedaan ketinggian pada bahu jalan.

f. Pengendara sangat tidak dianjurkan mengendarai dengan satu tangan

karena dapat menghilangkan keseimbangan pada saatberkendara.

g. Meningkatkan kewaspadaan berkendara saat malam hari, karena sinaran

lampu, khususnya lampu depan memiliki keterbatasan penyinaran saat

malamhari.

h. Tidak diperkenankan berkendara di bawah pengaruh obat-obatan maupun

alkohol. Hal ini dikarenakan obat-obatan dan alkohol dapat menyebabkan


16

kantuk serta mengurangi konsentrasi dan reflek pada saat berkendara

sehingga akan membahayakan diri sendiri maupun orang lain

disekitarnya.

i. Patuhi rambu-rambu lalu lintas, contoh: selalu berhenti di belakang garis

putih pada saat berhenti di lampu merah/traffic light dan tidak memasuki

jalur cepat yang bukan diperuntukkan untuk sepeda motor, dan terakhir

jangan lupa membawa SIM (Surat Izin Mengemudi) dan STNK (Surat

Tanda Nomor Kendaraan).

2.2.2 Keterampilan Berkendara

Keterampilan adalah kecakapan yang dihubungkan dengan tugas yang

dimiliki dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu tertentu. Kemampuan dan

keterampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan prestasi individu

(Mujianto,2003).

Menurut Sullivan & Meister (1986) dalam Nurtanti (2002) kemampuan

seseorang dalam mengemudi dengan aman ditentukan oleh faktor yang saling

berkaitan, salah satu diantaranya adalah keterampilan mengemudi untuk

mengendalikan arah kendaraan yang dikemudikan. Berikut adalah beberapa cara

ideal keterampilan yang harus dilakukan oleh pengendara motor :

1. Saat berkendara pandangan mata harus lurus ke depan dan

berkonsentrasi. Banyak orang kadang melihat ke speedometer, karena

ingin melihat kecepatannya.

2. Posisi berkendara yang perlu diperhatikan adalah posisi pinggul yang

tidak tepat.Saat berkendara, ada yang pinggulnya bergerak ke kanan,

ke kiri, ke belakang atau menunduk. Itu sebenarnya salah, yang benar


17

pinggul harus tetap lurus atau tegak. Punggung dan bahu juga harus

lurus, tangan membentuk sudut kurang lebih 60 derajat dan jangan

kaku.

3. Jika perjalanan yang ditempuh relatif jauh, posisi kedua lutut

diupayakan menghimpit badan motor dan kedua kaki juga harus

berpijak pada pijakkan kaki.

4. Posisi pergelangan tangan menggengam di tengah grip, sudut

pergelangan tangan mengepal dengan sudut rata ditangan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan J. Ohkubo (1966) dalam Nurtanti

(2002), yaitu keterampilan mengemudi seseorang mempengaruhi kemampuan

mengemudi yang aman disamping juga faktor-faktor lain yang saling berkaitan.

Berdasarkan penelitian Nurtanti (2002), diketahui bahwa proporsi individu yang

mempunyai keterampilan mengemudi akan cenderung berpengaruh terhadap

perilaku baik (84,4%).

2.3 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil "tahu" pengindraan manusia terhadap

suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,

yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit.

Pengetahuan atau kognitif merapakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh,


18

maka umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik

pula pengetahuannya (Hendra, 2008).

2. Pengalaman

Menurut Ranupandojo (2004) bahwa pengalaman adalah ukuran

tentang lama waktu yang telah ditempuh oleh seseorang dapat

memahami tugas – tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan

dengan baik.

3. Usia

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan

mental bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya

proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur

belasan tahun (Hendra, 2008).

4. Informasi

Informasi akan memberi pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yaug rendah tetapi jika dia

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, misal seperti

TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang (Hendra, 2008).

5. Lingkungan Budaya

Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua

mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan yangdimiliki oleh remaja

dalam berfikir selama jenjang hidupnya (Notoatmodjo, 2007).


19

2.4 Peraturan

Peraturan dibuat untuk ditaati oleh setiap pengemudi dan pemakai jalan

tanpa kecuali dengan tujuan tercapainya suatu lalu lintas yang tertib, aman dan

lancar.

2.4.1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Undang-Undang Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

merupakan produk hukum yang menjadi acuan utama yang mengatur aspek-

aspek mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia.

Undang-Undang ini merupakan penyempurnaan dari undang-undang

sebelumnya yaitu Undang-Undang No.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi, perubahan

lingkungan strategis, dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan

jalan saat ini sehingga perlu dipembarui dengan undang-undang yang baru.

Adapun beberapa pasal yang berkaitan dengan kepatuhan berkendara adalah

sebagai berikut :

Pasal 1:

a. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan system yang

terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya.

b. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas

Jalan.
20

c. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat

ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu

Lintas Jalan.

d. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian Simpul

dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk

penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Pasal 21:

a. Setiap Jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang di tetapkan

secara Nasional.

b. Batas kecepatan paling tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditentukan berdasarkan kawasan permukiman, kawasan perkotaan,

jalan antar kota dan jalan bebas hambatan.

c. Atas pertimbangan keselamatan atau pertimbangan khusus lainnya,

Pemerintahan Daerah dapat menetapkan batas kecepatan paling

tinggi setempat yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas.

d. Batas kecepatan paling rendah pada jalan bebas hambatan ditetapkan

dengan batas absolut 60 (enam puluh) kilometer per jam dalam

kondisi arus bebas.

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai batas kecepatan sebagaimana

dimakud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan

pemerintah.

Pada saat berlaku Undang-Undang No.22 tahun 2009 setidaknya terdapat


21

beberapa Peraturan Pemerintah yang penting yaitu :

Pasal 16 ayat 3:

Ban bertekanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memiliki

adhesi yang cukup baik, baik pada jalan kering maupun jalan basah.

Pasal 24 ayat 2:

Untuk sepeda motor harus dilengkapi dengan lampu utama dekat dan

lampu utama jauh paling banyak dua buah dan dapat memancarkan cahaya

paling sedikit 40 (empat puluh) meter ke arah depan untuk lampu utama dekat

dan 100 (seratus) meter ke arah depan untuk lampu jauh.

Pasal 25 ayat 2:

Lampu penunjuk arah untuk sepeda motor dipasang secara berpasangan

di bagian depan dan bagian belakang sepeda motor, sejajar di sisi kiri dan sisi

kanan.

Pasal 35 huruf b:

Komponen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf j

meliputi:

a. Pengukur kecepatan

b. Kaca spion

c. Pengahpus kaca, kecuali sepeda motor

d. Klakson
22

Pasal 37:

Kaca spion kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35

huruf b harus memenuhi persyaratan:

a. Berjumlah 2 (dua) buah atau lebih; dan

b. Dibuat dari kaca atau bahan lain yang di pasang pada posisi yang

dapat memberikan pandangan ke arah samping dan belakang

dengan jelas tanpa mengubah jarak dan bentuk objek yang terlihat.

Pasal 61 ayat 1:

Sepeda motor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a

hanya dapat digunakan untuk satu pengemudi dan satu penumpang.

Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2012 Tentang Cara Pemeriksaan

Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan :

Pasal 4:

Pemeriksaan surat izin mengemudi sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 3 huruf a, terdiri atas:

a. Kepemilikan;

b. Kesesuaian surat izin mengemudi dengan identitas

pengemudi;

c. Kesesuaian golongan surat izin mengemudi dengan jenis


23

kendaraan;

d. Masa berlaku; dan

e. Keaslian

2.5 Standar Berkendara Sepeda Motor

Setiap pengendara sepeda motor harus memiliki pengetahuan yang baik

akan standar berkendara sepeda motor karena seorang pengemudi yang kurang

memilki keterampilan dalam mengemudikan atau mengontrol arah serta tenaga

dari suatu kendaraan sewaktu mengendarai kendaraan dapat berakhir dengan

suatu kecelakaan lalu lintas (Boediharto; 1987).

Menurut Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan Republik

Indonesia tahun 2005, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang

pengendara motor sebelum dan selama berkendara sepeda motor agar dapat

berkendara secara aman, yaitu :

1. Kondisi Tubuh

Berkendara sepeda motor lebih banyak tuntutannya daripada mengemudi

mobil. Ada beberapa faktor penting yang dapat menghambat berkendara dengan

aman antara lain :

a. Alkohol

Alkohol memainkan peran penting dalam kecelakaa yang

menyebabkan cedera serius. Pengendara sepedamotor tidak boleh

memiliki kandungan alkohol dalam darah mereka dari ambang batas pada
24

saat mereka berkendara. Efek alkohol ini akan bertahan lama di dalam

tubuh. Alkohol dan berkendara merupakan kombinasi yang fatal.

b. Obat-obatan lain

Obat-obatan dan narkoba akan membuat orang menjadi lemah,pusing

atau mengantuk. Sebaiknya periksalah ke dokter atau farmasi jika obat yang

dikonsumsi mempengaruhi kemampuan pengendara.

c. Kelelahan

Kelelahan merupakan faktor penyebab terjadinya kecelakaan, kelelahan

dapat mengurangi konsentrasi dalam berkendara. (Budiono,2003) Kelelahan

selalau mengarah kepada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan

suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya gejala. Secara umum gejala

kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik atau

physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue.

d. Mengantuk

Mengantuk dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada

pengendara sepeda motor Karena pengemudi kehilangan daya reaksi dan

konsentrasi akibat kurang istirahat (tidur) dana tau sudah mengemudikan

kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat (Waparni,2002).

e. Lengah

Lengah adalah melakukan hal atau kegiatan lain sambal mengemudi

yang dapat mengakibatkan teganggunya konsentrasi pengemudi, seperti

contohnya menyalakan rokok, mengambil sesuatu dari saku, dan

berbincang-bincang di handphone maupun berbincang-bincang dengan

pengguna kendaraan lain pada saat beriringan dijalan.


25

2.6 Remaja

Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh kearah kematangan.

Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik, tetapi juga

kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang

ditandai oleh adanyaperubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni

antara usia 16-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ

reproduksi manusia dan sering disebut massa pubertas (Widyastuti, 2009).

Remaja salah satu segmen terbesar penyumbang kecelakaan lalu lintas.

Usia 17 tahun adalah usia remaja yang baru mendapat SIM, dimana mereka ada

yang mengetahui dan ada yang belum mengetahui tentang peraturan lalu lintas

(Rifqy,2009). Sehingga, remaja berpikir bahwa mereka cukup dewasa untuk

mengendarai motor di jalan, tetapi dengan pengetahuan tentang mengemudi yang

dangkal sering menyebabkan kecelakaan motor fatal. Pengetahuan mereka tentang

kendaraan dan keselamatan berkendara masih kurang karena masih merupakan hal

baru bagi mereka. Kurang pengetahuan dan pengalaman tersebut membuat

pengemudi remaja kurang tanggap terhadap situasi yang membahayakan sehingga

berpotensi terjadinya kecelakaan di jalan raya. (Siregar,2010).

Kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap warga negara yang baik

adalah patuh terhadap hukum. Dalam hal ini,Remaja merupakan salah satunya

warga negara tersebut. Remaja dapat dikatakan warga negara yang baik, jika

remaja mampu mengimplementasikan kepatuhannya terhadap peraturan hukum.

Salah satu peraturan hukum itu adalah UU No. 22 Tahun 2009 yang mengatur

tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Apabila remaja patuh terhadap tata cara

tertib berlalulintas, maka remaja dapat dikatakan sebagai warga negara yang baik.
26

Alasannya karna remaja sudah berkontribusi dalam melaksanakan kenyamanan

setiap warga negara, khususnya dalam kenyamanan berlalulintas. Oleh karena itu,

kepatuhan remaja terhadap tata cara tertib berlalulintas merupakan salah satu hal

yang penting untuk mewujudkan kondisi lalulintas yang aman, selamat, tertib dan

lancar bagi setiap pengguna jalan (Yusuf,2006)

Remaja merasakan bukan kanak-kanak lagi, tetapi belum mampu

memegang tanggung jawab seperti orang dewasa. Oleh karena itu, pada masa

remaja terdapatkegoncangan pada individu remaja itu, terutama saat

melepaskan nilai-nilai yang lamadan memperoleh nilai-nilai yang baru untuk

mencapai kedewasaan. Masalah yang dihadapi oleh remaja diantaranya

pertumbuhan jasmani yang cepat, pertumbuhan emosi, pertumbuhan mental,

pertumbuhan pribadi dan sosial.


27

2.7 Kerangka Teori

Tingkat
Kepatuhan
Pengetahuan

Faktor – factor yang


mempengaruhi
kepatuhan :

1. Pemahaman
Safety Riding tentang
instruktur
2. Tingkat
Faktor – factor yang pendidikan
mempengaruhi 3. Keyakinan
pengetahuan : 4. Dukungan
Keluarga
1. Pendidikan 5. Dukungan
Remaja
2. Pengalaman sosial
3. Usia
4. Informasi
5. Lingkungan

Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2007)., Yustiana (2013) dan Hendra


(2008)

Gambar 2.1 Kerangka teori


28

2.8 Kerangka Konsep

Tingkat Kepatuhan Safety


Pengetahuan Riding
(X) (Y)

Keterangan :

Tanda panah : Menggambarkan bahwa X berpengaruh terhadap Y secara

parsial atau sendiri-sendiri

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiono,2009). Maka dari itu, Hipotesis dari uraian diatas

penulis menyimpulkan bahwa jika kepatuhan berkendara tidak dilaksanakan

maka safety riding akan menjadikan tingkat keselamatan dijalan meningkat.

Ho: Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety riding

di SMA 8 Balikpapan.

Ha: Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan safety riding di

SMA 8 Balikpapan.

Anda mungkin juga menyukai