Anda di halaman 1dari 5

Sebagian besar masyarakat melihat bahwa demokrasi di Indonesia berada dalam situasi yang

suram berupa kemunduran, stagnasi/kemandegan  bahkan tak sedikit yang menilai Indonesia

telah berada dalam otoriterisme. Hanya sebagian kecil masyarakat yang menilai demokrasi kita

mengalami kemajuan. Secara kesuluruhan ada 31 permasalahan yang menandai kemunduruan

demokrasi di Indonesia. Demikian hasil survei Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan

Ekonomi dan Sosial (LP3ES) terhadap 38 peserta terpilih, yang karena keragaman gender, usia,

profesi dan awal wilayahnya dapat dikatakan sebagai miniature Indonesia. Survei –demikian

keterangan Direktur LP3ES Wijayanto PhD di Jakarta, Sabtu (22/9/2020)-- dilakukan

serangkaian program sekolah demokrasi (Sekdem) yang kedua kalinya, setelah yang pertama

dilakukan pada Februari 2020.

Sekdem ini akan berlangsung selama 2 minggu dari 16 sampai dengan 29 Agustus 2020,

ditujukan untuk menyambut ultah Indonesia yang ke-75 dan Ultah LP3ES yang ke-49 pada 19

Agustus 2020. Sekdem II ini terselenggara berkat kerjasama antara LP3ES dan Universitas

Diponegoro. Peserta Sekdem yang mendaftar tak kurang dari 652 orang yang terdiri dari anggota

DPRD, Akademisi, Penyelenggara Pemilu, Peneliti, Pengurus Parpol, Jurnalis, ASN, Tokoh

Masyarakat dan Mahasiswa dari seluruh Indonesia, mulai Aceh hingga Papua, Kalimantan,

Sulawesi, Bali hingga Nusa Tenggara.  Dari semua pendaftar diseleksi hanya 38 orang dengan

mempertimbangkan keberagaman latar belakang profesi, domisili (Jawa dan luar Jawa), usia dan

gender. Metodologi Penelitian Survei kepada 38 peserta tersebut dilakukan saat pembukaan

Sekdem II yang dilakukan, Minggu (16/8/2020).  Survei ini kemudian diikuti dengan diskusi

kelompok terfokus via zoom daring dari 16 Agustus sampai dengan 21 Agustus 2020 dengan

para peserta sekolah demokrasi. Pertanyaan Penelitian Berbagai riset menunjukkan bahwa

demokrasi Indonesia tengah mengalami tidak hanya stagnasi namun juga kemunduran bahkan
putar balik ke arah otoritarianisme, yang diteroisasikan dalam berbagai istilah berikut ini:

“defective democracy”  (Mietzner, 2016, p. 228), “democratic setbacks” (Hadiz, 2017, p. 261),

“democratic regression” (Aspinal and Warburton, 2018, p. 1), “democratic deconsolidation”

(Mietzner, 2016, p. 279), “democratic decline” (Power, 2018, title), “authoritarian turn” (Power,

2018, title), “democratic backsliding” (Aspinal and Mietzner, 2019a); “democratic recession”

(Aspinal and Mietzner, 2019a); “illiberal democracy” (Warburton & Aspinal, 2019),

“nondemocratic pluralism” (Apinal and Mietzner, 2019b), “recession of democracy” (Aminudin,

2020), “neo otoritarianisme” (Wiratraman, 2018), “authoritarian innovations” (Mietzner, 2019)

Pertanyaannya kemudian adalah: bagaimanakah para peserta sekolah demokrasi ini yang

mewakili sebagian elit di Indonesia sendiri melihat hal ini? Temuan Penelitian

Sebagian besar responden melihat bahwa demokrasi di Indonesia berada dalam situasi yang

suram berupa kemunduran (44,7%), stagnasi/kemandegan (23,7%) bahkan tak sedikit yang

menilai kita telah berada dalam otoriterisme (28,9% ). Hanya 2,7% responden yang menilai

demokrasi kita mengalami kemajuan. Secara kesuluruhan ada 25 permasalahan yang menandai

kemunduruan demokrasi di Indonesia. 21 di antaranya di dapat memulai hasil survei antara lain:

1.politik uang dalam pemilu (100%), 2. macetnya kaderisasi partai politik (94,7%), 3. populisme

dan politik identitas (86,8%), 4.hilangnya oposisi (92.1%), 5. korupsi politik (100%), 6. kabar

bohong dan ujaran kebencian (97,4%), 7. rendahnya literasi politik (92,1%), 8. lemahnya

masyarakat sipil (89,5%), 9. rendahnya kualitas pemilu (100%), 10, media masa yang partisan

(89,5%), 11. rendahnya literasi media (92,1%), 12. rendahnya efektivitas pemerintahan (94,7%), 

13. rendahnya partisipasi politik (100%), 14. ancaman kebebasan berpendapat (94,7%), 15.

ancaman kebebasan berserikat (94,7%), 16. imunitas terhadap pelanggar HAM (86,8%), 17.

kesenjangan ekonomi (94,7%), 18. diskriminasi terhadap minoritas (97,4%), 19. toleransi atau
anjuran terhadap kekerasan (94,6%), 20. terror siber terhadap kelompok kritis (92,1%), 21.

krimininalisasi kelompok kritis (92,1%). Sepuluh yang lainnya muncul dalam diskusi terfokus

antara lain berupa: politik dinasti, oligarki politik, oligarki media dan netralitas ASN. 22. Politik

dinasti: politik dinasti merupakan salah satu masalah serius demokrasi yang diungkapkan peserta

diskusi dan menjadi kesepatakan forum. Secara spesifik wilayah yang dinilai  menjadi lokus

berlangsungnya politik dinasti adalah di Banten yang diprkatikkan oleh keluarga ratu Atut dan

Solo yang dikaitkan dengan majunya Kaesang putra Presiden Jokowi dalam pilkada yang sangat

berpeluang menjadi calon tunggal. 23. Oligarki politik:  penumpukan kekuasaan dan kekayaan di

tangan segelintir elit merupakan satu hal yang dilihat sebagai masalah demokrasi lainnya. Elit

yang kaya dan berkuasa ini menggunakannya untuk membeli suara dalam pemilu sehingga

mereka yang terpilih belum tentu merupakan refleksi suara rakyat. 24. Oligarki media:

penguasaan media masa oleh segelintir orang saja yang sebagian di antaranya adalah politisi

dinilai sebagai masalah lain yang melemahkan fungsi media sebagai anjing penjaga demokrasi

25. Netralitas: ada dilema di kalangan ASN karena meskipun mereka secara aturan mereka

diharuskan untuk netral namun pada praktiknya seringkali justru diminta untuk mendukung

incumbent. 26. Tidak adanya transparansi keuangan partai politik terutama di masa pemilihan

umum. 27. Oligarki politik:  penumpukan kekuasaan dan kekayaan di tangan segelintir elit

merupakan satu hal yang dilihat sebagai masalah demokrasi lainnya. Elit yang kaya dan berkuasa

ini menggunakannya untuk membeli suara dalam pemilu sehingga mereka yang terpilih belum

tentu merupakan refleksi suara rakyat. Termasuk oligarki di tingkat lokal. 28. Oligarki media:

penguasaan media masa oleh segelintir orang saja yang sebagian di antaranya adalah politisi

dinilai sebagai masalah lain yang melemahkan fungsi media sebagai anjing penjaga demokrasi

29. Netralitas: ada dilema di kalangan ASN karena meskipun mereka secara aturan mereka
diharuskan untuk netral namun pada praktiknya seringkali justru diminta untuk mendukung

incumbent. 30. Buzzers dan cyber troops: para pelaku manipulasi opini publik untuk tujuan

politik. Mereka tidak menyatakan bahwa mereka dibayar untuk penyebaran opini itu. 31.

Lemahnya perlindungan terhadap data pribadi, bahkan banyak kasus peretasan data pribadi

dialami oleh mereka karena aktvisme politiknya. Tigapuluhsatu permasalahan di atas

sesungguhnya dapat dikelompokkan dalam 4 konsep besar: structural, institusional, kultural dan

agensi. Seperti tampak dalam tabel berikut ini:

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pasal 394

Subdirektorat Kelembagaan Demokrasi mempunyai tugas melaksanakan pengoordinasian,

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, serta pemantauan, evaluasi, dan pengendalian

perencanaan pembangunan nasional di bidang kelembagaan demokrasi.

Pasal 395

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 394, Subdirektorat Kelembagaan

Demokrasi menyelenggarakan fungsi:

1. penyiapan bahan pengkajian, pengoordinasian, dan penyusunan kebijakan di bidang

perencanaan pembangunan nasional, strategi pembangunan nasional, arah kebijakan,

serta pengembangan kerangka regulasi, kelembagaan, dan pendanaan di bidang

kelembagaan demokrasi;
2. penyiapan bahan pengoordinasian dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan perencanaan

dan penganggaran pembangunan nasional di bidang kelembagaan demokrasi;

3. penyiapan bahan penyusunan rancangan rencana pembangunan nasional di bidang

kelembagaan demokrasi dalam penetapan program dan kegiatan

Kementerian/Lembaga/Daerah;

4. pengoordinasian dan pengendalian rencana pembangunan nasional dalam rangka sinergi

antara Rencana Kerja Pemerintah dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara di bidang kelembagaan demokrasi;

5. penyiapan bahan pengoordinasian pelancaran dan percepatan pelaksanaan program dan

kegiatan pembangunan di bidang kelembagaan demokrasi; dan

6. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan pengendalian atas pelaksanaan program dan

kegiatan pembangunan di bidang kelembagaan demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai