Anda di halaman 1dari 17

Accelerat ing t he world's research.

Makalah ini disusun guna Memenuhi


Tugas
khoiriyah muinatul

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Kelompok 1 fiqih (penghant ar fiqh)


Annisa Mariana

PENERAPAN MASLAHAH MURSALAH DALAM EKONOMI ISLAM


Yudhi Dwi Darmawan

Pendekat an Saint ifik Kurikulum 2013 KEMENT ERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016
Ihsanul Purba
LANDASAN DAN KARAKTERISTIK FIQH MU’AMALAH

Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Fiqh Mu’amalah

Dosen Pengampu Imam Mustofa,S.H.I.,M.SI.

Disusun Oleh:

Muinatul Khoiriyah (1502100279)

Kelas A

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO

2016
BAB 1

PENDAHULUAN

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan


rahmat serta hidayah-Nya,sehingga saya mampu menyelesaikan makalah ini
tanpa ada halangan suatu apapun.Shalawat teriring salam semoga selalu
tercurah kepada beliau Nabi Muhammad SAW yang sangat kita nanti-nantikan
Syafa‟at-Nya di yaumul qiyamah kelak.

Makalah ini akan membahas tentang landasan dan karakteristik fiqh


mu‟amalah.Mu‟amalah dalam Islam mempunyai posisi dan peran sangat
signifkan,karena ia merupakan bagian penting dari hidup dan kehidupan
manusia.1

Manusia sebagai makhluk hidup,untuk kelangsungan hidupnya harus bisa


memenuhi kebutuhannya.Allah sebagai pencipta manusia telah menyediakan
kebutuhan mereka terhampar luas di muka bumi ini.Bahkan Allah telah
menundukkan/memudahkan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi untuk
kepentingan manusia.2

Mengapa saya membahas tentang landasan dan karakteristik fiqh


mu‟amalah.Karena penting bagi kehidupan manusia.landasan dan karakter itu
sendiri akan membangun dasar-dasar dan karakter seseorang.

Imam Mustofa,Fi ih Mu a alah Ko te po e ,Jakarta,Rajawali Pers,2016,h.8


1
2
Kasmudi Assidiqi dan Ardito Bhinadi ,Pengantar Fiqih Muamalah,Yogyakarta,2013,h.1
BAB II

PEMBAHASAN

A.Karakteristik Mu’amalah dalam Islam

Mu‟amalah dalam Islam mempunyai posisi dan peran sangat


signifikan,karena ia merupakan bagian penting dari hidup dan kehidupan
manusia.Mu‟amalah sangat menentukan keberlangsungan hidup manusia dan
kehidupan masyarakat.Mu‟amalah dalam Islam mempunyai beberapa
karakteristik,yaitu:

1. Fiqih Mu‟amalah dalam Islam berlandaskan pada asas-asas dan kaidah


umum.Asas dan kaidah yang masih bersifat umum ini memberi ruang
gerak yang bebas bagi para mujtahid dan teoretisi hukum Islam untuk
melakukan ijtihad dan kajian dalam rangka pengembangan fiqih
mu‟amalah yang kontekstual sesuai perkembangan zaman.
2. Hukum dasar mu‟amalah adalah halal.Adanya prinsip ini Islam pada
memberikan peluang dan kebebasan kepada umatnya untuk berenovasi
dan berkreasi dalam bermu‟amalah dn mengembangkan aktivitas
ekonomi.
3. Fiqih Mu‟amalah dalam Islam bertujuan untuk menciptakan
kemaslahatan.Kemaslahatan yang dicapai Mu‟amalah dalam Islam tidak
hanya kemaslahatan individual,akan tetapi juga kemaslahatan
komunal,dan kemaslahatan sosial bersama.
4. Fiqih Mu‟amalah dalam Islam mencakup hal-hal yang bersifat tetap
(sabat) dan murunah atau menerima perubahan.3

Lebih jauh karakteristik mu‟amalah dalam Islam yang biasa disebut


dengan istilah Ekonomi Islam antara lain sebagai berikut: 1) bersumber dari
Allah, 2) mempunyai tujuan yang bersifat ketuhanan, 3) integrasi antara hal
yang statis dan yang menerima perubahan, 4) moderasi antara materi dan

3
Imam Mustofa sebagaimana dikutip oleh Muhammad Usman Syubair,al-Mu a alah al-Maliyah
al-Mu asi ah fi al-Fiqih al-Islami,(Yordania:Dar al-Nafais,1996),h.9
immateri, 5) moderasi antara kemaslahatan individu dan kemslhatan kolektif,
6) kontekstual dan 7) alamiah.4

Fiqh islam mempunyai keistimewaan dan karakteristik khusus, antara lain


sebagai berikut:
1. Fiqh Islam itu Dasarnya Adalah Wahyu Ilahi.
Keistimewaan fiqh islam dibanding undang-undang buatan manusia adalah
bahwa fiqh islam bersumber pada wahyu Allah yang tersurat dalam Al-Quran dan
sunnah Nabi. Maka setiap mujtahid dalam melakukan istimbath (deduksi/peng-
galian) hukum-hukum syara‟ selalu merujuk dan mendaratkan pada dua sumber
tersebut, baik secara langsung maupun melalui yang tersirat darinya, yaitu
dengan memahami ruh syari‟at, tujuan-tujuannya secara umum, kaedah-kaedah
dan prinsip-prinsip umum. Dengan begitu, maka pertumbuhan fiqh islam
menjadi sempurna, bangunan epistemologinya jelas dan tiang-tiang
penyangganya kuat, karena prinsip dasarnya kuat dan sempurna (yaitu wahyu).
Allah SWT berfirman: “...Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu
agamamu dan telah Aku sempurnakan pula nikmat-Ku untukmu, dan Aku rela
Islam menjadi agamamu .....” (QS. Al-Maidah [5]:3).
Setelah itu, tidak ada yang lain kecuali tinggal menerapkan sesuai dengan
kemaslahatan manusia yang sesuai dengan tujuan syari‟ah (maqashid al-
syari‟ah).
2. Fiqh Islam bersifat Komprehensif, Mencakup Seluruh Aspek Kebutuhan
Hidup.
Fiqh islam bersifat komprehensif, yakni mencakup seluruh tuntutan
kehidupan manusia. Fiqh Islam mempunyai kelebihan dibanding sistem undang-
undang yang lain, karena ia mencakup tiga aspek hubungan, yaitu hubungan
manusia dengan Tuhannya, manusia dengan dirinya sendiri dan manusia
dengan masyarakatnya. Karena Islam itu mengatur urusan dunia akhirat, Islam
itu agama dan negara (al-Islamu din wa al- daulah), bersifat umum untuk seluruh
manusia dan kekal sampai hari kiamat.
Tidaklah mengherankan jika kemudian hukum-hukum Islam itu biasanya
berkutat dalam persoalan aqidah, ibadah, akhlak dan mu‟amalah. Karena
tujuannya adalah agar manusia menyadari dengan sepenuh hati bahwa Allah
selalu mengawasi, baik dalam masalah yang sembunyi-sembunyi maupun

4
Imam Mustofa sebagai a a dikutip oleh Ah ad Ali al-Salus,al-Qadaya al-Fiqihiyyah al-
Mu asi ah wa al-Iqtisad al-Islami,(Ttp.:Maktabah Dar Al-Qu a , ),h.9
terang-terangan. Di samping itu, juga agar manusia mau menghormati hak-hak
orang lain, sehingga mereka benar-benar merasa tenang dan bahagia, baik
dalam kehidupan yang bersifat khusus maupun umum.
Oleh karena itu, maka hukum-hukum praktis (fiqh) yang terkait dengan
perbuatan seorang mukallaf, baik berupa ucapan, perbuatan transaksi selalu
mencakup dua aspek, yaitu hukum-hukum ibadah dan hukum-hukum mu‟amalat.
Hukum-hukum ibadah meliputi persoalan bersuci, shalat, puasa, haji,
zakat, nazar, sumpah, dan lain sebagainya; pokoknya, segala hal yang terkait
dengan hukum-hukum yang dimaksudkan untuk mengatur sistem hubungan
manusia dengan Tuhannya. Di dalam Al-Qur‟an hukum-hukum yang terkait
dengan masalah ini kurang lebih ada 140 ayat.
Sedangkan hukum-hukum mu‟amalah meliputi persoalan akad-transaksi,
tasarruf (pembelanjaan harta), hukuman, pidana, jaminan dan lain sebagainya.
Pokoknya, hukum-hukum yang dimaksudkan untuk mengatur hubungan sesama,
baik bersifat pribadi maupun kelompok. Hukum-hukum mu‟amalat itu dirinci lagi
menjadi:
a. Hukum ahwal al syakhsiyyah, yaitu hukum-hukum yang terkait dengan
masalah keluarga, seperti pernikahan, talaq (cerai), pernasaban, nafaqah
(nafkah), warisan. Hukum ahwal al syakhsiyyah itu dimaksudkan untuk mengatur
hubungan antara suami istri, dan mengatur hubungan kerabat yang satu dengan
yang lainnya.
b. Hukum-hukum perdata, yaitu hukum yang terkait dengan masalah mu‟amalah
atau tukar-menukar, seperti masalah jual beli, persewaan, penggadaian,
tanggungan, perseroan, hutang piutang, pemenuhan janji. Hukum-hukum
perdata itu dimaksudkan untuk mengatur hubungan seseorang mengenai
masalah harta dan untuk menjaga hak-haknya. Di dalam Al-Qur‟an terdapat
kurang lebih tujuh puluh ayat yang berbicara mengenai masalah tersebut.
c. Hukum-hukum pidana, yaitu hukum-hukum yang terkait dengan persoalan
kejahatan yang muncul dari seorang mukallaf dan menyebabkan ia harus diberi
hukuman. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehidupan manusia, harta,
kehormatan dan hak-hak mereka. Di samping itu, juga untuk membatasi
hubungan antara orang yang menjadi korban (al-mujna‟alaih) dan yang
melakukan tindak kejahatan (al-jani), serta umat manusia pada umumnya. Di
dalam Al-Qur‟an terdapat kurang lebih tiga puluh ayat mengenai hukum pidana.5
d. Hukum proses persidangan baik kasus perdata maupun pidana (al-ahkaam al-
muraafa‟at). Yaitu, hukum-hukum yang berhubungan dengan masalah
kehakiman, prosedur melakukan tuduhan, prosedur penetapan suatu kasus baik
dengan menggunakan saksi, sumpah, bukti, atau lainnya. Hukum-hukum dalam
masalah ini dimaksudkan untuk mengatur prosedur penegakan keadilan di
tengah-tengah masyarakat. Dalam Al-Qur‟an terdapat sekitar dua puluh ayat
yang mengatur masalah ini.
e. Hukum pemerintahan (al-ahkaam d-dustuuriyyah). Yaitu, hukum-hukum yang
berhubungan dengan sistem pemerintahan dan juga dasar-dasar pemerintahan.
Dengan adanya hukum ini, maka hubungan antara pemerintah dengan rakyat
dapat tertata dengan baik, hak dan kewajiban individu serta masyarakat dapat
diketahui dengan jelas.
f. Hukum internasional (al-ahkaam ad-dauliyyah). Yaitu, hukum-hukum yang
membahas masalah tata tertib hubungan antara negara islam dengan negara-
negara lainnya, baik dalam kondisi damai maupun kondisi perang. Bagian ini
juga membahas hubungan warga negara non-Muslim dengan pemerintah,
masalah jihad, dan juga masalah perjanjian damai. Dengan adanya hukum ini,
maka bentuk hubungan antara satu negara dengan yang lainnya dapat terjalin
dengan baik, saling menolong, dan saling menghormati.6
g. Hukum perekonomian, yaitu hukum yang terkait dengan masalah harta
seseorang dan ketentuan yang harus ditaati. Termasuk di dalamnya adalah hak-
hak dan kewajiban negara untuk masalah ini, sistem penghasilan negara dan
sistem pembelanjaannya, di samping juga untuk mengatur sistem hubungan
antara orang-orang kaya dengan yang miskin, negara dengan rakyatnya,
terutama menyangkut masalah harta negara yang khusus maupun yang umum,
seperti harta rampasan perang, perpajakan, barang tambang baik migas maupun
non migas, hasil alam, harta rakyat, seperti zakat, sadaqah, nazar, pinjaman,
harta keluarga ,seperti infaq, warisan, wasiat, dan harta pribadi seperti
keuntungan berdagang, sewa-menyewa, perseroan dan setiap hasil produksi

Khamim Jazuli sebgaimana dikutip oleh Muhammad Alwi al-Maliki, Sya i at Isla Pe gu ula
5

Teks dan Realitas”,dalam makalah Prinsip dan Karakteristik Fiqh,eLSAQ press, Jogjakarta, tahun
2003, hal. 82-84
6
Khamim Jazuli sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, FIQIH ISLAM WA
ADILLATUHU 1 ,dalam makalah Prinsip dan Karakteristik Fiqh,Gema Insani, hal. 31
lainnya.

B. Landasan Hukum Fikih Muamalah

Sumber hukum utama dalam fikih muamalah adalah al-Qur‟an, al-Sunnah,


ijma‟ dan qiyas. Sumber hukum lain seperti, al-Maslahah al-Mursalah, Qaul
Sahabi, dan lain-lain adalah ranah pembahasan ushul al-Fiqh.Sebagai
aktualisasi dari rasa keimanan kepada Allah Swt. kegiatan ekonomi syari‟ah
dilandasi oleh ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur‟an,as-Sunnah,al-
Ijma,dan al-Qiyas.7

Sumber atau dalil fikih yang disepakati,seperti dikemukakan „Abd.al-Majid


Muhammad al-Khafawi,ahli hukum Islam berkebangsaan Mesir,ada
4(empat),yaitu Al-Qur‟an,Sunnah Rasulullah,ijma‟,dan qiyas.Menenai keharusan
berpegang kepada empat sumber tersebut dapat dipahami dari ayat 59 Surat An-
Nisa‟:

‫أ ا لذ ْن ء ا من ْ ا أ ط ْع ا ا َ أ ط ع ا ا لر س ل أ ل ا أ ْمر م ْنك ْ فإ نْ تن ز عْ ت ْ ف‬
ْ ‫ش ْ ء فر د ه إ ل ا َ ا لر س ل إ نْ ك ْنت ْ ت ْ من ن َ ا ْل ْ ا ْْ خر ذ ل خ ْر أحْ سن ت‬
(4:59/‫ْا ( ا لنس ء‬

“Hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),dan ulil
amri diantara kamu.Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu,maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur‟an ( dan Rasul
(Sunnahnya),jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.(QS.an-Nisa‟/4:59(.

Perintah menaati Allah dan Rasul-Nya artinya perintah untuk mengikuti Al-
Qur‟an dan Sunnah Rasulullah,sedangkan perintah untuk mengikuti ulul-
amri,menurut Abdul Wahhab Khallaf,ialah perintah mengikuti ijma‟ yaitu hukum-
hukum yang telah disepakati oleh para mujtahidin,karena mereka itulah ulul-amri
(pemimpin) kaum muslim dalam hal pembentukan huku-hukum Islam.Dan
perintah untuk mengembalikan kejadian-kejadian yang diperselisihkan antara
umat Islam kepada Allah dan Rasul-Nya artinya ialah perintah untuk melakukan
qiyas,karena dengan qiyas itulah terlaksana perintah mengembalikan suatu
masalah kepada Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah.8

Menurut Jasser Auda,walaupun al-Qur‟an dan Sunnah Nabi dianggap


sebagai sumber rujukan yang bersifat final,tetapi ia terbuka untuk dipahami dan
ditafsirkan.Sebagai teks rujukan,keduanya telah menjadi pedoman hidup yang
memiliki visi keadilan,hikmah dan kerahmatan dalam segenap situasi dan

7
Renny Supriyatni sebagaimana dikutip oleh Ti Pe ge ba ga Pe ba ka sya i ah I stitut
Bankir Indonesia,Konsep,Produk dan Implementasi Operasional Bank
Sya i ah,Djambatan,Jakarta,2005,h. .A tikel pada Penerapan Fiqih Muamalah sebagai Dasar
Kewenangan Pengadila Aga a dala Pe yelesaia Se gketa Eko o i Sya iah”,Fakultas Hukum
Universitas Padjajaran,2010,h.4.
8
Satria Effendi,M.Zein,Ushul Fiqh,Jakarta,Prenadamedia Group,2005,h.78
kondisi.Melalui ijtihad,al-Qur‟an dan Sunnah dijabarkan menjadi aturan hukum
sesuai dengan situasi lingkungan yang melingkupi seorang mujtahid.9

Pada sub bab pembahasan ini hanya memberikan gambaran tentang landasan
hukum utama dalam fikih muamalah. Tetapi, yang perlu dijadikan catatan adalah
bahwa seluruh landasan dalil hukum mengacu pada wahyu Allah Ta‟ala yaitu al-
Qur‟an dan al-Sunnah. Bahkan ijma‟ pun adalah hasil pemahaman final para
mujtahid ummat Islam suatu zaman terhadap seluruh nash-nash yang ada akan
suatu hukum tertentu.

Banyak ayat-ayat al-Qur‟an dan hadits nabawi yang menjelaskan dan


menekankan akan kedudukan kedua kitab al-Qur‟an dan al-Sunnah sebagai
sumber hukum bagi manusia.

Allah Ta‟ala berfirman:


‫شرى ل ْم ْس م ن‬
ْ ‫ب‬ ‫ت ْب ن لكل ش ْ ء هدى ر ْحم‬ ‫نز ْلن ع ْ ا ْلكت‬
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
(QS. An-Nahl: 89)
‫أ ْنز ْلن ه مب ر ف تبع ه ات ا لع ك ْ ت ْرحم ن‬ ‫هذا كت‬
“Dan al-Qur‟an ini adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi, maka ikutilah
ia dan bertakwalah kalian agar kalian diberi rahmat.” (QS. Al-An‟am: 155(
‫م آت ك الرس ل فخذ ه م ن ك ْ ع ْنه ف ْنت ا ات ا َ إن َ شد د ا ْلع‬
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa yang
dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS. al-Hasr: 10)
ْ‫ إن قدْ تر ْك ف ك ْ ش ْ ئ ْ ن لن‬: ‫َ ع ْ ه س‬ ‫ ق ل رس ل َ ص‬:‫ر ى ْالح ك عنْ أب هر ْ رة رض َ ع ْنه ق ل‬

‫َ سنت‬ ‫تض ا ب ْعدهم كت‬


Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia bekata:
Rasulallah shallallahu „alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya aku telah
meninggalkan kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat setelah adanya
dua perkata tersebut yaitu kitabullah dan sunnahku.” (HR. al-Hakim).

Al-Qur‟an merupakan sumber hukum fiqh yang utama dan yang paling
agung, yang merupakan hujjah agung antara manusia dan Allah Swt. Al-Qur‟an
adalah tali yang kuat dan tidak akan putus.

Allah berfirman :

9
Islamica sebagaimana dikutip oleh Jasser Auda,Egalitarianisme Fiqh Muamalah dalam Sistem
Ekonomi Islam,dalam jurnal Studi Keislaman,Vol.7/No.1/2012,h.235.
[ 103‫اعْ تصم ا بحبْل ّ جم ع ا ت رق ا [آل عمران‬

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai ".

Sunnah Nabi berfungsi untuk menjelaskan hukum-hukum Al-Qur‟an yang


bersifat global dan general. Karena syariat Islam itu diturunkan secara bertahap
untuk menunjukkan kasih sayang Allah pada hamba-Nya. Bentuk kasih sayang
tersebut adalah menjelaskan Al-Qur‟an yang masih global.

Allah berfirman :

[ 7/‫[الحشر‬ ‫م آت ك الرس ل فخذ ه م ن ك ْ ع ْنه ف ْنت ا ات ا ّ إن ّ شد د ْالع‬

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.10

Al-Qur‟an dan al-Sunnah merupakan pijakan utama dalam menjalankan agama


Islam. Berpegang teguh terhadap keduanya menjamin pelakunya tidak tersesat
di dunia dan tidak tersiksa di akhirat. Segala bentuk muamalah harus
berlandaskan dengan keduanya. Jika terjadi perbedaan pendapat maka
dikembalikan kepada al-Qur‟an dan al-Sunnah.

Allah Ta‟ala berfirman:


‫فإنْ تن ز ْعت ْ ف ش ْ ء فرد ه إل َ الرس ل إنْ ك ْنت ْ ت ْ من ن ب َ ا ْل ْ ْاْخر ذل خ ْ ر أ ْحسن ت ْ ل‬
“Jika kalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah dan Rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.”
(QS. An-Nisa: 59)
َ ‫اخت ْ ت ْ ف ه منْ ش ْ ء فح ْكمه إل‬
ْ ‫م‬
“Tentang sesuatu apapun yang kalian perselisihkan, maka putusannya kepada
Allah.” (QS.asSyuro 10)
Ketundukan seseorang terhadap ketetapan Allah Ta‟ala adalah bukti keimanan.
Berpaling dari hukum-hukum Allah adalah sebuah bencana besar yang bisa
mengeluarkan seseorang dari Islam. Ketetapan hukum-hukum Allah tidak boleh
dibenturkan dengan pendapat salah seorang tokoh, adat istiadat, budaya, dalil
logika, filsafat, mimpi dan lain-lain.
Allah Ta‟ala berfirman:
‫ا ْلخ رة منْ أ ْمره ْ منْ ْعص َ رس له ف ْد‬
‫م ك ن لم ْ من َ م ْ من إذا قض َ رس له أ ْمرا أنْ ك ن ل‬
‫ضل ضلَ مب ن‬
“Tidak sepatutnya bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Barangsiapa

10
Muh.Najih Maimoen sebagaimana dikutip oleh kompasiana,dalam artikel Karakteristik dan
Kesempurnaan Fiqh Islam
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata.” (QS. Al-Ahzab 36)
Di sisi yang lain, bisa jadi dalam fikih muamalah terjadi perbedaan pendapat
tentang status hukumnya di kalangan para ulama. Haja saja, yang harus menjadi
pertimbangan utama oleh setiap muslim adalah pertimbangan kekuatan dalil dan
cara berdalil. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam masalah fikih muamalah
adalah setiap akad atau prodak baru harus dikaji kesesuaiannya dalam al-Qur‟an
dan al-Sunnah bukan menetapkan prodak terlebih dahulu, kemudian mancari
dalil dalam untuk membenarkannya.

Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang menjadi sumber dan pedoman bagi umat
untuk bertindak mengandung ajaran-ajaran yang oleh Mahmud Syaltout dibagi
kepada dua bagian yaitu tentang akidah dan ajaran tentang Syari‟ah.Kemudian
syari‟ah itu sendiri terdiri atas ibadah dan muamalah.Ajaran tentang akidah
berkaitan dengan persoalan keimanan dan keyakinan seseorang terhadap
eksistensi Allah,para Malaikat,Rasul,Kitab Suci yang diturunkan Allah,tentang
Hari Akhirat,dan lain sebagainya.Ajaran tentang akidah ini bersifat
permanen,pasti,dan tidak berubah disebabkan terjadinya perubahan sosial
kultural manusia.Ajaran tentang ibadah berkaitan dengan persoalan-persoalan
pengabdian kepada Allah dalam bentuk-bentuk yang khusus seperti
Shalat,Puasa,Haji,Zakat dan sebagainya.Ajaran tentang ibadah ini bersifat
permanen dan ditetaapkan secara rinci baik oleh Al-Qur‟an maupun oleh as-
Sunnah.Sikap seseorang muslim dalam persoalan ibadah adalah
melaksanakannya sesuai dengan petunjuk dalil yang ada dalam Al-Qur‟an yang
dijelaskan oleh Rasulullah SAW melalui Sunnahnya.Ajaran tentang muamalah
berkaitan dengan persoalan-persoalan hubungan antara sesama manusia dalam
memenuhi kebutuhan masing-masing,sesuai dengan ajaran-ajaran dan prinsip-
prinsip yang dikandung oleh Al-Qur‟an dan as-Sunah.Itulah sebabnya bahwa
bidang muamalah tidak bisa dipisahkan sama sekali dengan nilai-nilai
Ketuhanan.Dengan demikian,akidah,ibadah,ibadah dan muamalah merupakan
tiga rangkaian yang sama sekali tidak dipisahkan.11

Ijma' adalah konsensus para mujtahid sepeninggal Rasulullah Saw dari masa
ke masa atas satu hukum.

Dalil Kehujjahan Ijma' ini berdasarkan pada Sabda Nabi Muhammad Saw :
“ ‫"ا تجْ تمع أمت ْ ع ضالة د ّ مع ْالجم عة منْ شذ شذ إل الن ر‬
“Umatku tidak akan bersepakat atas kesesatan, dan pertolongan Allah akan
Selalu bersama kelompok umat Islam, barang siapa menyendiri/ menyimpang
makaia ia akan masuk neraka" (HR. Al Tirmidzi).”12
Sumber hukum ketiga setelah al-Qur‟an dan al-Sunnah adalah ijma‟. Secara
bahasa, ijma berkamna ‫اَت‬yaitu kesepakatan dan juga bermakna ‫العز‬yaitu

11
Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah,Jakarta:Gaya Media Pratama,2007.h.ix
12
Muh.Najih Maimoen sebagaimana dikutip oleh kompasiana,dalam artikel Karakteristik dan
Kesempurnaan Fiqh Islam.
keinginan kuat, sebagaimana firman Allah Ta‟ala dalam al-Qur‟an surat Yunus
ayat 71. Adapun ijma‟ menurut istilah ahli ushul:
‫صر من ْالعص ْ ر منْ أم محمد ص َ ع ْ ه س ب ْعد ف ته ع أ ْمر د ْ ن‬
ْ ‫ات م ْجت د ع‬
“Kesepakatan mujtahid pada satu masa dari ummat Muhammad Rasulullah
shallahu „alaihi wasallam setelah wafatnya beliau akan perkara agama.”13
Di antara, landasan dalil yang menunjukan bahwa ijma‟ adalah hujjah adalah
firman Allah Ta‟ala dalam al-Qur‟an surat al-Nisa ayat 115:
ْ ‫سء‬ ‫صه ج ن‬
ْ ‫ن‬ ‫تب ْع غ ْ ر سب ل ا ْلم ْ من ن ن له م ت ل‬ ‫منْ ش ق الرس ل منْ ب ْعد م تب ن له ا ْل دى‬
‫مص را‬
"Dan barangsiapa yang menentang rosul sesudah jelas kebenaran baginya serta
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa
ter-hadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. An Nisa‟
[4]: 115)
Sisi pendalilan dari ayat ini adalah: bahwasannya Allah Ta‟ala mengancam
penyelisihan dari jalan orang-orang beriman, maka jalan orang-orang yang
beriman adalah yang wajib untuk diikuti dan selainnya adalah batil yang wajib
ditinggalkan. Apa-apa yang disepakati oleh mereka adalah mutlak jalan mereka
dan itulah sebuah kebenaran mutlak maka wajib untuk diikuti dan tidak ada
makna ijma‟ melainkan seperti ini yang dimaksudkan.14
Ayat di atas banyak dijadikan para ulama, khususnya ahli uhsul sebagai
landasan dalil bahwa ijma‟ salah satu sumber hukum. Ibn Qudamah berkata,
“Dan ini menunjukkan wajibnya mengikuti jalan-jalan orang beriman dan
diharamkan menyelisihi mereka.”15 Maka, jika mujtahid ummat Islam telah
berijma‟ akan suatu hukum tertentu, tidak boleh ada seorang pun yang
menyelisihi ijma‟ tersebut karena ijma' adalah hujjah qhat‟i menurut pendapat
jumhur ulama.
Qiyas adalah menyamakan masalah baru dengan masalah yang sudah
jelas hukumnya yang didasarkan pada illat masing-masing. Adapun qiyas yang
dibuat hujjah adalah qiyas yang bersandarkan pada nash, Ijam' dan istinbath. Ini
sudah ada semenjak masa Rasulullah Saw.Allah Swt berfirman :
( 2/‫أ ل اأبْص ر ( الحشر‬ ‫ف عْ تبر ا‬
"Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang
yang mempunyai wawasan". Empat perkara tersebut itulah yang merupakan
asas dari fiqh Islam 'ala Ahlissunnah wal Jama'ah yang sesuai dengan Sabda
Rasulullah Saw kepada shahabat Mu'adz ketika hendak dikirim ke negeri Yaman:

13
Abu Mujahidah al-Ghifari sebagaimana dikutip oleh Muhammad ibn Husain ibn Hasan al-Jizani,
Ma âli Ushȗl al-Fi h I da Ahli al-Sunnah wa al-Ja â ah”,dalam artikel Landasan Hukum Fikih
Muamalah,Saudi Arabia: Cetakan Ketujuh, 1429.
14
Abu Mujahidah al-Ghifari sebagaimana dikutip oleh Abd al-Ka î Zaida , al-Wajîz Fi Ushȗl al-
Fiqh, Bei ut: Mu asasah al-Mursalah ,dala a tikel L dasa Huku Fikih Mua alah,Cetakan
Kelimabelas, 2006, hlm. 182. Dalil al-Qu a lai ya g e u juka bahwa ij a e upaka
sumber hukum adalah QS. Ali Imran 110 dan QS. al-Baqarah 143.
15
Abu Mujahidin al-Ghifari sebagaimana dikutip oleh Abd Allah ibn Ahmad ibn Muhammad ibn
Quda ah, Ta li : Abd al-Karim al-Namlah, Raudhah al-Nadzir wa Junnah al-Manadzir,dalam
artikel Landasan Hukum Fikih Muamalah,Saudi Arabia: Maktabah al-Rusyd, Cetakan Kedelapan,
2008, Jilid 2.
‫ أن النب‬، ‫ عنْ مع ذ‬، ‫ عنْ ن س منْ أصْ ح مع ذ منْ أهْ ل ح ْمص‬e ‫ق ل لمع ذ بْن جبل ح ن بعثه إل‬
‫ ك ْف ت ْ ض إنْ عرض ل قض ء ؟ ق ل‬: ‫ ْال من فذكر‬: ‫ فإنْ ل ْ كنْ ف كت ّ ؟‬: ‫ ق ل‬. ّ ‫أ ْقض بكت‬
‫ ق ل‬. ‫ا آل‬ ‫ أجْ ت د ر ْأ‬: ‫ فإنْ ل ْ كنْ ف سنة رس ل ّ ؟ ق ل‬: ‫ فبسنة رس ل ّ ق ل‬: ‫ ق ل‬: ‫فضر‬
ّ ‫ ْالح ْمد َ الذ ف رس ل رس ل‬: ‫ ص ْدر ف ل‬e ‫لم رْ ض رس له‬.
"Nabi Saw bertanya kepada sahabat Mu'adz: bagaimana cara kamu
memutuskan perkara (wahai Mu'adz), di saat kamu memberi keputusan?
Sahabat Mu'adz menjawab: aku putuskan dengan kitab Allah, Nabi Saw
bertanya: bagaimana apabila kamu tidak menemukan hukumnya di dalam Al-
Qur‟an? Sahabat Mu'adz menjawab: dengan Sunnah Rasulullah, Nabi Saw
bertanya: bagaimana apabila kamu tidak menemukan hukumnya di dalam Al-
Qur‟an dan Sunnah Rasulullah Saw, Sahabat Mu'adz menjawab: aku berijtihad,
dan aku tidak sembrono dalam berijtihad. Kemudian Nabi Saw menepuk dada
shahabat Mu'adz seraya berseru: segala puji bagi Allah yang telah menolong
utusan Rasul-Nya menuju hal yang diridloi oleh-Nya dan Rasu-lNya" (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi).16
Adapun terkait dengan sumber hukum lainnya selain al-Qur‟an, al-Sunnah
dan Ijma bisa dibaca kajiannya di kitab-kitab ushul al-Fiqh yang secara khusus
menjelaskan tentang sumber hukum dalam Islam, baik sumber hukum yang
disepakati maupun yang diperselisihkan oleh para ulama.

C.Fiqh Muamalah dan Hukum Perdata

Muamalah terbagi dua pengertian,yakni muamalah dalam arti luas dan


muamalah dalam arti sempit.Muamalah dalam arti luas mencakup masalah al-
ahwal al-syahsyiyah,hukum keluarga yang mengatur hubungan antara suami
istri,anak,dan kelurganya.Pokok kajiannya meliputi
munakahat,mawaris,wasiat,dan wakaf.Wakaf termasuk bidang ibadah bila
ditinjau dari segi niat (maksud),kemungkinan masuk al-ahwal al-syahsiyah bila
wakaf itu wakaf dzuri yaitu wakaf untuk kelu17arga.

Muamalah dalam arti sempit membahas jual beli,gadai,salam,pemindahan


utang,serta yang lainnya.

Fikih Muamalah diartikan sebagai bagian hukum Islam yang mengatur


hubungan keperdataan antar manusia,maka dapatlah dikatakan bahwa fikih
muamalah lebih mudah dipahami sebagai hukum perdata Islam.

Hukum perdata yang positif (yang sedang berlangsung) di indonesia


mengatur hukum orang pribadi dan hukum keluarga,hukum benda dan hukum
waris,hukum perikatan,bukti,dan daluwarsa.Hal ini dijelaskan oleh H.A.Dzajuli

16
Muh.Najih Maimoen sebagaimana dikutip oleh kompasiana,dalam artikel Karakteristik dan
Kesempurnaan Fiqh Islam
17
Ghuf o A Mas adi,Fi h Mua alah Ko tekstual,Jaka ta:PT ‘ajaG afi do Pe sada, ,h.
dalam bukunya Ilmu fiqh,18 dengan menyatakan bahwa bidang-bidang tersebut
dalam hukum Islam terdapat dalam al-ahwal al-syahsyiyah,muamalah dan
qadha.Oleh karena itu,tidaklah tepat mempersamakan bidang fiqh muamalah
dengan hukum perdata.Bahkan ada sebagian hukum perdata oleh para ulama
dibahas dalam bidang Ushul Fiqh,seperti tentang subjek hukum atau orang
mukalaf.Sistematika fiqh muamalah dan hukum perdata positif terdapat
perbedaan-perbedaan karena sistematika hukum perdata mengatur orang
pribadi,sedangkan hukum orang pribdi tidak dijelaskan dalam fiqh
19
muamalah,tetapi dijelaskan dalam Ushul Fiqh.

18
Hendi Suhendi sebagaimana dikutip oleh Lihat Nana Masduki,dalam;Fiqh
Muamalah..,H.A.Dzajuli,Ilmu Fiqh,Orba Sakti,Bandung,1987.h.8
19
Ibid.
BAB III

PENUTUP

1.Kesimpulan

Mu‟amalah dalam Islam mempunyai posisi dan peran sangat


signifikan,karena ia merupakan bagian penting dari hidup dan kehidupan
manusia.Mu‟amalah sangat menentukan keberlangsungan hidup manusia dan
kehidupan masyarakat.

Sumber hukum utama dalam fikih muamalah adalah al-Qur‟an, al-Sunnah,


ijma‟ dan qiyas. Sumber hukum lain seperti, al-Maslahah al-Mursalah, Qaul
Sahabi, dan lain-lain adalah ranah pembahasan ushul al-Fiqh.

2.Saran

Dalam penyusunan makalah ini tentu terdapat berbagai kekeliruan dan


kekurangan baik dari segi penulisan,materi,maupun analisis yang saya lakukan
sebagaimana fitrah seorang manusia,tempat salah dan lupa.Oleh karena
itu,dengan setulus hati kami mengharapkan apresiasi pembaca sekalian untuk
menyampaikan saran dan kritik emi perbaikan di masa mendatang.
Daftar Pustaka

Ghufron A Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta:PT RajaGrafindo

Persada ,2002.

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta:Rajawali Pers, 2013.

Imam Mustofa, Fiqih Mu‟amalah Kontemporer, Jakarta:Rajawali Pers, 2016.

Islamica sebagaimana dikutip oleh Jasser Auda,Egalitarianisme Fiqh Muamalah


dalam Sistem Ekonomi Islam,dalam jurnal Studi Keislaman,Vol.7/No.1/2012.

Kasmudi Assidiqi dan Ardito Bhinadi, Pengantar Fiqh


Muamalah, Gresik dan Yogyakarta, 2013.

Khamim Jazuli sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, ”FIQIH
ISLAM WA ADILLATUHU 1”, dalam makalah Prinsip dan Karakteristik Fiqh,
Gema Insani.

Muh.Najih Maimoen sebagaimana dikutip oleh kompasiana, dalam artikel


Karateristik dan Kesempurnaan Islam.

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta:Gaya Media Pratama, 2007.

Satria Effendi,M.Zein,Ushul Fiqh,Jakarta,Prenadamedia Group,2005.

Tim Pengembangan Perbankan syari‟ah Institut Bankir Indonesia,


Konsep,Produk,dan Implementasi Operasional Bank Syari‟ah, Djambatan,
Jakarta, 2005.

Abu Mujahidah,Landasan Hukum Fikih Muamalah,dalam laman www.


abumujahidah. blogspot. com.

Anda mungkin juga menyukai