Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

KESEHATAN DAN HAK ASASI MANUSIA

Damas Herdiansyah

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASAR

2021

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini. Makalah referat ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas bagian Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universita Hasanuddin Makasar.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing makalah referat ini, dr.
Ruswhandi, SpPD, K-GEH, MH. yang telah membimbing. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan referat ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka apabila
terdapat kritik dan saran yang membangun. Terima kasih atas perhatian para pembaca,
semoga makalah referat ini bermanfaat.

Makasar, 12 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................2
II.1 Kesehatan..........................................................................................................7
II.1.2 Definisi Sehat.................................................................................................7
II.1.3 Determinan Kesehatan.................................................................................10
II.2 Hak Asasi Manusia..........................................................................................10
II.2.1 Definisi Hak Asasi Manusia.........................................................................12
II.2.2 Prinsip Hak Asasi Manusia..........................................................................12
II.3 Kesehatan dan Hak Asasi Manusia ................................................................12
II.3.1 Definisi Kesehatan dan Hak Asasi Manusia ...............................................12
II.3.2 Prinsip Kesehatan dan Hak Asasi Manusia..................................................19
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan berkaitan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Ketersediaan


layanan kesehatan dan obat-obatan, lingkungan yang bersih dan sehat, serta hal-hal lain
terkait dengan kesehatan adalah faktor yang vital bagi keberlangsungan hidup manusia.
Tanpa hal tersebut, manusia mungkin sulit untuk hidup secara bermartabat, bahkan kesehatan
yang buruk dapat memperpendek usia harapan hidup seseorang. Oleh karena itu, kesehatan
harus diperoleh oleh setiap orang.1

Hak atas kesehatan merupakan bagian dari hak asasi manusia. Indonesia menjamin
pemenuhan hak atas kesehatan melalui UndangUndang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Kehadiran Undang-Undang ini sendiri merupakan bagian dari komitmen
Indonesia dalam menjamin kesehatan masyarakatnya dengan menyediakan layanan kesehatan
yang kompeten dan berasaskan non-diskriminasi, walaupun dalam praktiknya pemenuhan
hak atas kesehatan tidak luput dari pelanggaran.1

Instrumen internasional dan nasional sepakat bahwa pemenuhan hak atas kesehatan harus
berasaskan, diantaranya, non-diskriminasi. Namun, dalam prakteknya masih sering ditemui
diskriminasi dalam layanan kesehatan. Kelompok rentan seperti perempuan, anak, Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA), maupun kelompok masyarakat lain yang memiliki perilaku
beresiko terinfeksi HIV menjadi kelompok/orang yang sering mendapat stigma dan
diskriminasi, baik oleh pemberi layanan kesehatan maupun masyarakat. Stigma dan
diskriminasi akan menghambat pencapaian target pemenuhan hak atas kesehatan
sebagaimana diamanatkan dalam instrumen nasional maupun internasional.1

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kesehatan

II.1.1 Definisi Sehat2

Kesehatan menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,
mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat menurut UU
23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif secara sosial dan ekonomis.2

Sehat secara mental (kesehatan jiwa) adalah satu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan orang-orang lain. Sehat secara sosial adalah perikehidupan seseorang
dalam masyarakat, yang diartikan bahwa seseorang mempunyai cukup kemampuan untuk
memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri dan kehidupan keluarga sehingga
memungkinkan untuk bekerja, beristirahat dan menikmati liburan.2

Berdasarkan dua pengertian kesehatan tersebut, dapat disarikan bahwa kesehatan ada empat
dimensi, yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi yang saling mempengaruhi
dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Oleh
karena itu, kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh, tidak hanya memandang kesehatan
dari segi fisik saja. Misalnya: seseorang kelihatan sehat dari segi fisiknya, akan tetapi ia tidak
mampu mengendalikan emosinya ketika sedih maupun senang dengan mengekspresikan ke
dalam bentuk perilaku berteriak atau menangis keras-keras, atau tertawa terbahak-bahak yang
membuatnya sulit untuk bisa kembali ke kondisi normal, maka orang tersebut tidak sehat.
Begitu pula orang yang kelihatan sehat dari segi fisiknya, akan tetapi tidak mampu
memajukan kehidupannya sendiri dengan belajar, bekerja, ataupun berinteraksi dengan
masyarakat sekitarnya, maka orang tersebut tidak bisa dikatakan sehat.2

5
II.1.2 Determinan Kesehatan2

Hendrik L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan
yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan Pada gambar berikut
menunjukan bahwa lingkungan mempunyai pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan.

Gambar 1.1 Determinan Kesehatan2

1. Lingkungan (Environment) 2
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan manusia)
misalnya sampah, air, udara dan perumahan, dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan,
pekerjaan dan lain-lain). Pada lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh
kualitas sanitasi lingkungan dimana manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak
penyakit yang bersumber dari buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya ;
ketersediaan air bersih pada suatu daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan
karena air merupakan kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi
dengan air dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan lingkungan sosial berkaitan
dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat. Semakin miskin individu/masyarakat
maka akses untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik maka akan semakin sulit.
Misalnya manusia membutuhkan makanan dengan gizi seimbang untuk mejaga
kelangsungan hidup, jika individu/masyarakat berada pada garis kemiskinan maka
akan sulit untuk memenuhi kebutuhan makanan dengan gizi seimbang. Demikian juga
dengan tingkat pendidikan individu/masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan
individu/masyarakat maka pengetahuan untuk hidup sehat akan semakin baik.

6
Beberapa contoh faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan antara lain:
a. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
b. Ada norma agama pada umat islam tentang konsep haram terhadap alkohol
akan menurunkan tingkat konsumsi alkohol.
c. Dan semakin tinggi tingkat pendidikan individu maupun masyarakat maka
pengetahuan akan cara hidup sehat semakin baik.

2. Perilaku (Life Styles)2


Gaya hidup individu atau masyarakat merupakan faktor kedua mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat karena sehat dan tidak sehatnya lingkungan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu
sendiri, di samping itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan,
pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
Contohnya: dalam masyarakat yang mengalami transisi dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat modern, akan terjadi perubahan gaya hidup pada masyarakat
tersebut yang akan mempengaruhi derajat kesehatan. Misalnya: pada masyarakat
tradisional di mana sarana transportasi masih sangat minim maka masyarakat terbiasa
berjalan kaki dalam beraktivitas, sehingga individu/masyarakat senantiasa
menggerakkan anggota tubuhnya (berolah raga). Pada masyarakat modern di mana
sarana transportasi sudah semakin maju, maka individu/masyarakat terbiasa
beraktivitas dengan menggunakan transportasi seperti kendaraan bermotor sehingga
individu/masyarakat kurang menggerakkan anggota tubuhnya (berolah raga). Kondisi
ini dapat beresiko mengakibatkan obesitas pada masyarakat modern karena kurang
berolah raga ditambah lagi kebiasaan masyarakat modern mengkonsumsi makanan
cepat saji yang kurang mengandung serat. Fakta tersebut akan mengakibatkan transisi
epidemiologis dari penyakit menular ke penyakit degeneratif.

7
Berikut ini contoh dari life style yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang:
a. Perilaku perokok sejak dini akan meningkatkan risiko kanker pada paru-paru.
b. Perilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food) akan meningkatkan
risiko obisitas yang berisiko pada penyakit jantung.
c. Kebiasaan melakukan konsep 3 M (menguras, mengubur dan menutup) pada
pencegahan DBD akan menurunkan prevalensi penyakit DBD

3. Pelayanan Kesehatan (Health Care Services) 2


Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan
dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan
dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan
kesehatan. Ketersediaan fasilitas sangat berpengaruh oleh lokasi, apakah dapat
dijangkau oleh masyarakat atau tidak, tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan,
informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh
pelayanan, serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat itu sendiri. Semakin mudah akses individu atau masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan maka derajat kesehatan masyarakat semakin baik.

Adapun faktor pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi kesehatan, dapat terlihat


sebagai berikut:
a. Adanya upaya promotif terhadap penularan HIV/AIDS akan menurunkan
prevalensi HIV/AIDS.
b. Tersedianya sarana dan prasaran kesehatan yang baik akan memudahkan
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berkualitas.
c. Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan individu/masyarakat untuk
mengakses pelayanan kesehatan.

4. Keturunan (Heredity) 2
Faktor keturunan/genetik ini juga sangat berpengaruh pada derajat kesehatan.
Hal ini karena ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetik atau faktor yang

8
telah ada pada diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya: dari golongan penyakit
keturunan, diantaranya: diabetes melitus, asma bronkia, epilepsy, retardasi mental
hipertensi dan buta warna. Faktor keturunan ini sulit untuk di intervensi dikarenakan
hal ini merupakan bawaan dari lahir dan jika di intervensi maka harga yang dibayar
cukup mahal.

Berikut ini contoh faktor keturunan dapat mempengaruhi kesehatan:


a. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan mengakibatkan leukemia.
b. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetik

II.2 Hak Asasi Manusia

II.2.1 Sejarah Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia menjadi bahasan penting setelah Perang Dunia II dan pada waktu
pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Wacana hak asasi manusia terus
berkembang seiring dengan intensitas kesadaran manusia atas hak dan kewajiban yang
dimilikinya.3

Latar belakang timbulnya pemikiran tentang hak asasi manusia ditandai dengan adanya
pendapat para ahli sebagai berikut: 3

1. Thomas Hobbes
Hak asasi manusia merupakan jalan keluar untuk mengatasi keadaan yang
disebutnya “homo homini lupus, bellum omnium contra omnes“ (manusia dapat
menjadi serigala bagi manusia lain). Keadaan seperti itulah yang menurut Hobbes,
mendorong terbentuknya perjanjian masyarakat dalam mana rakyat menyerahkan hak-
haknya kepada penguasa. Itu sebabnya pandangan Thomas Hobbes disebutkan
sebagai teori yang mengarah kepada pembentukan monarki absolut.

2. John Locke
Manusia tidaklah secara absolut menyerahkan hak-hak individunya kepada
penguasa. Yang diserahkan, menurutnya, hanyalah hak-hak yang berkaitan dengan
perjanjian negara semata, sedangkan hak-hak lainnya tetap berada pada masingmasing

9
individu. Hak asasi manusia melekat pada setiap orang dan karena itu hak tidak bisa
diambil atau diserahkan kepada orang atau lembaga lain tanpa persetujuan yang
bersangkutan. Oleh karena itu eksistensi negara modern dengan kekuasaan yang
dimilikinya harus didasarkan pada asumsi bahwa warga negara telah menyerahkan
hak-hak mereka dalam suatu hubungan kontraktual dengan negara.

3. Jean Jacques Rosseau


Melalui bukunya “Du Contrat Social” menghendaki adanya suatu demokrasi,
di mana kedaulatan ada di tangan rakyat. Pandangan Rousseau ini banyak dipengaruhi
oleh pemikiran Thomas Hobbes dan John Locke. Ketika itu, berkembang pernyataan
tidak puas dari kaum borjuis dan rakyat kecil terhadap raja.

4. Karl Marx
Hak kolektif antara hak sosial dan hak individu yang bebas. Menyeimbangkan
antara konsep liberal kebebasan individu dan konsep hak warga Negara

Embrio HAM di Indonesia sudah tersemai sejak Orde Baru masih berkuasa. Pada
tahun 1993, Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993
tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tanggal 7 Juni 1993. Senafas dengan
berakhirnya kekuasaan Orde Baru pada 1998 dan lahirnya era reformasi, posisi Komnas
HAM semakin menguat setelah keluar Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM.
UU ini menetapkan keberadaan, tujuan, fungsi, keanggotaan, asas, kelengkapan, serta tugas
dan wewenang Komnas HAM. Indonesia juga melakukan sejumlah ratifikasi konvensi
internasional seperti Konvensi Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, Konvensi
Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan, Konvensi Hak Sipil dan Politik, Konvensi
Hak Anak, Konvensi Hak Ekosob dan lain-lain. Pada level masyarakat, HAM juga mulai
diperkenalkan melalui lembagalembaga pendidikan, media massa, organisasi kemasyarakatan
dan sebagainya. Berbagai upaya tersebut telah menjadikan HAM sebagai rezim baru dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia.3

10
II.2.2 Definisi Hak Asasi Manusia

Secara harfiyah, kata hak berarti kewenangan untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu. Adapun kata Asasi berarti berasal dari kata asas yang berarti dasar, alas,
dan fondasi, yaitu ‘sesuatu yang menjadi tumpunan berpikir atau berpendapat’. Kemudian
kala itu mendapat imbuhan akhiran “i” lalu menjadi asasi. Kata asasi bermakna sesuatu yang
bersifat dasar atau pokok. Secara istilah, kata hak asasi berarti kewenangan dasar yang
dimiliki oleh seseorang yang melekat pada diri orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan pilihan hidupnya. Istilah hak asasi manusia merupakan terjemahan dari istilah “droits
de l’homme” dalam bahasa Prancis atau Human Rights dalam bahasa Inggris, yang artinya
“hak manusia”. Pengertian secara teoritis dari hak asasi manusia adalah:“hak yang melekat
pada martabat manusia yang melekat padanya sebagai insan ciptaan Allah Yang Maha Esa,
atau hak-hak dasar yang prinsip sebagai anugerah Illahi. Berarti hak-hak asasi manusia
merupakan hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan
dari hakikatnya, karena itu Hak Asasi Manusia bersifat luhur dan suci.”

Secara etimologi, hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman
perilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta jaminan adanya peluang bagi manusia
dalam menjaga harkat dan martabatnya. Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling
mendasar atau fundamental. Istilahhak asasi mansuia sediri berasal dari istilah “droits
I’home” (Prancis), “menslijkerecten” (Belanda), “fitrah” (Arab) dan “human right”
(Inggris).Istilah human right semula berasal dari ‘right of human’yang menggantikan istilah
‘naturalright’ yang selanjutnya oleh Eleanor Roosevelt diubah dengan diubah dengan istilah
‘human right’ yang memiliki konotasi lebih nertral dan universal. Dengan demikian hak asasi
berarti hak yang paling mendasar yang dimiliki oleh manusia sebagai fitrah, sehingga taksatu
pun mahluk dapat menginvestasinya apalagi mencabutnya dan merupakan anugerah yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintahan dan
setiap orang demi terciptanya kehormatan dan harkat martabat manusia. Misalnya hak hidup
yang mana tak satu pun manusia ini memiliki kewenagan untuk mencabut kehidupan manusia
yang lain.

Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dijelaskan
bahwa: Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan

11
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan marabat manusia. Menurut John
Locke,Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Menurut Jan Materson dari komisi Hak Asasi
Manusia PBB, pengertian Hak Asasi Manusia adalah: “Humanrights could be generally
defined as those rights which areinheret in our natureand without which we cannot live as
human being”.(Hak Asasi Manusiaadalah hak-hak yang melekat pada manusia, yangtanpa
dengannya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia). Menurut Baruddin Lopa,
pengertian Hak Asasi Manusia yang seperti beliau kutip dari pengertian yang diberikan Jan
Materson, tetapi ditambahkan bahwa pada kalimat “mustahil dapat hidup sebagai manusia”
hendaknya diartikan “mustahil dapat hidup sebagai manusia yang bertanggung jawab”.
Alasan penambahan istilah bertanggung jawab yaitu disamping manusia memiliki hak,
manusia juga memiliki tanggung jawab dari segala yang telah dilakukannya. Berdasarkan
beberapa pengertian mengenai Hak Asasi Manusia di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dimiliki oleh setiap
manusia sejak lahir dan merupakan anugerah Allah SWT. kepada hamba-Nya, yaitu seluruh
manusia tanpa terkecuali. Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap
manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak hidup misalnya,
adalah klaim untuk memperoleh dan melakukan segala sesuatu yang dapat membuat
seseorang tetap hidup, karena tanpa hak tersebut eksistensinya sebagai manusia akan hilang.3

II.2.3 Bentuk-Bentuk Hak Asasi Manusia

Bagir Manan membagi Hak Asasi Manusia pada beberapa kategori yaitu: hak sipil,
hak politik, hak ekonomi dan hak sosial budaya. Hak sipil terdiri dari hak diperlakukan sama
dimuka hukum, hak bebas dari kekerasan, hak khusus bagi kelompok anggota masyarakat
tertentu, dan hak hidup dan kehidupan. Hak politik terdiri dari hak kebebasan berserikat dan
berkumpul, hak kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, danhak
menyampaikan pendapat di muka umum. Hak ekonomi terdiri dari hakjaminan sosial, hak
perlindungan kerja, hak perdagangan, dan hak pembangunan berkelanjutan. Hak sosial
budaya terdiri dari hak memperoleh pendidikan, hak kekayaan intelektual, hak kesehatan, dan
hak memperoleh perumahan dan pemukiman. Sementara Baruddin Lopa, membagi Hak
Asasi Manusia dalam beberapa jenis yaitu hak persamaan dan kebebasan, hak hidup, hak
memperoleh perlindungan, hak penghormatan pribadi, hak menikah, hak berkeluarga, hak

12
wanita sederajat dengan pria, hak anak dari orang tua, hak memperoleh pendidikan, hak
kebebasan memilih agama, hak kebebasan bertindak dan mencari suaka, hak untuk bekerja,
hak memperoleh kesempatan yang sama, hak milik pribadi, hak menikmati hasil/produk ilmu,
dan hak tahanan dan narapidana.

Dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declarationof Human
Rights) atau yang dikenal dengan istilah DUHAM, Hak Asasi Manusia terbagi kedalam
beberapa jenis, yaitu hak personal (hak jaminan kebutuhan pribadi), hak legal (hak jaminan
perlindungan hukum), hak sipil dan politik, hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber daya
untuk menunjang kehidupan) serta hak ekonomi, sosial dan budaya.

Menurut pasal 3-21 DUHAM, hak personal, hak legal, hak sipil, dan politik meliputi:

1) Hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan pribadi;


2) Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan;
3) Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam, tak
berperikemanusiaan ataupun merendahkan derajat kemanusiaan;
4) Hak untuk memperoleh pengakuan hukum di mana saja secara pribadi;
5) Hak untuk pengampunan hukum secara efektif;
6) Hak bebas dari penangkapan, penahanan, atau pembuangan yang sewenangwenang;
7) Hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak;
8) Hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah;
9) Hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap kekuasaan pribadi,
keluarga, tempat tinggal, maupun surat-surat;
10) Hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik;
11) Hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu;
12) Hak bergerak;
13) Hak memperoleh suaka;
14) Hak atas satu kebangsaan;
15) Hak untuk menikah dan membentuk keluarga;
16) Hak untuk mempunyai hak milik;
17) Hak bebas berpikir, berkesadaran dan beragama;
18) Hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat;
19) Hak untuk berhimpun dan bersetikat; dan

13
20) Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses yang sama
terhadap pelayanan masyarakat

Adapun hak ekonomi, sosial dan budaya meliputi:

1) Hak atas jaminan sosial;


2) Hak untuk bekerja;
3) Hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama;
4) Hak untuk bergabung kedalam serikat-serikat buruh;
5) Hak atas istirahat dan waktu senggang;
6) Hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan dan kesejahteraan;
7) Hak atas pendidikan;
8) Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan dari masyarakat.

Sementara itu dalam UUD 1945 (amandemen I-IV UUD 1945) memuat Hak Asasi Manusia
yang terdiri dari hak :

1) Hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat;


2) Hak kedudukan yang sama di dalam hukum;
3) Hak kebebasan berkumpul;
4) Hak kebebasan beragama;
5) Hak penghidupan yang layak;
6) Hak kebebasan berserikat;
7) Hak memperolehpengajaran atau pendidikan.

Dari beberapa bentuk-bentuk Hak Asasi Manusia di atas, secara umum semua konsep
Hak Asasi Manusia sangat mengedepankan hak untuk hidup, kebebasan dan
perlindungan. Tidak ada satupun konsep Hak Asasi Manusia yang tidak mengedepankan
hak untuk hidup, karena hak untuk hidup merupakan hak manusia sejak lahir.

14
II.2.4 Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia4

Manfred Nowak menyebut bahwa prinsip hak asasi manusia ada empat yaitu
universal (universality), tak terbagi (indivisibility), saling bergantung
(interdependent), saling terkait (interrelated). Rhona K.M. Smith menambahkan
prinsip lain yaitu kesetaraan (equality) dan non-diskriminasi (non-discrimination).

Penjelasan sederhana atas beberapa prinsip tersebut adalah:

a. Prinsip Universal (universality)


Prinsip ini mengatakan bahwa semua orang, di seluruh belahan dunia
manapun, agamanya apa pun, warga Negara manapun, berbahasa apa pun,
etnis manapun, tanpa memandang identitas politik dan antropologis apa pun,
dan terlepas dari status disabilitasnya, memiliki hak yang sama. Penegasan
akan prinsip ini dilakukan melalui Pasal 5 Deklarasi Wina tentang Program
Aksi yang berbunyi “semua hak asasi manusia adalah universal, tak terbagi,
saling bergantung, saling terkait (all human rights are universal, indivisibile,
interdependent and interrelated). 4

b. Prinsip Tak Terbagi


Prinsip ini dimaknai dengan semua hak asasi manusia adalah sama-
sama penting dan oleh karenanya tidak diperbolehkan mengeluarkan hak-hak
tertentu atau kategori hak tertentu dari bagiannya”. Setiap orang memiliki
seluruh kategori hak yang tidak dapat dibagi-bagi. Sebagai analogi, seseorang
tidak bisa hanya menerima hak politik tanpa menerima hak-hak sosial dan
budaya.4

c. Prinsip Saling Bergantung


Prinsip ini dimaknai dengan jenis hak tertentu akan selalu bergantung
dengan hak yang lain. Contohnya, hak atas pekerjaan akan bergantung pada
terpenuhinya hak atas pendidikan.

d. Prinsip Saling Terkait

15
Prinsip ini dipahami bahwa satu hak akan selalu terkait dengan hak
yang lain. Entah itu hak untuk hidup, menyatakan pendapat, memilih agama
dan kepercayaan, dan hak-hak lainnya, adalah hak-hak yang mempunyai
keterkaitan satu dengan lainnya dalam perlindungan dan pemenuhan hak asasi
manusia secara keseluruhan. Dengan kata lain, tiap hak asasi terhubung dalam
satu mata rantai. Apabila satu mata rantai putus, maka hak-hak yang lain akan
terlanggar. Prinsip saling terkait mempunyai dua unsur, yaitu saling
membutuhkan (interdependence) dan saling terhubung (interrelatedness).

e. Prinsip Kesetaraan
Kesetaraan mensyaratkan adanya perlakuan yang setara, di mana pada
situasi yang sama harus diperlakukan dengan sama, dan di mana pada situasi
berbeda dengan sedikit perdebatan maka diperlakukan secara berbeda.
Kesetaraan juga dianggap sebagai prasyarat mutlak dalam negara demokrasi.
Kesetaraan di depan hukum, kesetaraan kesempatan, kesetaraan akses dalam
pendidikan, kesetaraan dalam mengakses peradilan yang fair dan lain-lain
merupakan hal penting dalam hak asasi manusia.4

f. Prinsip Non-Diskriminasi
Diskriminasi terjadi ketika setiap orang diperlakukan atau memiliki
kesempatan yang tidak setara seperti ketidaksetaraan di hadapan hukum
(inequality befor the law), ketidaksetaraan perlakukan (inequality of
treatment), ketidaksetaraan kesempatan pendidikan (inequality of education
opportunity) dan lain-lain.4

g. Tanggung jawab Negara (state responsibility)


Prinsip ini dimaknai bahwa aktor utama yang dibebani tanggung
jawab untuk memenuhi, melindungi dan menghormati hak asasi manusia
adalah Negara melalui aparatusnya. Prinsip ini ditulis di seluruh kovenan dan
konvensi hak asasi manusia internasional maupun peraturan domestik. Pasal
71 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 secara tegas mengatakan bahwa:
“Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,
menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-

16
undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional
tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia”4

II.3 Hak Asasi Manusia dalam Kesehatan1

II.3.1 Definisi Hak atas Kesehatan

Secara konsep, hak atas kesehatan tidak bisa disamakan dengan hak untuk sehat.
Kesalahpahaman umum yang sering terjadi menganggap negara harus menjamin bahwa
setiap warga negaranya harus sehat, dan oleh karenanya mewajibkan mereka untuk hidup
sehat. Namun, kesehatan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang itu berada di luar
kendali negara, misalnya kondisi biologis dan sosial-ekonomi seseorang.1

Hak atas kesehatan bukan hanya berbicara tentang sakit dan tidak sakit. Lebih jauh
lagi, hak atas kesehatan menyangkut dua aspek penting, aspek kebebasan (freedom) dan
keberhakan (entitlements) 2 . Kebebasan pada hak atas kesehatan yakni memberikan hak
pada setiap orang untuk mengontrol tubuh dan kondisi kesehatannya, termasuk kebebasan
untuk melakukan aktivitas seksual dan berreproduksi dan bebas dari gangguan/campur tangan
baik itu negara maupun orang ketiga. Sedangkan Keberhakan dalam hak atas kesehatan
sendiri yakni memberikan hak pada setiap orang untuk mendapatkan layanan kesehatan yang
tidak diskriminatif dan menjunjung kesetaraan dan kesempatan yang sama, misalnya hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.1

II.3.2 Dasar Hukum1

Setiap orang berhak mendapatakan hak atas kesehatan yang tinggi, sudah merupakan
kewajiban pemerintah untuk menjamin hal tersebut. Untuk mengeimplementasikan
pemenuhan hak atas kesehatan diperlukannya dasar hukum yang menjadi pendoman
pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap ha katas kesehatan yang tinggi.
Adapun dasar hukum yang terkait hak atas kesehatan sebagai berikut:

1) International
a. Kovenan Internasional Ekonomi, Sosial, dan Budaya (ICESCR) 1966, Article 12
“Negara yang menghadiri kovenan mengakui hak semua orang untuk menikmati
standar kesehatan fisik dan kesehatan mental yang paling baik”.

17
b. General Comment No. 14 (2000)
“Setiap orang berhak menikmati standar kesehatan tertinggi yang dapat
dicapai, untuk menjalani kehidupan yang bermartabat. Realisasi hak atas kesehatan
dapat tercipta melalui rumusan kebijakan kesehatan, implementasi program kesehatan
yang sudah dikembangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ataupun
mengadopsi instrument hukum tertentu”.

c. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination againts Women


(CEDAW) 1979, Article 12
“Negara harus mengambil langkah yang tepat untuk menghapus diskriminasi
terhadap perempuan di Indonesia dalam bidang pelayanan kesehatan untuk
memastikan berbasis pada kesetaraan laki-laki dan perempuan, akses pelayanan
kesehatan, termasuk juga yang berhubungan dengan keluarga berecana”.
“Negara harus memastikan layanan perempuan yang sesuai dengan kehamilan,
Haid/Menstruasi, dan periode pasca-melahirkan dengan memberikan pelayanan gratis
sesuai keperluan, serta mendapatkan nutrisi yang memadai selama kehamilan dan
menyusui”.

d. International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination


(ICERD) 1965, Article 5
“Setiap orang berhak mendapat Hak atas kesehatan publik, perawatan medis,
jaminan sosial dan layanan sosial”.

e. Convention on the Right of the Child (CRC) 1989, Article 24


“Negara mengakui hak atas anak untuk menikmati standar kesehatan terbaik dalam
kesehatan dan pelayanan dalam perawatan penyakit & rehabilitasi kesehatan. Negara
memastikan tidak ada hak yang dirampas khususnya atas akses ke layanan kesehatan
tersebut”.

Hampir semua Kovenan Internasional yang terkait dengan kesehatan sudah


diratifikasi oleh pemerintah Indonesia : CESCR (2006), CEDAW (1984), CERD
(1999), CMW (2012), CRC (1990), CRPD (2011).
18
2) Nasional
Peraturan hukum Indonesia yang mengatur tentang kesehatan telah tertuang
dalam Konstitusi dasar negara UUD 1945, UU dan Peraturan Pemerintah, yakni:

a. Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 28H : “Setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat
serta berhak memperoleh layanan kesehatan”.

b. Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 34 ayat 3 : “Negara bertanggung jawab atas


penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak”.

c. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999, Pasal 42 : “Setiap warga negara yang


berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan,
pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin
kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya, miningkatkan
rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara”.

II.3.3 Prinsip Hak katas Kesehatan1

Hak kesehatan adalah hak asasi manusia yang melekat pada seseorang sejak lahir dan
bukan karena pemberian seseorang atau negara, maka oleh sebab itu tidak dapat dicabut oleh
siapa pun. Makna dari hak atas kesehatan tersebut yaitu pemerintah harus menciptakan
kondisi yang memungkinkan bagi setiap individu untuk hidup sehat. Berarti pemerintah harus
menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau untuk semua.

Hak atas kesehatan sendiri dikenal dengan empat prinsip.11 Pemahaman yang baik
akan keempat prinsip ini dapat membantu menganalisa pemenuhan hak atas kesehatan di
sebuah wilayah. Keempat prinsip tersebut adalah:

1) Ketersediaan (Availability)

19
Prinsip ini mengatur bahwa layanan kesehatan harus tersedia dalam jumlah
yang cukup, baik dalam hal ketersediaan sumber daya manusia, obat-obatan dan
maupun sarana dan pra sarana lainnya.
2) Keterjangkauan (Accessibility)
Ada empat turunan prinsip keterjangkauan, yaitu:
- Non diskriminasi, layanan kesehatan harus dapat dijangkau oleh siapa saja,
terutama oleh kelompok masyarakat rentan dan termarjinalkan. Tidak boleh
ada diskriminasi berbasis gender, ras, warna kulit, bahasa, agama, pandangan
politik, status kesehatan dan latar belakang sosial lainnya yang dapat
membatasi atau menghilangkan penikmatan orang terhadap hak atas
kesehatan.
- Keterjangkauan secara fisik, dimana sarana dan pra sarana kesehatan harus
bisa dijangkau dan aman untuk semua kelompok.
- Keterjangkauan ekonomi, berarti layanan kesehatan harus terjangkau secara
ekonomi, terutama bagi masyarakat miskin.
- Keterjangkauan informasi, dimana informasi mengenai kesehatan, layanan
kesehatan, hak dan kewajiban pasien, serta hal-hal lainnya terkait dengan hak
atas kesehatan harus terjangkau. Masyarakat berhak mencari, menerima dan
memberitahukan informasi apapun terkait dengan kesehatan.

3) Keberterimaan (Acceptability)
Layanan kesehatan yang diberikan harus sesuai dengan etika kedokeran dan
bisa diterima secara budaya, termasuk di dalamnya menghormati kerahasiaan
status kesehatan dan peningkatan status kesehatan bagi mereka yg memerlukan.
Pentingnya prinsip keberterimaan ini juga berkaitan erat dengan kelompok
masyarakat adat.

4) Kualitas (Quality)
Masyarakat harus mendapatkan layanan kesehatan dengan kualitas yang
terbaik, meliputi obat-obatan, layanan kesehatan (peralatan) dan juga tenaga
kesehatan yang kompeten.

5) The right to health care

20
Hak atas pemeliharaan kesehatan berarti setiap orang memiliki hak untuk
mendapatkan standar tertinggi dari kesehatan fisik dan mental meliputi akses
terhadap jasa pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan, seperti: akses
terhadap nutrisi, air bersih, perumahan yang sehat, imunisasi, pendidikan, sanitasi,
dan akses terhadap informasi terkait kesehatan.
Faktor yang mempengaruhi hak atas pemeliharaan kesehatan yaitu: faktor sarana
kesehatan, faktor geografis, faktor finansial/keuangan dan faktor kualitas.

6) The right of self determination


Sebagai hak dasar atau hak primer individual yang merupakan sumber dari
hak-hak individual terdiri dari Hak atas privacy dan hak atas tubuhnya sendiri.

7) Hak atas privacy


Right to privacy atau Right to be Let Alone secara sederhana diterjemahkan
sebagai hak untuk tidak diusik dalam kehidupan pribadinya (Cooley, 1888). Hak
atas privasi juga dapat diterjemahkan sebagai hak dari setiap orang melindungi
aspek-aspek pribadi kehidupannya untuk dipergunakan dan dimasuki oleh orang
lain (Gillmor, 1990:281).

8) Hak atas tubuhnya sendiri


Merupakan hak pasien memilih dokter, hak atas informed consent, hak
menolak pengobatan atau perawatan tindakan medis tertentu, hak menghentikan
pengobatan atau perawatan, dan hak atas second opinion serta hak memeriksa
rekam medis.

21
BAB III
KESIMPULAN

Kesehatan menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,
mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat menurut UU
23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dimiliki oleh
setiap manusia sejak lahir. Pengertian secara teoritis hak-hak asasi manusia merupakan hak-
hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya,
karena itu Hak Asasi Manusia bersifat luhur dan suci,

Hak atas kesehatan merupakan bagian dari hak asasi manusia. Indonesia menjamin
pemenuhan hak atas kesehatan melalui UndangUndang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Instrumen internasional dan nasional sepakat bahwa pemenuhan hak atas
kesehatan harus berasaskan, diantaranya, non-diskriminasi. Namun, dalam prakteknya masih
sering ditemui diskriminasi dalam layanan kesehatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Saku Hak Atas Kesehatan LBH Masyarakat, 2019


2. Modul Bahan Ajat Cetak Kesehatan Masyarakat, Eliana 2016
3. Hukum dan Hak Asasi Manusia, Serliks 2020
4. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2014
5. Modul Etika Dan Hukum Kesehatan Ham Dalam Kesehatan, 2016

23

Anda mungkin juga menyukai